Tumgik
#BEASISWABAZMA2017
skywhalien · 7 years
Text
Menjadi Orang Baik Lewat Hal Kecil
Namaku Lisa Loretta Venezia. Aku adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Umurku terpaut jauh dengan kakak-kakakku. Meskipun dilahirkan dengan jarak yang jauh, orangtuaku selalu bilang bahwa mereka sangat senang akan kehadiranku, karena aku ada sebagai pelengkap dan teman di kehidupan tua mereka.
Semua dari saudaraku telah menikah dan meninggalkan rumah, meninggalkan mama dan papa bersama dengan pamanku yang memiliki sedikit kekurangan. Aku juga paham betul bahwa ada saatnya aku juga harus pergi keluar dari sangkar.
Sebagai anak terakhir dan satu-satunya anak yang belum berkeluarga, aku memikul kepercayaan yang diberikan oleh kedua orangtuaku padaku. Orangtuaku selalu bilang, bahwa ketika mereka sudah tua, mereka ingin untuk dirawat olehku. Tentu saja, aku tidak akan melupakan tanggung jawab itu. Sebagai satu-satunya anak yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, aku memikul kepercayaan lagi. Orangtua dan kakak-kakakku selalu berpesan padaku, bahwa aku harus serius dalam menimba ilmu. Inilah yang menjadi kekuatan utamaku untuk terus menjadi orang yang lebih baik.
Pendidikan formalku dimulai dari TKIT Bustanul Ulum, dan melanjutkan pendidikan hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama di yayasan yang sama. Baru setelah itu, aku melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Terbanggi Besar. Pada Agustus 2015, aku telah resmi diterima sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Institut Pertanian Bogor. Banyak yang menanyaiku, kenapa harus peternakan? Dengan bangga selalu kujawab dengan, “Ya. Aku ingin meneruskan perjuangan papa dalam mencari uang.” Papa sudah pensiun sejak tahun 2009 dan Alhamdulillah, sebelum itu papa sudah mempersiapkan modal untuk kedepannya yaitu dengan berternak ayam potong.
Pada awal tahun kuliahku, sempat aku merasakan resah dan gelisah. Aku selalu memerhatikan teman-temanku yang sibuk dengan urusan organisasi, kepanitiaan, maupun capaian prestasi lainnya. Sedangkan aku? Kerjaku hanyalah kuliah-pulang dan seperti itu terus. Namun di semester keduaku, aku tertarik dengan satu hal. OPEN RECRUITMEN PENGAJAR INSPIRATIF V, begitulah tulisan yang tertera pada poster. Aku memberanikan diri mendaftar sebagai Pengajar Inspiratif V IPB Mengajar bersama dengan 2 sahabatku. Hasilnya? Kami bertiga berhasil hingga tahap terakhir, Pengajar Inspiratif V yang akan ditugaskan mengabdi selama 3 minggu lamanya di salah satu desa bernama Desa Malasari.
Disinilah aku merasakan bahwa inilah turning pointku. Menjadi pengajar mengajarkanku banyak hal, akulah yang merasa teredukasi oleh lingkungan dan anak-anak. Menjadi pengajar mengajarkanku bahwa keterbatasan bukanlah segalanya. Selalu ada jalan, asal kita mau berusaha. Dan semenjak itu, aku menemukan passionku.
Menjadi salah satu anggota IPB Mengajar dan bertemu dengan orang-orang hebat di dalamnya, membuatku terpacu untuk selalu berbuat baik. Ya, mereka semua adalah orang-orang baik yang mengajarkanku bahwa aku bisa melakukan hal kecil namun berdampak besar. Mereka jugalah yang membuatku jatuh cinta pada dunia pendidikan. Mereka jugalah yang mengajarkanku pentingnya peka sosial. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk terus berada pada lingkungan baik ini, salah satu lembaha struktural yang ada di IPB, IPB Mengajar.
Menjadi salah satu pengurus di lingkungan yang fokus terhadap pengabdian masyarakat, menemukanku pada passion yang baru. Saling membantu merupakan pelajaran yang selalu ajarkan, dan sekali lagi, kami selalu ditekankan bahwa bukan langkah besarlah yang paling baik, melainkan langkah kecil yang dapat berdampak besar.
Tahun kemarin, aku dan rekan-rekan dari IPB Mengajar mengadakan suatu program yang dilaksanakan oleh Kemristekdikti. Sebuah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat, yang kami susun dan ajukan untuk desa kami tercinta, Desa Malasari. Dan Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kemudahan untuk kami agar dapat membantu desa kami. Kami membangun sebuah wadah yang di mana wadah tersebut berfungsi untuk menampung dan melestarikan kebudayaan serta kearifan lokal masyarakat setempat. Wadah tersebut kami beri nama Saung Laskar Halimun.
Oh ya, ada satu pelajaran lagi yang harus selalu diingat. Bahwa dalam melakukan kebaikan, kamu tidak bisa sendiri. Kenapa? Berbuat kebaikan haruslah dilakukan bersama-sama, karena menjadi orang baik itu adalah hak dan kewajiban kita bersama, bukan untuk perseorangan. Mungkin ini sedikit terlambat, tapi aku memiliki mimpi. Aku ingin membangun sebuah yayasan, yang dimana yayasan tersebut adalah khusus untuk anak-anak pinggiran yang tak mampu. Karena aku sadar, untuk membangun negara yang hebat, pendidikan adalah senjata terbaiknya. Dan aku juga sadar, bahwa pendidikan di Indonesia masi butuh perhatian lebih. Maka dari itu, aku ingin mengajak orang-orang baik lainnya untuk berbuat baik lebih banyak lagi. Karena kalau tidak dimulai dari kita, siapa lagi?
0 notes