#Apresiasi KKM
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah, Apresiasi KKM Ciptakan Wisata Religi Syekh Nawawi Al Bantani
Serang, bidiktangsel.com – Sebanyak 25 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) selesai melakukan kuliah kerja mahasiswa (KKM) selama 50 hari di Kecamatan Tanara. Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah mengapresiasi dan berterima kasih karena para mahasiswa telah membantu pemerintah daerah dalam menciptakan wisata Religi Syekh Nawawi Al Bantani. Penarikan para mahasiswa untuk Kembali ke kampus UGM,…
View On WordPress
0 notes
Text
terlatih patah hati
bukan karena cowo, tapi karena esai gue engga juaraaa. :') PERINGKAT 4 COK, beda 1 poin sama si peringkat 3. Apa gak nyesek tuh.
Gue abis mengikuti lomba esai kritis bertemakan hilirisasi dalam kerangka hukum pertambangan (yang bisa gue analogikan seperti hutan belantara yang gak gue pahami sama sekali isinya apa sebelumnya). Esai ini ditulis sebanyak 5 halaman isi dan 2 halaman daftar pustaka, pake banyak keluh-kesah (apresiasi buat roommate gue alias adek gue yang kupingnya ya mau gak mau harus selalu denger gue meracau selama proses pengerjaan esai ini) dan waktu tidur di hari terakhir pengumpulan yang terkuras karena gue procrastinate terus (alhasil kerjaan numpuk di akhir). Ngerjainnya butuh seminggu lebih. Tujuh hari ngumpulin niat dan riset, 4 hari-an ngetiknya. Tentu, lebih banyak waktu yang terbuang untuk sekadar ngumpulin niat.
Ekspektasi gue cukup tinggi sih dari awal. Si amatir berasa professor kali ya, bangga bener berhasil ngelarin esai tentang regulasi di bidang hukum yang gak pernah dia sentuh sebelumnya. HAHA IYA LAH. Perjuangan nih baca UU Minerba dan peraturan turunannya yang bikin ruwet.
Tapi pas hari ini pengumuman pemenang lewat email, tau-taunya yang diterima "Maaf, kamu belum menang..." Clownery. Kurang lebih ini isi otak gue pas baca email dari panitia: "Sedih sih, tapi mewek gak ya..., gak ah cengeng lo. Tapi gue kecewa berat anjinggg!!!?"
Ini rangkaian nilai yang gue dapet dari 3 juri. Juri 1 kasih 83, Juri 2 ngasih 95, dan Juri 3 ngasih 68. Sama, gue juga berasa ganjil pas bacanya. Gimana ceritanya 1 juri berpendapat esai gue hampir perfect sampe-sampe ngasi 95, sedangkan yang satu lagi beranggapan esai gue bahkan gak layak dapet nilai setara dengan KKM anak SMA (patokannya 75 lah,).
Gue penasaran dong sebenernya gue di peringkat berapa sih kalo nilai gue dijejerin sama nilai peserta yang lain. Karena yang gue terima di e-mail hanyalah borang penilaian untuk esai gue aja, tanpa ada tertulis gue peringkat berapa dari sekian peserta.
Setelah merepotkan panitia (HAHA maaf ya gais, tapi gue tau kalian buat kan peringkatnya or at least daftar nilai semua peserta karena gue juga pernah di posisi kalian and that's what I do along with other committees), akhirnya gue dikasih deh tuh daftar nilai seluruh peserta. Turns out gue ada di peringkat 4. Semuanya karena ada si angka skakmat ini, 68. Yang bisa gue banggain adalah angka 95 yang gue terima dari Juri 2 itu angka tertinggi yang dikasih oleh Juri 2 ke peserta. HIHI now that's something to be happy about right! Tadinya gue udah nge-down banget, tapi pas tau nilai keseluruhan gue anjlok cuma karena si Juri 3, gue bisa hepi dikit lah.
Ini salah satu attempt gue untuk let it all out. Sebenernya I can do the cursing here, the complaining and whatsoever but your girl needs a little of self control juga. So yeaaah, that's that for today. YANG JELAS artinya esai gue, of course, has room for improvements, but it is not that bad at all. That 95 right there helps boost my confidence for academic writing. Should try for another writing competition, shouldn't I? :)
P.S. Gue bingung lu kenapa jadi positif bener Vin asli. Shut up and complete your to-do-list!!!
0 notes
Text
Kamu mau jadi apa nanti kalau sudah besar?
Entah kenapa terlintas kembali di benak saya pertanyaan pada judul diatas. Rasanya sudah sangat lumrah bagi para orang tua di negara-negara Asia terutama di Indonesia untuk menanyakan kepada anak-anak mereka, “Nak, nanti kalau kamu sudah besar mau jadi apa?” Benar tidak, Pak, Bu? (walaupun saya juga tahu bahwa pembaca blog saya rata-rata memang bukan berkisar dari umur-umur tersebut, but anyways..)
Dokter merupakan salah satu profesi favorit yang digadang-gadangkan para orang tua karena prestisenya dan efeknya pada strata sosial mereka. Tidak apa menjadi dokter atau bahkan presiden, bermimpi itu gratis kok. Bermimpilah setinggi langit. Yang menjadi polemik dalam hal tersebut adalah sebagian besar orang tua tidak mengajarkan anak-anaknya untuk bercita-cita menjadi ‘dokter yang jujur’ atau ‘presiden yang anti makan uang rakyat’, yang penting anak saya ‘jadi orang’. Benar sih, ‘jadi orang’ tapi apa nama saja cukup? Tidak perlu satu-dua contoh saya berikan, cukup duduk dan perhatikan saja berita yang sili berganti ditampilkan di tv-tv. Di jaman yang serba instan ini rasanya bukan hanya penanaman prospek pekerjaan saja yang harus ditanamkan, prospek mentalpun sama pentingnya. Kesuksesan dan gelar atau kedudukan saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan mental yang kuat, hasilnya? Yaa, anda lihat sendiri di berita-berita itu. Malu, Pak, Bu. Dikutip dari sumber https://m.tempo.co/read/news/2016/01/27/063739957/ini-daftar-peringkat-korupsi-dunia-indonesia-urutan-berapa, Indonesia masih berada di bawah rata-rata skor persepsi dunia terhadap transparansi pengelolaan dananya, yang berarti negara kita benar masih membutuhkan pembenahan. Tidak perlu muluk-muluk membuat perubahan kecil untuk bangsa kita, mulailah dengan anak-anak kita sendiri. Hargai mereka. Terkadang, mereka hanya butuh penghargaan saja. Hasil memang penting, tapi effort dan kejujuran sama pentingnya. Dorong mereka untuk maju, tapi jangan hanya fokus pada hasilnya saja. Tidak usah jauh-jauh, pada ujian saja, saya yakin tidak sedikit anak bangsa yang akhirnya memilih menyerah pada usahanya dan bergantung pada selembar kunci jawaban yang mereka beli yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan sesat atau tidaknya jawaban tersebut. Kenapa? karena memang tidak bisa dipungkiri lagi, mayoritas orang tua di Indonesia sangat menuntut hasil tanpa peduli bagaimana anak tersebut terkulai dan jatuh bangun sebelum hasil indah tersebut keluar.
Mungkin salah satu faktor paling berpengaruh lain yang ingin coba saya sosialisasikan adalah kesadaran para orang tua akan beragamnya jenis kecerdasan setiap anak dan apresiasi atasnya yang masih sangat kurang. Pak, Bu, mendapat 100 dalam ulang matematika memang luar biasa, tapi menang lomba menyanyi tingkat kecamatan juga sama hebatnya kok? Apa semua anak bernilai di bawah KKM pada subject matematika bodoh? Jangan bohong, pasti jawabannya “bisa jadi,” Tidak apa kok, Bu, Pak berpikir seperti itu, di Indonesia multi intelligence memang belum ‘hits-hits’ banget. Mungkin singkatnya bisa anda cari di search engine manapun yang anda suka dengan kata kunci “kecerdasan”, tapi mungkin sedikit pesan saya adalah cobalah untuk membuka cakrawala pemikiran Bapak dan Ibu mengenai apa itu definisi dari kata cerdas? Mungkin secara akademis anak-anak Ibu atau Bapak belum seperti yang Bapak dan Ibu harapkan, mungkin seterusnya pun akan seperti itu, tapi mungkin di satu dan hal lainnya, anak anda jauh lebih unggul daripada juara kelas yang selalu Bapak, Ibu bandingkan dengannya.
Dari beberapa pemikiran saya diatas, saya ingin meluruskan saja bahwa tidak ada maksud saya sedikitpun untuk mengomentari apalagi mencoba menggurui cara parenting yang baik karena kembali lagi, saya hanyalah seorang pelajar biasa yang baru kemarin mendapatkan kartu kependudukannya dan diakui oleh negara sebagai individu yang legal. Tapi dari semua ini, saya hanya ingin mengajak Bapak dan Ibu untuk ikut andil membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik, bangsa yang berpendirian dan mental yang tahan banting. Karena kalau kata mama saya, “pintar saja tidak cukup, Kak, harus cerdas juga,”
Yaa mungkin sekian dulu sedikit dari saya, semoga apa yang saya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, mohon maaf jika saya ada kesalahan dalam penulisan atau apapun yang menyangkut di hati,
Dengan hormat,
Rischa Indira
Pelajar program pertukaran AFS di Rusia.
8 notes
·
View notes
Photo
Satu Lagi, Sekolah di Malang yang Terapkan Full Day School
MALANGTODAY.NET - Wacana full day school nampaknya sudah banyak diterapkan beberapa sekolah kenamaan di Kota Malang. Satu yang paling baru adalah SMK 3 PGRI yang mulai menerapkan program ini pada semester genap yang dimualai per Januari ini. Kepala SMK PGRI 3 Kota Malang, Lukman Hakim mengatakan, pelaksanaan program ini sebenarnya sudah direncanakan jauh hari sebelum adanya wacana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Setiap persiapan untuk sarana dan prasarana pun sudah disiapkan sejak satu tahun terakhir. "Sejak masuk hari pertama kemarin, full day school sudah berjalan," katanya pada Media beberapa saat lalu. Menurutnya, dengan adanya program ini, maka porsi jam belajar siswa masih sama, dan tudak berubah. Dalam senin sampai jumat, siswa akan menempuh pelajaran selama 54 jam sebagaimana ketentuan. Sedangkan pada hari sabtu, siswa akan dibebaskan untuk berinovasi dan berkarya dengan mengikuti program ekstrakurikuler wajib dan tidak wajib. "Jam masuk mulai pukul 06.50 WIB sampai 16.50 untuk hari senin sampai kamis, kemudian Jumat pulangnya pukul 11.20. Sedangkan sabtu ekstrakurikuler wajibnya mulai dari pukul 07.00 WIB sampai 09.00 WIB," tambahnya. Tak hanya itu, lanjutnya, di hari sabtu, juga dilakukan pendampingan kepada siswa yang memiliki nilai KKM rendah. Pendampingan dilakukan oleh setiap guru sampai dengan pukul 15.00 WIB. Menururnya, program yang mendapat apresiasi dari siswa dan orangtua siswa tersebut lebih mengacu pada peningkatan prestasi dan kreativitas masing-masing siswa. Karena dalam full day school, siswa memiliki ruang untuk mengekspresikan kemampuannya. "Jadi kami optimis siswa akan semakin berprestasi dengan adanya program ini," tambah pria ramah ini. Selain itu, menurutnya program ini juga menjadi salah satu upaya untuk mengimplementasikan kebutuhan jam belajar siswa. Pasalnya, pemerintah Provinsi Jawa Timur menghendaki angka kelulusan SMK meningkat. Atau minimal hanya lima persen saja siswa yang gagal UN tahun ini. Dia menyebutkan, jam pelajaran untuk mata pelajaran utama Ujian Nasional seperti Bahas Indonesia, Matematika, dan Bahas Inggris porsinya ditambah. Untuk bahasa inggris yang semula hanya tiga jam menjadi enam jam, selanjutnya matematika saat ini menjadi sembilan jam dari yang awalnya tiga jam. "Untuk Bahasa Indonesia masih sama tidak ada perubahan, tiga jam," tuturnya.
Source : http://malangtoday.net/malang-raya/satu-sekolah-malang-terapkan-full-day-school/
MalangTODAY
0 notes