Tumgik
#Adzan dan Qamat
salafiyyin · 3 years
Text
Artikel Islami : [Bag. 04] Tuntunan Untuk Menunaikan Adzan Dan Qamat
Artikel Islami : [Bag. 04] Tuntunan Untuk Menunaikan Adzan Dan Qamat
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib   رحمه الله   TUNTUNAN UNTUK MENUNAIKAN ADZAN DAN QAMAT Karena Adzan dan Qamat itu adalah ibadah, maka harus ditunaikan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala bersih dari unsur syirik, serta harus mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam dan bersih dari bid’ah atau penyimpangan dari tuntunan Nabi Muhammad shallallahu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
brosurmta · 4 years
Text
Shalat (ke-3)
Orang yang mendapatkan satu rekaat pada waktunya berarti dia mendapatkan shalat itu.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ مِنَ الصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ الصُّيْحَ، وَ مَنْ اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ اْلعَصْرِ قَبْلَ اَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ اْلعَصْرَ. الجماعة
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa mendapatkan satu rekaat dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah mendapatkan Shubuh itu (keseluruhannya). Dan barangsiapa mendapatkan satu rekaat dari shalat ‘Ashar sebelum matahari terbenam, maka berarti dia telah mendapatkan ‘Ashar itu (keseluruhannya)”. [HR. Jama’ah]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَدْرَكَ مِنَ اْلعَصْرِ سَجْدَةً قَبْلَ اَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ اَوْ مِنَ الصُّبْحِ قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَهَا. احمد و مسلم و النسائى و بن ماجه
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang mendapatkan satu sujud dari shalat ‘Ashar sebelum matahari terbenam, atau (satu sujud) dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah mendapatkan shalat itu (keseluruhan)”. [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Ibnu Majah]
Keterangan :
Yang dimaksud “satu sujud”, disini ialah : satu rekaat.
Harus menjaga waktu shalat
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: سَيَكُوْنُ عَلَيْكُمْ بَعْدِى اُمَرَاءُ تُشْغِلُهُمْ اَشْيَاءُ عَنِ الصَّلاَةِ لِوَقْتِهَا. فَصَلُّوا الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اُصَلّى مَعَهُمْ؟ قَالَ: نَعَمْ، اِنْ شِئْتَ. ابو داود و روى احمد مثله ايضا
Dari ‘Ubadah bin Shamit, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan datang nanti (suatu masa) penguasa yang memerintah kamu, mereka itu disibukkan oleh berbagai urusan, sehingga melalaikan shalat dari waktunya. Oleh karena itu, hendaklah kamu kerjakan shalat itu pada waktunya. Lalu ada seorang yang bertanya, “Ya Rasulullah, (bolehkah) aku shalat bersama mereka ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Boleh, apabila engkau mau”. [HR. Abu Dawud, dan Ahmad meriwayatkan seperti itu juga]
عَنْ اِبِى ذَرّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كَيْفَ اَنْتَ اِذَا كَانَتْ عَلَيْكَ اُمَرَاءُ يُمِيْتُوْنَ الصَّلاَةَ اَوْ يُؤَخّرُوْنَ الصَّلاَةَ عَنْ وَقْتِهَا؟ قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِى؟ قَالَ: صَلّ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا. فَاِنْ اَدْرَكَتَهَا مَعَهُمْ فَصَلّ فَاِنَّهَا لَكَ نَافِلَةٌ. و فى رواية: فَاِنْ اُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ وَ اَنْتَ فِى اْلمَسْجِدِ فَصَلّ. و فى اخرى: فَاِنْ اَدْرَكَتْكَ (يَعْنِى الصَّلاَةُ) مَعَهُمْ فَصَلّ وَ لاَ تَقُلْ: اِنّى قَدْ صَلَّيْتُ فَلاَ اُصَلّى. احمد و مسلم و النسائى
Dari Abu Dzarr, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, “Bagaimanakah (sikap)mu kalau diperintah oleh penguasa-penguasa yang mematikan shalat atau yang mengakhirkan shalat (sehingga keluar) dari waktunya ?”. Aku bertanya, “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku ya Rasulullah ?”. Beliau SAW menjawab, “Kerjakanlah shalat itu pada waktunya, kemudian apabila kamu mendapatinya bersama mereka, maka shalatlah, karena seseungguhnya shalat itu bagimu sebagai sunnah”. Dan dalam satu riwayat dikatakan, “Kemudian apabila didirikan shalat, sedang kamu berada di masjid, maka shalatlah”. Dan dalam satu riwayat lain dikatakan, “Kemudian apabila kamu mendapatkan shalat itu bersama mereka, maka shalatlah, dan jangan kamu berkata : Sesungguhnya aku sudah shalat. Oleh sebab itu sekarang aku tidak shalat lagi”. [HR. Ahmad, Muslim dan Nasai]
Mengerjakan shalat di luar waktu karena lupa.
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلّهَا اِذَا ذَكَرَهَا. لاَ كَفَّارَةَ لَهَا اِلاَّ ذلِكَ. متفق عليه
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW telah bersabda, Barangsiapa lupa satu shalat, maka shalatlah ketika ia ingat. Tidak ada kafarat untuknya melainkan itu”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
و لمسلم اِذَا رَقَدَ اَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ اَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلّ اذَا ذَكَرَهَا، فَاِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ: اَقِمِ الصَّلاَةِ لِذِكْرِى
Dari Muslim, dikatakan, “Apabila salah seorang diantara kamu tidur dan belum shalat atau lupa shalat, maka shalatlah ketika ia ingat. Karena Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman : Dirikanlah shalat kerena ingat kepada-Ku”.
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ قَالَ: ذَكَرُوْا لِلنَّبِيّ ص نَوْمَهُمْ عَنِ الصَّلاَةِ فَقَالَ: اِنَّهُ لَيْسَ فِى النَّوْمِ تَفْرِيْظٌ. انَّمَا التَّفْرِيْظُ فِى اليَْظَةِ. فَاِذَا نَسِيَ اَحَدُكُمْ صَلاَةً اَوْ نَامَ عَنْهَا فَلْيُصَلّهَا اِذَا ذَكَرَهَا. النسائى و الترمذى و صححه
Dari Abu Qatadah, ia berkata : (Shahabat-shahabat) menceritakan kepada Nabi SAW tentang tertidurnya mereka dari mengerjakan shalat, lalu Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam tidur itu tidak ada keteledoran, karena (yang dinamakan keteledoran) itu hanyalah dalam keadaan jaga. Oleh karena itu apabila salah seorang diantara kamu lupa shalat atau tertidur, maka shalatlah ketika ingat”. [HR. Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya]
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ فِى قِصَّةِ نَوْمِهِمْ عَنْ صَلاَةِ اْلفَجْرِ قَالَ: ثُمَّ اَذَّنَ بِلاَلٌ بالصَّلاَةِ فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى الغَدَاةَ فَصَنَعَ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ كُلَّ يَوْمٍ. احمد و مسلم
Dari Abu Qatadah tentang kisah tidur mereka dan belum shalat Shubuh, ia berkata :Kemudian Bilal adzan untuk shalat Shubuh itu, lalu Rasulullah SAW shalat (sunnah) dua rekaat. Kemudian beliau shalat Shubuh. Maka beliau berbuat sebagaimana yang biasa diperbuat setiap hari”. [HR. Ahmad dan Muslim]
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سَرَيْنَا مَعَ النَّبِيّ ص فَلَمَّا كَانَ فِى آخرِ اللَّيْلِ عَرَّسْنَا فَلَمْ نَسْتَيْقِظْ حَتَّى اَيْقَظْنَا حَرُّ الشَّمْسِ .... فَجَعَلَ الرَّجُلُ مِنَّا يَقُوْمُ دَهِسًا اِلَى طُهُوْرِهِ. قَالَ: فَاَمَرَهُمُ النَّبِيُّ ص اَنْ يَسْكُتُوْا ثُمَّ ارْتَحَلْنَا فِسِرْنَا حَتَّى اِِذَا ا��ْتَفَعَتِ الشَّمْسُ تَوَضَّأَ ثُمَّ اَمَرَ بلاَلاً فَاَذَّنَ ثُمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ اْلفَجْرِ، ثُمَّ اَقَامَ فَصَلَّيْنَا. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ الله، اَلاَ نُعِيْدُهَا فِى وَقْتِهَا مِنَ اْلغَدِ؟ فَقَالَ: اَ يَنْهَاكُمْ رَبُّكُمْ تَعَالَى عَنِ الرّبَا وَ يَقْبَلُهُ مِنْكُمْ؟ احمد فى مسنده
Dari ‘Imran bin Hushain, ia berkata : Kami pernah bepergin bersama Rasulullah SAW, maka tatkala waktu sudah akhir malam, kami tidur, kemudian kami tidak bangun hingga kami dibangunkan oleh panasnya matahari. Maka salah seorang diantara kami bangun dan pergi mengambil air wudlu dengan keadaan bingung. ‘Imn bin Hushain berkata : Lalu Nabi SAW memerintahkan mereka supaya tenang. Kemudian kami meninggalkan tempat itu, lalu berjalan hingga matahari sudah tinggi, lalu Nabi SAW berwudlu, kemudian menyuruh Bilal supaya adzan, kemudian Nabi SAW shalat dua rekaat qabliyah Shubuh kemudian setelah itu Bilal qamat, maka kami pun shalat. Lalu mereka bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kami tidak perlu mengulangi shalat Shubuh besok pada waktunya ?”. Nabi SAW bersabda, “Apakah Tuhanmu yang melarang kamu melakuka riba, lalu Dia menerimanya dari kamu sekalian ?”. [HR. Ahmad, dalam musnadnya]
Tertib dalam mengerjakan shalat, walaupun dikerjak di luar waktunya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ عُمَرَ جَاءَ يَوْمَ اْلخَنْدَقِ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ وَ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا كِدْتُ اُصَلّي اْلعَصْرَ حَتَّى كَادَتِ الشَّمْسُ تَغْرُبُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: وَ اللهِ، مَا صَلَّيْتُهَا. فَتَوَضَّأَ وَ تَوَضَّأْنَا فَصَلَّى اْلعَصْرَ بَعْدَ غَرَبَتِ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا اْلمَغْرِبَ. متفق عليه
Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa ‘Umar dating pada hari perang Khandaq setelah matahari terbenam, lalu ia mencaci orang-orang kafir Quraisy sambil berkata, “Ya Rasulullah, saya hammpir tidak dapat mengerjakan shalat ‘Ashar, hingga matahari terbenam”. Kemudian Nabi SAW menjawab, “Demi Allah, aku belum mengerjakannya !”. Lalu Nabi SAW berwudlu dan kami pun berwudlu. Kemudian beliau shalat ‘Ashar setelah matahari tebenam. Kemudian sesudah itu beliau shalat Maghrib. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ قَالَ: حُبِسُنَا يَوْمَ اْلخَنْدَقِ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى كَانَ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ بِهَوِيّ مِنَ اللَّيْلِ كُفِيْنَا وَ ذلِكَ قَوْلُ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ (وَ كَفَى اللهُ اْلمُؤْمِنِيْنَ اْلقِتَالَ وَ كَانَ اللهُ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ) قَالَ: فَدَعَا رَسُوْلُ اللهِ ص بَلاَلاً فَاَقَامَ الظُّهْرَ فَصَلاَّهَا فَاَحْسَنَ صَلاَتَهَا كَمَا كَانَ يُصَلّيْهَا فِى وَقْتِهَا. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ اْلعَصْرَ فَصَلاَّهَا فَاَحْسَنَ صَلاَتَهَا كَمَا كَانَ يُضَلّيْهَا فِى وَقْتِهَا. ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ اْلمَغْرِبَ فَصَلاَّهَا كَذلِكَ قَالَ: وَ ذلِكَ قَبْلَ اَنْ يُنْزِلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ فِى صَلاَةِ اْلخَوْفِ، فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً اَوْ رُكْبَانًا. احمد و النسائى و لم يذك المغرب.
Dari Abu Sa’id, ia berkata : Kami pernah terhalang pada hari peperangan Khandaq, sehingga tidak dapat mengerjakan shalat, hingga sudah Maghrib, waktu telah menjelang malam. Lalu kami selesai. Dan itulah firman Allah ‘Azza wa Jalla yang mengatakan (Dan Allah telah selamatkan orang-orang mu’min dari berperang, karenaitu Yang Maha Kuat dan Gagah – Al-Ahzaab : 25) Abu Sa’id berkata : Kemudian Rasulullah memanggil Bilal, lalu Bilal qamat untuk shalat Dhuhur, kemudian Nabi SAW shalat Dhuhur dan beliau memperbagus shalatnya itu, sebagaimana beliau mengerjakannya pada waktunya. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh Bilal supaya qamat, maka Bilal pun qamat untuk shalat ‘Ashar. Kemudian Nabi SAW shalat ‘Ashar dan beliau baguskan shalatnya itu sebagaimana beliau mengerjakan pada waktunya. Kemudian Nabi SAW menyuruh Bilal supaya qamat, maka Bilal pun qama untuk shalat Maghrib. Kemudian Nabi SAW mengerjakan shalat seperti itu juga. Abu Sa’id berkata : Yang demikian itu adalah sebelum Allah menurunkan firman-Nya tentang shalat khauf, yaitu : Tetapi jika kamu takut, maka (kerjakanlah shalat) dengan berjalan kaki atau berkendaraan (Al-Baqarah : 239)”.  [HR. Ahmad dan Nasaiy, tetapi Nasaiy tidak menyebutkan “shalat maghrib”]
 
Bersambung……….
0 notes
belajarislamonline · 7 years
Photo
Tumblr media
Adzan dan Iqamat
Adzan artinya pemberitahuan tentang telah datang waktu shalat, dan lafadhnya adalah:
Allahu Akbar (4 kali), Asyhadu an La Ilaha Illallah (2 kali), Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali), Hayya ‘alas shalah (2 kali), Hayya ‘alal falah (2 kali), Allahu Akbar (2 kali), La Ilaha Illallah (1 kali).
sedang iqamat dengan menambahkan kalimat: Qad qamatis shalah (2 kali) setelah kalimat: Hayya ‘alal falah.
Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Hukum keduanya wajib di masjid menurut Imam Malik dan fardhu kifayah menurut Imam Ahmad.
Disunnahkan bagi yang mendengar adzan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan: Hayya ‘Alas Shalah dan Hayya ‘alal falah yang dijawab dengan La Haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim, kemudian bershalawat atas Nabi sesudah adzan dan mengucapkan:
 اللهمَّ ربَّ هذهِ الدعوةِ التامَّةِ والصلاةِ القائمةِ آتِ مُحمّداً الوسيلة والفضيلة، وابعثه مقاماً محموداً الذي وعدته
“Ya Allah Pemiliki panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan.” (HR. Al Bukhari)
Disunnahkan berdoa di antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini adalah yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi waqqash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa yang membaca do’a ini ketika mendengar mu’adzzin:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا غَفر الله له ذُنوبه
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan seseungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusaNya, aku rela Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agamaku”. Maka diampuni dosanya. (HR. Muslim)
Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan. Disunnahkan bagi yang mendengar qamat untuk mengucuapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat mengucapkan  قد قامت الصلاة
Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak maka adzan untuk shalat pertama dan qamat untuk setiap shalat.
Diperbolehkan berbicara, dll antara qamat dan shalat, dan tidak mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As Sunnah seperti dalam riwayat dari Anas,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَعَرَضَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَحَبَسَهُ بَعْدَ مَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ
“Ketika iqamah telah dikumandangkan, Nabi dihampiri oleh seorang laki-laki hingga menghalanginya dari menunaikan shalat.” (HR. Bukhari No.607)
Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa jika melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/03/06/adzan-dan-iqamat/
0 notes
tanyajawabkajian · 7 years
Text
Pertanyaan: Assalaamu 'alaikum ustadz, saya seorang wanita, pekerjaan sebagai guru yang jarak tempuh antara rumah dan tempat kerja (sekolahan) kurang lebih 60 km. Pada hari biasa, Senin-Kamis dan Sabtu biasanya shalat antara Dhuhur dan 'Ashar saya jama' dan qashar. Kemudian apabila pada hari Jum'at apakah saya boleh menjama' dan qashar Dhuhur dengan 'Ashar, ustadz?
Majlis Ilm, [01.11.17 13:50]
#tanya_jawab 011117 https://t.me/majlisilm
✍️ Menjama' Serta Menqashar Shalat Dzuhur Dan Ashar Pada Hari Jum'at Bagi Seorang Wanita ✍️
Jawab:
Wa 'alaikumus salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Dalam hal ini dikalangan kaum muslimin ada 2 pendapat.
Pendapat pertama, memahami bahwa shalat Jum'at itu wajib bagi semua orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan tidak ada riwayat Nabi menjama' antara shalat Jum'at dengan shalat 'Ashar. Firman Allah SWT :
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْآ اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلوٰةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْآ اِلىٰ ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ، ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الجمعة: 9
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [QS. Al-Jum'ah : 9]
Ayat ini diawwali dengan harfun nida'(kata seru) "yaa ayyuhalladziina aamanuu" (hai orang-orang yang beriman). Dan yang diseru adalah jama' mudzakkar (orang laki-laki banyak). Namun tujuan yang diseru adalah orang banyak, baik laki-laki maupun perempuan, sebagaimana juga dalam firman Allah QS. Al-Baqarah : 183 dan ayat-ayat lain yang dimulai dengan "yaa ayyuhalladziina aamanuu". Memang ada hadits yang mengecualikan wanita tidak termasuk yang wajib Jum'atan tetapi haditsnya lemah, sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ تَمِيْمِ الدَّارِيّ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْجُمُعَةُ وَاجِبَةٌ اِلاَّ عَلَى امْرَأَةٍ اَوْ صَبِيّ اَوْ مَرِيْضٍ اَوْ عَبْدٍ اَوْ مُسَافِرٍ. الطبرانى، فى المعجم الكبير 2: 51،
Dari Tamim Ad-Daariy, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Shalat Jum’at itu wajib, kecuali bagi wanita, anak-anak, orang sakit, hamba sahaya, atau musafir”. [HR. Thabarani, dalam Al-Mu’jamul Kabir juz 2, hal. 51, dlaif, karena di dalam sanadnya ada Al-Hakam bin ‘Amr, ia tertuduh dusta, dan Dlirash bin ‘Amr Al-Multiy, ia matruk]
Sedangkan tentang riwayat Nabi menjama' dan mengqashar shalat pada hari Jum'at ketika akan wuquf, itu adalah kekhususan bagi orang yang akan melaksanakan wuquf.
Ada juga hadits shahih tentang pengecualian wanita dalam shalat Jum'ah tersebut, tetapi tidak wajibnya adalah Jum'atan dengan berjama'ahnya, sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ اَبِى مُوْسَى عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلّ مُسْلِمٍ فِى جَمَاعَةٍ اِلاَّ اَرْبَعَةً: عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ اَوْ امْرَأَةٌ اَوْ صَبِيٌّ اَوْ مَرِيْضٌ. الحاكم، فى المستدرك 1: 425، هذا حديث صحيح على شرط الشيخين
Dari Thariq bin Syihab, dari Abu Musa, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Shalat Jum’at adalah wajib atas setiap orang Islam dengan berjama’ah, kecuali empat golongan : hamba sahaya, wanita, anak-anak dan orang yang sakit”. [HR. Hakim, dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 425, ini hadits shahih atas syarat Bukhari Muslim]
Dengan demikian kewajiban shalat Jum'at adalah bagi orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga pada hari Jum'at tidak ada tuntunannya menjama' dan mengqashar antara shalat Jum'at dengan shalat 'Ashar.
Pendapat kedua, membolehkan wanita tidak Jum'atan, karena adanya hadits pengecualian bagi wanita, anak-anak, orang sakit, hamba sahaya dan musafir, sebagaimana riwayat Thabarani dalam Al-Mu'jamul Kabir di atas. Karena tidak wajib Jum'at, sehingga hukumnya kembali ke asal, yakni melaksanakan shalat Dhuhur, sedangkan shalat Dhuhur dan 'Ashar boleh dijama' dan diqashar. Ditambah dengan adanya riwayat bahwa Nabi SAW menjama' dan mengqashar shalat pada hari Jum'at, yaitu ketika akan melaksanakan wuquf sebagaimana hadits riwayat Muslim sebagai berikut :
Pada hari tarwiyah (tanggal delapan Dzul Hijjah), orang-orang sama berangkat menuju ke Mina dan berihram hajji. Rasulullah SAW pun segera menaiki untanya. Beliau di Mina shalat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isyak dan Shubuh. Kemudian menunggu sebentar sehingga matahari terbit. Beliau lalu menyuruh untuk didirikan tenda di Namirah. Kemudian beliau meneruskan perjalanan. 
Pada saat itu orang-orang Quraisy menganggap bahwa Rasulullah SAW akan berhenti di Masy’aril Haram (sebuah bukit yang terletak di Muzdalifah) seperti yang dahulu dilakukan oleh orang-orang Quraisy pada jaman jahiliyah. Namun anggapan mereka itu salah, ternyata beliau terus melewatinya sampai akhirnya tiba di ‘Arafah. Beliau sudah mendapati sebuah tenda yang telah dipersiapkan untuk beliau di Namirah. 
Kemudian beliau SAW singgah di tenda itu. Ketika matahari telah condong ke barat, beliau menyuruh supaya unta beliau dipersiapkan. Kemudian beliau menuju ke sebuah lembah yang disebut ‘Uranah. Di tengah-tengah lembah itulah beliau menyampaikan pidatonya di hadapan manusia. 
Beliau bersabda, “Wahai manusia. Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian adalah haram atas kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, dan bulan kalian ini dan negeri kalian ini. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya semua urusan jahiliyah yang pernah ada, di bawah dua tapak kakiku ini, sekarang telah dibasmi. Darah-darah jahiliyah sudah dihapus. Sesungguhnya darah yang aku hapus untuk pertama kalinya ialah darahnya Ibnu Rabi’ah bin Al-Harits. Dahulu, dia menyusu serta tumbuh dibesarkan di kalangan Bani Sa’ad, lalu dia dibunuh oleh orang-orang Hudzail. Riba yang berlaku di kalangan kaum jahiliyah juga sudah dihapus. Riba pertama di tengah-tengah kita yang aku hapus ialah riba yang pernah dipraktekkan oleh ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib. Sesungguhnya semua itu telah dihapus.
Takutlah kalian kepada Allah mengenai para wanita. Sebab sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanat Allah, dan menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka ialah, sekali-kali mereka tidak boleh membiarkan seorang laki-laki pun yang tidak kamu sukai menginjak tempat tidur kalian. Jika istri-istri itu berbuat demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan kewajiban kalian terhadap mereka ialah, kalian harus memberikan makan dan pakaian menurut yang patut. “Dan sungguh telah aku tinggalkan untuk kalian, apabila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat, yaitu Kitab Allah. Dan kelak kalian akan ditanya tentang diriku, lalu apa jawab kalian ?”. Orang-orang yang hadir itu menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, melaksanakan dan memberikan nasihat kepada kami”. Kemudian beliau SAW sambil berisyarat mengacungkan jari telunjuknya ke langit dan kepada orang banyak, beliau bersabda, “Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah !”. Kalimat itu beliau ulang-ulang sampai tiga kali.
Kemudian adzan, lalu qamat, kemudian beliau shalat Dhuhur, kemudian qamat, lalu beliau SAW shalat ‘Ashar. Dan diantara kedua shalat fardlu itu beliau tidak melaksanakan shalat sunnah apapun.
Setelah selesai shalat, kemudian Rasulullah SAW naik ke atas kendaraannya menuju ke tempat wuquf. Beliau jadikan perut untanya (Qashwaa’) rapat kepada batu gunung, dan beliau jadikan jalan yang di lalui orang-orang yang berjalan kaki berada di hadapan beliau, sambil tetap menghadap ke qiblat beliau wuquf di tempat itu sampai matahari terbenam, hilang kekuning-kuningan, sehingga benar-benar terbenam. [HR. Muslim juz 2, hal. 888]
Dan peristiwa tersebut terjadi pada hari Jum'at, sebagaimana diriwayatkan Bukhari :
عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رض اَنَّ رَجُلاً مِنَ اْليَهُوْدِ قَالَ لَهُ: يَا اَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُوْنَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ اْليَهُوْدِ نَزَلَتْ لَاتَّخَذْنَا ذٰلِكَ اْليَوْمَ عِيْدًا. قَالَ: أَيُّ آيَةٍ. قَالَ: اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ اَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَ رَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلَامَ دِيْنًا. قَالَ عُمَرُ: قَدْ عَرَفْنَا ذٰلِكَ اْليَوْمَ وَ الْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيْهِ عَلَى النَّبِيّ ص وَ هُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمْعَةٍ. البخارى 1: 16
Dari ‘Umar bin Khaththab RA, bahwasanya ada seorang laki-laki dari kaum Yahudi bertanya kepadanya, “Ya Amirul Mu’minin, ada satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, seandainya itu diturunkan pada kami kaum Yahudi, tentu kami akan menjadikan hari turunnya itu sebagai hari raya”. ‘Umar bertanya, “Ayat yang mana itu ?”. Orang Yahudi itu berkata (ayat yang artinya), “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridlai Islam menjadi agama bagimu”. ‘Umar berkata, “Sungguh aku mengerti hari itu dan tempat dimana ayat itu turun kepada Nabi SAW, yaitu ketika beliau sedang berdiri di ‘Arafah pada hari Jum’at”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 16]
Sehingga sekalipun hadits tentang pengecualian wanita, anak-anak, hamba sahaya, dan musafir itu haditsnya dla'if, tetapi dengan adanya riwayat bahwa Nabi pernah melakukan shalat jama' dan qashar di hari Jum'at berarti menjama' dan qashar shalat antara Dhuhur dan 'Ashar di hari Jum'at, boleh.
Walloohu a'lam.
0 notes
budi-okeng · 7 years
Text
Thought via Path
📋 *PANDUAN IDUL ADHA* Bagian 1 🎙 _*Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits Hafidzahullah*_ 🗒 Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du. 🎗 *Sunah-sunah Ketika di Lapangan.* _*ⓐ Mengeraskan bacaan takbir sampai imam datang (mulai shalat).*_ Dari Nafi كان ابنُ عُمر يـخرج يوم العيد إلى المصلى فيكبر ويرفع صوته حتى يَأتِي الإمام "Bahwa Ibnu Umar beliau mengeraskan bacaan takbir pada saat Idul Fitri dan Idul Adha ketika menuju lapangan, sampai imam datang." (HR. ad-Daruquthni dan al-Faryabi dan dishahihkan al-Albani) 🖇 Dari al-Walid, bahwa beliau bertanya kepada al-Auza’i dan Imam Malik tentang mengeraskan takbir ketika hari raya. Keduanya menjawab: "Ya, boleh. Abdullah bin Umar mengeraskan takbir ketika Idul Fitri sampai imam keluar." (HR. Al-Faryabi) _*ⓑ Tidak ada adzan dan qamat ketika hendak shalat.*_ Dari Jabir bin samurah radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan: صليت مع رسول الل�� -صلى الله عليه وسلم- العيدين غير مرة ولا مرتين بغير أذان ولا إقامة "Saya shalat hari raya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa kali, tidak ada adzan dan iqamat." (HR. Muslim) 🖇 Ibnu Abbas dan jabir bin Abdillah mengatakan: "Tidak ada adzan ketika Idul Fitri dan tidak juga Idul Adha." (HR. Bukhari dan Muslim) _*ⓒ Tidak ada shalat sunah qabliyah dan ba’diyah di lapangan.*_ Dari Ibnu abbas, أَنَّ النَّبِىّ -صلى الله عليه وسلم- خَرجَ يَومَ الفِطرِ، فَصلَّى رَكعَتَينِ لَـم يُصَلّ قَبلَهَا و لا بَعدَهَا و مَعَهُ بِلاَلٌ "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju lapangan ketika Idul Fitri, kemudian shalat dua rakaat. Tidak shalat sunah sebelum maupun sesudahnya. Dan beliau bersama Bilal." (HR. Bukhari dan al-baihaqi) 🖇 Imam Ibnul Qoyim mengatakan: "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat, tidaklah melakukan shalat apapun setelah mereka sampai di lapangan. Baik sebelum shalat Id maupun sesudahnya." (Zadul Ma’ad, 1/425) ❗ *Catatan:* _*1- Dibolehkan untuk melaksanakan shalat sunah setelah tiba di rumah*_ Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melaksanakan shalat sunah apapun sebelum shalat Id. Setelah pulang ke rumah, beliau shalat dua rakaat. (HR. Ibn Majah dan dishahihkan Al Albnai) _*2- Orang yang shalat Id di masjid, tetap disyariatkan untuk melaksanakan shalat tahiyatul masjid.*_ Mengingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: إذا دخل أحدكم المسجد فلا يجلس حتى يصلي ركعتين "Apabila kalian masuk masjid maka jangan duduk sampai shalat dua rakaat." Demikian penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Baz (Shalatul idain karya Sa’id al-Qohthoani) ➖➖➖ Reposted By: MENEBAR DAKWAH SUNNAH Channel Ilmu Dan Dakwah Sesuai Al Qur'an Dan As Sunnah serta pemahaman Para Sahabat https://t.me/memurnikanajaranISLAM with audy, Rendy, sindy, and Sinta at Kantor CST/HDL-SPL – Read on Path.
0 notes
ci2lya · 7 years
Photo
Tumblr media
Wanita haid tetap berangkat . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar gadis yang baru baligh, gadis-gadis pingitan, dan orang-orang haid untuk menghadiri shalat Idul Fitri dan Idul Adha…. Saya bertanya: Ya Rasulullah, ada yang tidak memiliki jilbab? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) . Tidak ada adzan dan iqamah . Dari Jabir bin samurah radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan: . Saya shalat hari raya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa kali, tidak ada adzan dan qamat. (HR. Muslim). . Ibnu Abbas dan jabir bin Abdillah mengatakan: Tidak ada adzan ketika Idul Fitri dan tidak juga Idul Adha. (HR. Bukhari dan Muslim) . Catatan Shalat Sunnah sebelum dan sesudah shalat ied: . 1. Dibolehkan untuk melaksanakan shalat sunah setelah tiba di rumah . Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melaksanakan shalat sunah apapun sebelum shalat Id. Setelah pulang ke rumah, beliau shalat dua rakaat. (HR. Ibn Majah dan dishahihkan Al Albnai) . 2. Orang yang shalat Id di masjid, tetap disyariatkan untuk melaksanakan shalat tahiyatul masjid, mengingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: . Apabila kalian masuk masjid maka jangan duduk sampai shalat dua rakaat.” demikian penjelasan Syaikh Abdul Aziz bin Baz (Shalatul idain karya Sa’id al-Qohthoani) . Read more https://konsultasisyariah.com/14531-panduan-idul-adha.html #iedqurban #idulqurban #iduladha #instamuslimah #instaakhwat #instamuslim #instaislam (at Pontianak, Indonesia)
0 notes
anaamaturrahman · 8 years
Text
SUNNAH MENJELANG DAN SETELAH KELAHIRAN BAYI
Tanya : Menjelang kelahiran anak kami, apa saja sunnah-sunnah yang harus dilakukan pada waktu sebelum persalinan dan setelahnya? Apakah mengumandangkan adzan dan iqomat di telinga bayi ada sunnahnya? Jawab : Tidak ketentuan khusus terkait dengan sebelum persalinan, hanya saja seorang dianjurkan memohon kepada Allah untuk diberi keturunan yang shalih sebagaimana Nabi Ibrahim [Ash-Shâffât: 100], Nabi Zakariya [Ali Imrân: 38] dan kaum mukimin [Al-Furqân: 74] melakukannya. Adapun setelah kelahiran, 1. Mentahnik bayi dengan mengunyahkan kurma kemudian ditempel di langit-langit mulut bayi. 2. Mendoakan kebaikan dan keberkahan untuknya. 3. Disunnahkan untuk mengaqiqah anak pada hari ke-tujuhnya, menggundul rambutnya dan memberi nama. 4. Bersedekah perak seberat rambut bayi. Adapun adzan dan qamat pada telinga bayi, tidak disyari’atkan karena berasal dari hadits yang lemah. Wallahu A’lam. ____________ (Al-Ustâdz Dzulqarnain M. Sunusi)
0 notes
salafiyyin · 3 years
Text
Artikel Islami : [Bag. 03] Beberapa Keutamaan Adzan Dan Qamat
Artikel Islami : [Bag. 03] Beberapa Keutamaan Adzan Dan Qamat
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib   رحمه الله   BEBERAPA KEUTAMAAN ADZAN DAN QAMAT           Setelah kita mengerti hukum adzan dan qamat menurut tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka kita berkewajiban untuk mengamalkan hukum tersebut. Dan agar kita dapat menjalankannya dengan semangat keimanan dan keislaman, maka sangat penting untuk kita mempelajari berita yang datang dari…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
salafiyyin · 3 years
Text
Artikel Islami : [Bag. 02] Hukum Mengumandangkan Adzan Dan Qamat
Artikel Islami : [Bag. 02] Hukum Mengumandangkan Adzan Dan Qamat
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib   رحمه الله   HUKUM MENGUMANDANGKAN ADZAN DAN QAMAT            Sebagaimana telah diterangkan di atas bahwa disyariatkannya adzan dan qamat, adalah berkenaan dengan ditegakkannya kewajiban shalat berjama’ah lima waktu. Maka dari itu kita perlu mengerti keterangan para Ulama’ tentang hukum adzan dan qamat ini. Dalam perkara ini telah diriwayatkan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
salafiyyin · 3 years
Text
Artikel Islami : [Bag. 01] Adzan Dan Qamat
Artikel Islami : [Bag. 01] Adzan Dan Qamat
Bismillah … Penulis : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib   رحمه الله ADZAN DAN QAMAT   Salah satu syi’ar Islam yang utama ialah ditegakkannya shalat berjama’ah lima waktu dalam sehari semalam di masjid-masjid wakaf. Untuk keperluan ini, Allah dan Rasul-Nya mensyari’atkan adzan dan qamat sebagai panggilan dan ajakan kepada kaum Muslimin untuk datang ke masjid dalam menunaikan shalat berjama’ah.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes