#AngkringanTheSeries
Explore tagged Tumblr posts
Text
Angkringan The Series: Makanannya ringan, ngobrolnya berat
Hello guys!
Ini blog ibarat rumah tua yang udah banyak sarang laba-laba sana sini kali ya.
Untuk postingan comeback gw, akan dimulai dengan hal-hal ringan dulu. Hmmm. Enaknya ngomongin film dulu deh.
Oke kali ini gw akan membahas tentang “Angkringan the Series” yang dapat ditonton di Mola TV. Dari judulnya udah jelas ya kalau lokasi utamanya adalah angkringan dengan menonjolkan makanan sinematis. Series yang diproduksi oleh Lifelike Pictures ini menunjukkan bahwa the A-game mereka adalah film yang bertemakan kuliner. Pasti pada inget kan sama film “Tabula Rasa” (2014)? Kalau belum nonton, ada di Netflix tuh. Menurut gw, belum ada production house Indonesia lain yang berani mengambil tema besar kuliner atau makanan. Kalau film “Aruna dan Lidahnya” dari Palari Films masih kurang detail dalam pengambilan gambar makanan dan dari segi cerita kurang menonjolkan makna dari makanan.
The Cast
Untuk Sutradara, Lifelike Pictures masih memilih Adriyanto Dewo menyutradarai “Tabula Rasa” juga. Pemilihan castingnya juga variatif dari yang senior dan terkenal banget, seperti Dwi Sasono, Dayu Wijanto, dan Teuku Rifnu Wokana sampe artis-artis baru yang berbakat seperti Aurora Ribelo dan Arawinda Kirana. Bagi yang sering lihat Morgan Oey, di sini dia mengambil karakter yang berbeda dan lebih berani dari film-film yang dibintangi sebelumnya.
Gw acungi jempol untuk pemilihan Dwi Sasono sebagai Pak Dedi. Tanpa mengurangi rasa hormat, terlihat ada timing yang pas dimana Dwi Sasono (CMIIW) baru beres rehabilitasi sebelum dia mulai syuting. Menurut gw gak sembarang orang bisa meranin Pak Dedi. Dan pengalaman Dwi Sasono memperkuat karakter Pak Dedi tanpa terlihat berusaha keras.
The Story
Serial ini berceritakan tentang pembeli di angkringan yang curhat pada sang penjual yaitu Pak Dedi (diperankan oleh Dwi Sasono). Kalau liat dari komen netijen sih, serial ini terinspirasi dari “Midnight Diner”. Gw belum nonton sih serialnya.
Ada dua cerita pada serial ini yaitu dari para pembeli dan cerita Pak Dedi sendiri yang diselipkan di setiap awal episode. Pengemasan cerita tentang Pak Dedi sendiri sangat apik, padat, dan dalam. Dalam waktu yang singkat, penonton disuguhkan konflik batin dari Pak Dedi yang ditinggalkan oleh anak dan istrinya karena dia dulunya preman. Cerita tentang Pak Dedi sendiri menggunakan alur maju mundur seperti film-film Christopher Nolan. Tanpa banyak dialog, penonton dapat mengetahui siapa Pak Dedi, seberapa berat ditinggal keluarga, dan bagaimana kerinduan tiap hari untuk bertemu kembali dengan keluarganya. Layaknya angkringan yang sederhana, tujuan Pak Dedi membuat angkringan pun sederhana juga yaitu siapa tahu dapat bertemu kembali dengan anak dan istrinya karena lokasi angkringan berada di dekat terminal bus waktu mereka pergi.
Oh ya, gw saranin isi perut dulu sebelum nonton karena judul-judul episodenya bikin laper.
E01: PAHIT SEGELAS KOPI
E02: CAMPUR ADUK STMJ
E03: REMAJA INTERNET
E04: SESISIR PISANG
E05: HANGAT SEKOTENG
E06: SEPIRING NASI GORENG
Meskipun nama-nama makanannya terlihat sederhana, tetapi sinematografi penyajian masakan berkelas tanpa menghilangkan sisi kearifan lokal. Selain makanan, ada curhatan pelanggan yang disajikan dengan berbagai tema dari yang drama keluarga, supir truk, sampe action. Iya guys, ada scene berantem Zack Lee di salah satu episode. Bagi gw, ada makna tersendiri penyusunan urutan episode. Misalnya untuk episode pembuka, ya typical orang Indonesia kalau baru kenal dimulai dengan ngopi-ngopi dulu kan. Terus di episode terakhir sengaja dikasih nasi goreng karena makanan di episode sebelumnya ringan-ringan, jadi di episode terakhir diberi makanan yang berat supaya kenyang di ending. One more thing, paling suka pilihan musik jazz untuk opening theme. Meskipun terlihat anomali, tapi justru yang ini bikin menarik.
Will be looking forward for the next season or the next culinary movie from Lifelike Pictures.
(Sumber gambar: Mola.tv)
0 notes