#30hbc2407
Explore tagged Tumblr posts
Text
"DO makan🍔"
Berawal dari beberapa orang yang perutnya mulai gelisah ketika jam dinding di ruang tunggu menunjukkan angka 10, terbentuklah sebuah grup di WhatsApp bernama "DO makan🍔". Alasannya apalagi kalau bukan untuk mempermudah, karena nggak mungkin juga ketika bertanya, "Gak enek sing pengen pesen Mbak Imas?" harus teriak-teriak atau lewat intercom (bisa-bisa kena omel pasien).
"Ayo DO Mbak Imas~"
"Tiara: pentol korea 1, es teh 1"
"Mbak sampean lagi ndek Semen kan? Titip pentol kemecer kalau ada"
"Siapa sing nitip batagor Plesungan?"
"Chickenmu sekarang wis iso DO ges"
*drg. Angel PKM sent a photo* (Foto brosur tempat njajan baru)
Kurang lebih demikian isi chat grup selama Senin-Sabtu dan mulai meredup di tahun 2023. Beberapa member (termasuk aku) sudah bukan lagi "warga sana". Grup pun sepi.
Dalam rangka mengingat momen mabar alias makan bareng, semenjak setahun yang lalu beberapa member berencana kumpul lagi tentunya dengan agenda utama adalah makan :). Setelah sekian ajakan, puluhan pertanyaan tentang waktu luang, dan beberapa kali wacana akhirnya terealisasi di tahun ini (terima kasih kepada pencetus budaya dan istilah bernama buber).
Sembari menunggu adzan Maghrib, kami isi dengan mengulang momen-momen lama, menanyakan beberapa hal seputar makanan seperti, "Eh Geprek Sai Plesungan wis tutup yo?" atau "Mas Jaka sik dodolan gak?", tentang progres kerjaan yang lebih baik di skip aja, rencana ke depan, ngegodain Aqilla sampai isin-isin, dsb.
Obrolan nggak berhenti selepas buka dan sholat, tapi kami lanjutkan dengan bahasan yang lebih dewasa (desain rumah, harga keramik yang ternyata mahal, momen persalinan, antara ASI atau sufor, angan-angan membuka cafe, dll). Obrolan itu tetap diselingi guyonan-guyonan garing bin receh. Diselingi tangisan Rendra yang makin malam makin ngantuk tentunya. Menemani Aqilla yang sibuk dengan proyeknya sebagai toddler. Dan ditemani rintik hujan di malam Minggu. Pertemuan malam itu bagiku cukup untuk modal bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah.
3 notes
·
View notes
Text
Sekian lama menjejakkan kehidupan di dunia ini, rasanya masih kecil dan sempit sekali. Apalagi jika sudah merasa paling segalanya. Ya paling tau, paling bisa, paling apapun itu.
Ada sentilan menohok yang aku rasa bukan karena algoritma lah aku bisa melihatnya. Aku tak marah maupun sedih, hanya merasa ya tadi...kecil sekali.
"Kalau semuanya terwujud, nanti kamu lupa caranya berdoa"
- (at)acotenri
Akhir-akhir ini sejujurnya merasa selain dengan usaha keras yang agak terseok itu bisa dilewati pulaan terlewati pula, rasa cemas bisa diredakan dengan bersyukur. Yang tak selalu mudah prosesnya. Kadang ingin berteriak sangat kencang. Merasa ketidak adilan dan naas selalu berpihak padaku.
Apalagi jika berada pada kondisi kehilangan sesuatu yang berlebihan kita cinta di dunia. Lalu bagaimana sih cara memaknainya dengan sadar? Dimana ternyata kehilangan merupakan salah satu mekanisme Tuhan dalam mempertahankan cinta-Nya kepada kita. Ia ingin kita menyadari bahwa ada yang tidak akan pernah pergi meninggalkan kita selamanya.
Membawaku pada sebuah memori hangat yang hari ini selalu kuulang. Aku menyadari bahwa bukan aku yang gagal, tapi caraku memaknai maksud-Nya. Dan akhirnya mendatangkan kesederhanaan, "Bagaimana jika berhenti berekspektasi dan lakukan saja yang terbaik hari ini pada kesempatan ini? Urusan hasil dan besoknya, diserahkan saja pada Yang Maha Esa!"
Yang lain boleh datang silih berganti, tapi sejatinya hanya Ia yang kekal membersamai.
@30haribercerita
#30haribercerita #30hbc #30hbc24 #30hbc2407
3 notes
·
View notes
Text
"Otakku masih berpikir 'gimana ya kalo ternyata semua plot twist ini ber-plot twist lagi?'" Katanya.
"Dengan orang yang sama?" Tanyaku lagi.
"Iya", jawabnya.
Aku tak menjawabnya secara langsung. Sepahamku dalam syariat kita dilarang untuk berandai-andai, andai begini, andai begitu, harusnya kemarin begini dan tak begitu, dsb.
Aku hanya teringat ini,
Allah tidak akan memisahkan dua orang yang memiliki niat yang sama. Tapi Allah selalu menguji seberapa kuat niat mereka untuk terus bersama.
5 notes
·
View notes
Text
Bagaimana Jika
Sebenarnya hari ini aku ulang tahun. Di hari ulang tahun, biasanya aku menuliskan tentang harapan. Tapi sudah bosan juga gak sih, isinya akan sama seperti biasa. Jadi, kali ini aku ingin menuliskan hal yang sedikit berbeda. Aku ingin mencoba menjawab pertanyaan,
“Bagaimana jika aku mati tahun ini?”
Jika aku mati tahun ini, aku harap sih di akhir tahun aja ya :D. Karena untuk saat ini aku masih belum siap. Masih ada setidaknya beberapa hal lagi yang ingin aku lakukan. Namun, semoga aku sudah siap ketika hari itu datang.
Kenapa aku bisa tiba-tiba terpikir pertanyaan ini? Sebenarnya dua tahun yang lalu aku menanyakan pada diri sendiri pertanyaan itu. Aku menjawab, “Tentu saja aku tidak siap.” Memikirkan itu membuatku sadar kalau aku masih belum melakukan hal yang benar. Setelah itu aku bilang, “Aku tidak siap mati hari ini, tapi tolong berikan aku waktu setidaknya dua tahun lagi untuk mempersiapkannya”. Sehingga, tahun ini adalah kesempatan terakhirku.
Oleh karena itulah, tahun 2024 ini adalah tahun yang sangat amat penting buatku. Ini adalah tahun terakhir untuk bisa menepati janjiku dan melakukan hal yang aku inginkan dalam hidup. Karena mungkin ini adalah tahun terakhirku (yang memang selalu seperti itu).
_
Kalau aku baca lagi, tulisan ini serasa agak beda ya, agak serasa jadi pesimis dengan hidup, haha. Mungkin karena sangat jarang orang mau membahas tentang kematian dalam obrolan sehari-hari kali ya. Seperti bukanlah hal yang layak untuk dibicarakan dan dipikirkan. Tapi, bukannya pada dasarnya kita memang seharusnya mengingat kematian, ya? Dalam agama kurasa diajarkan seperti itu. Bahkan dalam filsafat romawi juga ada yang namanya “momento mori”, atau mengingat kematian.
Mengingat kematian mungkin bisa menjadi jawaban dari banyak pertanyaan kita. Karena dengan mengingatnya kita bisa melihat apa yang memang berarti untuk kita. Mengingat kematian juga membuatku sadar bahwa hidup ini terlalu sebentar untuk mengkhawatirkan hal di luar kendali kita.
Pada akhirnya, di tahun ini aku harap bisa menjawab pertanyaan itu dengan, “Aku akan menjalani hari seperti biasa :)”. Karena pada saat itu aku tahu bahwa aku sudah melakukan hal yang benar.
0 notes
Text
Just two of us
Kamar rumah sakit puri mengajarkan kami berdua banyak pelajaran. Tentang rasa takut yang harus dilawan, tentang rasa syukur yang harus dipanjatkan, tentang doa yang tak boleh berhenti dilangitkan.
Dirawat di rumah sakit beberapa hari kemarin merupakan ujian terberat pertama yang harus kami hadapi berdua. Mas bim pertama kali menunggui orang sakit di rumah sakit, dan aku juga pertama kali dirawat di rumah sakit tanpa ditemani bapak/ibuk.
Kali ini aku ditemani oleh orang yang awalnya bukan siapa siapa bagiku. Yaps, another stranger people. Bukan saudara, kakak, atau adik.
Dia adalah orang asing yang kutemui 2 tahun lalu di gunung buthak. Berawal dari gunung berakhir di pelaminan, begitu katanya. Dan saat ini hanya kami berdua "mencoba" saling percaya satu sama lain, saling menguatkan pundak masing masing, dan membesarkan hati satu sama lain. This shall to pass.
#30haribercerita #30hbc2407 #tulisanlintang
2 notes
·
View notes
Text
Salah satu hal yang saya syukuri di tahun 2023 kemarin adalah akhirnya mendapatkan kesempatan mengisi materi terkait dengan bidang keprofesian saya sendiri, yaitu dengan topik Manajemen Operasional dan Manajemen Rantai Pasok secara offline. Tujuh tahun terakhir pasca lulus S1 dulu rasanya mungkin belum pernah menerima invitasi secara profesional untuk mengisi materi semacam ini. Justru hampir semua permintaan terkait bahasa Inggris entah itu IELTS atau Business English, serta menyampaikan materi terkait tips dan motivasi meraih beasiswa.
Tapi ternyata tantangannya selalu ada. Sasaran peserta yang waktu itu diminta adalah para pekerja yang dominasinya adalah lulusan SMP-SMA/SMK yang akan menjadi operator untuk mengoperasikan RPB Garam di Pangkep, Sulawesi Selatan.
Tentu saja bahasa yang kompleks untuk level perkuliahan harus benar-benar disederhanakan, dikemas secara ringan serta menyenangkan agar peserta mampu memahami dengan baik. Sembari juga belajar dari pembicara lain yang pada waktu itu sudah tentu jam terbangnya jauh lebih tinggi dari saya.
Hal yang saya syukuri lainnya adalah akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menginjakkan kaki ke tanah sulawesi untuk kali pertama. Berkesempatan menyambung tali silaturrahmi dengan beberapa kawan saat kuliah dulu, serta mengunjungi tempat2 wisata yang "mainstream" di Makassar.
Begitulah barangkali tantangan dan lika-liku menjadi pembicara. Namun entah mengapa kekhawatiran itu selalu terhapus dengan senyum dan tawa dari para peserta. Sembari selalu meniatkan dalam diri semoga sedikit yang disampaikan ini bermanfaat dan menjadi wasilah keberkahan bagi mereka, serta menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir hingga kelak di hari akhir.
#30haribercerita #30hbc2407
instagram
2 notes
·
View notes
Text
Apresiasi Hal Kecil Dulu yang Lain Nyusul.
Ketika kita nggak bisa ngedapetin sukses yang dibuat oleh struktur sosial, akhirnya kita ngerasa gagal.
Aku ingat pas awal pandemi bener-bener stress, nggak bisa keluar, selama 3 bulan aku cuma bisa tidur setelah subuh dan nggak lama, nggak tau mau ngapain padahal saat itu lagi persiapan uji kompetensi dan diundur sampai entah kapan waktunya.
Tiap hari nggak ada hal yang dirasa bermanfaat (ngegame, buka tutup sosmed, overthinking, nangis dipojokan pas malem). Hingga aku berpikir "ini aku hidup ngapain sih cuma begini doang!!!".
Dari pandemi itu aku belajar banyak hal. Akhirnya aku sering ikut meditasi bareng mas Adjie, ikut kelasnya mba Lala, ikut kelas kang Fahd Pahdepie dll. Aku mencoba memahami apa maunya diriku saat itu dan menuliskan hal-hal kecil yang aku lakukan dihari itu. Seperti bersih-bersih, menanam sukulen, menulis, menggambar, mencuci baju, minum air putih, masak, dll. Dengan aku menuliskannya, aku merasa diapresiasi atas apa yang sudah aku lakukan dihari itu.
Hingga aku sampai pada waktu bertemu dengan orang-orang yang hobinya memberi apresiasi. Awalnya aku merasa "ini apaan sih" tapi lama-lama sadar bahwa orang lain juga "boleh banget" memberiku apresiasi meskipun menurutku itu hal kecil 🤍 (sayang banyak-banyak)
Jadi, apresiasilah dirimu.
Apresiasi hal-hal kecil yang sudah mampu kamu lakukan dihari ini, sebelum jauh kamu menginginkan hal besar.
Oh iya, apresiasi juga buatku yang udah pede aja makek totebag warna-warni dan kiyuuttt kiyowooo ini 😂
(Foto-foto yang diunggah selama mengikuti #30hbc ini semuanya adalah foto yang sangat latepost 🤣)
#30hbc2407
#30haribercerita
0 notes