Quote
Saya jatuh cinta pada satu kegiatan. Banyak orang menyebutnya sebagai menulis. Sudah cukup lama saya mengenalnya. Mulanya kertas yang menjadi saksi, tidak lupa pena yang menjadi alat penoreh cerita. Sekarang, papan ketik sudah menjadi teman, layar laptop juga menjadi saksi yang melihat saya fokus pada deretan huruf yang berbentuk menjadi kata lalu berakhir menjadi sebuah rentetan kisah. Saya selalu bermimpi untuk hidup dengannya (baca:dunia kepenulisan). Saya belum pernah menemukan rasa cinta yang begitu dalam ketika menjalani sebuah aktivas selain menjalani kegiatan ini. Saya sadar tulisan yang saya hasilkan jauh sekali dari kata baik. Tapi, itu sangat ampuh untuk menjadi terapi bagi saya. Imam Ghozali juga berpesan menulis adalah sebuah cara untuk mengikat ilmu. Saya percaya, ingatan tidak lebih baik daripada tulisan. Menulis akan membuahkan tulisan yang bisa menjadi bukti keberadaan saya pada suatu masa. Setidaknya, ada hal baik yang bisa dibaca oleh banyak orang selepas saya berpulang untuk selamanya. Selain itu pula, menulis bisa menjadi ajang untuk mengenal banyak orang dari berbagai dunia, luar bisa. Maka itulah, bagi saya apa yang saya tulis adalah hal terjujur dari diri saya. Saya memegang kepercayaan, bahwa apa yang saya tulis adalah penggambaran diri saya. Saya ingin terus melakukannya (baca : menulis), sampai saya tidak disediakan waktu lagi untuk melakukannya.
Suci Novita Azzahra
0 notes
Quote
Sore ini saya mendengarkan sebuah karya musik yang begitu indah. Saya percaya karya ini merupakan buah pemikiran, perenungan, ketulusan, serta penuh makna tersirat. Karya indah ini dibuat oleh seorang laki-laki yang memiliki hati bersih dan pembawaan yang tenang. Hasil memendam perasaannya selama tujuh tahun kemudian dituangkan menjadi sebuah karya musik yang luar biasa. Sebagai penikmat, saya merasa di bawa jalan-jalan masuk mengelilingi jiwanya. Sangat damai. Durasi 3 menit 20 detik sungguh sangat berharga. Karya ini begitu menenangkan. Saya begitu salut dengannya. Terimakasih untuk sebuah karya yang indah. Saya harap perjuanganmu segera direstui oleh semesta.
Suci Novita Azzahra
0 notes
Quote
Hari ini di laman media sosial milik saya banyak sekali penulis yang berkisah tentang kepulangan Mas Agus (PemRed MediaKita). Terlihat sekali teman-teman penulis yang pernah bersua dan bekerja sama dengan beliau amat begitu kehilangan, bahkan banyak dari mereka yang masih tidak percaya. Saya bukan siapa-siapa. Saya juga tidak kenal dengan Mas Agus. Saat melihat kisah mereka saya baru saja tau siapa itu Mas Agus. Beliau banyak disebut di hari kepulangannya. Banyak dari mereka kebaikan, keramahan dan sikap rendah hati yang dilakukan olehnya semasa hidup. Luar biasa. Saya hanya ingin berterimakasih pada Allah yang sudah menciptakan mas Agus dengan kekurangan dan semua kebaikannya, juga hubungannya dengan teman-teman penulis. Melalui mereka dengan kepergian beliau yang tentunya menyisakan banyak kesedihan, saya hanya bisa terharu. Mangucapkan tarji' sekaligus berujar tasbih. Saya hanya meyakini bahwa orang baik akan selalu harum kebaikannya meski nyawa sudah terpisah dengan raga. Saya meyakini bahwa hari ini mas Agus sudah kembali dengan damai dan tersenyum menuju pencipta-Nya.Melihat beliau dengan apik memanusiakan manusia, saya percaya Allah akan memberikan beliau tempat yang terbaik di sisinya, menjadikannya hamba versi terbaikNya. Ini akan menjadi kepergian yang berkah. Menyisakan sebuah peringatan indah. Selamat jalan Mas Agus, selamat kembali ke pelukan Sang Pencipta.
Suci Novita Azzahra
0 notes
Text
Serpih
memulainya dengan keyakinan menjalaninya dengan pengorbanan mempertahankannya dengan perjuangan mengakhirinya dengan keikhlasan
saat itu kamu pergi begitu saja aku masih disini menggenggam janji
epilog yang tak terduga jalan cerita yang berkesan sekaligus menyakitkan menyisakan kepedihan
bagaimana aku bisa lupa saat bertahun-tahun bertahan pada kesepakatan yang disaksikan Tuhan tapi begitu saja kamu lupakan
saat ini kamu tiada lagi tentangmu, ceritamu, ceria dan kesedihanmu kini aku juga lebih mengerti arti menyimpan kenanganmu
cerita kita sudah usai namun tidak dengan kisahnya biarkan aku saja kamu cukup bahagia dan aku juga.
Shania Aznoci-
0 notes
Text
Dear Ar Rahman Ar Rahim,
Seperti biasa aku bangun dari tidurku. Tidak dengan alarm pagi atau karena bising suara yang aku tangkap ketika mata ini masih terpejam. Semua terjadi begitu saja, aku seperti dibangunkan tanpa sebuah alasan.
Berjalan menuju tempat air yang terdapat bak air wudhu di ujung sana. Tanpa dikomando siapapun, aku mulai mengusap tangan hingga mengusap kedua kakiku melalukan gerakan wudhu mulai dari rukun dan sunnah yang harus dipenuhi.
Aku menggelar kembali sajadah pada tempat yang sama. Menghirup segarnya angin sebelum fajar yang selalu menawarkan kesegaran yang tak ada tandingannya jika dibanding saat langit sudah menampakkan wajahnya.
Aku tenggelam dalam pertemuanku denganMu. Memandang wajahmu yang seolah-olah mengamatiku tanpa hatiku. Merasakan kehadiranmu sangat dekat melebihi aliran darah. Menyambut kehadiranMu yang dengan rela menunggui aku hingga selesai pertemuan rutin ini.
Waktu yang selalu begitu tepat untuk mengeluarkan semua resah juga gelisah yang setiap hari hanya bisa bergumul di dalam dada. Tempat yang selalu begitu pas untuk menceritakan semua bahagia, sedih, senang, duka, gulana yang biasanya aku tutup rapat dari ramainya dunia.
Saat yang terbaik dan aku meyakini adalah terbaik saat semua yang aku hadapi memang hanya harus kembali kepadaMu, bukan kepada yang lain.
Aku, bermunajat dengan cinta untuk membahagiakan sisa hidupku, menautkan hatiku cukup hanya padaMu, memberkahi semua langkah dan jalanku, juga memberiku akhir yang selamat dan indah.
Aku meminta untuk malaikat-malaikat tanpa sayapku, pangeran dan putri kecilku, juga semua orang yang aku sayang serta semua yang menyayangiMu selalu kau genggam dalam rahmah dan berkahMu dalam setiap detik kehidupannya.
Kau satu-satunya kebahagiaan yang sebenarnya aku cari sejauh ini, namun aku terlambat menyadarinya, dan terlalu malu menyatakannya.
Sebab aku, dari Kau, dengan Kau dan kembali ke Engkau.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Dear Ar Rahman Ar Rahiim,
Aku tau sekarang, tidak perlu aku menyibukkan diriku dengan segala hal keduniawian kalo semisal aku sudah berusaha semampuku sementara sisanya aku serahkan pada-Mu.
Aku merasa semuanya jauh lebih sekarang. Lalu, aku tidak perlu lagi mengkhawatirkan apa yang tidak pasti untukku saat kau dengan mudahnya menjadi hal nyata.
Aku sadar sekarang, terlalu lama aku mendengarkan mereka namun jarang sekali melihat tanda-tanda yang selalu Kau berikan.
Sejatinya tidak ada lagi hal yang sulit, mengecewakan, menyedihkan jika aku memandanginya sebagai sebuah nikmat yang tidak pernah habis diberikan oleh-Mu.
Kuncinya benar-benar hanya satu, keyakinan bahwa hidup ku memang dari Kau, dengan Kau dan untuk Kau.
Shania Aznoci
1 note
·
View note
Text
Dear Ar Rahman Ar Rahiim,
Semakin waktu berjalan aku tahu tentang sebuah kenyataan bahwa sebenarnya semua segi kehidupan akan selalu berulang di setiap masa berjalan.
Semakin waktu mengalir, aliran dan pola kehidupan akan selalu sama. Namun memang selalu menyesakkan, manusia melulu berbuat salah dari sebuah contoh yang sudah diberikan dengan jelas agar aku dan kamu bisa memetik semua hikmah dengan jelas. Supaya aku dan kamu tidak terperosok lagi dalam lubang gelap yang selalu sama.
Dunia memang ajaib, mengapa bisa begitu stabil. Semesta begitu seimbang dengan semua pondasi dan juga atap yang telah disiapkan bagi manusia.
Aku yang masih belum pandai menerka syukur dari besar nikmat yang tak berhenti diberikan oleh Sang Pemberi nikmat.
Aku, dan kamu semestinya lebih menyadari bahwa sebuah keniscyaan semu saat melihat ketidakadilan di depan mata.
Semestinya, sorot mata berbinar berucap syukur tiada henti karena Dia tak pernah berhenti barang sedetikpun untuk menyapa kita.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Dear Ar Rahman Ar Rahiim,
Bagaimana aku menjadi kufur ketika ditiupkan ruh dan dihidupkan jiwa di dalam diriku tepat sesuai waktunya dengan sempurna.
Yang lebih membahagiakan lagi, bagaimana aku menjadi tak bersyukur saat terpilih menjadi salah satu makhluk yang begitu hebat dibandingkan lainnya yaitu seorang manusia.
Lebih lebih aku tak berhenti tersenyum saat aku membuka mata untuk melihat dunia pertama kali. Aku dengan segala kesempurnaan yang aku miliki, dengan sorot mata penuh harap dari semua orang yang melihatku, tatapan kebahagiaan yang dipenuhi doa kebaikan.
Aku dan tanggung jawabku menjadi hamba di semesta, memegang erat perjanjian yang dengan sadar aku sepakati denganMu untuk kupegang sejauh aku melangkah dan menyusuri setiap bilik lorong kehidupan.
Semua begitu baik di permulaan, sebaiknya aku menyiapkan akhir yang indah.
1 note
·
View note
Text
Senja mengajarkan bahwa tidak selamanya perpisahan itu menyesakkan. Awalnya memang perih dan gelap, namun datangnya malam menawarkan banyak keindahan malam mulai bulan dan taburan bintang. Senja juga menyiratkan batas antara perpisahan dan pertemuan itu begitu dekat. Begitulah semestinya aku dan kamu memandang temu dan pisah adalah perkara yang indah seperti senja. Ayo lihat senja bersamaku suatu hari nanti.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Mana lagi utara dan selatan. Entah juga barat dan timur. Seketika semua menjadi semua. Kanan dan kiri tidak lagi berbeda nyata. Salah dan benar kini menjelma bak ilusi. Semua menyeruak macam fatamorgana yang menipu. Menyamarkan garis lurus yang menjadi landasan petunjuk. Semua berlomba menciptakan masing-masing persepsi dengan menggenggam akal pendek banyak manusia. Sungguh keadaan yang begitu nyata. Pertunjukan tentang kebaikan semakin hari tebunuh oleh kehajatan perlahan-lahan.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Hidup bukan pertandingan. Hidup itu mengembangkan diri. Menang dan kalah tidak bisa diperbandingkan oleh kacamata orang lain yang hanya melihat hidup yang lain dari lapisan terluar saja.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Menyeruak harum menawan,
Menguntai segar wewangian.
Aku duduk di tepi jendela rumah.
Menikmati romantika pagi nan cerah.
Ada sebuh siluet terang melambai.
Menyapa ke arahku untuk memulai.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Semakin ke sini aku jadi semakin tau bagaimana aku ini. Tentang diriku yang selama ini tidak pernah aku kasih waktu untuk lebih memahami diri aku sendiri. Sekali aku menyerah untuk mencoba mengenal lebih jauh, saat itu juga semua lebih mudah. Kelebihan dan kekurangan yang aku punya adalah anugerah terindah dari Tuhan yang sudah ditakdirkan ada pada aku.
Shania Aznoci
0 notes
Text
Bagaimana bisa merasakan hati yang teriris perih dan terunyam hebat di kala aku semestinya sudah memiliki alasan bahagia lain yang begitu banyak? Aku tidak memastikan perasaan apa ini? Aku hanya ingin meyakinkan perasaan ini muncul tidak pada jangkau waktu yang sebentar. Mereka banyak mengatakan aku sudah menjadi korban tali kerinduan. Tapi aku tidak bisa meyakininya. Aku begitu khawatir perasaan ini begitu semu dan mudah sirna begitu saja jika aku bisa mengambil lebih banyak alasan bahagiaku. Haha, aku begitu sombong meyakinkan perasaanku sendiri. Namun, aku pikir sejauh ini lebih baik begitu. Aku hanya lelah pada sebuah ketidakpastiaan yang tak terbantahkan sakitnya, dan aku membenci hal itu. Aku selalu menyukai akhir yang bahagia. Aku selalu percaya ada keajaiban yang akan selalu datang. Begitupun aku ini, semoga kamu menjadi salah satu keajaiban itu. Selamanya, sampai waktu mengatakan untuk menjadi perpisahan yang selamanya.
Shania Aznoci
0 notes