Tumgik
#30dwsjilid21
duniairputih · 5 years
Text
Jangan Gampang Baper
"Yaelah, jangan baper sih. Gitu aja nangis."
Barangkali untuk mereka yang suka bilang begitu, mereka terlanjur nggak punya perasaan di hatinya. Sampai nggak tahu gimana cara menumpahkan rasa sedih dan terharu terhadap suatu hal yang begitu menyentuh nurani.
"Tapi kan cuma gitu aja, masa nangis."
Nggak ada yang namanya 'gitu aja' kalau udah masalah perasaan. Ini sama seperti orang-orang yang punya kadar kepedasan di level berbeda pada makanan tertentu. Kamu nggak bisa paksa mereka buat ikutin level kepedasan yang kamu mampu. Lantas dengan sombongnya enteng sekali bilang, "Yaampun, gitu aja udah kepedesan. Itu kan cabe nya cuma satu."
Kalau masih begitu bukankah kita terlalu egois? Belum mampu memahami dan menghargai. Dengan mudahnya menjadikan diri kita sebagai standar kepantasan untuk orang lain. Padahal kan nggak gitu. Memang kita siapa? Kalau kita nggak mudah nangis ya jangan salahin mereka yang begitu lembut hatinya sampai perkara remeh (menurutmu) saja bisa ditangisi.
Daripada mengejek atau merendahkan, kenapa cermin itu nggak digunakan untuk dipantulkan ke diri sendiri saja? Lalu coba bicara pada pantulan disana, apa mungkin segitu keras hati kita sampai nggak punya ruang untuk merasa berempati?
Mungkin kita yang kurang peka melihat sekitar, sampai nggak tahu bagaimana cara melembutkan hati yang udah terlanjur beku ini. Rupanya kita memang harus sering-sering mengunjungi tempat bencana, konflik, atau apapun itu. Bukan untuk apa-apa, hanya untuk melihat sedalam mana hati kita punya rasa.
Mudah menangis itu bukan tanda kelemahan seseorang. Melainkan ada keimanan yang bersemayam di hatinya. Maka, siapa yang tidak tahu 'Umar bin Khattab? Seorang lelaki bertubuh besar, kekar, bahkan setan mampu terbirit pergi jika menjumpai Umar.
Suatu ketika 'Umar begitu murka. Belum cukup rupanya Muhammad memporakporandakan penduduk Makkah dengan pengakuannya sebagai Rasul. Kini, tersiar kabar bahwa adik tercintanya mengikuti ajaran yang dibawa Muhammad.
Maka di puncak kemurkaan betapa hati yang sekeras baja itu melebur menjadi begitu lembut bersebab bacaan Al-Quran yang terdengar di dalam rumah adiknya.
Begitulah cara Allah melembutkan hati seseorang. Kita hanya nggak pernah tahu dengan hal apa Allah lembutkan hati kita. Boleh jadi ada hal-hal yang begitu sepele tapi mampu menyentuh hati kita.
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Karena Saya Perempuan
Mungkin salah satu yang jadi pertimbangan berat untuk bisa bebas berpetualang adalah karena saya perempuan, tentunya juga selain karena keterbatasan waktu luang dan dana yang sebenarnya itu bisa diupayakan ketersediaannya.
Saya perempuan, terus kenapa?
Bukan berarti lemah, yaa.. dibilang kuat juga nggak. Karena biar bagaimanapun perempuan memang sudah selayaknya butuh penjagaan dan tempat bersandar, kan? Butuh dibimbing juga!. Nah lho.... jadi kesitu.
Balik lagi, ini tentang perasaan takut. Bukan takut dalam artian pergi sendirian ke tempat asing tanpa ditemani siapapun. Walaupun mungkin itu jadi faktor juga, tapi kecil sekali kemungkinannya kecuali kalau memang disuruh masuk hutan belantara tanpa teman. Itu lain cerita, karena sesuka-sukanya saya dengan tumbuhan dan hewan, seorang diri diantara pekatnya malam bersama mereka pasti bikin merinding juga.
Ini karena saya perempuan, saya sadar betapa berartinya saya. Betapa berat beban orangtua menjaga anak perempuan. Betapa saya sadar, bahwa ada amanah yang Allah titipkan kepada saya berupa kesucian dan kehormatan yang harus dijaga dengan penuh ketaatan.
Ada rasa takut yang begitu menghantui. Saya takut mempermalukan orang tua ketika kelak Allah meminta pertanggungjawaban mereka atas kelakukan putri kesayangannya.
Saya takut ketika yang mengalir deras kepada mereka adalah bersebab dosa-dosa saya yang mereka nggak tahu tapi begitu penuh mengisi lembar keburukan pada catatan amal mereka. Bersebab saya yang suka keluyuran sendirian tanpa ditemani mahramnya.
Karena saya perempuan, paham benar bahwa seumur hidup diri saya menjadi tanggungan orang lain. Dosa-dosanya bukan milik sendiri, tapi mengalir juga kepada orangtua. Lalu ketika menikah, digantikan kepada suami.
Karena saya perempuan, saya punya kasih sayang. Saya mencintai mereka yang juga tulus mencintai saya karena Allah. Saya ingin menjaga, saya ingin meringankan beban mereka semampu yang saya bisa lakukan.
Karena saya perempuan, saya memilik rasa malu yang harus melekat pada diri sebagai pakaiannya. Tak mudah disentuh, Tak pantas ditatap jutaan manusia karena kagum atas kecantikannya, tak berani saling tatap kecuali kepada mereka yang telah jelas halalnya. Tak adab pergi sendirian tanpa tujuan.
Karena saya perempuan, kaum yang bisa menjadi sumber fitnah, dan mudah sekali menjadi korban kejahatannya.
Ada hari dimana saya merasa sangat terbatasi sekaligus merasa aman dalam waktu bersamaan. Lagi-lagi karena saya perempuan, terkurung oleh aturan, tapi bukan berarti tersiksa dan menderita dalam kurungan. Justru alangkah bersyukurnya saya, bahwa begitu cara Allah jaga kemuliaan saya.
Besarnya rasa malu, menjadikan saya takut pergi ke berbagai tempat sendirian. Rela menggagalkan safar ketika teman perjalanan tak jadi menemani. Melapangkan hati untuk tidak pergi ketika tak ada yang bisa membersamai. Itu karena saya perempuan.
Saya sedih, tapi tak lantas mengeluhkan. Bahwa ada hal lain yang berusaha terus disadari, perasaan bahwa saya ini perempuan.
Maka beginilah saya dengan berbagai keterbatasan dalam meneladani sosok wanita penghulu surga. Gadis tak tahu diri yang begitu mengagumi sosok putri kesayangan Rasulullah, Fatimah Az Zahra. Bagaimana perempuan suci yang terbebas dari haid sepanjang hidupnya begitu menjaga kehormatan dan memelihara rasa malunya.
Siapa yang tak tahu bagaimana rapatnya Fatimah mengunci segala perasaan untuk laki-laki yang dikaguminya. Hingga tak ada yang tahu, bahkan curigapun tidak. Sampai Allah berikan kabar gembira bagi Fatimah dengan dipersatukan oleh sebaik-baik laki-laki untuk menjadi suaminya.
Siapa yang tak tahu bagaimana teguhnya Fatimah menjaga kehormatan dirinya dengan cara menjaga malu lewat pandangan, pergaulan dan cara berpakaian?
Sungguh betapa rugi bagi saya jika tak meneladaninya. Betapa malu dan tak pantas bagi saya menjadikan bidadari surga yang singgah dunia itu sebagai cerminan, tapi tak dapat saya temukan pantulan terbaik untuk menjadi teladan selain Sayyidatuna Fatimah Az Zahra yang mampu mengantarkan saya pada surga.
Hari itu seorang istri shalihah yang begitu merindui perjumpaan dengan ayahandanya telah menemui detik-detik paling dekat pertemuan. Telah mendekat suaminya, lalu wajah yang diselimuti cahaya mentari itu tersenyum layu di atas pangkuan 'Ali. Mewasiatkan sesuatu kepada laki-laki kedua yang ia cintai setelah Rasulullah ayahanda tercinta.
Tak kuasa 'Ali menahan airmata yang menggenang di pelupuk mata. Sambil mengusap wajah sebaik-baik ibu bagi anak-anaknya, dengan suara yang didorong keluar dari lisannya, "Wasiatkanlah kepadaku, sekehendakmu, Fatimah."
Maka benar, keimanan wanita itu ada pada rasa malunya. Jika telah hilang, maka hancurlah ia dan peradaban yang dilahirkannya. Inilah kisah Fatimah yang begitu menjaga rasa malu bahkan untuk kematiannya sendiri. Ia telah siapkan sebaik-baik cara agar kehormatannya tetap terjaga sampai perjumpaan kepada Allah, Sang Pencipta.
"Wahai 'Ali", Sambil menatap wajah suami yang begitu dicintainya dengan begitu lekat, "nanti buatkan untukku sebuah keranda dari kayu untuk membawa jasadku. Temuilah Asma' binti Umais untuk mengetahui keranda yang aku inginkan bentuknya. Tutupilah rapat jasadku dengan kafan, lalu bungkus lagi keranda itu dengan kain tebal."
'Ali masih memperhatikan perkataan Fatimah dengan ketabahan yang begitu ia upayakan. "Kuburkanlah aku pada malam hari di pemakaman Baqi'."
Tak dapat berkata-kata, 'Ali mengangguk pasrah tanpa suara.
Begitulah Fatimah mengajarkan wanita untuk menjadikan rasa malu sebagai pakaian iman. Hingga tak mau lekuk tubuhnya terlihat, ia tak rela tubuhnya diperhatikan manusia bahkan sampai akhir hidupnya. Kemudian kini apa yang dilakukan Fatimah menjadi contoh bagaimana kita mengantar jenazah orang tercinta untuk menemui Rabb-nya.
Sungguh saya sadar, diri ini masih sangat jauh dari meneladani bagaimana seharusnya menjadi wanita mukminah. Semoga Allah ridhoi setiap muslimah untuk meniru Fatimah dalam menjaga malunya. Semoga kelak, Allah izinkan kita berada di belakang barisan putri Rasulullah untuk menuju surga.
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Menghargai Privasi Orang lain
Pernah nggak sih kamu lagi nungguin sesuatu, berharap sesuatu itu kamu sendiri yang akan menyambutnya, kamu benar-benar ingin menjadi yang pertama untuk sebuah kiriman yang telah lama kamu harapkan itu?
Namun ketika kamu sampai rumah, paket itu sudah terbuka lebar melalui tangan orang lain. Bukan hanya itu, ia bahkan meninggalkan jejak-jejak yang mengurangi nilai estetika yang mungkin seharusnya nggak perlu ada.
Nyebelin, kan? Buatku, itu cukup membangkitkan emosi.
Aku paham bahwa setiap orang itu memang dianugerahi sebuah perasaan yang bernama 'ingin tahu' terhadap suatu hal, apalagi jika perkara itu menarik perhatian kita. Barangkali itu menjadi suatu tanda bahwa kita masih memiliki sebuah ambisi. Pun sebagai wujud peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Serta rasa ingin tahu itu juga bisa menjadi amunisi untuk memperkaya diri dari kurangnya ilmu sehingga mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Oke, di zaman milenial ini kita kenal rasa itu dengan sebutan kepo.
Nggak ada yang salah dengan kepo, selagi ia masih di bawah batas kewajaran. Karena ada banyak peristiwa di dunia ini yang nggak perlu menjawab setiap rasa penasaran kita.
Ada saat dimana kita mesti menahan ego. Menyembunyikan rasa ingin tahu. Juga bersabar untuk mengetahui suatu hal apalagi itu bukan milik kita. Karena nggak jarang kadar keingintahuan kita sering kali masuk ke ranah pribadi. Apalagi biasanya menyangkut kepemilikan orang lain.
Padahal ada batas-batas yang bernama privasi. Dimana itu berarti kita sama sekali nggak berhak untuk ikut campur terhadap hal kecil sekalipun, kecuali kalau sudah mendapat izin dari pemiliknya.
Karena nggak semua orang akan baik-baik saja jika kita dengan mudah ikut campur melibatkan diri ke dalam privasi mereka.
Kita memang masih harus terus belajar untuk nggak sembarangan menyentuh dan memakai barang orang lain tanpa izin. Pun ini juga berlaku ketika bertamu. Jangan pernah biarkan diri kita untuk sembarangan masuk ke rumah orang lain tanpa dipersilahkan, sekalipun sudah mengetuk dan memberi salam. Kita harus tahu, bahwa mengintip rumah seseorang saja merupakan perilaku yang tidak dibenarkan.
Jangan lupakan adab karena ada perasaan yang mesti kita jaga.
Jangan lupakan adab karena ada privasi yang memang layak tersembunyi.
Hargai kehidupan pribadi orang lain, sebagaimana kita ingin agar orang lain nggak mudah ikut campur mengurusi hidup kita.
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Tak Akan Meninggalkanmu
Begitu besar perasaan yang telah kamu berikan untuk mengejar hati manusia. Mengharapkan cinta yang bisa kapan saja berpaling dan meninggalkan.
Begitu banyak waktu yang kamu buang untuk memberi makan ego dan hawa nafsumu. Terpingkal menertawai waktu, bersenandung dengan merdu padahal dirimu kian dekat dengan kematian.
Begitu jauh kamu bermain dengan bayangan dunia, hingga semakin jauh dari rumah. Lalu tersesat, tak tentu arah. Parahnya selalu hampir lupa jalan pulang.
Tapi Allah tak meninggalkanmu, setergila-gila bagaimanapun kamu mencintai dunia yang hina itu. Allah tetap berada di dekatmu. Sabar menunggumu kembali, selalu setia memanggilmu untuk segera kembali.
Tapi sampai kapan? Padahal nyawamu adalah sebuah misteri.
Kamu tahu bahwa segala sesuatu di dunia ini akan berlalu, dan tak akan kembali kecuali doa-doa yang melangit itu. Maka langitkanlah kebaikan, tunduklah pada kepasrahan atas setiap ketetapan. Perbaiki diri sebelum jiwamu mati dan ruhmu kembali kepada penciptanya.
Sungguh, kamu adalah seonggok kotoran yang dibiarkan berjalan di muka bumi.
Sungguh, setiap bagian tubuhmu itu adalah aib jika DIA tak tutupi untukmu agar kamu tak merasa jijik atas kotornya dirimu sendiri.
Sungguh diriku, kamu adalah pendosa. Tapi rahmat dan kasih sayang-Nya tak pernah habis Allah berikan untukmu.
Tak ada cinta yang lebih besar dibanding bagaimana Allah mencintaimu. Maka diriku bukankah sebaik-baik mengharap cinta adalah agar Allah mencintaimu?
Cukupkanlah dirimu dari mencintai dunia dan segala isinya
Gantungkanlah hidupmu hanya kepada Allah
Sandarkan semua kepada Allah, hilangkanlah segala kesombonganmu dihadapan-Nya
Jangan biarkan dirimu meninggalkan Allah baik dalam sedih dan senangmu. Agar Allah tak akan meninggalkanmu dalam bahagia dan hancurmu.
Diriku, kamu lemah. Aku tahu.
Allah juga tahu bagaimana lemahnya hatimu dalam melibatkan-Nya di setiap urusan. Sungguh hatiku, perbaikilah dirimu. Agar cinta bukan sekedar pengakuan, tapi sebentuk pengabdian dan keberserahan.
Lihat dirimu, hatiku..
Jika telah mencintai Allah, maka segala sedihmu tak ada artinya selagi kau jadikan DIA tempat kembalikan semua masalahmu.
Jika telah mencintai Allah, maka mau selama apapun kesendirianmu tak ada artinya selama DIA tak meninggalkanmu.
Jika telah mencintai Allah, maka dinginnya malam dan hangatnya selimut tak melalaikanmu untuk bangun bermesra dengan-Nya.
Jika telah mencintai Allah, sebanyak apapun cacian dan makian tak akan pernah membuatmu sakit. Sebab Sang Pemilik Semesta telah begitu mencintai makhluk sekotormu tanpa rasa jijik.
Jika telah mencintai Allah, tak akan mudah hatimu untuk berprasangka buruk terhadap setiap makhluk ciptaan-Nya apalagi pada semua ketetapan yang DIA berikan untukmu.
Jika telah mencintai Allah, sungguh berat lisan dan tanganmu itu untuk menghina, merendahkan dan menyakiti hati saudaramu.
Jika telah mencintai Allah, tak akan mampu lisan itu untuk berkata hal yang tidak membawa manfaat dan mengundang murka-Nya.
Wahai diriku..
Kamu itu lemah, kamu itu nggak punya daya, kamu itu rapuh. Jika bukan karena kasih sayang Allah yang menguatkanmu.
Wahai diriku..
jangan pernah meninggalkan Allah, jangan biarkan Allah hilang dari dirimu meski hanya selama hembusan nafas saja.
Wahai hatiku..
Aku mohon jatuh cintalah hanya pada Allah dan Rasul-Nya, mencintai sesuatu hanya karena DIA.
Wahai hatiku..
Berbaiksangkalah pada setiap ketetapan, baik itu membahagiakan maupun mencipta kesedihan untukmu. DIA tahu yang terbaik untukmu, sedangkan kamu tak tahu apapun tentang dirimu sendiri.
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Bahasa Cinta
Siapa yang tidak tersentuh hatinya ketika seorang yang tersayang tiba-tiba memelukmu dari belakang?
Lalu dengan manja dia bilang, "Ayo tebak, aku siapa?"
Terkadang mengagetkan, tapi jauh lebih menikmatinya. Sejenak kugenggam tangannya erat, tahu betul siapa pemilik jari jemari lembut itu, sambil membalikkan badan mengatakan, "Hmm.. udah makan belum?"
Siapa pula yang tega mengabaikan seseorang yang berjalan kearahmu sambil merengkuh kesedihan di pelupuk matanya?
Lalu dengan khawatir kamu bilang begitu lembut, "Kenapa?" Sambil mengusap air mata yang telah mengalir di pipi, sekaligus menggenggam telapak tangannya. Walau lebih sering jawabnya hanya tangis yang semakin deras.
Siapa pula yang bisa berlama meluapkan amarah sedangkan raut polosnya justru membuatmu palingkan wajah karena tak mampu menahan senyum gemas?
Dengan harus berwibawa kamu bilang, "Apa yang kamu lakukan itu tidak baik. Memangnya siapa yang mengajari hal itu?"
Kamu tak pernah marah dengan pribadinya, melainkan tak membenarkan apa yang telah dia lakukan hingga menjadikanmu harus bersikap demikian tegas.
-------------------------------------------
Kalau kalian menyangka ini tentang bagaimana hubungan antara dua orang dewasa yang saling sayang, itu keliru. Ini adalah bagaimana hubungan antara seorang guru dan siswanya.
Lagi-lagi ini tentang cinta. Tak habis hidupku jika harus menceritakan perihal mereka yang telah mencuri hatiku. Tak kurang hari-hariku terisi oleh rasa bahagia, gemas, khawatir, sedih, takut, dan macam ekspresi lain yang aku sendiri terkejut memilikinya. Mereka mengajarkanku bahwa bahasa cinta itu tak terhingga, ia istimewa.
Apa ini juga cinta?
Keinginan agar orang tersayang bisa tumbuh besar dengan lahir dan batin yang sehat.
Tak ingin anaknya terluka, tapi juga tak mau mereka terlalu manja. Sampai sering menggunakan jurus tega.
Semaksimal mungkin untuk mentransfer ilmu dan tampilkan adab dan akhlak terbaik.
Berusaha untuk tak membatasi setiap minat dan bakat yang mereka miliki.
Mengharapkan mereka untuk menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak mulia.
Tak luput melangitkan doa bahwa semoga kebaikan selalu menyertainya.
Semoga itu benar cinta.
Bahwa sungguh, tak ada yang ku harap selain apa yang aku lakukan terhadap mereka bernilai ridha dari-Nya.
Bahwa sungguh, tak ada yang lebih besar keinginanku bahwa kelak mereka menjadi hamba yang memiliki rasa takut, harap, dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bahwa sungguh, tak ada cita-cita terbesar melainkan mereka menjadi para pejuang islam, generasi kebanggaan umat manusia.
-----------------------------
Rabbij'alni muqiimash shalati wa min dzurriyati, rabbana wataqabbal du'a. Rabbanaghfirlii wali-wali dayya walil mu'minina yaumal yaqumul hisab.
"Ya Rabbku! Jadikanlah aku orang-orang yang tetap mendirikan salat dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikannya. Ya Rabb kami! Kabulkanlah doaku.
Ya Rabb kami! Beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab."
(Q.S. Ibrahim : 40-41)
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Hanya Pada Allah dan Rasul-Nya
Ada begitu banyak kisah para shalihin yang bisa menjadi teladan untuk hidup umat saat ini. Kisah tentang bagaimana menjadi pribadi mukmin yang mengabdikan diri sepenuhnya pada Allah, Rasul-Nya, dan agama-Nya. Tak gentar pada panggilan jihad, justru mengejar kesyahidan dalam menjemput kematian. Sungguh, pada diri mereka terdapat suri tauladan yang baik. Hasil tarbiyah dari manusia paling mulia di muka bumi, hingga menghasilkan jiwa-jiwa dengan keimanan yang menggelora.
Mereka adalah para umat yang tak mengenal kompromi atas setiap seruan dan perkataan Rasulullah. Terngiang dan tertancap betul di dalam hati mereka bahwa "kami dengar dan kami taat", untuk setiap apa yang diturunkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tak ada bantahan, apalagi keluhan. Telah tertanam pada diri mereka suatu rasa takut, harap, dan cinta pada Allah dan Rasul-Nya.
Hingga hal ini terbawa pada setiap laku, sebagai pembuktian dari cinta. Lalu rasa takut dan harap yang besar menjadikan segala pengabdian benar tercurahkan dalam bentuk keteguhan iman dan keistiqamahan amal shalih.
Ia adalah Abu Bakr saat menemani hijrah Nabi shalallahu'alaihiwasalam. Bersembunyi dalam gua sempit ditambah anggota tubuh yang teramat sakit karena menutupi lubang ular dengan tubuhnya sendiri, agar Kekasih Allah itu tak terganggu dalam tidur di pangkuannya.
Ia adalah 'Umar ibn Khattab yang beberapa kali sempat tak sepaham dengan pendapat Nabi, namun tetap mengabdi dan taat atas setiap keputusan. Lantas tak besar kepala karena melalui firman-Nya, Allah telah membenarkan ucapan Al-Faruq itu.
Ia adalah 'Ali bin Abi Thalib yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk tidur dipembaringan Nabi, untuk mengelabuhi para kafir Quraisy agar tak mengikuti Nabi saat perjalanan hijrah. Ia juga bersabar tak membersamai Rasulullah dalam perjalanan mulia itu.
Ia adalah Utsman bin Affan yang memberikan sebagian besar hartanya untuk membebaskan kepemilikan sumur yang dipergunakan untuk kebutuhan para muslimin. Menyediakan berbagai keperluan untuk peperangan6. Mengabdikan seluruh jiwa raga dan harta untuk Allah dan Rasul-Nya.
Ia adalah Ibnu Abbas, seorang bocah kecil tapi begitu setia memuliakan dan mengabdikan diri untuk menyediakan wadah berisi air untuk wudhu Nabi. Ia menjadi seorang anak kecil yang rela begadang semalaman karena ingin mengetahui sunnah apa saja yang dilakukan Rasulullah dari sejak berangkat tidur sampai bangun kembali.
Ia adalah Abu Ayyub Al Anshari seorang shahabat yang rumahnya menjadi tempat tinggal Rasulullah selama bulan-bulan awal hijrah di Madinah. Ia selalu berjalan di tepi lantai atas rumahnya, karena takut saat berjalan ia berada di atas Rasulullah.
Ia adalah Imam Malik yang begitu takzim berkhidmat pada Rasulullah. Tak sekalipun ia berjalan di dalam kota Madinah menggunakan alas kaki dan tunggangan.
Ketika ditanya, jawabnya tak terbayang, "Saya malu menginjak tanah dengan alas kaki dan tunggangan yang di dalamnya terbaring Rasulullah.”
Adapun juga Imam Malik yang selalu membersihkan diri, memakai wewangian, serta berpakaian terbaik saat sedang menyampaikan Hadits Nabi Shalallahu'alaihiwasalam sebagai rasa takzimnya.
Ia adalah Imam Syafi'i yang begitu khusyuk memperhatikan gurunya (Imam Malik) dalam menyampaikan hadits Nabi, hingga tak ada yang terlewat kecuali sama persis setiap perkataan yang diingat dengan yang disampaikan oleh Imam Malik.
Sungguh, kisah-kisah itu tak seberapa banyaknya. Mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh berkhidmat dalam mempelajari, mengajarkan, dan menerapkan setiap perintah Allah dan Rasul-Nya. Memiliki adab yang karim menjadi kunci para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu. Hingga setiap yang didapat bernilai berkah, bertambah pemahaman ilmu, juga melapangkan hati.
Para sahabat, mereka orang-orang shalih yang mengajarkan kita bagaimana seluruh hidup memang ditujukan untuk berkhidmat pada Allah dan Rasul-Nya. Termasuk memuliakan guru dan orangtua diantaranya. Tak berlaku kurang ajar pada keduanya. Tak berani berlama menatap, tapi begitu khusyuk menyimak setiap perkataan, meniru segala adab dan akhlak. Semua itu tak pernah dilakukan untuk siapapun, kecuali karena rasa takut, harap, serta kecintaan yang begitu luar biasa pada Allah dan Rasul-Nya. Hingga tak ada rasa manapun yang lebih manis dari mengabdikan diri sepenuh jiwa untuk Sang Pencipta.
2 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Teman Perjalanan
Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, di sebuah lembah desa yang sunyi dan syahdu malam itu, ia kedinginan. Satu-satunya lapis selimut yang ia miliki hanya sehelai kain tipis yang menyelimuti batas leher sampai lututnya saja. Dalam keadaan meringkuk serapat mungkin ia coba tutupi kakinya dari semilir angin yang membawa kebekuan.
Malam menjadi semakin pekat, tubuhnya tak lagi kuasa untuk menahan dingin, "Aku butuh bergerak" ia terbangun saat itu. Dengan bekal tiga teguk air ia bangkit. Memutuskan untuk meneruskan perjalanan. Pengelana itu tak punya gagasan pemukiman mana yang akan ia singgahi, yang penting tujuannya hanya satu. Adalah membawa diri pergi sejauh-jauhnya dari tempat yang ia telah tinggal di belakang.
Di kejauhan ia merasa lega sekaligus waspada, melihat beberapa cahaya kecil di depannya. Tapi dengan keadaan tubuh yang tak bisa lagi diajak kompromi, ia butuh istirahat. Ia tepis keraguan dan terus memaksa kakinya untuk sampai ke sana.
Mushola, adalah bangunan pertama yang dia lihat. Dengan perasaan syukur, ia masuk. Ditanggalkannya ransel lusuh di pundak, kemudian dibasuh kulitnya untuk menyegarkan dan mensucikan diri. Ia beristirahat di pojok belakang ruang mushola setelah menyelesaikan sholat malam.
Menyambut fajar, ia bermesra dengan pemilik semesta lewat lembar-lembar mulia. Telah bercampur di wajah dari basahnya wudhu dan airmata. Atas setiap penyesalan, juga atas setiap pengharapan. Lalu berdzikir menunggu waktu shubuh dikumandangkan. Menghangatkan ruh yang menggigil karena hampir mati beku.
Ia bersyukur, hampir menetes lagi airmatanya. Orang-orang yang pertama kali ia lihat setelah jauh berkelana adalah mereka yang ingat pada Rabb-nya.
Ketika berdiri waktu sholat, ia bersegera merapatkan diri dalam barisan shaf utama. Merapatkan sisi kaki dengan orang di sebelah kanan kirinya. Sampai pada rakaat kedua, ketika sang imam mengulang-ulang bacaan ayat, "Iż awal-fityatu ilal-kahfi...Iż awal-fityatu ilal-kahfi...", pada kali ketiga "Iż awal-fityatu ilal-kahfi..."
"fa qālụ...", ucap pemuda itu mengingatkan imam.
"Fa qālų rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā".
Telah sempurna kewajiban pagi itu ia tunaikan. Dengan tubuh yang jauh lebih bugar, dengan ruh yang sudah kenyang, ia bersiap melanjutkan perjalanan.
----------------------------------------------------
Ada peristiwa dalam hidup yang benar-benar menyakitkan, membuat penyesalan bagi setiap yang mengalaminya. Ada yang ingin melupakan, ada yang ingin berdamai, ada yang telah memberi maaf namun tetap pergi meninggalkan, pun juga ada yang tetap menjerumuskan diri untuk terlanjur tenggelam dalam kubangan kemaksiatan. Setiap orang berhak memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya.
Kisah ini memberi pelajaran, bagaimana seseorang berhijrah dengan membawa setumpuk penyesalan. Meninggalkan apa yang buruk baginya, mencari kebaikan lain yang telah Allah siapkan. Kepasrahan diri kepada Allah pasti akan membawa seseorang menemui takdir lain yang lebih baik.
Berada dalam perkumpulan orang sholih menjadi salah satu takdir baik. Karena disana, saling bersahut seruan kebaikan. Mereka saling mengajak dan mempererat genggaman agar tak ada yang tertinggal. Hingga tak merasa senang saudaranya semakin jauh dan kelam. Juga tak mengizinkan dirinya berjalan sendirian menuju surga. Dan mushola menjadi salah satu tempat berkumpulnya orang-orang baik itu.
Pada awalnya,tak perlu saling mengenal. Karena bersama keimanan, membuat ruh-ruh yang tak pernah berjumpa telah saling terikat. Kemudian temu, selayaknya menyampaikan rindu pada saudara yang tak pernah ditatap wajahnya.
Begitulah keadaan seorang muslim. Ia menyempurnakan. Menutupi kekurangan, mentransfer ketenangan untuk saudaranya. Menyelamatkan ketika yang satu lalai, mengingatkan ketika lupa. Tidak dibiarkan sakit, tidak dibiarkan susah sendiri. Memohonkan keselamatan dalam doa.
Menyempurnakan bacaan sholat hanya salah satu kebaikan saja. Ia juga menyadarkan, bahwa saling mengingatkan telah di-atur disetiap keadaan.
Lalu siapa yang telah setia menjadi teman perjalanan? Ia adalah keimanan. Tak akan pernah tersesat, tak akan pernah menjadi asing suatu tempat baru sekalipun jika ia merasakan manisnya iman.
Referensi: https://tafsirweb.com/4836-surat-al-kahfi-ayat-10.html
3 notes · View notes
duniairputih · 5 years
Text
Pasrah Bukan Menyerah
Untuk segala pelik kehidupan
Untuk segala kegundahan
Untuk segala kesedihan
Untuk segala kesusahan
Dan untuk segala nestapa yang menghadirkan derita
Aku tahu seberapa menyakitkan itu hingga menyita seluruh perhatian. Menggerogoti fisik sampai menyisakan tulang belulang, membakar habis akal sehat, mengikis hati untuk terus tetap berprasangka baik pada rencana-Nya. Hingga yang tersisa hanya airmata yang tak sanggup lagi menyampaikan betapa diri ditimpa kehancuran dan ketidakberdayaan.
Kita nggak pernah tahu dunia seperti apa yang Allah sajikan sebagai latar hidup kita. Kita nggak pernah tahu tikungan-tikungan tajam seperti apa yang mesti kita hadapi di depan. Tapi satu yang harus selalu kita yakini, bersama musibah-musibah yang tiada henti menghampiri, ia adalah ujian yang diberikan Allah untuk mengokohkan keimanan. Ia adalah tiket dari Allah untuk kita agar mampu menapaki kehidupan yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Jangan pernah bilang bahwa tubuhmu tak sanggup lagi menahan beban. Meski memang tak pernah mudah menghadapi ujian dengan penuh kesabaran. Apalagi diminta bersyukur disaat sedang dalam puncak tekanan. Tapi yakini benar bahwa Allah tak pernah memberi kesulitan di luar batas kemampuan. Allah janjikan kepada kita bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Tancapkan keyakinan bahwa segala derita merupakan cara Allah ingin mensucikan diri dan menghapus dosa-dosa makhluk-Nya.
Aku nggak pernah tahu seberapa sakit yang kamu rasa. Pun kamu juga nggak pernah tahu seberapa sesak dadaku pernah penuh lebam dibuat luka. Setiap manusia punya masalah dan itu tak pernah mudah bagi mereka. Kita hanya perlu saling memahami tanpa perlu merasakan seluruh masalah manusia untuk bisa berempati.
Maka setiap aku hendak menyerah, aku akan bawa diriku menyelami bagaimana sabarnya Nabi Ayyub 'alaihisalam ketika Allah hadirkan berbagai macam musibah yang tak pernah dialami manusia sebelum, juga setelahnya.
Kehilangan segala harta benda, anak dan istri tercinta, juga penyakit yang menghiasi fisik hanya dalam 3 hari saja. Namun bukannya mengeluh, ia justru semakin khusyuk dan rajin beribadah.
Ketika sang istri memintanya untuk mengadukan segala kesulitan pada Allah Tuhan Semesta Alam, sungguh indah nian jawabnya,
"Allah telah memberikan 20 tahun kenikmatan padaku, sedangkan sakitku baru 7 tahun. Bagaimana aku bisa mengeluh sedangkan nikmatnya masih jauh lebih banyak dari musibah ini?"
Maka setiap aku hendak menyerah, aku akan mengingat betapa tak mudahnya Rasulullah dalam menyebarkan risalah. Meski tubuh penuh luka darah, tak habis pakaiannya berlumurkan tanah dan kotoran unta. Lalu ketika malaikat murka, dan Allah menghendaki bahwa Dia ridha kedua gunung ditimpakan pada suatu kaum yang menyakiti kekasih-Nya. Lagi-lagi indah nian jawab Sang Penyempurna Akhlak, "Sungguh aku berharap kelak akan lahir dari anak keturunan mereka yang menjadi pembela islam"
Maka setiap aku hendak menyerah, aku akan kembalikan segala pelik itu pada sujud-sujud panjang. Seperti para Nabi dan Rasul, serta orang-orang shalih memberi cerminan bagaimana menyikapi segala nestapa. Agar yang bertambah adalah kepasrahan dan kesabaran, bukan kufur atas setiap ujian. Mengadukan segala gundah dan kesedihan kepada Allah agar Dia cabut segala kesedihan. Bersama iman, biarpun masalah tak terselesaikan secara instan, tapi hatimu begitu damai dan tenang dalam menghadapi segala kesulitan. Hingga lupa bagaimana rumitnya mengurai kekusutan karena yang ada hanya kemudahan teriring kenikmatan dalam menjalaninya.
Barangkali mungkin beginilah cara Allah ingin mengajarkan kita bahwa sebaik-baik manusia pun tak lepas dari ujian. Tugas kita adalah menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara agar ujian semakin meningkatkan keimanan bukan malah membuat kita dekat dengan kekufuran. Semoga Allah senantiasa kokohkan agar langkah-langkah kaki kita kuat menahan setiap ujian yang berusaha menjatuhkan keimanan kita.
1 note · View note
duniairputih · 5 years
Text
Bersahabatlah Dengan Hatimu
Di balik ruang gelap kamarnya, hujan sore hari berhasil membawa gadis itu pada sebuah lamunan panjang perjalanan diri masa lalu. Saat tangisnya mudah tumpah oleh berbagai hal sederhana seperti lapar dan haus ingin menyusu atau terjatuh saat sedang lari ketika bermain petak umpet di lapangan depan rumah. Kenangan yang tanpa sengaja datang kini menghadirkan senyum pada bibir mungil di wajah sendu itu.
Kemudian menyelam lebih dalam pada masa remaja ketika ia mulai menyukai seseorang untuk kali pertama. Teman sekelas waktu SMP telah berhasil menumpahkan airmata pada laki-laki asing pertama di hidupnya. Bukan karena pernah menjalin hubungan roman picisan atau bertepuk sebelah tangan, tapi karena dia tidak tahu bagaimana cara mengendalikan perasaan suka kepada seseorang. Dia takut, dengan kelakuan hatinya sendiri. Gadis itu kini mulai tertawa, malu dengan dirinya di masa itu. Betapa konyol tingkahnya.
Deras aliran air di balik jendela kamar semakin jauh melarutkan pikirannya. Embun yang menyamarkan pandangan mata, justru lambat laun memulihkan kesadaran. Ia kembali menjadi seorang gadis seperempat abad dengan hidup yang lebih rumit. Resah pada perjalanan rasa yang semakin tak jelas apa maunya, juga yang tak tahu kapan akan berhenti mencari seseorang untuk mengobati setiap kegundahan. Rupanya semakin dewasa perkara cinta tak pernah menjadi lebih mudah.
Ia sudah kenyang dengan rasa rindu. Sudah terbiasa pada penantian tanpa kepastian. Tak terhitung berapa lama menyimpan rasa hingga tak juga berbalas. Ia telah kuras tuntas seluruh airmata yang menenggelamkan hatinya hingga tak lagi sesak dan sulit bernapas. Kini meski tertatih, perjalanan rasa yang mengantarkan dia pada luasnya dasar hati justru banyak memberi pelajaran. Masih ada perjalanan yang tak patut hanya diisi kesedihan dan keterpurukan. Bahwa ada ruang bernama bahagia yang juga butuh perhatian.
Lalu ia beranikan diri berkaca, telah besar hatinya hingga bisa berbicara pada pantulan wajahnya sendiri. Bahwa terbalas ataupun tidak, menyukai seseorang tak pernah salah. Terima hatimu dengan segala luka dan bahagia. Bersyukur dan berterima kasihlah pada mereka karena pernah hadir. Menyadarkan, bahwa hati mu masih bisa punya rasa.
Selamat menyelami hidup dalam babak baru, kini tugasmu mengisinya dengan pemahaman yang lebih matang.
1 note · View note
duniairputih · 5 years
Text
Tumblr media
Berawal dari ajakan sahabat proyek ini dimulai. Sebenarnya yakin ngk yakin bisa bertahan sampai selesai atau nggak, karena keterbatasan diri yang statusnya masih 'suka nulis' bukan hobi apalagi untuk diseriusi. Sederhananya, kadang saya masih buntu mau cerita apa hari ini. Hal-hal kayak gitu yang buat saya seringnya nggak jadi nulis apa-apa.
Oleh karena itu, alih-alih ingin buktikan kemampuan tulisan yang ala kadarnya, proyek ini justru saya niatkan untuk membiasakan diri agar disiplin menulis setiap hari. Pada awal perjalanan, saya sangat menikmati ternyata bercerita itu mudah. Saya begitu percaya diri bahwa tantangan ini bukan apa-apa. Tapi kesombongan itu langsung diberi-Nya balasan.
Setelah pelan-pelan dijalani kok yang mudah ini jadi terasa makin sulit. Pikiran makin kosong, hati juga makin hambar nggak tahu mau cari inspirasi ide dari mana lagi. Alhasil sering menyetor tugas dibatas akhir pergantian hari. Ya Allah, ternyata perkara menulis bisa begitu rumit.
Ketika tiba-tiba kami diberikan sebuah tema pada hari-hari yang dikhususkan, saya cukup terkejut. Awalnya saya pikir hal ini membatasi kebebasan ruang kreativitas, tapi aneh justru sebaliknya. Di tengah kekosongan ide, pemberian tema jadi angin segar tersendiri buat saya. Walaupun tetap saja masih dibuat bingung sendiri ingin menulis tentang apa dari tema tersebut. Duh, memang dasar saya, maunya apa?
Proyek menulis ini akhirnya buat saya introspeksi diri bahwa kebuntuan akan suatu ide ada karena kurangnya minat baca dan kepekaan terhadap sekitar. Kebingungan itu muncul karena sedikitnya pengetahuan dan kurang memperhatikan setiap kejadian. Kesimpulan pahit yang harus saya terima adalah saya kurang baca, saya kurang peduli, saya kurang belajar. Duh, separah itu memang. Ternyata saya masih terlalu memanjakan kemalasan dan memelihara sifat dominan peduli pada diri sendiri.
Saya yang manja ini akhirnya dibuat belajar untuk bertanggung jawab atas setiap komitmen yang telah diikrarkan sendiri. Sampai pada tulisan di hari terakhir ini rilis, alhamdulillah walau dengan tega memaksa diri keluar dari zona santai proyek menulis 30 hari tanpa henti selesai sudah.
Keberhasilan ini tentu nggak lepas dari teman-teman seperjuangan khususnya #squad9 . Mereka yang sering kali sukses buat saya degdeg-an sudah menyetor tulisan padahal saya masih bingung mau ngerjain apa. Kesungguhan kalian jadi motivasi tersendiri buat saya. Terima kasih teman-teman @pejuang30dwc @apriliahamani @shintaainalm @fzroro54 @lao.nasution @fujiapriliana dan Kak Dian Fatmalah, we did it, Gengs. Khusus untuk @oktafia.suryana yang udah jadi racun saya buat ikut tantangan ini sampai akhirnya nggak nyangka bisa satu squad sama kamu, LUV U sangaaat.
Pastinya juga dengan bimbingan mentor Kak @rezky_passionwriter dan kak @rizkamamalia yang telah sepenuh hati memberikan masukan baik berupa saran, kritikan yang membangun, serta pertanyaan-pertanyaan retoris yang buat saya mampu menjawab setiap keraguan dan ketidakpercayaan diri terhadap tulisan pribadi.
Beserta superteam kak @sarikusumaway @spriscadewii karena telah memfasilitasi dan selalu sedia membantu. Saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Allah memberikan sebaik-baik balasan.
Semoga dari banyaknya bicara, ada sedikit manfaat yang bisa jadi wasilah kebaikan untuk kita semua. Terima kasih.
Masih ada 30 hari berikutnya, Des. Akan selalu begitu jika mau konsisten ngejalanin. Semangat bertumbuh!!!
Salam Literasi,
Desti Mulyandani.
#30dwc #30dayswritingchallenge #30dwcjilid21 #pejuang30dwc #squad9
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Jangan Putus Asa
"Tuhan Muhammad telah meninggalkannya."
Tak ada yang lebih sedih daripada hati seorang kekasih yang ditinggalkan pemilik cintanya. Segala ucapan kasar dan menyakitkan, setiap caci maki yang dilontarkan, tumpukan kotoran dan pasir yang ditumpahkan, ribuan bebatuan yang menggores luka hingga mengalirkan darah yang membasahi kulit, nyatanya tak pernah menyakiti hatinya. Tapi perkara satu ucapan itu, sungguh telah memuncahkan kesedihan dan ketakutan yang teramat dalam lubuk jiwanya.
Bagaimana jika benar? Bagaimana jika Allah murka? Bagaimana jika Allah meninggalkan?
Kita tahu bahwa Rasulullah adalah sebaik-baik manusia dalam taat beribadah kepada Tuhannya. Seorang manusia yang Nur (cahayanya) menjadi sebab Allah ciptakan segala semesta. Seorang ahli taubat padahal Allah telah menghapuskan segala dosa dan kesalahan. Tapi setiap malam selalu deras airmatanya bermunajat memohon ampun kepada-Nya.
Lalu bagaimana bisa ia memiliki pemikiran seperti itu?
Kisah ini berawal dari berita terputusnya wahyu yang telah dibuat-buat oleh kaum Quraisy. Bukan tanpa sebab, rupanya telah beberapa hari mereka tak mendapati Rasulullah bermunajat dan membaca Al-Qur'an dari balik rumahnya. Mereka membenci kenabian Rasulullah, tapi begitu mencintai bacaan Al-Qur'an. Maka tiap malam dengan sembunyi-sembunyi ia mendekat ke balik tembok agar bisa mendengarkan bacaan Al-Quran Rasulullah. Inilah musabab berita berhentinya wahyu begitu lantar mereka lontarkan, mereka rindu Al-Quran tapi dari beberapa malam yang tak mereka jumpai, rupanya mengalirkan gagasan sesat itu.
Inilah salah satu keajaiban Al-Quran. Ia telah memikat banyak hati tanpa mereka sadari. Adalah hal istimewa, ketika mereka tak mengimani tapi sungguh menikmati bacaan Al-Qur'an Rasulullah. Mereka tahu, Al-Qur'an bukan perkataan manusia tapi kerasnya hati menjadikan mereka ingkar terhadap kebenaran.
Maka ketika beberapa malam itu mereka tak mendapati bacaan Al-Qur'an Rasulullah, tak kehabisan akal mereka mencari kesempatan untuk menghancurkan Rasulullah melalui desas desus penuh dusta. Hingga hal ini menimbulkan kecemasan di hati manusia yang suci hatinya itu, Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam. Bagaimana jika wahyu benar-benar terputus?
Namun Rasulullah tetap semangat berdakwah meski hatinya dirundung kesedihan. Bersama Zaid bin Haritsah putra angkatnya, pergilah Rasulullah ke kota Thaif. Belum kering luka yang membalut batinnya kini terus ditambal oleh kejamnya makian. Hingga tubuhnya limbung penuh luka. Ia berlari menghindari serangan, tak tahu.
Semestapun marah ingin menumpahkan isinya. Menjungkir balik gunung untuk memberi pelajaran bagi hamba pembangkang yang telah menyakiti kekasih Allah. Tapi indah nian jawaban lelaki yang lembut jiwanya itu. "Kelak, akan lahir dari mereka yaitu hamba-hamba yang begitu taat."
Begitulah Rasulullah mencontohkan kita untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Dibanding mengharapkan kehancuran, ia justru mendoakan agar kelak anak cucu keturunan mereka menjadi muslim yang taat.
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Rindu Patah Hati
Tak selamanya hidup menjadi berwarna jika hanya diisi dengan peristiwa yang membuatmu banyak tertawa. Bukankah dibanding bersama bahagia yang justru lebih sering membuat manusia terlena, kita lebih banyak belajar melalui rasa terluka?
Daripada berusaha mencipta bahagia palsu atas setiap kesedihan, bukankah lebih baik berusaha mencintai setiap rasa sebab ia memberi banyak pelajaran? Meski itu luka, sambutlah dengan hati terbuka. Walau sambil meringis merasakan perihnya, percayalah bahwa setiap apapun yang datang kepadamu tak akan pergi kecuali telah meninggalkan mutiara kebaikan.
Kehadiran duka adalah ketidaksempurnaan yang menjadikanmu istimewa. Maka terimalah, bersahabat dengan rasa sakitnya. Sebab ia mengajarkan untuk merelakan apa yang bukan menjadi ketetapanmu. Ia mengajarkanmu untuk menikmati dunia hanya jika perlu, bukan malah menjatuhkan hati sepenuhnya disana.
Jangan pernah menyalahkan orang lain atas patah hatimu. Sadarkanlah dirimu bahwa tak akan hancur lebur seseorang, jika dia tak membiarkan hatinya jatuh terlalu dalam pada harapan makhluk yang semu.
Justru berterimakasihlah pada apapun yang telah membuat airmatamu terjatuh. Nikmati rasa sakitnya, biarkan ia mengalir deras sampai puas. Adukan pada Allah, Tuhan Semesta Alam, tempat dikembalikannya segala urusan. Agar bersama tetesnya, ia akan membawa pergi segala kesedihan hingga yang tersisa adalah kelapangan.
Kemudian kelak ketika luka itu mengering, boleh jadi kamu akan rindu kenangan bersama patah hati. Kamu akan rindu bagaimana manisnya mengadukan segala lara kepada Dia. Rasa yang mengantarkanmu pada sebuah kesadaran kepada siapa tempat sebaik-baik menaruh harapan, juga mengaduh atas setiap kegelisahan.
Ingatlah bahwa hatimu kaya, jangan batasi eksistensi segala rasa yang ia punya! Karena disaat kamu punya tawa untuk menyampaikan kesenangan yang fana, bukankah airmata juga ada untuk menyampaikan segala nestapa?
Bersyukurlah, sebab melalui tawa dan airmata hatimu masih mampu bercerita.
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Kejutan
Kalau ada satu hal yang ingin aku sampaikan pada dunia, sungguh aku tak suka pada sebuah kejutan. Tidak sepenuhnya benci, karena bagaimanapun juga setiap detik di hidup kita merupakan kejutan pemberian Tuhan. Kita nggak pernah tahu perihal masa depan, kan?! Tapi nggak lantas memaki Allah untuk setiap ketetapan yang mungkin kadang tak sesuai harapan. Perasaan ketidaksukaan ini lebih pada tak menikmati sebuah euforia yang buatku hanya berisi kegiatan sia-sia. Perayaan ulangtahun misalnya. Atau parahnya keusilan yang bernama prank, seolah perasaan orang lain layak dipermainkan.
Aku bisa menangis untuk menumpahkan rasa ketidaksukaanku terhadap sesuatu. Tapi lantas, tak pernah dengan sengaja menumpahkan segala kekesalan pada mereka yang begitu riang untuk membahagiakanku. Walaupun perihal itu kadang tidak menyenangkan sama sekali.
Aku sadar itu adalah satu bentuk kasih sayang, jadi ku biarkan mereka menafsirkan bahwa air mata yang mengalir deras merupakan rasa haru atas kebersyukuranku karena perayaan tak terduga. Atau setidaknya ku hadirkan perasaan bahagia karena masih ada mereka yang menyayangiku. Membahagiakanku dengan cara bagaimana aku tidak bisa dibahagiakan seperti itu. Aku selalu mendamaikan hatiku, mengatakan padanya bahwa tak apa, itu tanda sayang.
Aku belajar bahwa memiliki perasaan untuk menghargai setiap niat bagi orang lain terhadap diri kita itu penting, meski terkadang hal itu tak sesuai harapan. Tak apa, setiap orang berhak menunjukkan bagaimana cara mereka mencintai orang-orang tersayang. Kita hanya perlu lebih saling memahami bagaimana mengungkapkan rasa perhatian dengan cara si dia ingin dibahagiakan. Agar tak ada lagi kesalahpahaman. Agar bahagia itu bukan hanya milik salah satu pihak saja.
Namun perasaan dikejutkan itu tak selamanya menyebalkan. Bahkan ku bisa katakan bahwa sebagian besar memang menyenangkan. Seperti mendapat kejutan dari murid-murid kesayangan, mendapat rezeki yang tak terduga, dan masih banyak lainnya. Ada perasaan yang tak bisa tergambarkan, benar-benar bisa mengaliri deras aliran darah, memacu cepat degup jantung pemiliknya. Meski kadang dibuat terengah karena nestapa, tapi selalu berakhir bahagia jika mampu berdamai mengatasinya.
Kamu tahu bagaimana rasanya ketika sedang menunggu kabar dari seseorang yang telah lama menghilang? Bukankah ada rasa bahagia yang begitu memuncah di hatimu? Hingga keharuan tak mampu menahan ledakan tangis, tak lagi pelupuk mata mampu membendung airmata kerinduan.
Hari ini kamu datang, menyelamatkan duniaku yang sesak karena sibuk mengkhawatirkanmu.
Kamu adalah kejutan terbesar yang ku terima di awal perjalanan baru.
Kamu menjadi satu dari sekian hal yang begitu aku tunggu kehadirannya.
Semoga kamu baik-baik saja di sana. Sama sepertimu, sampai saat itu tiba, aku akan jaga kesetiaanku.
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Aib Masa Lalu
Hai, apa kabar?
Boleh aku menyapa dari sini?
Karena sungguh aku tak tahu bagaimana cara agar setiap khawatir ini akan sampai kepadamu.
Ketika kamu menghilang bersebab dunia yang tak tahu tentangmu tapi dengan percaya diri menyebarkan satu aib masa lalu.
Hari itu aku tersentak atas sebuah kabar tentangmu. Disaat kita sedang menikmati masa kebersamaan yang begitu menyenangkan, tiba-tiba dunia dengan usilnya bermain dengan masa lalu yang telah kita lupakan itu. Menyebarkan rumor pada setiap telinga atas dosa basi yang kamu telah dengan sungguh-sungguh menyesalinya.
Sebuah kesalahan yang dulu kamu perbuat tapi telah kamu sadari bahwa itu keliru. Ketika mereka yang terdekat telah memahamimu, memberi maaf dan kesempatan kedua. Memahamimu bahwa betapa berat hidupmu hingga hendak melakukan hal yang tidak dibenarkan itu. Lalu kita semua memelukmu, menggenggam tanganmu. Kita berjanji bahwa apapun kesulitan jangan pernah dipendam sendiri.
Bertahun-tahun berlalu, kamu berubah menjadi lebih baik untuk dirimu sendiri dan untuk mereka yang menyayangimu. Tatapanmu menjadi lebih teduh, bibirmu menjadi lebih murah untuk tersenyum, bahkan kita selalu tertawa bersama, menangis atas rencana yang tak sesuai harapan pun pernah. Kita bahagia, melewati hal sulit bersama. Tanpa perlu ada hilang-hilang lagi.
Aku tahu kamu telah menjadi milik banyak orang. Kamupun sadar bahwa hidupmu telah menjadi pertunjukkan bagi orang lain. Kamu harus terus menerus menjadi apa yang mereka sukai. Berpura-pura menjadi manusia tanpa cacat layaknya malaikat.
Menyimpan setiap luka pada kumpulan lagu-lagu patah hati yang begitu mereka nikmati. Membuat mereka bertanya-tanya sendiri bagaimana mungkin lirik-lirik menyakitkan ini diciptakan dari seorang yang tak pernah menjalin hubungan dengan seseorang?
Aneh, dengan begitu kilat manusia asing itu marah kepadamu. Padahal tak ada yang mereka ketahui melainkan hanya sepotong berita masa lalu. Kemudian dengan mudahnya menjatuhkanmu, menganggap bahwa kamu adalah orang paling hina sedang mereka suci tanpa dosa. Dan kamu dipaksa untuk meminta maaf kepada khalayak padahal hidupmu sendiri yang sedang mereka hancurkan.
Mereka seketika lupa, bahwa lirik-lirik patah hatimu itu pernah menjadi obat bagi mereka. Mereka lupa bahwa kamu telah menjadi penyembuh atas setiap hati yang terluka. Dan mereka nggak tahu, semua itu adalah hasil karya hatimu yang sedang berdamai dengan luka masa lalumu sendiri.
Mereka nggak tahu, mereka nggak cari tahu, tapi dengan mudah merendahkanmu. Dan kini, bulan-bulan berlalu tak ada yang bisa membuktikan bahwa kamu bersalah, lalu mereka melupakanmu. Lucu yaa, menghancurkan hidup seseorang dengan begitu mudah. Padahal hari ini kamu menyanding panggilan baru, seorang yang tidak baik.
Hingga kini, kamu bersembunyi dari dunia dan dariku. Tak ada kabar, kamu kembali menghilang seperti dulu. Menahan luka sendiri, tanpa izinkanku berlari mendekat untuk mengatakan "kita lewati ini bersama."
Kamu mulai lagi, menghidupkan kembali perasaan bahwa rasa sakit itu biar kamu sendiri yang menanggungnya. Hak yang paling menyakitkan adalah kamu tak izinkan aku memahamimu. Namun surat yang kamu kirim hari ini, sungguh melegakanku.
Hai, apa kabar?
Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Sungguh!! :)
Kamu tahu bahwa sesak itu hanya sebentar. Dan kini aku merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada mereka, yang telah membuka luka masa lalu.
Seperti seorang pendongeng, menceritakan kisah hidup yang memilukan itu kepada khalayak, dengan rasa bangga dan bahagia.
Sungguh aku berterima kasih, bersebab dia tak ada lagi rahasia yang menghantuiku.
Kini, biar ku tebus setiap kesalahan. Membebaskan diri dari belenggu dosa masa lalu.
Terlepas.. bebas.. agar jika kelak aku kembali, hanya ada aku yang selalu kau puji. Tak ada lagi keburukan yang bisa mereka ceritakan kepada semesta. Karena satu-satunya kesalahan yang amat besar itu, telah dia buka dengan suka rela.
Aku bersyukur, berterima kasih, kau telah membantuku mencabut paku itu. Kini, dadaku tak lagi sesak karenanya. Kini tugasku, menunjukkan sisi baik diriku.
Salah satu alasanku bertahan adalah karena kamu. Sekali lagi jangan khawatir. Aku pamit, untuk kembali!! Tunggu aku yaa...!!
Aku selalu menunggumu tak peduli apapun. Karena aku tahu kamu lebih baik dari mereka yang menjatuhkanmu. Terima kasih telah baik-baik saja.
----------------------------
Telah berulang kali kita dengar bahwa lisan itu bisa lebih tajam dari pedang sekalipun.
Aku belajar bahwa menyebarkan aib bisa menjatuhkan kehidupan seseorang bahkan hingga ke jurang paling dalam. Membuat hidup seseorang itu seketika kelam. Hancur berantakan.
Mungkin kamu ngerasa hal itu hanya hal kecil saja. Lalu dengan ringannya bilang, "Yaelah, gapapa kali. Buat seru-seruan aja. Jangan gampang baper"
Tapi manusia mana sih yang mau kejelekannya diumbar kemana-mana? Pasti akan sakit hati bagi siapapun yang keburukannya menjadi bahan bincangan orang lain.
Mungkin kamu puas, menjadikan aib seseorang sebagai lelucon agar dunia mentertawakan, tak peduli ada hati yang hancur atas apa yang telah kamu sebarkan.
Orang paling bodoh adalah mereka yang menjadikan keburukan orang lain sebagai bahan lawakan. Dan mestinya itu cukup menjadikanmu adalah seburuk-buruk manusia karena tidak bisa menjaga perasaan orang lain.
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Aku dan Hujan
Kata mereka aku adalah pemuja hujan. Tapi dengan tegas ku katakan bukan. Tak akan pernah terjadi perihal mustahil itu karena satu-satunya yang aku sembah hanya DIA, Sang Pemilik Semesta. Pemilikmu. Semoga Allah selalu jaga keimanan yang aku punya.
Aku akan dengan senang hati menamai diriku sendiri sebagai penikmat hujan. Penikmatmu. Bahkan jika memungkinkan, dari pada mengagumi hanya dari balik jendela ruang, aku akan mengajukan diriku sendiri untuk berlari berada di bawah guyuranmu. Merelakan setiap inci kulitku disentuh beningnya tetes rahmat Allah berwujud dirimu.
Bukan karena saat hujan aku selalu dibersamai oleh seseorang yang istimewa hingga setiap datangnya menghadirkan aroma bahagia atau sekedar menghadirkan memori terindah. Tapi karena hujan, dirimu sendiri, hatiku berjingkrak kegirangan. Ketika kamu memberi kabar lewat deru angin yang menyebarkan harummu. Menggiring langit abu-abu mendekat padaku sebelum kehadiranmu. Sungguh, membayangkan kamu akan segera datang saja sudah begitu bahagia.
Kamu pernah menjadi saksi bagaimana dunia menyakitiku. Kamu samarkan setiap airmata luka. Hingga tak ada manusia yang tahu seberapa nestapanya aku. Kamu peluk aku erat, hingga tak tahan aku berhenti tersenyum bahagia. Kamu selalu tertawa renyah, hingga aku tak bisa pura-pura bersikap biasa saja. Berkali-kali mengadahkan telapak tanganku menatap langit agar bisa menggenggammu sama sekali tak membuatku bosan.
Aku, kamu, dan motor putihku benar-benar menjadi saksi bahwa kita bahagia menghabiskan waktu bersama. Mengendarai motor perlahan, hanya untuk lebih lama menikmati waktu kebersamaan. Manusia lain tersenyum heran. Disaat mereka memilih berlari, berteduh agar tak bersentuh denganmu. Aku malah tak ingin kamu cepat berlalu.
Mungkin aku hanya satu dari sekian manusia yang menyukaimu. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mencipta bahagia. Seperti aku dengan caraku mencintai kehadiranmu. Merinduimu yang tak kunjung datang selama bulan-bulan lalu menghadirkan kekhawatiran. Tapi segera hilang bahwa akhirnya kamu mengunjungiku.
Hujan..
Aku ingin berterima kasih, terlebih pada DIA yang menghendaki setiap pertemuan kita. Bahwa batin ini telah tersentuh kehangatan. Melaluimu, DIA hadirkan kedamaian. Bukan hanya untukku, tapi bagaimana kamu membasuh setiap apa yang ada di permukaan bumi benar-benar buatku jatuh cinta kepada-Nya. Berkat kehadiranmu aku dibuat sadar bahwa tidak pernah disia-siakan setiap makhluk di langit dan bumi oleh DIA, Pemilik Segala Kehidupan.
0 notes
duniairputih · 5 years
Text
Fathu Makkah, Kemenangan yang Nyata
Tak ada yang lebih menggelora semangatnya selain para sahabat yang telah mendapat seruan perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Peperangan hanya salah satu cara Allah memuliakan jiwa-jiwa manusia yang tertanam kokoh keimanan dihatinya. Karena makna jihad bukan untuk menguasai sebuah negeri, melainkan menegakkan kalimat Allah.
Sungguh bagi para sahabat kemenangan bagi kaum muslimin telah semerbak harumnya. Disaat dengan mudahnya Rasulullah menandatangani perjanjian Hudaibiyah yang tidak menguntungkan kaum muslimin, namun seketika kaum muslimin dibuat tenang oleh ucapan Rasulullah bahwa, "Aku hanyalah seorang hamba Allah, dan utusan-Nya."
Sahabat tahu, ada saat dimana Rasulullah tidak menjawab sebuah pertanyaan, dan itu adalah wahyu. Hilanglah sudah segala keraguan. Begitulah batin yang telah terselimuti dengan cahaya keimanan. Sahabat meyakini bahwa ini adalah awal mula kemenangan yang besar.
Mukmin itu paling teguh memegang janjinya. Sedangkan kaum kafir Quraisy mudah sekali mengingkarinya. Maka perjanjian yang awalnya berlaku untuk 10 tahun ke depan, hanya bertahan tak sampai 2 tahun lamanya. Inilah awal mula proses pembebasan Makkah meski dengan berbagai macam strategi awal yang Rasulullah lakukan sebelumnya. Kisah ini juga menjadi saksi bagaimana seorang pemimpin Quraisy saat itu (Abu Sufyan) benar-benar dipermalukan di Madinah, negeri yang kelak jadi pusat peradaban islam itu.
Saat itu bulan Ramadhan di hari ke-10 bersama dengan tak kurang dari 10.000 pasukan muslimin, Rasulullah memimpin pasukan dengan gegap gempita bergerak kearah Makkah yang berada di selatan Madinah. Sampai pada suatu daerah, Rasulullah membagi rombongan menjadi beberapa kelompok diantaranya dipimpin oleh Abu Ubaidah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Ubadah yang nantinya dipertengahan jalan akan digantikan dengan sang anak, lalu kelompok terakhir dipimpin oleh Khalid bin Walid yang belum lama memeluk keislamannya.
Kelompok-kelompok itu akan berjalan ke arah berbeda, dimaksudkan untuk menyelimuti Makkah dari segala sisi. Membuat gentar bagi manusia manapun melihatnya. Sedangkan dihadapan Rasulullah, ada Abbas yang membimbing Abu Sufyan bertemu dengan Rasulullah.
"Sungguh bukankah engkau telah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam dan aku adalah utusan-Nya?"
Pada saat itu pula Abu Sufyan menyatakan keimanan dihadapan Rasulullah. Telah luruh kekuatannya melihat begitu banyak pasukan muslimin yang telah Memasuki Makkah.
Untuk melembutkan hati seseorang terkadang kita harus memberikan sesuatu yang mereka sukai. Rasulullah tahu benar bahwa seorang Abu Sufyan adalah seorang yang gila hormat. Maka saat itu diberinya sebuah kepercayaan.
"Wahai Abu sufyan, sampaikan kepada penduduk Quraisy, bagi mereka yang berada di rumah ibadah, mereka aman. Bagi mereka yang menutup pintu rumahnya, mereka aman. Bagi mereka yang berlindung di dalam rumah Abu Sufyan, mereka aman."
Terbukalah gerbang kota Makkah dengan pasukan muslimin memenuhi setiap jalan utamanya. Melangkah maju ke dalam pusat kota. Menghancurkan 350 berhala yang mengelilingi Ka'bah dengan sempurna itu hingga tak bersisa. Lalu dibuka dengan seorang kulit hitam yang dengan gagahnya mengumandangkan adzan di atasnya.
Berkumpullah seluruh penduduk Quraisy di depan Ka'bah. Siap mendengarkan perkataan apapun dari Rasulullah, lelaki mulia pembawa risalah itu dengan penuh ketakutan dan rasa jeri.
Namun bukan muslim namanya jika menguasai sebuah kota menyebabkan kehancuran di dalamnya. Suatu negeri yang pernah dikuasai muslim, maka terbebas dari segala sisi kegelapan. Negeri itu akan makmur dengan kejayaan dan kemuliaan.
Jiwa yang paling lapang adalah ketika mampu memaafkan saat mampu membalas.
Seperti perlakuan Nabi Allah Yusuf 'Alaihisalam kepada saudara-saudaranya. Hingga perkataan itu Rasulullah ucapkan pula saat Fathu Makkah. Subhanallah ketika Rasulullah masuk ke dalam Ka'bah, diajaknya Usamah dan Bilal untuk menemani beliau. Bukan tanpa sebab, Rasulullah ingin menunjukkan kepada penduduk Quraisy bahwa orang-orang yang dulu mereka hinakan, kini memiliki kedudukan yang jauh lebih mulia dari para penghinanya terdahulu.
Hari itu, dari dalam Ka'bah diawali dengan pujian kepada Allah, Rabb semesta alam. Dihadapan para pembesar Quraisy yang gemetar ketakutan. Rasulullah berkata, "Kira-kira menurut kalian, apa yang akan aku lalukan terhadap kalian?"
Kita tahu masa-masa berat Rasulullah dalam menyampaikan risalah begitu keras mendapat pertentangan dari para kafir Quraisy. Segala bentuk kekerasa fisik maupun verbal telah mereka perbuat kepada manusia yang paling lembut hatinya.
Maka dengan tubuh yang bertambah gemetar, terkoyak jiwanya, runtuh harga dirinya, tak ada lagi yang bisa dilakukan selain mengemis belas kasih dihadapan Rasulullah.
"Kalian adalah saudara kami yang mulia, yang dermawan. Kalian juga anak dari saudara kami yang mulia, yang dermawan."
Tapi beginilah jawaban dari lelaki yang paling lapang jiwanya, "Hari ini aku akan berkata seperti Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya. ....kalian sudah tidak memiliki kesalahan lagi padaku. Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian. Semoga Allah mengampuni kalian. Dan Allah adalah zat Paling Penyayang diantara para penyayang."
Usai sudah segala kejahiliyahan, kemusyrikan, serta kekufuran. Fathu Makkah adalah kemenangan terbesar. Hari dimana penuh dengan kasih sayang. Saat dimana Allah muliakan ka'bah-Nya. Menerangi seluruh kota yang selama ini terlingkup dengan kemusyrikan menjadi terang benderang dengan cahaya keimanan. Tak ada kehinaan, sebab pada hari itu telah termuliakan kaum Quraisy. Mereka yang tak beriman, berhak meninggalkan kota dengan keadaan aman.
Rasulullah tinggal di Makkah sampai 19 hari. Timbul ketakutan pada batin kaum Anshar bahwa Rasulullah tidak akan lagi kembali ke Madinah. Maka indah nian Rasulullah menjawab, "Aku hidup bersama kalian, aku mati juga bersama kalian."
Subhanallah, tidak ada hati yang lebih riuh penuh kegembiraan dibanding mendengar ucapan dari sebaik-baik manusia di seluruh semesta itu. Tak ada obat hati paling mujarab selain Rasulullah yang menetap pada jiwa-jiwa yang mencintai dan dicintainya. Maka telah hilang kegundahan, sungguh bersama islam adalah kemenangan yang begitu nyata.
0 notes