starstaeler
My Universe
191 posts
safe space. i live so i love.
Don't wanna be here? Send us removal request.
starstaeler · 2 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
-
Setelah menunggu hampir sekitar 30 menit, telepon genggam milik Arjuna akhirnya berdering yang memunculkan nama kekasihnya di layar. Naya memberitahukan bahwa Ia sudah tiba di depan kantornya, maka dari itu Arjuna segera bergegas untuk merapikan kembali barang-barangnya ke dalam tas miliknya. Lalu berpamitan singkat pada Jemi yang masih berada dibelakang mesin kasir tersebut.
Tanpa kesulitan, Arjuna langsung menemukan mobil Mazda CX-3 hitam itu di halaman parkir yang posisinya sudah siap untuk kembali keluar dari tempat tersebut. Dengan segera Ia berjalan menuju ke sisi kanan pintu mobil tersebut untuk berada dibelakang kemudi. Namun pintu mobil itu tidak terbuka, terlihat bayangan kekasihnya yang masih setia duduk dibalik kemudi sambil memainkan handphone nya, Ia pun mengetuk kaca tersebut dan tidak lama diturunkan oleh yang lebih muda.
“Kenapa gak dibuka sayang? Ayo pindah.”
“Kak Juna duduk aja sini aku yang nyetir ya, aku mau setirin Kak Juna hari ini.”
“Noo, ini jalanan pasti macet, kasian kamu nyetir lama gitu nanti pegel.”
“Engga akannn, ayo ah udah naik, aku udah pw ini.”
Pemuda itu pun akhirnya mengalah membiarkan kekasihnya untuk mengendarai mobilnya dan berjalan ke arah sisi kiri untuk penumpang.
Saat menyamankan duduknya, Arjuna sadar sedang diperhatikan oleh sang kekasih dan menemukannya sedang tersenyum manis ke arahnya.
Benar yang dikatakan Jemi, mata cantiknya agak sedikit bengkak dan sedikit memerah. Arjuna balas tersenyum dan mengusap kepala Naya dengan lembut.
“Maaf ya udah bikin khawatir dan malah jadi nungguin dibawah.”
“Sekarang kita mau kemana dulu?.” Lanjutnya lagi tanpa menunggu respon atas pernyataan maafnya terlebih dahulu dari pemuda disebelahnya.
“It’s ok sayang, lain kali jangan lupa kabarin ya? Akunya kecarian sayang.”
“Iya maaf yaa,” ucap Naya kembali.
“Iya gapapa sayang..” ucap Arjuna selagi menggenggam tangan yang lebih muda sambil mengelus jari jemari tersebut dengan lembut, “yaudah yuk jalan, kita makan malem dulu ya?”
“Iya ayo, mau kemana?”
“Naya lagi pengen makan apa?”
“Hm lagi gak pengen apa-apa..” jawabnya sambil sedikit berpikir “tapi aku kayanya pengen yang manis-manis deh” lanjutnya lagi.
“Dessert di cafe mas arsen masih kurang kah?”
“Iya kurang.. kalo ke ambrogio boleh gak? Kak Juna pengen makan berat juga kann?”
“Iya boleh sayang, ayo kesana aja.” Tanpa berpikir lama, Arjuna langsung menyetujui keinginan dari kekasihnya itu.
-
Kini mobil yang dikendarai Naya mulai meninggalkan halaman parkir kantor Arjuna dan menuju ke sebuah cafe di daerah saparua, hanya perlu waktu kurang lebih 20 menit untuk menuju cafe tersebut jika kondisi jalan sore ini tidak dipadati oleh pengendara lain.
Selagi dalam perjalanan ke tempat tujuan mereka untuk menyantap makan malam keduanya, Arjuna masih setia menatap kekasihnya yang sudah sangat berpengalaman dalam mengemudikan kendaraan roda empat miliknya. Ditemani oleh alunan musik dari playlist milik yang lebih muda. Arjuna tidak keberatan untuk mendengarkan segala jenis musik, termasuk musik kesukaan dari sang kekasih.
Arjuna jelas melihat kelopak mata yang masih terlihat begitu membesar, ingin sekali menanyakan kondisi kekasihnya namun Ia tidak ingin merusak mood kekasihnya saat ini.
Sadar sedang diperhatikan oleh pria disampingnya kini, Naya melirik sebentar untuk memastikan, dan benar sekali Naya menemukan pria tersebut tetap menatapnya padahal sudah jelas-jelas tertangkap basah olehnya.
“Kenapa sih liatin aku gitu banget? Liatin ke depan aja sana..”
Pemuda yang baru saja tersadar dari lamunannya saat menatap gadis disebelahnya ini mendenguskan tawanya saat melihat ekspresi yang lebih muda begitu menggemaskan dimatanya.
“Ngapain liatin jalanan, mending liatin kamulah.”
“Ih yaudah ngapain kek jangan kaya gitu, nanti aku gak fokus nyetirnya.”
Lagi-lagi kekehan kecil itu keluar dari yang paling tua, membuat gadis itu semakin merengut memajukan bibirnya.
“Kakak ihh udah sana jangan liatin aku terus,”
“Yaudah iya iya liatin jalan aja nih udah.” Arjuna akhirnya mengalah dan kembali membenarkan posisinya untuk menghadap depan ke arah jalanan. Tangannya tak tinggal diam, ia kembali mengelus lembut rambut kekasihnya.
-
“Naya,”
“Hm.” Naya menyahut tanpa menoleh barang sedikitpun pada pemuda disampingnya.
“Are you okay?” Tanya Arjuna tiba-tiba saat mereka sudah berada di lampu merah. Naya pun segera membawa tubuhnya untuk menghadap yang lebih tua.
“Gimana?”
“Flu kamu sayang, udah baikan?”
“Okay kok, udah gak terlalu meler lagi ini hidungnya.”
“Syukur kalo gitu, takut malah keterusan.”
“Engga kok aman.”
Pertanyaan sebenarnya tertahan diujung lidahnya. Arjuna merasa jika bukan waktu yang tepat untuk masalah tersebut saat ini.
“Oh iya, malem ini nginep di apart aja ya? Gapapa kan?” Arjuna berujar lagi dan kembali menoleh ke sisi pengemudi di sebelahnya.
Jelas saja Naya terkejut dengan pernyataan atau pertanyaan yang dikeluarkan dari mulut kekasihnya itu.
“Hah? Kok tiba-tiba? Aku gak bawa baju ganti. Belum bilang ibu juga.”
“Kayanya kita harus ngobrol banyak dan aku juga udah kangen banget sama kamu. Aku udah telpon ibu tadi minta izin sama minta tolong digojekin baju ganti kamu ke apart.”
Naya hanya terdiam dikursinya entah sedang memikirkan apa.
“You okay kan? Sebagai permintaan maaf karena tadi siang i ruined our time..”
Sejujurnya mood Naya saat ini masih kurang baik tapi Ia pun tak menampik jika Ia ingin sekali lebih lama dengan pemuda yang lebih tua darinya ini. Apalagi mengingat jika dirinya akan ditinggal untuk waktu yang sedikit lama oleh kekasihnya.
“Hm yaudah deh kalo gitu.”
“Okay sayang thank you.”
-
Keduanya tiba di cafe yang sudah cukup terkenal di kota tersebut yang letaknya sangat strategis karena banyak muda mudi yang memang sering nongkrong di daerah itu. Apalagi disebrang jalan ada track lari dengan tanah merah yang memang terkenal di kota ini.
Saat sudah turun dari mobil, Arjuna menengadahkan tangan kanannya kehadapan Naya untuk meminta kunci mobilnya kembali. Kalau tidak diminta bisa-bisa Naya ingin kembali mengendarainya.
Makan malam itu dilalui keduanya dengan baik, mood Naya mulai membaik setelah memakan beberapa dessert manis kesukaannya. Tidak banyak pembicaraan yang keduanya lakukan hanya sesekali Arjuna yang bercerita dan begitupun sebaliknya.
Tidak ingin berlama-lama di tempat yang cukup ramai, keduanya memutuskan untuk segera bergegas dari tempat tersebut.
Sebelum memasuki mobilnya, Naya sempat terhenti sambil tatapannya memandang jauh pada sebuah lapang yang kini masih ramai dikunjungi beberapa muda mudi yang sekedar untuk duduk santai di anak tangga ataupun beberapa orang yang sedang berolahraga malam.
Arjuna juga menghentikan gerakannya ketika melihat Naya masih terdiam di tempatnya.
“Naya kenapa? Are you okay?”
“Kak Juna.. boleh jalan-jalan sebentar disana ngga?” Tunjuk Naya pada lapang di sebrangnya saat ini.
Arjuna ikut menoleh pada tempat yang ditunjuk Naya barusan.
“Boleh sayang, ayo.” Arjuna kembali menutup pintu mobilnya dan mengaktifkan central lock pada mobil tersebut.
-
Kini keduanya berjalan beriringan di teras lapangan yang posisinya lebih tinggi dari inti utama lapangan tersebut, yang sebagian besar diisi oleh muda mudi yang sedang duduk santai menikmati angin malam serta beberapa jajanan kaki lima yang tersedia di sisi jalan tersebut.
Mereka berjalan dalam hening menikmati suasana malam itu dengan tangan yang saling bertaut satu sama lain yang sesekali diberikan elusan oleh yang lebih tua pada tangan kecil dalam genggamannya.
Sudah dua putaran yang mereka tempuh saat ini. Tapi sepertinya Naya masih enggan beranjak dari tempat itu dan masih ingin berkeliling.
“Masih mau keliling atau mau udah?”
“Hm udah aja, tapi mau beli susu boleh?”
“Iya boleh sayang.”
Kaki mereka berjalan menuju tempat beberapa pedagang yang menawarkan banyak sekali jajanan, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat pun ada. Sedari tadi Naya memang sudah memperhatikan pedagang susu murni yang ramai dikerubungi oleh para pembeli.
“Kak Juna mau ngga?”
“Engga sayang, beli buat kamu aja ya.”
“Okay.”
Naya memesan satu susu murni dingin berperisa strawberry yang memang sudah menjadi favoritnya. Fyi saat ini tangan keduanya masih saling bertautan tanpa ada yang ingin melepaskannya.
“Mau pulang sekarang?”
Naya mengangguk seraya menghabiskan susu yang ia pegang di tangan kanannya.
-
Malam sudah menunjukkan pukul 20:10 dimana kini mereka sudah tiba di apartemen milik yang lebih tua di daerah utara kota Bandung.
Sesampainya di unit yang sudah tidak asing bagi Naya, Ia langsung membawa dirinya pada sebuah sofa panjang di ruang tamu yang berhadapan dengan televisi berukuran 43 inch yang mengisi ruangan tersebut.
Alih-alih membawa tubuhnya untuk bergabung dengan Naya di sofa, Arjuna memilih untuk membuka lemari pendingin dan mengeluarkan dua buah botol air mineral lalu ia bawa ke hadapan yang lebih muda.
“Minum dulu nih”
“Makasih..”
-
“Naya..”
“Hmm”
“Mau bersih-bersih dulu apa ngobrol dulu?”
“Hm bersih-bersih dulu aja yaa boleh? Lengket banget badan aku.”
“Okay kalo gitu, sayang mandi di kamar aku aja. Aku mandi di kamar mandi depan sini.”
“Okayy.”
Arjuna menyerahkan sebuah totte bag yang berisikan keperluan Naya selama menginap di apartemennya.
-
Setelah menghabiskan waktu beberapa saat, Arjuna selesai membersihkan badannya dan keluar dari kamar mandi dengan setelan kaos besar dan celana training panjang yang menutupi kaki-kakinya. Ia membawa beberapa minuman ke meja yang ada di ruangan tersebut untuk menemani keduanya malam ini.
Berselang sekitar 15 menit, Naya akhirnya keluar dari ruang tidur utama milik Arjuna dengan setelan tidurnya yaitu kaos oversize berwarna putih dan celana panjang berwarna biru.
Mendengar suara pintu ruangan tersebut dibuka tepat dibelakang tubuhnya. Arjuna segera memutar badannya dan memberikan senyuman hangat pada yang lebih muda sambil menepuk ruang kosong disebelahnya mengisyaratkan Naya untuk menempati ruang tersebut.
“Udah selesai sayang? Duduk sini.”
Naya hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah kekasihnya yang sudah memakai pakaian santai dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya seraya memegang ipad ditangannya. Naya tebak, jika Arjuna tengah memeriksa beberapa pekerjaannya selagi menunggu Naya selesai mandi.
-
"sayang, ada yang mau kamu omongin ke aku?" Arjuna memulai obrolan serius mereka malam ini.
Naya masih terdiam dengan meremat ujung kaosnya, matanya mulai panas mengingat ucapan-ucapan tidak mengenakan yang Ia dengar siang tadi.
"Hey, kok nangis?"
Arjuna segera merapatkan tubuhnya ketika terdengar sebuah isakan kecil dari kekasihnya.
"Sini sayang ngobrolnya mau sambil peluk disini?" Arjuna menawarkan pahanya untuk menjadi tempat duduk sang kekasih. Ucapan Arjuna sebelumnya sukses membuat Naya mengangkat wajahnya menatap yang lebih tua, memperlihatkan wajahnya yang sudah mulai basah karena air matanya yang tak dapat Ia bendung.
Perlahan lengannya dituntun untuk segera mendekat dan duduk dipangkuan yang lebih tua. Tepat ketika tubuh kecil itu berhasil menempati tempat favoritnya, Arjuna segera menahan pinggang yang lebih kecil agar tidak terjatuh. Dan Naya dengan segera bersembunyi di bahu lebar Arjuna sambil memeluk lehernya erat.
Disana terdengar isakan yang cukup kencang. Arjuna berusaha untuk menenangkannya dengan mengelus punggung Naya dan sesekali mengelus kepala belakangnya sambil merapalkan kata maaf untuk yang lebih muda.
Arjuna Mahawira’s
Tumblr media
Spin Off
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sesampainya Naya di cafe tersebut Ia disambut ramah oleh salah satu pegawai cafe yang cukup mengenal dirinya karena saking seringnya Ia mengunjungi cafe itu.
“Haloo kak naya” sapa Jemi dari balik meja kasir.
“Hai ka jemi!” Naya balik menyapanya dengan semangat.
“Tumben banget jarang kesini”
“Iya nih lagi sibuk banget hehe”
“Oh iya lagi nyusun yaa?”
“Iyaa, ruwet banget deh”
“Hahaha semangaat, pasti selesai kok”
“Iya hehe makasih, seru banget cafe nya rame hari ini”
“Iya nih bersyukur banget, dari pagi banyak yang nongkrong juga.”
“Asik dong dapet bonus dari mas arsen.”
“Hahaha semoga yaa. Eh iya ini tadi Pak Juna mesenin buat kamu nih. Mau dianterin sekarang apa nanti?”
“Ohh boleh kakk, dianter sekarang aja.”
“Mau ada tambahan gak pesenannya?”
“Hm nanti dehh, yg dipesen kak juna dulu aja.”
“Yaudah kalo gitu, nanti dianter ya.”
“Siapp makasih ka jemi!”
“Sama-sama kak naya”
-
Setelah berbincang sebentar, Naya melihat sekeliling dan menemukan tempat yang pas untuknya berkutat dengan tugas akhirnya sembari menunggu sang kekasih datang.
Naya memilih meja yang terletak di tengah-tengah cafe tersebut, dengan kursi yang memanjang berbentuk huruf L dan terdapat dua buah meja bundar ukuran medium yang bisa ia gunakan untuk menaruh laptopnya dan beberapa makanan yang dipesan untuknya.
Tumblr media
Beberapa menit kemudian seorang pelayan cafe membawakan pesanannya. Kini mejanya terlihat cukup penuh dengan beberapa piring berisikan cemilan seperti satu potong strawberry cheese cake, mini cookies, serta kentang goreng dan sosis yang cukup menggodanya. Tak lupa salah satu minuman kesukaannya di cafe ini yaitu banaries yogurt, perpaduan buah naga dan pisang lalu dicamput dengan plain yogurt membuat minuman itu tampak segar.
-
Selagi menunggu Arjuna selesai dengan kegiatannya. Naya menyibukkan dirinya dengan menyelesaikan tugas akhirnya yang sedikit lagi akan rampung itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12:00, harusnya Arjuna sudah turun karena ini waktu makan siang. Tetapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan muncul sesaat lagi. Bahkan tidak ada pesan apapun lagi darinya.
Jam makan siang hampir selesai dan Arjuna masih belum menunjukkan batang hidungnya. Naya sebenarnya tidak masalah jika memang Arjuna masih sibuk, namun Ia khawatir jika kekasihnya itu telat makan dan tidak bisa istirahat. Karena seingatnya tadi, Arjuna hanya sarapan dengan roti panggang dan kopi.
Selagi dirinya menunggu, muncul beberapa orang yang Ia tebak adalah karyawan di perusahaan kekasihnya. Karena sekumpulan orang ini memakai lanyard yang persis mirip milik Arjuna.
Orang-orang ini ternyata memilih duduk tepat di belakang meja yang Naya tempati saat ini. Sebuah meja panjang yang menyatu dengan sofa yang kini ia tempati.
Mereka duduk disana selagi menghabiskan waktu istirahatnya dengan menikmati es kopi yang mereka pesan dari cafe.
Naya berniat untuk memasang kembali air pod nya, agar tidak mendengarkan obrolan dari karyawan-karyawan tersebut. Ketika Naya ingin menyalakan musik dari handphonenya, jarinya terhenti ketika satu topik yang mereka bicarakan cukup membuatnya ingin mendengar lebih seksama.
“Eh lo tau gak sih, Pak Juna hari ini keliatan bete banget gara-gara client yang skrg telat sejam.”
“Ya wajarlah bete, udah telat dari waktu yang dijadwalin kok.”
“Tapi katanya dia bete karna waktunya jadi kepotong banyak hari ini padahal ceweknya mau dateng.”
“Yaelah kirain bete karena client nya gak professional. Ternyata gara-gara waktunya kepotong jadi gak bisa ketemu ceweknya.”
“Iya gitu dehh”
“Lagian itu ceweknya sering banget deh ke kantor, udah kayak karyawan sini aja anjir. Gatau apa dia tuh ganggu banget, gue kalo lagi butuh tanda tangan Pak Juna kadang jadi kehold mulu gara-gara lagi ada ceweknya.”
“Mana kadang seharian ya di ruangan Pak Juna.”
“Bener annoying banget.”
Deg, Naya rasanya ingin menangis dan kabur dari tempatnya. Tangannya mulai bergetar dan berkeringat.
“Tapi kalo ada ceweknya, mood Pak Juna jadi lebih bagus tauu. Apalagi kalo ada eval, biasanya dicecer terus, tapi kalo ada pacarnya dia kalem banget dan berubah jadi malaikat.”
“Yaiyalah orang ada yg nungguin dia juga.”
“Lagian kayak gak ada kegiatan lagi aja deh, sering banget gangguin kesini.”
“Kan emang masih mahasiswa tingkat akhir, katanya lagi nyusun.”
“Oh pantesan, masih bocah ternyata,”
“Eh tapi kemaren ada cewek yang dateng kesini katanya client dari jakarta itu mantannya Pak Juna tau.”
“Masa? Kata siapa lo?”
“Kata anak-anak sih pada ngomongin di pantry kemaren.”
“Cakep banget sih sumpah itu yg kemaren, lebih cocok Pak Juna sama dia daripada sama ceweknya yang sekarang.”
“Iya keliatannya lebih anggun dan lebih dewasa. Kemaren pas liat keluar dari ruangannya, beuhh aura nya gak maen-maen cocok banget.”
Tanpa mereka sadari, orang yang mereka bicarakan sedang mendengarkan dengan seksama.
“Hush kalian tuh masa ngomongin atasan kaya gitu sih.”
“Lagian emang bener kok, Pak Juna tuh cocoknya sama yang dewasa juga. Jadi enak liatnya.”
“Sama yang minggu kemaren kesini juga cocok tuh, yg nyariin Pak Juna.”
“Ahh yang pake dress putih itu gak sih? Iya itu juga cakep”
“Iya kalo yg itu katanya mantan tunangannya atau apa lah itu.”
“Wahh?”
“Iya, di ngenalin ke si Mila kaya gitu coba.”
“Hahaha tapi gue setuju sih sama yang itu. Cantik dan dewasa juga keliatannya.”
“Tapi aneh sih, kok sampe gak lanjut gitu tunangannya.”
“Eh bukan tunangannya tau, gue denger dari Pak Galen katanya itu mah dulu sempet mau dijodohin sm Pak Juna, tapi Pak Juna nya nolak.”
“Lah kocak wkwk dikasih yang bening begitu nolak.”
“Ya udah ketemu sm pacarnya yang sekarang kali.”
“Eh tapi ngapain ya masih nyariin Pak Juna kemaren, apa mau ada project juga? Setau gue gak ada project lagi deh”
“Belum move on kali, masih mau rebut Pak Juna.”
“Sembarangan banget ih kalo ngomong.”
-
Mata Naya sedari tadi sudah memanas, dan air mata itu mulai meleleh ke pipinya. Beruntung Ia buru-buru mengenakan masker yang Ia bawa saat orang-orang dibelakangnya mulai membicarakan dirinya.
Matanya kini total memerah karena menahan tangis ditengah-tengah keramaian cafe. Naya mencoba menghapus jejak air matanya, karena tidak enak jika Arjuna menemukannya sehabis menangis seperti itu.
Hingga suara dentingan dari pintu cafe itu menghentikan obrolan-obrolan dibelakangnya yang masih membanding-bandingkan dirinya dengan mantan Arjuna atau dengan siapapun yang berkunjung ke kantornya.
Dari sudut matanya Naya bisa melihat jika itu adalah orang Ia tunggu sedari tadi. Arjuna berhenti sebentar diambang pintu, menyisir ruangan cafe tersebut untuk menemukan sang kekasih.
Ketika Arjuna menemukan entitas yang dicarinya sedang berada di depan laptop berkutat dengan tugas akhirnya. Arjuna melangkah pelan menghampiri meja tersebut. Dengan terburu Naya menyalakan musik dari handphone nya dengan volume yang kencang.
Naya berpura-pura tidak menyadari jika kekasihnya sudah tiba di hadapannya.
Orang-orang dibelakang Naya tadi mencoba bersikap ramah pada Arjuna yang baru saja tiba.
“Eh Pak Juna. Baru selesai Pak?”
“Iya nih, lagi break makan siang dulu. Udah pada lunch?”
“Udah kok pak,”
“Oke kalo gitu, saya makan siang dulu.”
“Iya Pak, silahkan.”
-
Seketika karyawannya yang sedari tadi duduk dibelakang Naya terkejut bukan main ketika Arjuna mendudukkan diri di meja depan mereka yang sedari tadi ditempati oleh seorang perempuan yang mereka tidak sadari kalau itu adalah Naya, kekasih dari Arjuna.
-
“Hey sayang,” sapa Juna sambil menepuk bahu Naya pelan.
Naya sedikit terkejut, itu bukan acting. Kali ini ia benar-benar terkejut karena pikirannya masih berkabut setelah tidak sengaja mendengarkan obrolan dengan dirinya sebagai topik utama.
“Eh, ka juna, bikin kaget aja.” Naya merespon Arjuna sambil melepaskan airpods yang menempel di telinganya.
“Astaga ini volumenya kenceng banget, gak sakit apa telinganya.”
Naya menggeleng pelan sambil tersenyum, terlihat dari matanya yang membentuk bulan sabit.
“Sayang nunggu lama ya? Maaf ya, tadi banyak hal yang perlu dibahas dan agak ngaret mulainya makanya jadi lama. Ini juga kita break dulu nanti dilanjut lagi meetingnya habis ini.”
“Iya gapapa kok, kan akunya juga ngerjain bab 4 aku disini.. Maaf yaa akunya malah jadi ganggu Ka Juna meeting.”
“Loh apasih, kok ngomongnya gitu?” Arjuna menatap heran pada kekasihnya yang mengucapkan hal seperti tadi.
“Kan Ka Juna yang minta kamu kesini, kamu gak ganggu sama sekali.”
-
Sebenarnya Naya tidak sengaja berbicara seperti itu ketika orang-orang tadi masih duduk dibelakangnya. Namun, rasa bersalah Naya begitu besar setelah mendengar penuturan dari karyawan kekasihnya itu.
Beberapa orang tadi bergegas untuk segera beranjak dari tempatnya, dengan berpamitan singkat pada Arjuna yang ada didepannya, yang hanya dijawab dengan anggukan singkat pada karyawannya itu.
-
Naya masih enggan menatap kekasihnya yang masih betah mengelus rambut Naya sedari tadi Ia menemukan Naya.
“Iya pokoknya aku tetep minta maaf.”
“You didn’t do anything wrong baby, kenapa harus minta maaf? Liat sini sebentar coba”
Arjuna menarik dagu sang kekasih dan yang ia temukan adalah mata kekasihnya yang sudah memerah mengeluarkan air mata sedikit demi sedikit.
“Hey kok matanya merah ini? Sayang habis nangis?”
“Hah engga kok ini aku agak flu sedikit, mata aku jadi agak perih makanya merah ya?” Jawab Naya setenang mungkin agar kekasihnya itu tidak curiga.
“Serius? Kenapa gak bilang sayang? Udah minum obat?”
“Iya nih, makanya aku pake masker juga.. udah kok aku udah minum obat tadi sebelum kesini.”
Arjuna meraba pelan kening Naya untuk memastikan apakah suhu tubuhnya masih normal atau tidak.
“Syukurnya gak sampai demam. Sayang kalo gak enak bilang ya? Biar kamu nunggu di rumah aja okay?”
“Aku oke kok, cuma flu ajaa gak ada keluhan lain pak dokterr.”
Arjuna tersenyum gemas dan kembali mengusak pelan rambut Naya.
“Yaudah kalo gitu, ayo kita makan aja.”
“Oh iya wait.” Naya mengeluarkan kotak bekal dari tas kecil yang Ia bawa hari ini.
“Nih, habisin mam nya yaa ka junaa.”
“Okay sayang, thank you. Kamu juga bawa makan untuk lunch kan?”
“Bawa donggg,” kali ini Naya mengeluarkan sebuah kotak bekal bening, dan terlihat jelas apa isi dari kotak bekal tersebut.
“Yaampun, lagi mode sehat ya ini makannya sm salad?”
“Hehehe lagi mood mam salad jadi aku bikin deh.”
“Pinternya sayangku ini.”
Naya menjadi salah tingkah dibuatnya.
-
Keduanya sangat menikmati waktu makan siang mereka hari ini di cafe. Saling berbagi cerita dan yang satu tak hentinya memuji masakan dari yang lebih muda. Meski kondisi cafe cukup ramai, tapi tidak membatasi keduanya untuk saling memberikan afeksi kasih sayang.
“Enak banget sayang, makasih ya. Ini energi aku langsung full.”
“Lebay banget ish hahaha”
“Beneran lohh langsung seger aku.”
“Iya iyaa makasih juga ka juna udah habisin bekalnya yaa.”
“Iya sayangku, nanti aku boleh request gak ya?”
“Request apaa?”
“Ka juna mau juga dibawain lagi salad yang kaya tadi sayang enak banget seger.”
“Benerann seenak ituu??? Itu first try aku lohh.”
“Bener sayang, ka juna mau lagi.”
“Ohh okayy nanti aku bikinin lagi buat ka juna yaa.”
“Makasih ya sayangku.”
“Anytimeee kakk, oh iya ini ka juna break sampe jam berapa?”
“Ah iya 30 menitan lagi sih nanti ka juna balik lagi keatas.”
“Okk kalo gitu.”
“Sayang..” Naya kembali berbalik menghadap Arjuna setelah memasukkan kotak bekal yang sudah kosong kedalam tas kecil yang Ia bawa. Arjuna menyerahkan kunci mobilnya ke hadapan Naya.
“Sayang, ka juna minta maaf banget ini takutnya selesai lama, sayang kalo mau jalan-jalan dulu atau kemanapun boleh bebas ya bawa mobil ka juna aja gapapa sayang.”
“Masih lama banget yaa meetingnya?”
“Yes I guess, karena masih ada beberapa hal yang harus dibahas juga. Sorry akunya malah ingkar janji mau nemenin sayang ngerjain tugas akhirnya disini. Maaf ya sayang.”
“Loh gapapa kak, aku juga udah beresin kok tadi hehe nanti mingdep tinggal aku bawa pas bimbingan lagi..”
“Serius? Hebat banget sayang, aku doain biar bimbingannya mingdep lancar dan langsung acc”
“Aminnn..”
"Apa mau tunggu di ruangan aku aja ngga? Biar istirahat di dalem nanti." Tawar Arjuna kembali.
"Ah engga deh nanti aku gangguin ka Juna kerja.."
"Apasih kamu dari tadi ngomongnya gitu terus"
"Yaa maksudnya nanti ka juna gak fokus.. kan mau cepet selesain kerjaannya gituu, kalo aku disana nanti malah gak selesai-selesai"
"Agenda aku hari ini cuma meeting aja sayang, selebihnya nanti aku kerjain minggu depan sekalian di Bali."
"Iyaa tetep ajaa, gak enak ah aku diem di ruangan kamu terus, gapapa nanti kalo bosen aku jalan keluar aja yaa,"
"Aku cuma pengen kamu istirahat apalagi kamunya lagi flu kaya gini, takut kepala kamu pusing atau apa gitu,"
"Engga kok aku gapapa benerannn, engga pusing sama sekali."
"Gapapa gimana? Ini hidung kamu merah gini" ucap Arjuna sambil mengusap lembut hidung Naya yang sudah memerah.
"Ya kan wajar gak sih namanya juga flu,"
"Ini kamu yakin bukan habis nangis?"
"Yakin.. kok ka juna gak percaya ya?"
"Percaya sayang.. cuma khawatir aja kalo sampe berair gini matanya takut kamu kena flu berat.. atau sayang ke dokter aja deh kalo gitu"
"Aduh iya iyaaa nanti aku putuskan mau pergi kemana ya.."
"Yaudah nih kalo gitu, pegang kuncinya ya. Tolong dikabarin kalo mau keluar, dan kemananya"
"Iyaaa ih baweeeel, udah jam berapa ini nanti kamu dicariin,"
"Huhh yaudah ini aku tinggal dulu ya sayang? Hati-hati"
"Okay.."
Ketika Arjuna hendak bangkit dari duduknya, Naya memegang lengan kemeja panjang yang Arjuna kenakan. Tentu saja Arjuna menghentikan pergerakannya dan kembali memfokuskan dirinya pada yang lebih muda
"Kenapa sayang?"
"Akunya boleh dipeluk dulu sebentar ngga?"
Senyum teduh itu terbit dari wajah yang lebih tua. Arjuna dengan segera membuka lengannya dan menarik Naya kedalam pelukannya. Tidak perduli jika banyak pasang mata yang memerhatikannya. Naya mengeratkan pelukannya di tubuh Arjuna.
Dirasa sudah cukup mendapat pelukan dari sang kekasih. Naya melepas pelukannya dan menyuruh Arjuna untuk segera bergegas.
"Udah sana boleh keatas sekarang,"
Arjuna terkekeh melihat tingkah Naya kali ini.
"Iya sayang, ka juna keatas dulu ya."
"Okay, see you"
"See you baby, love you," Arjuna mengecup kening Naya singkat sebelum bangkit dan bergegas meninggalkan Naya kembali menempati kursi panjang itu seorang diri.
-
Setelah beberapa saat menimbang apa yang harus ia lakukan saat menunggu Arjuna selesai dengan urusan pekerjaannya. Naya memutuskan untuk berkeliling kota sebentar menggunakan mobil yang Arjuna titipkan padanya.
Nayapun segera merapikan barang-barangnya, untuk segera meninggalkan cafe tersebut. Ketika Ia sudah siap untuk meninggalkan tempat itu, matanya bertemu dengan seorang pria yang Ia kenal sebagai pemilik cafe ini yaitu Arsen.
"Loh Naya, baru kesini lagi ya? Udah dari tadi?"
"Mas Arsen! Iya nih aku udah dari tadi disini,"
"Kemana aja nih, sombong banget jarang main kesini. Sena sama ceweknya aja sering loh kesini,"
"Hah sena sama arin?"
"Yoiii"
Saat ini Arsen ikut bergabung dengan Naya duduk di tempat yang sudah Ia tempati sekitar 3 jam lamanya.
"Mau kemana ini udah beres-beres lagi aja? Mau ke atas ya ke ruangan Juna?"
"Hah enggaa aku mau keluar sebentar sambil nunggu ka Juna selesai meeting."
"Ngga nunggu diatas aja? Biar sekalian istirahat, biasa juga nunggu diatas"
"Engga ah gak enak haha gangguin ka juna kerja terus akunya. Lagian aku mau belanja kok ini"
Arsen hanya mengangguk tanda mengerti maksud dari apa yang Naya ucapkan.
"Mas Arsen tumben baru dateng siang?"
"Iya nih cuma mau ngontrol aja, soalnya tadi kata Jemi cafe lagi rame."
"Kasih bonus tuh Ka Jemi nya Mas Arsen"
"Hahaha aman aman,"
"Eh iya Mas Arsen, Mas Arsen sibuk banget gak hari ini"
"Engga kok, nyantai banget ini. Kenapa Naya?"
"Aku pengen ngobrol bentar boleh ngga ya?"
"Boleh dong, mau ngobrol disini apa di ruangan gue diatas?"
“Hmm enaknya dimana ya mas..”
“Di ruangan gue aja kalo gitu yuk.”
“Gapapa emang?”
“Gapapa dong, yuk.”
Naya akhirnya bangkit mengikuti Arsen menuju ke ruangannya yang terletak di lantai 2 bangunan cafe dan kantor ini.
“Duduk dulu aya”
“Okay thank you,”
Disinilah Naya sekarang, duduk di sofa empuk di dalam ruangan kerja Arsen berhadapan dengan sang pemilik ruangan.
“Eh mau minum gak?”
“Mas Arsen ajaa, aku udah kembung dari tadi minum terus. Ini bawa air putih kok.”
“Oke gue juga minum air putih doang kok.”
-
“Jadi kenapa Naya? Mau ngobrolin apa?”
“Hmm itu mas arsen, mas arsen tau mantannya ka juna ngga?”
“Mantan?”
“Iyahh, mantannya ka juna”
“Setau gue juna cuma punya dua mantan sih, satu waktu SMP, satunya lagi waktu SMA sampe kuliah. Kenapa emangnya?”
“Hmm berarti mas arsen tau dong mantannya yg mana?”
“Iya tau, cuma tau doang orangnya yang mana sih.”
“Kalo gitu mas arsen kemaren-kemaren liat ada mantannya ka juna kesini?”
“Ahh yg kemaren..”
“Iya mas arsen tau?”
“Tau sih, kemaren dia nanya juga kesini kantornya disebelah mana terus beli kopi juga sebelum dateng keatas. Gue lagi jaga di kasir soalnya.”
“Ah jadi bener ya..”
“Kenapa naya?”
“Kok ka juna ngga cerita ke aku ya..”
“Gue ngga tau sih, mungkin belum atau mungkin ya it’s not a big deal for him. Lo tau sendiri laki lo gakan ngomongin hal-hal remeh yang menurut dia gak penting.”
“Tapi mas, aku..”
“Loh Naya lo kenapa?”
Naya tidak dapat lagi membendung perasaannya. Air matanya luruh juga dihadapan Arsen.
“Mas Arsen, emang aku gak cocok ya sama ka juna?”
“Lo ngomong apa Naya? Siapa yg bilang begitu?”
Naya menggeleng lemah sambil terisak. Naya akhirnya menceritakan semua yang Ia dengar beberapa saat lalu. Arsen tidak habis pikir dengan orang-orang yang membicarakan atasannya seperti itu. Mengatur orang lain harus berpasangan dengan orang yang menurut mereka cocok adalah hal yang sangat tidak sopan.
-
“Jujur aku sakit hati banget pas denger itu mas, aku gak ngerti salah aku dimana sampe mereka se gak suka itu sama aku”
“I know, alasannya ya entah mereka iri atau emang lo bener-bener ngelakuin kesalahan. Karena disini lo gak ada salah apapun sama mereka, ya udah pasti mereka iri sama lo aya. Sebenernya gue juga kadang denger sih, emang habit nya aja ngomongin orang.”
“Emang harus banget ya ngomongin bos nya harus sama siapa biar keliatan cocok. Aku bener-bener sakit hati karena ka juna juga ngga pernah cerita kalo ada mantannya dateng ke kantor bahkan si mba clara itu juga dia gak ngomong apa-apa sama aku.”
“Hm menurut gue, lebih baik lo kasih tau semua apa yang lo denger hari ini ke Juna sih. Ditanyain baik-baik juga soal mantannya dan si clara itu dateng ke kantor mau ngapain.”
“Aku lagi gak pengen ribut mas, hari minggu dia berangkat ke bali. Aku gak pengen ditinggal ldr dalam keadaan gak baik-baik aja.”
“Iya makanya diberesin dari sekarang, obrolin apapun yang bikin lo ganjel. Gue yakin Juna akan nanggepin semuanya dengan bijak dan gakan balik marah sama lo.”
“Tapi kalo soal karyawannya aku bingung mas harus gimana, aku takut dia bertindak aneh-aneh deh:(“
“Itu konsekuensi sih sebenernya kalo mereka dapet sanksi dari Juna. Bukan soal kerjaan dia yang gak capable atau apapun, tapi juga soal attitude. Yakali Juna diem doang calon istrinya diomongin yang engga-engga sama karyawannya.”
“Aku pikirin lagi deh kalo soal itu, sebenernya aku ngerekam anu sih,”
“Lo ngerekam obrolan mereka? Bagus dong lo jadi punya bukti kuat.”
“Tapi ini lebay gak sihh mas? Kayak ini cuma soal aku yang sakit hati doang tapi jdi ngerembet kemana-mana.”
“Gue yakin, Juna bakal cari jalan keluar yang gak akan ngerugiin siapapun termasuk perusahaan dan bahkan lo juga Naya.”
Naya kembali terdiam sambil menata kembali nafasnya tersengal karena menangis dari tadi
“Minum dulu nih, sesek itu nafasnya kasian.”
“Iya makasih”
-
Naya terdiam sesaat, terlalu banyak hal yang Ia pikirkan saat ini. Hingga akhirnya Ia memutuskan untuk berpamitan pada Arsen untuk pergi entah kemana.
-
“Mas Arsen, aku keluar dulu deh kalo gitu. Makasih ya udah dengerin aku, sorry jadi ganggu waktunya.”
“It’s ok naya, gausah sungkan. Juna adik gue, otomatis lo juga adik gue.”
“Mas Arsen baik banget huhu pokoknya makasih yaa.”
“Iya naya anytime, trs ini skrg mau kemana?”
“Hmm belum tau sihh, yg penting keluar dulu aja deh.”
“Gamau nunggu disini aja? Biar sekalian istirahat juga. Itu mata udah bengkak gitu lagian.”
“Engga ah, biar gak kepikiran yang aneh-aneh terus aku harus banyak bergerak.”
“Hm yaudah hati-hati ya, kabarin Juna jangan lupa.”
“Iya, ini kan aku bawa mobilnya ka Juna.”
“Iya ok, tetep kabarin ya atau ga kabarin gue juga gapapa.”
“Oke siap, pergi dulu yaa.”
Naya pun melangkah keluar menjauhi ruang kerja Arsen yang berada disudut gedung itu.
-
Kini Naya terduduk lemas dibelakang kemudi, masih terngiang kalimat-kalimat jahat yang Ia dengar beberapa saat lalu itu. Dirinya kembali ingin menangis, memikirkan banyak kemungkinan.
Naya menangis hebat di dalam mobil Juna, mengeluarkan seluruh emosinya hingga beberapa menit lamanya.
Dirasa sudah agak cukup tenang, Ia pun bersiap mengemudikan mobil itu. Entah menuju kemana, yang pasti Ia harus mendistraksi dirinya. Meski tangannya masih gemetar saat memegangi kemudi didepannya.
Tidak banyak tempat yang bisa Ia kunjungi saat ini. Naya sudah membawa mobil itu cukup jauh dari tempatnya semula. Ia berkali-kali berhenti untuk memilih apakah Ia harus turun dan masuk kedalam atau tidak.
Setelah perdebatan batin yang cukup panjang ia lakukan. Akhirnya Ia memutuskan untuk membawa mobil itu ke halaman parkir sebuah salon kecantikan langganannya.
Mendapatkan hair treatment sepertinya bukan hal yang buruk untuk mengusir ingatan akan kejadian beberapa saat lalu.
-
Waktu sudah menunjukkan pukul 16:00, seharusnya Arjuna masih memiliki waktu untuk bekerja satu jam lagi. Namun, ketika rapat yang Ia lakukan bersama client nya tadi sudah selesai semua, Ia langsung membenahi seluruh barang-barangnya dan bergegas menuju ruangannya sendiri.
Arjuna mencoba menghubungi Naya namun tidak ada jawaban dari kekasihnya itu.
Hingga akhirnya Arjuna meminta bantuan salah satu karyawannya untuk menghubungi cafe dan menanyakan apakah Naya ada disana atau tidak.
“Mila, saya minta tolong tanyain ke Jemi ya, Naya masih ada dibawah apa engga. Nanti info lewat extension aja ya.”
“Oh baik pak.”
-
Setelah meminta bantuan pada karyawannya itu, Arjuna segera memasuki ruangannya dan terus mencoba menghubungi kekasihnya.
Tumblr media
-
Ditengah gundahnya Arjuna menunggu jawaban dari Naya. Satu dering telepon memecah fokusnya. Sesegera mungkin Ia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Pak,”
“Ya Halo gimana Mila? Naya ada dibawah?”
“Kata Mas Jemi, Kak Naya udah pergi dari jam 2 atau setengah 3 gitu.”
“Bilang ngga itu perginya kemana?”
“Engga katanya Pak,”
“Yaudah kalo gitu, makasih Mil.”
“Iya Pak.”
-
Arjuna semakin dibuat khawatir oleh kekasihnya yang tidak bisa dihubungi itu. Akhirnya Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju cafe untuk bertanya lebih jelas tentang keberadaan Naya.
-
Disisi lain, Naya sedang menikmati kepalanya yang sedang diberi pijitan halus untuk menghilangkan pening dikepalanya saat ini.
Naya sebenarnya sadar jika Ia belum mengabari kekasihnya kemana Ia akan pergi. Terlalu kalut dengan pikirannya sendiri hingga Ia melupakan hal tersebut.
Terasa beberapa getaran yang bersumber dari tas kecil yang Ia taruh di meja rias dihadapannya saat ini. Untuk yang satu ini, Naya sengaja tidak ingin membuka ponselnya selama Ia melakukan perawatan diri.
-
Arjuna tiba di cafe langsung mencari cari keberadaan sang terkasih, Ia harap Naya sudah kembali menunggunya di cafe. Namun nihil, Arjuna tidak menemukan presensi Naya sama sekali di ruangan bernuansa earth tone itu. Hingga ia menemukan Jemi yang sedang berjaga dibelakang kasir. Ia pun menghampiri Jemi untuk menanyakan keberadaan kekasihnya.
-
“Jem!”
“Eh Pak Juna..”
“Jem, Naya kemana?”
“Ah ka Naya ya, tadi habis ngobrol sama mas Arsen langsung pulang, oh iya pesenan yang tadi siang juga udah dibayar semua sama ka Naya.”
“Serius?”
“Iya, tadi saya bilang jangan tapi ka Naya nya maksa buat bayar bills nya, sorry ya Pak”
“It’s ok, tadi Naya ngga bilang mau kemana?”
“Engga Pak, habis bayar tadi kak Naya langsung keluar. Tapi agak aneh sih saya liat matanya agak sembab gitu kayak habis nangis.”
“Nangis? Kamu tadi liat Naya ngapain aja gak jem?”
“Waduh engga tuh Pak, saya gak terlalu merhatiin juga.”
“Hhh yaudah, trs sekarang mas arsen kemana jem?”
“Tadi lagi dibelakang sih bantuin tim kitchen, mau dipanggilin?”
“Iya tolong ya Jem.”
-
Pemuda jangkung dengan apron yang menempel ditubuhnya itu bergegas menuju dapur dimana Arsen tengah membantu team nya berada dan memanggilnya atas permintaan Arjuna tadi.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Arsen keluar dari dapur dan menghampiri Arjuna yang kini tengah menunduk memijit pangkal hidungnya karena kepalanya terasa pusing sekali saat ini.
-
Arsen menepuk pundak Arjuna untuk memberitahu keberadaannya. Arjuna yang terlihat frustasi sontak mendongak dan ingin segera memberondong Kakak sepupunya itu dengan berbagai pertanyaan.
“Ngapain? Kok tumben udah keluar?”
“Mas tadi lo ngobrol sama Naya? Ngobrolin apa? Naya kemana sekarang?”
“Wow chill bro chill, satu satu tanyanya okay? Gue nanya duluan malah balik nanya lo”
“Okayy sorry sorry, gue udah selesai meeting, mau langsung cabut sama Naya tapi anaknya gak ada. Sekarang lo jawab pertanyaan gue tadi.”
“Astaga, gue kayak lagi disidang aja ini.”
“Yaelah mas cepetan, Naya kemana? Anaknya gabisa dihubungin ini.”
“Iya iya santai, gue tadi emang sempet ngobrol berdua sama Naya diatas. Hm lebih tepatnya emang Naya yg reach out gue duluan buat ngobrol sih.”
“Ngobrolin apa?”
“Ngomongin lo”
“Hah? Soal apa?”
“Juna, Naya lagi gak ok, she’s over think about you. Gue kasih hint deh, Naya tau soal mantan lo dateng kesini beberapa hari lalu, oh soal si clara kesini juga dia tau.”
“What? Dia tau darimana? Lo yg ngasih tau?”
“Gue gak ada kerjaan banget ngasih tau si bocil soal begituan. She’s heard everything bad. Dan gue juga jadi bertanya2 kenapa lo gak ceritain itu sm dia? She’s deserved to know Jun.”
“Maksudnya gimana? Dia denger apaan?”
“Better lo tanya sendiri sama anaknya, dan jelasin baik-baik alasan lo gak ceritain soal itu kenapa.”
“Gue bukan gak mau cerita, tapi emang belum sempet. Akhir-akhir ini kerjaan lagi packed banget, dia pun harus fokus ngerjain skripsinya. Masa waktu gue yang sedikit itu gue pake buat ngomongin hal gak penting. Gue cuma pengen ngobrolin soal gue sm dia doang, gak pengen ngomongin soal yg lain.”
“Ya menurut lo gak penting, tp bagi Naya kan itu hal sensitif.”
“Terus ini gue harus gimana? Anaknya sekarang gak bisa dihubungin. Gue khawatir bgt sumpah.”
“Ya tinggal jelasin dengan jujur sm Naya kalo itu emang alesan lo. Anaknya keburu overthinking tuh.”
“Arghhh, terus ini Naya kemana?”
“Emang dia gak ngabarin ke lo?”
“Engga sama sekali, ini ditelpon juga gak diangkat.”
“Hadeh itu bocah, gue juga gatau dia mau kemana. Tadi bilang pengen cabut aja biar gak sumpek. Udah ditawarin biar istirahat di ruangan gue juga gak mau.”
“Dia gak bilang sama sekali mau kemana mas?”
“Engga jun, padahal gue udh suruh buat ngabarin lo aja kalo cabut kemana. Mungkin dia lupa, nanti juga anaknya ngabarin. Lo tenang dulu aja.”
“Gimana gue bisa tenang, disaat dia aja mood nya lagi kacau.”
“Percaya, sebentar lagi anaknya bakal hubungin lo.”
Arjuna mendesah frustasi memikirkan dimana kekasihnya saat ini dengan keadaan suasana hati yang tidak baik-baik saja. Apakah ia pulang ke rumahnya? Atau kemana Arjuna tidak tahu.
“Ada lagi yg mau ditanyain ngga? Gue mau balik ke dapur kalo udah selesai.”
“Udah mas, gue mau nunggu Naya dulu disini.”
“Okay gue ke belakang dulu kalo gitu, gausah khawatir dia pasti baik-baik aja.”
“I hope so.”
-
Arjuna berinisiatif untuk bertanya kepada ibu Naya, apakah Naya ada di rumah atau tidak. Namun belum sempat Ia bertanya, ibunya sudah bertanya duluan apakah Naya sedang bersamanya atau tidak. Akhirnya ia pun memberi tahu jika Naya sedang keluar dan Arjuna sedang menunggunya di kantor, serta Ia pun meminta izin pada ibunya Naya untuk Naya boleh menginap di apartemen nya selama dua hari kedepan karena Arjuna akan berangkat ke Bali untuk urusan pekerjaan untuk waktu yang lumayan lama. Beruntungnya Arjuna, karena sang ibu memberikan izin padanya untuk membawa Naya menginap di apartemennya.
-
Selagi menunggu kabar dari Naya, Arjuna mengeluarkan kembali laptopnya untuk memeriksa kembali beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Hingga beberapa waktu kemudian, muncul notifikasi dari yang ditunggunya sejak tadi.
-
1 note · View note
starstaeler · 2 months ago
Text
Arjuna Mahawira’s
Tumblr media
Spin Off
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sesampainya Naya di cafe tersebut Ia disambut ramah oleh salah satu pegawai cafe yang cukup mengenal dirinya karena saking seringnya Ia mengunjungi cafe itu.
“Haloo kak naya” sapa Jemi dari balik meja kasir.
“Hai ka jemi!” Naya balik menyapanya dengan semangat.
“Tumben banget jarang kesini”
“Iya nih lagi sibuk banget hehe”
“Oh iya lagi nyusun yaa?”
“Iyaa, ruwet banget deh”
“Hahaha semangaat, pasti selesai kok”
“Iya hehe makasih, seru banget cafe nya rame hari ini”
“Iya nih bersyukur banget, dari pagi banyak yang nongkrong juga.”
“Asik dong dapet bonus dari mas arsen.”
“Hahaha semoga yaa. Eh iya ini tadi Pak Juna mesenin buat kamu nih. Mau dianterin sekarang apa nanti?”
“Ohh boleh kakk, dianter sekarang aja.”
“Mau ada tambahan gak pesenannya?”
“Hm nanti dehh, yg dipesen kak juna dulu aja.”
“Yaudah kalo gitu, nanti dianter ya.”
“Siapp makasih ka jemi!”
“Sama-sama kak naya”
-
Setelah berbincang sebentar, Naya melihat sekeliling dan menemukan tempat yang pas untuknya berkutat dengan tugas akhirnya sembari menunggu sang kekasih datang.
Naya memilih meja yang terletak di tengah-tengah cafe tersebut, dengan kursi yang memanjang berbentuk huruf L dan terdapat dua buah meja bundar ukuran medium yang bisa ia gunakan untuk menaruh laptopnya dan beberapa makanan yang dipesan untuknya.
Tumblr media
Beberapa menit kemudian seorang pelayan cafe membawakan pesanannya. Kini mejanya terlihat cukup penuh dengan beberapa piring berisikan cemilan seperti satu potong strawberry cheese cake, mini cookies, serta kentang goreng dan sosis yang cukup menggodanya. Tak lupa salah satu minuman kesukaannya di cafe ini yaitu banaries yogurt, perpaduan buah naga dan pisang lalu dicamput dengan plain yogurt membuat minuman itu tampak segar.
-
Selagi menunggu Arjuna selesai dengan kegiatannya. Naya menyibukkan dirinya dengan menyelesaikan tugas akhirnya yang sedikit lagi akan rampung itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12:00, harusnya Arjuna sudah turun karena ini waktu makan siang. Tetapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan muncul sesaat lagi. Bahkan tidak ada pesan apapun lagi darinya.
Jam makan siang hampir selesai dan Arjuna masih belum menunjukkan batang hidungnya. Naya sebenarnya tidak masalah jika memang Arjuna masih sibuk, namun Ia khawatir jika kekasihnya itu telat makan dan tidak bisa istirahat. Karena seingatnya tadi, Arjuna hanya sarapan dengan roti panggang dan kopi.
Selagi dirinya menunggu, muncul beberapa orang yang Ia tebak adalah karyawan di perusahaan kekasihnya. Karena sekumpulan orang ini memakai lanyard yang persis mirip milik Arjuna.
Orang-orang ini ternyata memilih duduk tepat di belakang meja yang Naya tempati saat ini. Sebuah meja panjang yang menyatu dengan sofa yang kini ia tempati.
Mereka duduk disana selagi menghabiskan waktu istirahatnya dengan menikmati es kopi yang mereka pesan dari cafe.
Naya berniat untuk memasang kembali air pod nya, agar tidak mendengarkan obrolan dari karyawan-karyawan tersebut. Ketika Naya ingin menyalakan musik dari handphonenya, jarinya terhenti ketika satu topik yang mereka bicarakan cukup membuatnya ingin mendengar lebih seksama.
“Eh lo tau gak sih, Pak Juna hari ini keliatan bete banget gara-gara client yang skrg telat sejam.”
“Ya wajarlah bete, udah telat dari waktu yang dijadwalin kok.”
“Tapi katanya dia bete karna waktunya jadi kepotong banyak hari ini padahal ceweknya mau dateng.”
“Yaelah kirain bete karena client nya gak professional. Ternyata gara-gara waktunya kepotong jadi gak bisa ketemu ceweknya.”
“Iya gitu dehh”
“Lagian itu ceweknya sering banget deh ke kantor, udah kayak karyawan sini aja anjir. Gatau apa dia tuh ganggu banget, gue kalo lagi butuh tanda tangan Pak Juna kadang jadi kehold mulu gara-gara lagi ada ceweknya.”
“Mana kadang seharian ya di ruangan Pak Juna.”
“Bener annoying banget.”
Deg, Naya rasanya ingin menangis dan kabur dari tempatnya. Tangannya mulai bergetar dan berkeringat.
“Tapi kalo ada ceweknya, mood Pak Juna jadi lebih bagus tauu. Apalagi kalo ada eval, biasanya dicecer terus, tapi kalo ada pacarnya dia kalem banget dan berubah jadi malaikat.”
“Yaiyalah orang ada yg nungguin dia juga.”
“Lagian kayak gak ada kegiatan lagi aja deh, sering banget gangguin kesini.”
“Kan emang masih mahasiswa tingkat akhir, katanya lagi nyusun.”
“Oh pantesan, masih bocah ternyata,”
“Eh tapi kemaren ada cewek yang dateng kesini katanya client dari jakarta itu mantannya Pak Juna tau.”
“Masa? Kata siapa lo?”
“Kata anak-anak sih pada ngomongin di pantry kemaren.”
“Cakep banget sih sumpah itu yg kemaren, lebih cocok Pak Juna sama dia daripada sama ceweknya yang sekarang.”
“Iya keliatannya lebih anggun dan lebih dewasa. Kemaren pas liat keluar dari ruangannya, beuhh aura nya gak maen-maen cocok banget.”
Tanpa mereka sadari, orang yang mereka bicarakan sedang mendengarkan dengan seksama.
“Hush kalian tuh masa ngomongin atasan kaya gitu sih.”
“Lagian emang bener kok, Pak Juna tuh cocoknya sama yang dewasa juga. Jadi enak liatnya.”
“Sama yang minggu kemaren kesini juga cocok tuh, yg nyariin Pak Juna.”
“Ahh yang pake dress putih itu gak sih? Iya itu juga cakep”
“Iya kalo yg itu katanya mantan tunangannya atau apa lah itu.”
“Wahh?”
“Iya, di ngenalin ke si Mila kaya gitu coba.”
“Hahaha tapi gue setuju sih sama yang itu. Cantik dan dewasa juga keliatannya.”
“Tapi aneh sih, kok sampe gak lanjut gitu tunangannya.”
“Eh bukan tunangannya tau, gue denger dari Pak Galen katanya itu mah dulu sempet mau dijodohin sm Pak Juna, tapi Pak Juna nya nolak.”
“Lah kocak wkwk dikasih yang bening begitu nolak.”
“Ya udah ketemu sm pacarnya yang sekarang kali.”
“Eh tapi ngapain ya masih nyariin Pak Juna kemaren, apa mau ada project juga? Setau gue gak ada project lagi deh”
“Belum move on kali, masih mau rebut Pak Juna.”
“Sembarangan banget ih kalo ngomong.”
-
Mata Naya sedari tadi sudah memanas, dan air mata itu mulai meleleh ke pipinya. Beruntung Ia buru-buru mengenakan masker yang Ia bawa saat orang-orang dibelakangnya mulai membicarakan dirinya.
Matanya kini total memerah karena menahan tangis ditengah-tengah keramaian cafe. Naya mencoba menghapus jejak air matanya, karena tidak enak jika Arjuna menemukannya sehabis menangis seperti itu.
Hingga suara dentingan dari pintu cafe itu menghentikan obrolan-obrolan dibelakangnya yang masih membanding-bandingkan dirinya dengan mantan Arjuna atau dengan siapapun yang berkunjung ke kantornya.
Dari sudut matanya Naya bisa melihat jika itu adalah orang Ia tunggu sedari tadi. Arjuna berhenti sebentar diambang pintu, menyisir ruangan cafe tersebut untuk menemukan sang kekasih.
Ketika Arjuna menemukan entitas yang dicarinya sedang berada di depan laptop berkutat dengan tugas akhirnya. Arjuna melangkah pelan menghampiri meja tersebut. Dengan terburu Naya menyalakan musik dari handphone nya dengan volume yang kencang.
Naya berpura-pura tidak menyadari jika kekasihnya sudah tiba di hadapannya.
Orang-orang dibelakang Naya tadi mencoba bersikap ramah pada Arjuna yang baru saja tiba.
“Eh Pak Juna. Baru selesai Pak?”
“Iya nih, lagi break makan siang dulu. Udah pada lunch?”
“Udah kok pak,”
“Oke kalo gitu, saya makan siang dulu.”
“Iya Pak, silahkan.”
-
Seketika karyawannya yang sedari tadi duduk dibelakang Naya terkejut bukan main ketika Arjuna mendudukkan diri di meja depan mereka yang sedari tadi ditempati oleh seorang perempuan yang mereka tidak sadari kalau itu adalah Naya, kekasih dari Arjuna.
-
“Hey sayang,” sapa Juna sambil menepuk bahu Naya pelan.
Naya sedikit terkejut, itu bukan acting. Kali ini ia benar-benar terkejut karena pikirannya masih berkabut setelah tidak sengaja mendengarkan obrolan dengan dirinya sebagai topik utama.
“Eh, ka juna, bikin kaget aja.” Naya merespon Arjuna sambil melepaskan airpods yang menempel di telinganya.
“Astaga ini volumenya kenceng banget, gak sakit apa telinganya.”
Naya menggeleng pelan sambil tersenyum, terlihat dari matanya yang membentuk bulan sabit.
“Sayang nunggu lama ya? Maaf ya, tadi banyak hal yang perlu dibahas dan agak ngaret mulainya makanya jadi lama. Ini juga kita break dulu nanti dilanjut lagi meetingnya habis ini.”
“Iya gapapa kok, kan akunya juga ngerjain bab 4 aku disini.. Maaf yaa akunya malah jadi ganggu Ka Juna meeting.”
“Loh apasih, kok ngomongnya gitu?” Arjuna menatap heran pada kekasihnya yang mengucapkan hal seperti tadi.
“Kan Ka Juna yang minta kamu kesini, kamu gak ganggu sama sekali.”
-
Sebenarnya Naya tidak sengaja berbicara seperti itu ketika orang-orang tadi masih duduk dibelakangnya. Namun, rasa bersalah Naya begitu besar setelah mendengar penuturan dari karyawan kekasihnya itu.
Beberapa orang tadi bergegas untuk segera beranjak dari tempatnya, dengan berpamitan singkat pada Arjuna yang ada didepannya, yang hanya dijawab dengan anggukan singkat pada karyawannya itu.
-
Naya masih enggan menatap kekasihnya yang masih betah mengelus rambut Naya sedari tadi Ia menemukan Naya.
“Iya pokoknya aku tetep minta maaf.”
“You didn’t do anything wrong baby, kenapa harus minta maaf? Liat sini sebentar coba”
Arjuna menarik dagu sang kekasih dan yang ia temukan adalah mata kekasihnya yang sudah memerah mengeluarkan air mata sedikit demi sedikit.
“Hey kok matanya merah ini? Sayang habis nangis?”
“Hah engga kok ini aku agak flu sedikit, mata aku jadi agak perih makanya merah ya?” Jawab Naya setenang mungkin agar kekasihnya itu tidak curiga.
“Serius? Kenapa gak bilang sayang? Udah minum obat?”
“Iya nih, makanya aku pake masker juga.. udah kok aku udah minum obat tadi sebelum kesini.”
Arjuna meraba pelan kening Naya untuk memastikan apakah suhu tubuhnya masih normal atau tidak.
“Syukurnya gak sampai demam. Sayang kalo gak enak bilang ya? Biar kamu nunggu di rumah aja okay?”
“Aku oke kok, cuma flu ajaa gak ada keluhan lain pak dokterr.”
Arjuna tersenyum gemas dan kembali mengusak pelan rambut Naya.
“Yaudah kalo gitu, ayo kita makan aja.”
“Oh iya wait.” Naya mengeluarkan kotak bekal dari tas kecil yang Ia bawa hari ini.
“Nih, habisin mam nya yaa ka junaa.”
“Okay sayang, thank you. Kamu juga bawa makan untuk lunch kan?”
“Bawa donggg,” kali ini Naya mengeluarkan sebuah kotak bekal bening, dan terlihat jelas apa isi dari kotak bekal tersebut.
“Yaampun, lagi mode sehat ya ini makannya sm salad?”
“Hehehe lagi mood mam salad jadi aku bikin deh.”
“Pinternya sayangku ini.”
Naya menjadi salah tingkah dibuatnya.
-
Keduanya sangat menikmati waktu makan siang mereka hari ini di cafe. Saling berbagi cerita dan yang satu tak hentinya memuji masakan dari yang lebih muda. Meski kondisi cafe cukup ramai, tapi tidak membatasi keduanya untuk saling memberikan afeksi kasih sayang.
“Enak banget sayang, makasih ya. Ini energi aku langsung full.”
“Lebay banget ish hahaha”
“Beneran lohh langsung seger aku.”
“Iya iyaa makasih juga ka juna udah habisin bekalnya yaa.”
“Iya sayangku, nanti aku boleh request gak ya?”
“Request apaa?”
“Ka juna mau juga dibawain lagi salad yang kaya tadi sayang enak banget seger.”
“Benerann seenak ituu??? Itu first try aku lohh.”
“Bener sayang, ka juna mau lagi.”
“Ohh okayy nanti aku bikinin lagi buat ka juna yaa.”
“Makasih ya sayangku.”
“Anytimeee kakk, oh iya ini ka juna break sampe jam berapa?”
“Ah iya 30 menitan lagi sih nanti ka juna balik lagi keatas.”
“Okk kalo gitu.”
“Sayang..” Naya kembali berbalik menghadap Arjuna setelah memasukkan kotak bekal yang sudah kosong kedalam tas kecil yang Ia bawa. Arjuna menyerahkan kunci mobilnya ke hadapan Naya.
“Sayang, ka juna minta maaf banget ini takutnya selesai lama, sayang kalo mau jalan-jalan dulu atau kemanapun boleh bebas ya bawa mobil ka juna aja gapapa sayang.”
“Masih lama banget yaa meetingnya?”
“Yes I guess, karena masih ada beberapa hal yang harus dibahas juga. Sorry akunya malah ingkar janji mau nemenin sayang ngerjain tugas akhirnya disini. Maaf ya sayang.”
“Loh gapapa kak, aku juga udah beresin kok tadi hehe nanti mingdep tinggal aku bawa pas bimbingan lagi..”
“Serius? Hebat banget sayang, aku doain biar bimbingannya mingdep lancar dan langsung acc”
“Aminnn..”
"Apa mau tunggu di ruangan aku aja ngga? Biar istirahat di dalem nanti." Tawar Arjuna kembali.
"Ah engga deh nanti aku gangguin ka Juna kerja.."
"Apasih kamu dari tadi ngomongnya gitu terus"
"Yaa maksudnya nanti ka juna gak fokus.. kan mau cepet selesain kerjaannya gituu, kalo aku disana nanti malah gak selesai-selesai"
"Agenda aku hari ini cuma meeting aja sayang, selebihnya nanti aku kerjain minggu depan sekalian di Bali."
"Iyaa tetep ajaa, gak enak ah aku diem di ruangan kamu terus, gapapa nanti kalo bosen aku jalan keluar aja yaa,"
"Aku cuma pengen kamu istirahat apalagi kamunya lagi flu kaya gini, takut kepala kamu pusing atau apa gitu,"
"Engga kok aku gapapa benerannn, engga pusing sama sekali."
"Gapapa gimana? Ini hidung kamu merah gini" ucap Arjuna sambil mengusap lembut hidung Naya yang sudah memerah.
"Ya kan wajar gak sih namanya juga flu,"
"Ini kamu yakin bukan habis nangis?"
"Yakin.. kok ka juna gak percaya ya?"
"Percaya sayang.. cuma khawatir aja kalo sampe berair gini matanya takut kamu kena flu berat.. atau sayang ke dokter aja deh kalo gitu"
"Aduh iya iyaaa nanti aku putuskan mau pergi kemana ya.."
"Yaudah nih kalo gitu, pegang kuncinya ya. Tolong dikabarin kalo mau keluar, dan kemananya"
"Iyaaa ih baweeeel, udah jam berapa ini nanti kamu dicariin,"
"Huhh yaudah ini aku tinggal dulu ya sayang? Hati-hati"
"Okay.."
Ketika Arjuna hendak bangkit dari duduknya, Naya memegang lengan kemeja panjang yang Arjuna kenakan. Tentu saja Arjuna menghentikan pergerakannya dan kembali memfokuskan dirinya pada yang lebih muda
"Kenapa sayang?"
"Akunya boleh dipeluk dulu sebentar ngga?"
Senyum teduh itu terbit dari wajah yang lebih tua. Arjuna dengan segera membuka lengannya dan menarik Naya kedalam pelukannya. Tidak perduli jika banyak pasang mata yang memerhatikannya. Naya mengeratkan pelukannya di tubuh Arjuna.
Dirasa sudah cukup mendapat pelukan dari sang kekasih. Naya melepas pelukannya dan menyuruh Arjuna untuk segera bergegas.
"Udah sana boleh keatas sekarang,"
Arjuna terkekeh melihat tingkah Naya kali ini.
"Iya sayang, ka juna keatas dulu ya."
"Okay, see you"
"See you baby, love you," Arjuna mengecup kening Naya singkat sebelum bangkit dan bergegas meninggalkan Naya kembali menempati kursi panjang itu seorang diri.
-
Setelah beberapa saat menimbang apa yang harus ia lakukan saat menunggu Arjuna selesai dengan urusan pekerjaannya. Naya memutuskan untuk berkeliling kota sebentar menggunakan mobil yang Arjuna titipkan padanya.
Nayapun segera merapikan barang-barangnya, untuk segera meninggalkan cafe tersebut. Ketika Ia sudah siap untuk meninggalkan tempat itu, matanya bertemu dengan seorang pria yang Ia kenal sebagai pemilik cafe ini yaitu Arsen.
"Loh Naya, baru kesini lagi ya? Udah dari tadi?"
"Mas Arsen! Iya nih aku udah dari tadi disini,"
"Kemana aja nih, sombong banget jarang main kesini. Sena sama ceweknya aja sering loh kesini,"
"Hah sena sama arin?"
"Yoiii"
Saat ini Arsen ikut bergabung dengan Naya duduk di tempat yang sudah Ia tempati sekitar 3 jam lamanya.
"Mau kemana ini udah beres-beres lagi aja? Mau ke atas ya ke ruangan Juna?"
"Hah enggaa aku mau keluar sebentar sambil nunggu ka Juna selesai meeting."
"Ngga nunggu diatas aja? Biar sekalian istirahat, biasa juga nunggu diatas"
"Engga ah gak enak haha gangguin ka juna kerja terus akunya. Lagian aku mau belanja kok ini"
Arsen hanya mengangguk tanda mengerti maksud dari apa yang Naya ucapkan.
"Mas Arsen tumben baru dateng siang?"
"Iya nih cuma mau ngontrol aja, soalnya tadi kata Jemi cafe lagi rame."
"Kasih bonus tuh Ka Jemi nya Mas Arsen"
"Hahaha aman aman,"
"Eh iya Mas Arsen, Mas Arsen sibuk banget gak hari ini"
"Engga kok, nyantai banget ini. Kenapa Naya?"
"Aku pengen ngobrol bentar boleh ngga ya?"
"Boleh dong, mau ngobrol disini apa di ruangan gue diatas?"
“Hmm enaknya dimana ya mas..”
“Di ruangan gue aja kalo gitu yuk.”
“Gapapa emang?”
“Gapapa dong, yuk.”
Naya akhirnya bangkit mengikuti Arsen menuju ke ruangannya yang terletak di lantai 2 bangunan cafe dan kantor ini.
“Duduk dulu aya”
“Okay thank you,”
Disinilah Naya sekarang, duduk di sofa empuk di dalam ruangan kerja Arsen berhadapan dengan sang pemilik ruangan.
“Eh mau minum gak?”
“Mas Arsen ajaa, aku udah kembung dari tadi minum terus. Ini bawa air putih kok.”
“Oke gue juga minum air putih doang kok.”
-
“Jadi kenapa Naya? Mau ngobrolin apa?”
“Hmm itu mas arsen, mas arsen tau mantannya ka juna ngga?”
“Mantan?”
“Iyahh, mantannya ka juna”
“Setau gue juna cuma punya dua mantan sih, satu waktu SMP, satunya lagi waktu SMA sampe kuliah. Kenapa emangnya?”
“Hmm berarti mas arsen tau dong mantannya yg mana?”
“Iya tau, cuma tau doang orangnya yang mana sih.”
“Kalo gitu mas arsen kemaren-kemaren liat ada mantannya ka juna kesini?”
“Ahh yg kemaren..”
“Iya mas arsen tau?”
“Tau sih, kemaren dia nanya juga kesini kantornya disebelah mana terus beli kopi juga sebelum dateng keatas. Gue lagi jaga di kasir soalnya.”
“Ah jadi bener ya..”
“Kenapa naya?”
“Kok ka juna ngga cerita ke aku ya..”
“Gue ngga tau sih, mungkin belum atau mungkin ya it’s not a big deal for him. Lo tau sendiri laki lo gakan ngomongin hal-hal remeh yang menurut dia gak penting.”
“Tapi mas, aku..”
“Loh Naya lo kenapa?”
Naya tidak dapat lagi membendung perasaannya. Air matanya luruh juga dihadapan Arsen.
“Mas Arsen, emang aku gak cocok ya sama ka juna?”
“Lo ngomong apa Naya? Siapa yg bilang begitu?”
Naya menggeleng lemah sambil terisak. Naya akhirnya menceritakan semua yang Ia dengar beberapa saat lalu. Arsen tidak habis pikir dengan orang-orang yang membicarakan atasannya seperti itu. Mengatur orang lain harus berpasangan dengan orang yang menurut mereka cocok adalah hal yang sangat tidak sopan.
-
“Jujur aku sakit hati banget pas denger itu mas, aku gak ngerti salah aku dimana sampe mereka se gak suka itu sama aku”
“I know, alasannya ya entah mereka iri atau emang lo bener-bener ngelakuin kesalahan. Karena disini lo gak ada salah apapun sama mereka, ya udah pasti mereka iri sama lo aya. Sebenernya gue juga kadang denger sih, emang habit nya aja ngomongin orang.”
“Emang harus banget ya ngomongin bos nya harus sama siapa biar keliatan cocok. Aku bener-bener sakit hati karena ka juna juga ngga pernah cerita kalo ada mantannya dateng ke kantor bahkan si mba clara itu juga dia gak ngomong apa-apa sama aku.”
“Hm menurut gue, lebih baik lo kasih tau semua apa yang lo denger hari ini ke Juna sih. Ditanyain baik-baik juga soal mantannya dan si clara itu dateng ke kantor mau ngapain.”
“Aku lagi gak pengen ribut mas, hari minggu dia berangkat ke bali. Aku gak pengen ditinggal ldr dalam keadaan gak baik-baik aja.”
“Iya makanya diberesin dari sekarang, obrolin apapun yang bikin lo ganjel. Gue yakin Juna akan nanggepin semuanya dengan bijak dan gakan balik marah sama lo.”
“Tapi kalo soal karyawannya aku bingung mas harus gimana, aku takut dia bertindak aneh-aneh deh:(“
“Itu konsekuensi sih sebenernya kalo mereka dapet sanksi dari Juna. Bukan soal kerjaan dia yang gak capable atau apapun, tapi juga soal attitude. Yakali Juna diem doang calon istrinya diomongin yang engga-engga sama karyawannya.”
“Aku pikirin lagi deh kalo soal itu, sebenernya aku ngerekam anu sih,”
“Lo ngerekam obrolan mereka? Bagus dong lo jadi punya bukti kuat.”
“Tapi ini lebay gak sihh mas? Kayak ini cuma soal aku yang sakit hati doang tapi jdi ngerembet kemana-mana.”
“Gue yakin, Juna bakal cari jalan keluar yang gak akan ngerugiin siapapun termasuk perusahaan dan bahkan lo juga Naya.”
Naya kembali terdiam sambil menata kembali nafasnya tersengal karena menangis dari tadi
“Minum dulu nih, sesek itu nafasnya kasian.”
“Iya makasih”
-
Naya terdiam sesaat, terlalu banyak hal yang Ia pikirkan saat ini. Hingga akhirnya Ia memutuskan untuk berpamitan pada Arsen untuk pergi entah kemana.
-
“Mas Arsen, aku keluar dulu deh kalo gitu. Makasih ya udah dengerin aku, sorry jadi ganggu waktunya.”
“It’s ok naya, gausah sungkan. Juna adik gue, otomatis lo juga adik gue.”
“Mas Arsen baik banget huhu pokoknya makasih yaa.”
“Iya naya anytime, trs ini skrg mau kemana?”
“Hmm belum tau sihh, yg penting keluar dulu aja deh.”
“Gamau nunggu disini aja? Biar sekalian istirahat juga. Itu mata udah bengkak gitu lagian.”
“Engga ah, biar gak kepikiran yang aneh-aneh terus aku harus banyak bergerak.”
“Hm yaudah hati-hati ya, kabarin Juna jangan lupa.”
“Iya, ini kan aku bawa mobilnya ka Juna.”
“Iya ok, tetep kabarin ya atau ga kabarin gue juga gapapa.”
“Oke siap, pergi dulu yaa.”
Naya pun melangkah keluar menjauhi ruang kerja Arsen yang berada disudut gedung itu.
-
Kini Naya terduduk lemas dibelakang kemudi, masih terngiang kalimat-kalimat jahat yang Ia dengar beberapa saat lalu itu. Dirinya kembali ingin menangis, memikirkan banyak kemungkinan.
Naya menangis hebat di dalam mobil Juna, mengeluarkan seluruh emosinya hingga beberapa menit lamanya.
Dirasa sudah agak cukup tenang, Ia pun bersiap mengemudikan mobil itu. Entah menuju kemana, yang pasti Ia harus mendistraksi dirinya. Meski tangannya masih gemetar saat memegangi kemudi didepannya.
Tidak banyak tempat yang bisa Ia kunjungi saat ini. Naya sudah membawa mobil itu cukup jauh dari tempatnya semula. Ia berkali-kali berhenti untuk memilih apakah Ia harus turun dan masuk kedalam atau tidak.
Setelah perdebatan batin yang cukup panjang ia lakukan. Akhirnya Ia memutuskan untuk membawa mobil itu ke halaman parkir sebuah salon kecantikan langganannya.
Mendapatkan hair treatment sepertinya bukan hal yang buruk untuk mengusir ingatan akan kejadian beberapa saat lalu.
-
Waktu sudah menunjukkan pukul 16:00, seharusnya Arjuna masih memiliki waktu untuk bekerja satu jam lagi. Namun, ketika rapat yang Ia lakukan bersama client nya tadi sudah selesai semua, Ia langsung membenahi seluruh barang-barangnya dan bergegas menuju ruangannya sendiri.
Arjuna mencoba menghubungi Naya namun tidak ada jawaban dari kekasihnya itu.
Hingga akhirnya Arjuna meminta bantuan salah satu karyawannya untuk menghubungi cafe dan menanyakan apakah Naya ada disana atau tidak.
“Mila, saya minta tolong tanyain ke Jemi ya, Naya masih ada dibawah apa engga. Nanti info lewat extension aja ya.”
“Oh baik pak.”
-
Setelah meminta bantuan pada karyawannya itu, Arjuna segera memasuki ruangannya dan terus mencoba menghubungi kekasihnya.
Tumblr media
-
Ditengah gundahnya Arjuna menunggu jawaban dari Naya. Satu dering telepon memecah fokusnya. Sesegera mungkin Ia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo Pak,”
“Ya Halo gimana Mila? Naya ada dibawah?”
“Kata Mas Jemi, Kak Naya udah pergi dari jam 2 atau setengah 3 gitu.”
“Bilang ngga itu perginya kemana?”
“Engga katanya Pak,”
“Yaudah kalo gitu, makasih Mil.”
“Iya Pak.”
-
Arjuna semakin dibuat khawatir oleh kekasihnya yang tidak bisa dihubungi itu. Akhirnya Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju cafe untuk bertanya lebih jelas tentang keberadaan Naya.
-
Disisi lain, Naya sedang menikmati kepalanya yang sedang diberi pijitan halus untuk menghilangkan pening dikepalanya saat ini.
Naya sebenarnya sadar jika Ia belum mengabari kekasihnya kemana Ia akan pergi. Terlalu kalut dengan pikirannya sendiri hingga Ia melupakan hal tersebut.
Terasa beberapa getaran yang bersumber dari tas kecil yang Ia taruh di meja rias dihadapannya saat ini. Untuk yang satu ini, Naya sengaja tidak ingin membuka ponselnya selama Ia melakukan perawatan diri.
-
Arjuna tiba di cafe langsung mencari cari keberadaan sang terkasih, Ia harap Naya sudah kembali menunggunya di cafe. Namun nihil, Arjuna tidak menemukan presensi Naya sama sekali di ruangan bernuansa earth tone itu. Hingga ia menemukan Jemi yang sedang berjaga dibelakang kasir. Ia pun menghampiri Jemi untuk menanyakan keberadaan kekasihnya.
-
“Jem!”
“Eh Pak Juna..”
“Jem, Naya kemana?”
“Ah ka Naya ya, tadi habis ngobrol sama mas Arsen langsung pulang, oh iya pesenan yang tadi siang juga udah dibayar semua sama ka Naya.”
“Serius?”
“Iya, tadi saya bilang jangan tapi ka Naya nya maksa buat bayar bills nya, sorry ya Pak”
“It’s ok, tadi Naya ngga bilang mau kemana?”
“Engga Pak, habis bayar tadi kak Naya langsung keluar. Tapi agak aneh sih saya liat matanya agak sembab gitu kayak habis nangis.”
“Nangis? Kamu tadi liat Naya ngapain aja gak jem?”
“Waduh engga tuh Pak, saya gak terlalu merhatiin juga.”
“Hhh yaudah, trs sekarang mas arsen kemana jem?”
“Tadi lagi dibelakang sih bantuin tim kitchen, mau dipanggilin?”
“Iya tolong ya Jem.”
-
Pemuda jangkung dengan apron yang menempel ditubuhnya itu bergegas menuju dapur dimana Arsen tengah membantu team nya berada dan memanggilnya atas permintaan Arjuna tadi.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Arsen keluar dari dapur dan menghampiri Arjuna yang kini tengah menunduk memijit pangkal hidungnya karena kepalanya terasa pusing sekali saat ini.
-
Arsen menepuk pundak Arjuna untuk memberitahu keberadaannya. Arjuna yang terlihat frustasi sontak mendongak dan ingin segera memberondong Kakak sepupunya itu dengan berbagai pertanyaan.
“Ngapain? Kok tumben udah keluar?”
“Mas tadi lo ngobrol sama Naya? Ngobrolin apa? Naya kemana sekarang?”
“Wow chill bro chill, satu satu tanyanya okay? Gue nanya duluan malah balik nanya lo”
“Okayy sorry sorry, gue udah selesai meeting, mau langsung cabut sama Naya tapi anaknya gak ada. Sekarang lo jawab pertanyaan gue tadi.”
“Astaga, gue kayak lagi disidang aja ini.”
“Yaelah mas cepetan, Naya kemana? Anaknya gabisa dihubungin ini.”
“Iya iya santai, gue tadi emang sempet ngobrol berdua sama Naya diatas. Hm lebih tepatnya emang Naya yg reach out gue duluan buat ngobrol sih.”
“Ngobrolin apa?”
“Ngomongin lo”
“Hah? Soal apa?”
“Juna, Naya lagi gak ok, she’s over think about you. Gue kasih hint deh, Naya tau soal mantan lo dateng kesini beberapa hari lalu, oh soal si clara kesini juga dia tau.”
“What? Dia tau darimana? Lo yg ngasih tau?”
“Gue gak ada kerjaan banget ngasih tau si bocil soal begituan. She’s heard everything bad. Dan gue juga jadi bertanya2 kenapa lo gak ceritain itu sm dia? She’s deserved to know Jun.”
“Maksudnya gimana? Dia denger apaan?”
“Better lo tanya sendiri sama anaknya, dan jelasin baik-baik alasan lo gak ceritain soal itu kenapa.”
“Gue bukan gak mau cerita, tapi emang belum sempet. Akhir-akhir ini kerjaan lagi packed banget, dia pun harus fokus ngerjain skripsinya. Masa waktu gue yang sedikit itu gue pake buat ngomongin hal gak penting. Gue cuma pengen ngobrolin soal gue sm dia doang, gak pengen ngomongin soal yg lain.”
“Ya menurut lo gak penting, tp bagi Naya kan itu hal sensitif.”
“Terus ini gue harus gimana? Anaknya sekarang gak bisa dihubungin. Gue khawatir bgt sumpah.”
“Ya tinggal jelasin dengan jujur sm Naya kalo itu emang alesan lo. Anaknya keburu overthinking tuh.”
“Arghhh, terus ini Naya kemana?”
“Emang dia gak ngabarin ke lo?”
“Engga sama sekali, ini ditelpon juga gak diangkat.”
“Hadeh itu bocah, gue juga gatau dia mau kemana. Tadi bilang pengen cabut aja biar gak sumpek. Udah ditawarin biar istirahat di ruangan gue juga gak mau.”
“Dia gak bilang sama sekali mau kemana mas?”
“Engga jun, padahal gue udh suruh buat ngabarin lo aja kalo cabut kemana. Mungkin dia lupa, nanti juga anaknya ngabarin. Lo tenang dulu aja.”
“Gimana gue bisa tenang, disaat dia aja mood nya lagi kacau.”
“Percaya, sebentar lagi anaknya bakal hubungin lo.”
Arjuna mendesah frustasi memikirkan dimana kekasihnya saat ini dengan keadaan suasana hati yang tidak baik-baik saja. Apakah ia pulang ke rumahnya? Atau kemana Arjuna tidak tahu.
“Ada lagi yg mau ditanyain ngga? Gue mau balik ke dapur kalo udah selesai.”
“Udah mas, gue mau nunggu Naya dulu disini.”
“Okay gue ke belakang dulu kalo gitu, gausah khawatir dia pasti baik-baik aja.”
“I hope so.”
-
Arjuna berinisiatif untuk bertanya kepada ibu Naya, apakah Naya ada di rumah atau tidak. Namun belum sempat Ia bertanya, ibunya sudah bertanya duluan apakah Naya sedang bersamanya atau tidak. Akhirnya ia pun memberi tahu jika Naya sedang keluar dan Arjuna sedang menunggunya di kantor, serta Ia pun meminta izin pada ibunya Naya untuk Naya boleh menginap di apartemen nya selama dua hari kedepan karena Arjuna akan berangkat ke Bali untuk urusan pekerjaan untuk waktu yang lumayan lama. Beruntungnya Arjuna, karena sang ibu memberikan izin padanya untuk membawa Naya menginap di apartemennya.
-
Selagi menunggu kabar dari Naya, Arjuna mengeluarkan kembali laptopnya untuk memeriksa kembali beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Hingga beberapa waktu kemudian, muncul notifikasi dari yang ditunggunya sejak tadi.
-
1 note · View note
starstaeler · 5 months ago
Text
Aksara Bentala’s
Tumblr media
Ep 1
Siang itu di kantin fakultas SBM, terdapat seorang gadis yang asyik dengan dunianya duduk di sudut ruangan sambil menikmati bekal makan siangnya dan mencoret-coret sesuatu pada benda pipih seukuran buku B5. Ditemani dengan lantunan-lantunan musik dari group kesayangannya.
Dari jauh seorang lelaki sedang memperhatikan gadis tersebut sambil sesekali mengobrol dengan teman-temannya. Seperti tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati gadis tersebut. Lelaki yang biasa disebut Aksa itu pun menghampiri tempat dimana gadis yang bernama Jia menghabiskan waktu makan siangnya.
“Hei..” sapa Aksa dari belakang sedikit agak mengejutkan Jia yang sedang fokus pada pekerjaannya itu.
“Eh, hai ka aksa”
“Boleh duduk disini ngga?”
“Oh iya silahkan kosong kok”
“Sendirian aja? Temen-temennya pada kemana?
“Udah pada pulang mereka udh pada selesai kelasnya”
“Oh kamunya masih ada kelas?”
“Masih kakk hehe nanti jam 2”
“Kok gak sama jadwalnya?”
“Iyaa aku emang agak padetin jadwal sih hehe biar cepet lulusnya”
“Emang target mau selesai berapa tahun?”
“3 tahun kali ya hehe”
“Buset ngebut amat, jadi bareng gue dong nanti lulusnya.”
“Oh iyaa ka aksa udah jalan setahun lebih dulu ya daripada akuu”
“Betuul, eh ini gapapa nih gue ngajak ngobrol? Takutnya Jia lagi fokus itu ngerjain itu”
“Gapapa kokk, ini aku lagi iseng doang kak.”
“Gapapa gue temenin berarti disini?”
“Iyah gapapa kok, akunya yg makasih udah ditemenin”
“Santai, gue juga ada kelas nanti jam 2.”
“Oh gituu, matkul apa kak?”
“Matkul umum sih, matkul PKN.”
“Lah sama kalo gituu. Sama siapa kak dosennya?”
“Pak Bambang. Lo sama juga?”
“Iyaa samaa, kok aku gapernah liat ka aksa.”
“Gue sempet bolos beberapa kali sih kemaren hehe.”
“Oh pantesann haha”
“Yaudah nanti bareng gue aja kalo gitu, di gedung B kan?”
“Iyaa kelasnya di gedung B”
“Alright, lo sambil makan juga ini, gue liatin dari tadi gak beres-beres itu makan.”
“Hehe iya suka kelupaan, ka aksa udh makan?”
“Udah tadi makan soto. Btw ini apaan ji? Sushi?”
“Bukann, ini gimbab.”
“Hah apaan ituu?”
“Sama aja sih sebenernya kaya sushi, kalo sushi kan biasanya pake salmon, atau ikan tuna gitu gitu yg mentah. Ini lebih banyak pake sayur dan daging gitu yang mateng-mateng.”
“Ohh i see i see. Gue kadang suka lupa lo sebenernya orang korea.”
“Udah mulai ngeblend ya ini karena kena air bandung? Hahaha”
“Wkwkwk iya jadi keliatan lebih warlok gitu.”
“Warlok apaan?”
“Warga lokal wkwk”
“Ohh wkwk kayak ka aksa gitu ya?”
“Iyaa tp gue versi premiumnya lah”
“Emang ka aksa subscribe apaan?”
“Anjir bukan wkwkw dikira gue spotify apa wkwk”
“Ya lagiannn versi premium.”
“Wkwkwkwk bukan gitu maksudnyaa, lo gak liat apa ini gue ganteng begini.”
“Iya keliatan sih.”
“Nah itu maksudnya wkwkwk”
“Pede banget hahaha”
“Haruslah wkwk”
“Mau cobain gak iniii?”
“Boleh emaang?”
“Boleh dong takut ngiler nanti ka aksa”
“Enak ajaa gue gak ngiler.”
“Wkwkwk yaudah ini cepet cobain.”
“Ih gue gak bisa pake sumpit.”
“Yaudah sini aaaaa”
“Bentar. ekhem aaa” salting nih aksanya.
“Pinterr, enak kann?”
“Hmm.. enakk kayak apa ya nasi sama sayur, terus ada isi ayamnya.”
“Ya emang iya itu isinya ih wkwk”
“Gue baru nyobainn ternyata enak, paduan yg pas sih kata gue. Ini lo bikin sendiri ji?”
“Iya bikin sendiri.”
“Boleh bagi resep lahh, nanti mau gue coba di apart.”
“Ka aksa suka masak juga?”
“Engga sih, kadang iseng doang tp ya masak masak gitu mah bisa lah.”
“Oh keren kerenn.”
“Bisa aja luu bocil.”
“Bocil apa sih?”
“Bocah kecil jia.”
“Ohhhh, bocah tuh maksudnya anak-anak kan?”
“Iyaa, anak kecil maksudnya wkwk.”
“Ini gue berasa lagi ngajarin bahasa gaul indo deh.”
“Hehehe gapapa dong nambah ilmu basic dalam perbahasaan.”
“Emang lo tinggal di indo dari kapan?”
“Hm dari sd sih kalo gak salah, tapi sd nya home schooling.”
“Oh pantesan, home schooling nya sampe kapan tuh?”
“Sampe smp.. pas sma baru deh masuk ke sekolah biasa, biar akunya ada temen.”
“Terus sma nya di?”
“Taruna bakti.”
“Ohh banyak tuh anak tarbak yg masuk sini.”
“Iyaa kakak sepupu ku juga dulu disana, terus kuliah disini juga.”
“Oh iyaa? Siapa tuh? Sepupu lo orang sini berarti?”
“Yaiya orang sini, dia mah orang bandung banget pokoknya wkwk namanya a galen, kenal ngga?”
“Galen.. kaya kenal. Anak sbm juga?”
“Iyaaa lg nyusun skripsi katanya sekarang.”
“Oh iya iya kenaal, temen main futsal gue tuh”
“Oh suka main bareng juga ternyata.”
“Yoiii, jadi lo tuh sebenernya orang korea apa orang bandung? Kok lo sepupuan sm kang galen?”
“Yaaa setengah-setengah lahh haha ayah ku orang sana, mama orang bandung gitu.”
“Oh blasterann pantesann cakep banget.”
“Hmm?”
“Eh engga, terus tapi nama lo jadinya ngikut ayah lo?”
“Oh iyaa nama anak-anaknya ngikut pake nama korea semua, tp kita ada nama international nya juga kok.”
“Gaya bener nama international”
“Ih iya emang benerr wkwk”
“Nama international lo apa tuhh?”
“Jeana Choi.”
“Oh nama belakangnya tetep pake nama korea lo ya?”
“Iya kan itu marga ayahku.”
“Ah i see i see. Eh jia sorry gue malah jadi nanya2 tentang keluarga lo. Kepo banget ya gue sorry.”
“Gapapa sih wajar pasti pada penasaran juga haha tapi ka aksa jangan ceritain lagi ke orang lain ya?🤫 maksudnya kalo emang mau tau tentang aku better tanya langsung aja sama aku.”
“Siapp, aman kalo itu. Mulut gue gak bocor kok.”
“Hehe makasih.”
“Btw, lo tadi lagi bikin apaan deh? Serius amat keliatannya.”
“Ohh tadi tuh aku lg iseng bikin bikin design buat project wirausaha kita itu loh kak”
“Rajin amaat, gue jadi ga enak.”
“Ngga rajin, emang gatel aja ini tangannya. Mumpung lagi ada ide akunya.”
“Bisa gitu yaa haha gue mau liat boleh ngga?”
“Boleh doong, nihh”
“Gilaa cakep semua ini ji. Tangan lo ajaib juga ternyata.”
“Hahaha biasa aja.”
“Eh eh sorry malah kelewatan scroll nya.”
“It’s okk bukan apa2 juga kok.”
“Ini foto yg tadi dijadiin lockscreen ya?”
“Iyaaa”
“Ini foto sama temen2 lo?”
“Bukann lohh ini adik adik akuu.”
“Oh adik lo ada 3?”
“Iya hahaha banyak ya”
“Semua disini?”
“Iya semuanya disini bareng akuu.”
“Ohhh rame ya berarti di rumah, ini lo ngedit sendiri berarti.”
“Iyaaa itu aku edit sendirii hehe biar kayak idol idol gitu fotonya suka dieditin sm fans, nah aku kan fans adik adikku jadi aku aja yg ngedit hahaha.”
“Bisa aja lo hahaha lo suka design juga dong berarti?”
“Ah iseng aja itu mahh.”
“Isengnya keren gini anjir.”
“Biasa aja dihh masih jelek jelek itu design nya.”
“Mana adaa, ini cakep jia. Gue suka design yg ini nih.”
“Benerann? Aku juga suka design yg itu sih.”
“Boleh nih dipake buat project kita nanti.”
“Hihi okayy nanti aku rapihin lagi dehh ituu design nya.”
0 notes
starstaeler · 1 year ago
Text
230822 - taehyung's instagram story
223 notes · View notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Paling lucuuu🪿
2 notes · View notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Another Universe
Arsana Giananta
Ep : First Time of LDR
New Character Unlocked
Tumblr media Tumblr media
-
Sudah 3 minggu berlalu, Jia dan Arsa hanya bertemu sesekali ketika pagi hari disaat Jia ingin memberikan kotak bekal untuk Arsa. Hari libur pun keduanya memiliki kesibukan masing-masing, Jia yang mengerjakan laporan atau sesekali harus pergi ke tempat les musiknya. Arsa yang tetap harus bekerja dan melakukan pengecekan pada lokasi konstruksi pada setiap proyek yang sedang dikerjakannya.
Hari ini keduanya sudah cukup senggang. Sehingga pada siang harinya Arsa mengajak Jia untuk mengunjungi kantornya dan menunggu di cafe tepat di bawah kantor Arsa. FYI kantor Arsa adalah sebuah bangunan dengan 5 lantai yang di lantai pertamanya diisi oleh coffee shop yang dimiliki oleh Zinu kakak tertua Arsa. Niatnya memang untuk menghemat biaya gedung, dan juga mengefisiensi waktu kerja untuk Arsa dan rekan-rekan kerjanya jika ingin bertemu client yang mengunjungi kantor. Sehingga akan lebih mudah dan lebih nyaman untuk kedua belah pihak.
Jia pun menyetujui Arsa untuk mengunjunginya di kantor dan menungguinya pulang di cafe tersebut. Jia kembali terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengambil beberapa barang. Lalu bergegas menuju kantor Arsa dengan menggunakan taksi online yang sudah dipesankan oleh Arsa.
Setibanya Jia disana, ia langsung mencari spot favorite nya di cafe tersebut, yaitu di sudut ruangan cafe yang menghadap ke sebuah taman kecil tepat di area belakang kantor/cafe.
“sayang.” Sapa Arsa dengan senyum kotaknya yang menawan.
“Ka Arsaaa! Siniii.”
“Udah pesen?” Tanya Arsa pada Jia seraya mendudukkan dirinya dan menaruh laptop serta barang-barangnya diatas meja.
“Belumm. Tunggu Ka Arsa duluu. Ka Arsa mau kerja disini?”
“Iya sayang, mumpung lagi gak terlalu banyak kerjaan hari ini.”
“Asikkk asikkk”
“Sayang hari ini mau ngerjain apa?”
“Hm aku kayanya mau beresin revisian laporan magang aku ajaa kak.”
“Oke kalo gitu, kita kerja bareng haha.”
“Yeayy.” Teriak kecil Jia yang senang karena akhirnya bisa memiliki waktu berdua bersama kekasihnya.
-
“Ka Arsa mau pesen apaa? Biar aku pesenin.”
“Gak usah, kamu tunggu aja disini. Aku yang pesen.”
“Hm yaudah.”
“Sayang udah makan siang?”
“Belumm. Ka Arsa udah?”
“Kok belum? Ka Arsa udah tadi makan bekal dari kamu.”
“Hehe aku makan pas pagi soalnya gak sempet sarapan:)”
“Yaudah sayang pesen makan berat ya?”
“Ih jangaaan nanti kan mau dinner sama ka arsaa,”
“Masih lama sayang, kan malem?”
“Tapi akunya belum lapeeer,”
“Yaudah dipesenin french fries sama toast aja mau?”
“Bolehhh deh kalo itu.”
“Dihabisin tapi ya?”
“Jangan banyak banyak tapi pesennya.”
“Ya sesuai porsi dong haha”
“Ih iya juga:( ka arsa nanti bantu habisin kalo gitu.”
“Mana ada haha nanti juga habis kamu makan kok.”
“Ishh:(“
“Haha sayang mau coba menu baru gak? Kata mas zinu baru launch hari ini.”
“Apa tuhh? Semacam cake gitu sih aku lupa namanyaa.”
“Boleh bolehh mau cobaa.”
“Oke, tunggu ya.”
“Okayy.”
-
Arsa kembali ke tempat kekasihnya berada. Terlihat Jia sudah siap membuka laptopnya. Saat melihat Arsa yang sedang berjalan ke arahnya, Jia tersenyum manis sekali hingga Arsa pun ikut tersenyum melihatnya.
“Cantik banget pacarku hari ini.”
“Apaan ih kucel gini aku belum mandiiii.”
“Tetep paling cantik.”
“Ish gombaaal.”
“Hahaha, udah siap mau ngerjain aja ini si anak ambis.”
“Biarinn biar cepet selesaaai.”
“Good, anak pinter.”
“Anak pinter biasanya dapet reward kak:)”
“Haha bisa banget ini nagihnya. Sayang mau reward apa?”
“Hm apa ya…” Jia terlihat seperti sedang menimbang-nimbang apa yang ingin ia minta pada kekasihnya.
Disisi lain, Arsa memperhatikan Jia dengan tatapan pernuh kasih sayang dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajahnya.
“Aku mau… xo xo.”
“Hm?”
“Reward nya mau xo xo kakk.”
“Ahh oke okee, nanti setelah pulang ya?”
“Siappp.”
Arsa tersenyum sambil mengelus puncak kepala dengan lembut dan penuh kasih.
Tidak lama, seorang pelayan pun membawakan pesanan keduanya. Terlihat ada beberapa dessert manis dan ada juga side dish yang tak kalah menggodanya.
“Ka Arsa banyak banget ini..”
“Iya biar kamunya betah.”
Jia hanya melongo melihat begitu banyak makanan di mejanya.
“Pesanannya sudah semua ya,” ucap si pelayan itu kepada keduanya.
“Iya sudah mas, makasih.” Arsa menjawab sopan pada pelayan tersebut.
Kini sudah tinggal mereka berdua kembali dengan Jia yang masih terpaku melihat mejanya.
“Sayang kenapa diliatin doang, ayo makan. Aku gak pesenin kopi ya, nanti kamu susah tidur.”
“Ka Arsa banyak banget ini astaga, tapi sukaa. Ka Arsa gaperlu pesen banyak juga aku betah kalo sm Ka Arsa.”
“Iya iya udah gombalnya nanti lagi haha dimakan dulu itu, gapapa biar gak usah bulak balik ke kasir kalo mau nambah.”
“Hum okay, makasih banyak kakak sayaang hehe.”
-
“Ka Arsa.”
“Ya sayang?”
“Ka Arsa tumben deh.”
“Tumben gimana sayang?”
“Ngajakin ketemu sekarang, terus bawa kerjaannya disini hehe biasanya aku ditinggal tunggu disini sendiri.”
“Gapapa dong aku mau liat sayang lebih cepet dan lebih lama.”
“Dih kangen yaaaa?”
“Iya jelas lah kalo bukan kangen apa lagi?”
“Hmm ya kangen sih.”
“Ya, aku juga kangen.”
“Aishh, btw ka arsa ka arsa.”
“Kenapa sayang?”
“Ka Arsa aku baru sadar, ternyata bahaya banget Ka Arsa kalo lagi kerja gini.”
“Hm emang kenapa?”
“Ganteng banget:( ini gak ada yang suka genitin Ka Arsa kan?”
“Hahaha gak ada dong, karyawanku baik-baik semua.”
“Kalo client?”
“Gatau ya, belum pernah nemu.”
“Ish Ka Arsa kalo mau ketemu client jangan cakep cakep nanti client nya naksir.”
“Duh ahaha nanti aku kasih tau kalo aku udah punya pacar yang paling cantik, paling lucu, paling baik hatinya”
“Ih ih fouuul,”
“Foul apanyaa wkwk muji pacarku yang cantik ini apa salahnya?”
“Gak boleeeh jangan balik godain akuu.”
“Kamu sih minta digodain balik.”
“Ishj diemm.”
“Udah dibilang kita tuh love language nya teasing each other haha.”
“Emang bener kayanya ya.”
“Iya makanya haha udah ini makan lagi makanannya sayang.”
“Hum okay.”
-
Arsa berhenti sejenak, dan kini atensinya penuh pada gadis disebelahnya yang sedang mengunyah kentang goreng sambil mengetikan sesuatu di laptopnya.
“Sayang..” panggil Arsa lembut.
“Hah ya?”
“Lucu banget sih kamu, mau aku bawa bawa kemana boleh gak sih.”
“Apasih Ka Arsaa jangan bikin aku salting tiba tiba.”
“Haha iya iyaa maaf.”
“Sayang sebenernya aku ngajakin ketemu hari ini karena besok aku harus berangkat ke jogja 3 harian.” Lanjut Arsa yang menatap Jia.
Seketika pergerakannya diatas laptop pun terhenti dan memusatkan atensinya pada lelaki yang mengucapkan kalau ia harus pergi selama 3 hari lamanya.
“Hah gimanaa?”
“Aku besok berangkat ke jogja buat cek lokasi konstruksi sampai hari minggu, makanya hari ini aku ajak ketemu sekalian dinner. Soalnya akhir-akhir ini kita sibuk terus.”
“Ka Arsaaa:( kok ngedadak?:(“
“Maaf sayang, ini dari client nya baru oke hari ini, nanti sore ka arsa ada meeting lagi sebentar.”
“Sama siapa perginya?”
“Sama Ilham dari team lapangan.”
“Berdua aja?”
“Iya sayang cuma berdua aja, gapapa ya? Marah engga?”
“Hm engga sih, tapi sedih aja belum pernah ditinggal ka arsa lama lamaa:(“
“Engga lama sayang, tiga hari aja. Hari minggu pagi aku pulang dan langsung ke kamu ya? Kita cuddle seharian? Oke?”
“Hmm oke deh kalo gitu:(“
“Kok masih cemberut?”
“:))) udah engga nih, gapapa ka arsa berangkat, tapi akunya dikabarin terus, boleh?”
“Pasti sayang, aku pasti kabarin terus.”
“Bawa powerbank nya. Jangan sampe kehabisan batre kaya waktu itu gak bisa dihubungin.”
“Iya siap nanti aku bawa powerbanknya.”
“Oke kalo gitu aman.”
“Makasih ya sayang.”
“Okay.”
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Another Universe
Arsana Giananta
Ep : Randi’s graduation
Tumblr media
Hari jumat sore yang cukup terang kala itu, sepasang muda mudi yang sedang menunggu jemputan dari rekannya duduk didepan rumah sambil yang satunya menggendong seekor kucing ras British shorthair berwarna golden yang dinamai ‘Cimil’
“Cimil kenapa dinamain cimil?” Tanya seorang pemuda yang diketahui bernama Arsa itu sambil memperhatikan gadis disebelahnya.
“Karenaa… lucu aja tadinya mau dinamain cimol hehe abis jajan cimol juga itu sebenernya” ucap gadis yg bernama Jia itu dengan riang.
Arsa terkekeh mendengar jawaban dari yang lebih muda.
“Ada ada aja kamu, haha”
“Ka arsa suka kucing gak?”
“Hm agak takut sih sebenernya, tp kalo lagi dipegang orang lain sih biasa aja”
“Serius? Mau coba gendong gak?”
“Noo, sama kamu aja ya”
“Cimil gak gigit kok, iya kan mil”
“Nanti ya sayang, aku takut sama yg berbulu”
“Yah papa kamu gamau gendong kamu mil, sedih gak?
“Hm papa?”
“Iya, ka arsa gamau jadi papanya cimil?”
“Ya mau, yaudah sini coba ka arsa gendong”
“Hahaha engga ka arsa becandaa, jangan makasain”
“Gapapa beneran sini, udah berani”
“Ih mana ada, tuh mukanya udah pucet gitu wkwk nanti aja temenan sama cimil pelan pelan ya”
“Hm okay”
-
Setelah obrolan singkat keduanya, yang dapat ditarik kesimpulan bahwa Arsa tidak begitu menyukai hewan berbulu seperti kucing yang dimiliki Jia. Namun, Arsa merasa akan coba membiasakan dirinya untuk berteman dengan Cimil kucing miliki Jia itu.
Tidak lama, keduanya mendapatkan notifikasi pesan group dari Ami (Jia’s Friend) yang mengatakan kalo jemputannya sudah hampir sampai.
“Ka Arsa, Ami sm Ka Randi udah mau nyampe.”
“Oh iya kah?”
“Iya, aku masukin cimil dulu ke dalem ya”
“Okay, bye cimil”
“Bye Papa Arsa” diikuti suara kekehan dari sang pemilik kucing.
Arsa merasa salah tingkah dengan panggilan itu, sehingga membuat telinganya perlahan memerah.
Lamunannya buyar ketika mendengar klakson mobil dari luar. Menandakan kalau sepupu merangkap sahabatnya itu sudah sampai.
- di dalam rumah Jia
“Gyu, kak Jia berangkat dulu ya.” Teriak Jia memanggil adiknya yang sedang berada di kamar mandi.
“Sebentar kak!”
Dengan sedikit berlari, beomgyu menghampiri kakaknya yang sedang menaruh cimil di sofa ruang tengah rumahnya.
“Ka Randinya udah dateng?”
“Udah, aku berangkat ya? Jay kayanya sebentar lagi nyampe, Soobin juga bentar lagi pulang dari kampus.”
“Oke deh kalo gitu. Hati hati kak”
“Ya kamu juga hati hati di rumah, cimil belum aku kasih makan lagi terakhir tadi pagi”
“Iya siap, mil ayo anterin ka Jia ke depan.” Ucapnya sambil menggendong cimil untuk mengantarkan kakaknya ke depan rumah.
- di luar rumah Jia
“Cilllll!!!” Teriak Ami ketika melihat Jia sahabatnya yang baru keluar dari rumah.
“Amiiii!”
Keduanya berpelukan singkat di halaman rumah Jia.
“Drama banget deh kayak gak ketemu setahun aja.” Ya, itu ucap beomgyu yang menyaksikan drama berpelukan kakaknya dengan sahabatnya.
“Kenapa gyu, mau gue peluk juga ya? Sini sini.”
“Ih ogah,” jawab beomgyu seraya menjauhkan dirinya dari Ami.
Sementara itu, kedua pemuda yang lebih tua dari mereka Arsa dan Randi sedang mengangkat koper dan tas ke dalam bagasi mobil.
Tidak lama kemudian, datang pemuda berpakaian seragam SMA yang baru saja turun dari motor ojek online yang langsung menghampiri Jia.
“Ih kak jia udah mau berangkat.”
“Jay udah sampe? Iya ini mau berangkat, di rumah sama kak gyu dulu ya. Kak soobin lagi di jalan pulang juga.”
“Gak bisa nanti aja perginya?” Ucap yang lebih muda itu sambil memeluk Jia.
“Engga ini udah dijemput biar engga kemaleman sampe depoknya.”
“Huft yaudah, hati hati”
“Iya” ucap Jia sambil mengelus rambut halus adiknya itu.
“Kak mau peluk juga.” Ini suara dari si anak tengah kedua, beomgyu.
“Sini sayangku.”
“Udah beres yuk, berangkat sekarang.” Ucap Randi.
“Udah semua kan barangnya?” Tanya Ami.
“Iya udah kok, ini yg di depan udah dimasukin semua. Gak ada lagi yg ketinggalan kan Ji?” Tanya Arsa lagi pada Jia.
“Iya udah kok ini, tas sama scarf nya ini aku pegang.”
“Oke kalo gitu,”
“Udah ya kalian hati hati jangan banyak berantem.”
“Iyaaa hati hati ka Jia, ka arsa jagain ka jia” ucap beomgyu pada Arsa.
“Iya siap, berangkat dulu ya gyu, jay hati hati di rumah.”
“Oke” ucap Beomgyu dan Jay bersamaan.
-
“Gue duduk di belakang aja bareng Jia. Ka Arsa di depan sama ka Randi.”
“Yaudah sana masuk.” Perintah Randi pada kedua gadis itu.
Randi pun segera masuk ke dalam mobil duduk tepat di belakang kursi kemudi. Sementara Arsa, membukakan pintu penumpang memastikan Jia dan Ami sudah benar benar masuk dalam mobil.
“Udah ya, gak ada yang ketinggalan.” Tanya Arsa sekali lagi.
“Yes udah semua.”
“Oke, awas tangannya ka arsa tutup dulu.”
Arsa pun segera masuk ke kursi penumpang di sebelah Randi, dan menyamankan posisinya.
“Udah siap ya semua kita berangkat.”
“Let’s goo.” Teriak kecil dari Ami.
“Yuk bismillah.” Ini dari Jia.
-
“Kita mau belanja disini aja kan?” Tanya Randi.
“Iya disini ajalah, jajan di rest area mahal harganya gak ngotak.” Timpal Ami
“Yaudah di alfa atau indo sini aja kalo gitu.”
“Alfa depan situ aja ka randi, biar gak susah tu parkirnya. Depan marnat pasti udh macet.” Saran Jia.
“Oke alfa sini ya, siapa yang mau turun?”
“Gue aja di yang turun, kalian mau beli apa?” ucap Arsa mengajukan diri sambil menengok ke belakang menanyakan kepada dua gadis dibelakangnya.
“Cil, kita aja gak sih yang turun? Gue mau milih jajan, laper.” Ungkap Ami pada Jia.
“Yaudah kalo gitu, Ka Arsa aku sama Ami aja yang turun. Nanti kita telpon di dalem kalo kalian ada request.”
“Oh yaudah kalo gitu,”
“Pinjem kartunya dong ka randi ganteng,” ucap Ami sambil menodongkan kedua tangannya ke arah Randi yang sedang menyetir.
“Ada maunya aja lu manggil gue ganteng.”
“Iya lah ahaha”
Keempatnya tertawa melihat tingkah laku dari sahabatnya Jia ini.
“Sa tolong ambilin dompet gue ini, ambilin duit cash aja.” Ucap randi seraya memberikan tas kecil pada Arsa untuk mengambilkan dompetnya.
“Ambil berapa?”
“300 cukup gak mi?”
“Hm cukup kayanya,”
“Yaudah 300 aja sa,”
“Oke, nih” Arsa memberikan uang 100,000 tiga lembar pada Ami yang diterima dengan senang hati.
“Ok thank you.”
“Ini mau beli minum yang biasa apa yang literan aja? Di apart ka randi ada galon gak? Kalo gak ada kita beli disini aja air yang literan biar sekalian.” Tanya Jia pada pemuda yang sedang menyetir itu.
“Harusnya ada sih, ini gue telpon yang jaga dulu kalo gitu. Kalian masuk dulu aja nanti gue telpon.”
“Oke deh, ada lagi gak yang harus dibeli sekarang?”
“Titip beli kopi kalengan ya Jia,” ucap Arsa dengan lembut pada Jia.
“Gue juga mau dong, samain aja kaya Arsa.” Timpal Randi lagi
“Okay kalo gitu kita turun dulu.”
“Iya hati hati.”
“Ayo cil, bawa airpods.”
“Oh iya wait,”
Jia dan Ami pun bergegas turun dari mobil menuju ke mini market di depannya untuk membeli cemilan dalam menemani perjalanan mereka sore ini.
- On The Phone -
Ami : halo halo tes
Arsa : iya ini masuk
Jia : ka arsa ka arsaaa ini kopinya yang mana?
Arsa : ada kopi apa aja disitu sa-strawberry?
Jia : hmm yg kalengan paling nescafe aja
Arsa : yaudah nescafe aja Jia
Jia : okay mau yang rasa apaa?
Arsa : ada rasa apa aja itu?
Jia : ada yg original, latte, sama mocha
Arsa : yang original sama latte aja, masing masing dua ya
Jia : oke okee
Ami : cil beli ciki apa aja ini?
Jia : itu mi yang oishi biruu mauu
Ami : oke, beli lays juga gak?
Jia : beli beliii
Ami : cil cil beli basreng mau gakk?
Jia : ih mauu
Ami : oke dah di ambil
Ami : eh guys ini kita mau makan berat gak ya nanti? Kalo engga gue mau beli pop mie trs seduh disini nih skrg.
Randi : iya nanti makan di rest area aja ya, masih bisa nahan gak? Disini susah cari tempat makannya.
Ami : bisa kok ini ganjel pake ciki
Arsa : beli roti aja yang lebih proper, kalo ada roti sobek aja beli satu buat bareng2
Jia : oh iya bener juga, beli yang rasa apa ini mi
Ami : apa aja deh coklat keju boleh
Jia : ih gak ada yg gede
Ami : ini aja nih yang sedeng beli 2. Buat lu sama Ka Arsa, gue sama Ka Randi.
Jia : oke, ka arsa ka arsaa mau rasa apa rotinya.
Arsa : apa aja boleh Jia
Jia : oke coklat keju ya.
Arsa : iya jia boleh
Ami : eh ini kita jadinya beli air minum yang mana?
Randi : beli yang biasa aja mi, udah disediain di apart katanya
Ami : oke deh masing2 satu ya.
Randi : iyaa
Jia : mi beli tolak angin gak miiiii?
Ami : cil lu ngajakin gue beli tolak angin, gue berasa jompo banget deh
Jia : kaum sering masuk angin kek kita harus siap sedia tauu wkwk
Randi : kayak mau kemana aja anjir wkwk tapi gue mau deh satu
Jia : yeuu lo mah harus kak, memang sudah berumur tar sakit
Randi : sialan wkwk lu mau gak sa?
Arsa : gak usah
Ami : oke beli tiga aja ya
Jia : yess
Ami : beli apa lagi cil
Jia : permen udahh?
Ami : oh iya bener, relaxa aja ya? Gue gak suka permen yang lain
Jia : yaudah yang ungu aja tapi
Ami : oke
Randi : mau dong titip permen karet juga
Ami : permen karet dimana y
Jia : di depan gak sih biasanya
Ami : oh iya bener, yaudah tar sekalian bayar
Jia : eh ada chocopie, lu mau gak mi?
Ami : mauuu
Jia : bapak bapak ada yang mau chocopie engga?
Arsa : ka arsa engga ya jia
Randi : dih sopan bener lu ngomong sama si bocil, gue juga engga usah cil
Jia : biarin sih, napa gak seneng?
Randi : buset kebayang meme lu anjir wkwkwk
Ami : wkwkw bisa bisanya ngeluarin meme
Ami : udah ini, ada mau titip apa lagi?
Randi : eh rokok dong mi
Ami : lo mau ngerokok di mobil kak?
Randi : ya engga lah gila, buat nanti aja kalo pait. Yang biasa ya mi
Ami : oke deh
Jia : ih ami kok tau
Ami : wkwk lu jangan sok kaget gitu dong cil
Jia : wkwkwk beneran kaget gue gila
Ami : wkwk udah ah ayo
Jia : eh bentar mau beli susu
Ami : buset beda banget ya yang satu beli susu yang satu beli rokok wkwk
Jia : wkwkw takut gabisa tidur
Ami : iya iya bayi gue harus banyak minum susu biar cepet tinggi
Jia : ih ngejek banget lu
Ami : wkwk
Arsa : mau beli kopi sachet gak buat di apart?
Randi : oh iya beli aja kali ya,
Arsa : yaudah beli aja
Randi : cil, ami, satu lagi nitip kopi sachet
Ami : kopi apa?
Randi : nescafe sachet itu yang kecil kecil
Ami : beli serenceng berarti
Randi : yaiya emang di warung beli sebiji doang
Ami : yaudah sihh gausah ngegas
Randi : wkwkkw sama susu full cream juga beli yang seliter
Ami : cil sekalian ambil susu ya
Jia : oke
Ami : ih ini kita belanja 3 hari doang udah kayak belanja buat sebulan anjir banyak banget
Jia : ih iya lagi wkwkw udah ah ayok
Ami : yaudah yuk
Jia dan Ami sekarang sedang mengantri di depan kasir menunggu sekitar 5 orang di depannya. Keduanya tidak sadar kalau sambungan telpon group nya belum diputus.
Ami : ini duitnya cukup gak ya.
Jia : gue bawa dompet kok ini, aman
Ami : oke okee, lu mau beli kinder joy gak tuh
Jia : engga ya anjir, gue gak sebocah itu wkwk
Ami : iya kali aja hehe sorry
Ami : eh cil ka arsa emang gitu kah orangnya? Irit ngomong banget, takut gue kadang jadinya
Jia : wkwk engga kok aslinya baik
Ami : gue takut kalo becanda dia minim ekspresi banget
Jia : wkwkwkw engga anjir
Ami : ya sama elu engga
Jia : yaudah sih wkwk yg penting gak sama orang lain
Ami : udah jadian blm sih?
Jia : kenapa emang?
Ami : gapapa sih, domestik banget keliatannya kayak bukan lagi pdkt
Jia : engga ah biasa aja, lebay lu
Ami : apa karena udah tau satu sama lain gitu, dari awal udah punya tujuan yg sama?
Jia : hm iya kali yaa
Randi : ini mereka gak sadar apa telponnya masih nyambung, ngeghibahin lo pula
Arsa : wkwkw biarinlah gapapa
Jia : eh kok ada suara ka arsa
Ami : mampus gue
Randi : mampus lo mi, abis ini lo dicincang
Arsa : wkwkw santai santai
Ami : ka arsa sumpah sorry gak maksud ngeghibah, cil bantuin kek ketawa doang anjir
Jia : wkwkw marahin nih ka arsa
Randi : gausah dibantuin cil biarin aja
Ami : ih kok gitu sih cil
Jia : udah itu kasih duitnya dulu wkwkwk
Ami : ah cil malu banget gue
Jia : santai aja sih wkwk ayo keluar dulu, makasih ya mbak
Arsa : bisa ngga bawanya?
Jia : bisa bisaaa amannn
Setelah itu sambungan telepon pun dimatikan oleh Arsa ketika melihat Jia dan Ami baru saja keluar dari pintu mini market itu.
Dengan bergegas Arsa keluar dari mobil dan membantu barang bawaan Jia dan Ami.
“Sini aku bawain aja sa-strawberry.”
“Eh ka arsa, gapapa padahal bisa kok.”
“Bisa apanya, itu tangan kamu merah gitu.”
“Hehe yaudah ini.”
“Sini mi, dibawain sekalian.”
“Gapapa ka arsa, gue bisa kok punya gue gak berat. Sumpah”
“Wkwkwk santai sumpah gapapa.”
“Wkwkwk ngakak banget ami mukanya pucet gitu.”
“Engga gapapa gue bawa sendiri aja kak, enteng kok ini gak kayak bawaannya Jia.”
“Yaudah kalo gitu,”
“Wkwkwkw santai mi santai cowok gue baik”
“Dih ngaku ngaku lo”
“Bodo hahaha”
Mereka pun bergegas memasuki mobil kembali, dengan Ami yang wajahnya masih panik karena merasa tidak enak sudah membicarakan Arsa sedang yang dibicarakan ternyata mendengarkannya sejak tadi.
-
“Ka Arsa sumpah sorry banget gak maksud buat ngomongin, pure nanya doang.”
Yang diajak bicara hanya tertawa, begitupun dengan dua orang lainnya.
“Cil bantuin dong cil, lu juga kan ikut ngomongin.”
“Ih apaan gue kan jawabin lo doang.”
“Ah elu mah,” rengek Ami
“Si arsa kalo marah serem tau mi.” Ucap Randi
“Ka arsa anjir, gue turun aja deh sumpah takut banget gue.”
“Hahaha santai aja kali, gue emang irit ngomong sama orang yg gak deket.” Akhirnya Arsa menanggapi
“Apaan lu sm si bocil juga irit ngomong gue liat2.” Sanggah Ami.
“Yeu lu kan gatau dibelakang layarnya begimana mi wkwk” timpal Randi.
“Lah iya juga ya, yaudah ka arsa pokoknya sorry banget ya”
“Iya elah gapapa gausah canggung wkwk”
“Huh oke,
Lu mah cil bukannya bantuin.”
“Hahaha ngakak banget anjir mukanya di dalem tadi langsung panik.”
“Lu gapernah kan lg ngomongin orang, orangnya denger langsung.”
“Engga wkwk udah ah nih pegang minumnya satu-satu ya.”
Jia membagikan air mineral itu masing-masing satu kepada mereka bertiga.
“Nih kopinya ka arsa sama ka randi.”
“Thank you sa-strawberry.” Ucap Arsa yang hampir keceplosan lagi.
“Ih lucu banget pet names nya pake nama buah. Lo juga gitu dong ka randi panggil gue pake nama buah, biar lucu, lo mah gak ada romantis2nya jadi cowok.” Protes Ami pada ka randi nya.
“Yaelah lo mau dipanggil apaan? Pisang ambon? Apa buah naga?”
Seketika semua orang tertawa kecuali Ami yang sedang merenggut karena mendengar candaannya.
“Ih apaan lo mah gak ada manis-manisnya sama sekali.”
“Yaudah sih yang penting udh dipanggil sayang, gak kayak mereka.”
“Apaan dih adu mekanik mulu kalian mah.” Sahut Jia tidak terima.
“Anjir adu mekanik wkwkwk”
“Udah ah berisik ka randi, gue laper. Mau roti gue cil.”
“Nih sama kok keju coklat dua duanya.”
“Oke thank you,”
“Ka Arsa Ka Randi kalo mau ngemil bilang ya, atau ambil aja ini disini.”
“Okay Jia,”
Jalanan sore ini tentulah macet, orang-orang berada di jalanan memenuhi ruas jalan. Ada yang baru pulang bekerja, sekolah, kuliah, yang pasti tujuan mereka semua sama yaitu ‘Rumah’.
-
“Macet banget buset,” keluh Ami sambil memakan rotinya.
“Tiap hari disini mah jam segini macet terus.”
“Untung kampus sama rumah lu deket cil wkwk.”
“Makanya haha”
“Eh nyalain lagu dong cil.”
“Wait. Playlist gue ya?”
“Ih pake playlist kita aja yg carpool karaoke.”
“Oh bener bentar.”
“Playlist gue aja lah.” Sahut Randi.
“Ogah lagu lo gak jelas.”
“Anjir sembarangan ya lu.”
Musik pun mulai mengalun dari radio mobil. Kedua penumpang dibelakang sibuk melahap cemilannya sembari sesekali bernyanyi mengikuti lagu yang terputar dari radio mobil.
“Ka Arsaaa mau coba ini gak?”
“Hm coba apa jia?”
“Ini aaaaa” pinta Jia seraya menyodorkan sebuah kue coklat yang sudah ia gigit seperempat itu pada Arsa untuk Arsa coba.
Arsa pun membuka mulutnya dan menuruti permintaan Jia untuk mencoba kue coklat tersebut.
“Thank you,” ucap Arsa.
“Dih dihh udah suap suapan aja ni pasangan hts.” Ucap Ami yang sibuk memakan roti kejunya.
“Apasih sembarangan aja kalo ngomong.” Jawab Jia
“Minimal jadianlah haha.” Sahut Randi sembari tertawa.
“Coba ngaca dulu ya om Randi dan tante Ami.”
“Geblek gue dipanggil tante wkwk untung lucu lo.” Jawab Ami lagi sambil menaruh roti yang sudah tinggal setengah untuk Randi makan nanti.
“Ka Randi ini rotinya gue taro sini ya, ntar di makan.” Ucap Ami pada Randi.
“Lo gamau nyuapin gue juga apa?”
“Gak ah lu ribet lagi nyetir, jgn banyak mau sih.”
“Yaelah lu mah gitu. Lagi macet juga ini.”
“Ish yaudah sini mana.”
Ami pun menyerah dan menyuapi roti pada Randi dari arah belakang. Meskipun susah payah, tapi Ami tetap melakukannya hingga roti tersebut tak bersisa.
“Yeuu panasan banget jadi orang wkwk”
“Napa gak seneng?” Jawab Randi.
“Anjir wkwkwkw meme gue dicolong”
Semua sontak tertawa ketika randi mengatakan kalimat tersebut.
“Aduh capek banget sakit perut gue ketawa mulu dari tadi.” Ucap Ami sembari memegangi perutnya yang terasa nyeri karena banyak tertawa sedari tadi.
-
Perjalanan pun dilanjutkan dengan kondisi jalan yang masih padat, tapi mereka akhirnya sudah memasuki jalan tol sebelum gelap tiba.
“Eh cil gue bawa polaroid. Ayo foto dulu sebelum gelap.”
“Ayo mana.”
Jia pun otomatis berpose ketika Ami mengarahkan kamera ke arahnya. Hasil foto instan nya pun langsung keluar dari kamera polaroid tersebut, hanya perlu menunggu sebentar untuk gambarnya bisa keluar.
“Gila… gue udah sering liat dan motoin lu berkali kali tapi gue tetep amaze sumpah.”
“Apa kenapaa? Hasilnya jelek ya?”
“Gila mana ada, spek idol korea gini dibilang jelek.”
“Ish mana liat.”
Jia melihat hasil fotonya, dan memang lumayan memuaskan hasilnya. Ini bukan hanya berkat dirinya. Tetapi ini berkat skill memoto yang dimiliki Ami juga sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.
“Udah siniin, nih buat Ka Arsa taro di belakang handphone nya ahaha.”
“Ih kok dikasih Ka Arsa, buat gue mana.” Protes Jia.
Arsa yang tersentak karena sedang mengecek pekerjaan pun langsung menerima foto polaroid yang diberikan Ami.
“Oh thank you, cantik kok ini.” Ucap Arsa ketika melihat foto tersebut.
“Ih Kak Arsaa diem.” Jawab Jia salah tingkah.
“Dih males banget salting lu wkwk.” Ucap Ami
“Nih fotoin gue juga dong,” pinta Ami pada Jia
“Nanti fotonya buat gue juga kan mi?” Tanya Randi pada Ami dengan melihat ke arah kaca spion.
“Dih mau banget ya kamu.”
“Mau lah, Arsa aja dikasih punya Jia, masa gue engga.”
“Ih sirik aja ka randi.” Sahut Jia bercanda.
“Gue dibully mulu dah perasaan. Nih gue turunin juga lu pada.”
“Wkwkwk yaudah sih sono wisuda sendiri.” Jawab Ami
“Gitu banget mi sm cowok lu.”
“Ututu iya iya nih foto dulu ntar fotonya buat lu deh.”
“Heheheh”
“Males banget ka randi salting”
“Kaga cil, komen mulu dah lu.”
“Suka suka w lah.”
“Udah sih ayo sini fotoin gue.”
Jia pun mulai mengarahkan kamera polaroid itu ke arah sahabatnya, Ami dan segera mengambil fotonya. Mereka berdua pun menunggu hasil gambar dari foto tersebut keluar.
“Ih cakep mi…” ucap Jia setelah melihat foto itu.
“Bener. Gue cakep juga ya wkwk nih Ka Randi taro.”
“Nicee, cakep cewek gue.” Ucap Randi seraya mengambil foto itu dengan tangan kirinya. Lalu menaruhnya di dashboard mobil di hadapannya.
“Geli banget wkwkwk.” Ucap Jia sembari tertawa melihat tingkah laku Randi yang sedang bucin itu.
“Gajelas lo kak.” Sahut Ami juga yang sebenarnya sedang salah tingkah setelah dipuji oleh Randi.
“Ah padahal lagi seneng juga wkwk.”
“Diem lu.”
“Wkwkwkw.” Tawa Randi melihat Ami yang masih salah tingkah dibelakang sana.
“Eh Ka Arsa juga foto dong sini.” Pinta Jia pada Arsa.
“Gimana fotonya? Liat ke belakang?” Tanya Arsa.
“Selfie aja gak sih?” Saran dari Ami.
“Makin susah gila. Ka Randi aja fotoin Ka Arsa dari samping wkwk”
“Gak usah ngaco ya cil.”
“Randi dulu aja yg difoto, aku bisa difoto nanti aja gampang.”
“Ih tapi mau foto ka Arsa jugaa.” Rengek Jia.
“Iya nanti ka arsa foto juga. Mana sini kamera nya.”
Jia menyerahkan kamera polaroid tersebut. Lalu Arsa pun mengambil foto Randi disebelahnya ketika mobil berhenti sebentar karena ada kemacetan di depan jalan mereka.
“Untung aja lagi macet wkwk.”
“Nih Ami fotonya.” Arsa menyerahkan foto tersebut pada Ami.
“Ganteng kan gue? Mana sambil nyetir pula.”
“Pede banget lo kak.” Ucap Ami tidak terima.
“Mayan lah 5/10.” Sahut Jia setelahnya.
“Bangke pake rate card segala wkwkwk.” Ucap Randi yang tertawa mendengar candaan dari Jia.
“Ka Arsa sini gue fotoin dari sini aja, keburu gelap. Nengok belakang aja, dari sini bisa keliatan bagus kok.” Ucap Ami seraya mengulurkan tangan untuk meminta kameranya kembali.
“Oh oke nih.” Arsa pun memberikan kameranya pada Ami.
“Siap ya 1, 2, 3…. Good oke.”
Selembar kertas foto pun keluar dan langsung diambil oleh Jia.
“Sabar kali cil gakan dicolong juga wkwk.”
“Diem nanti lu naksir.”
“Dih pede banget, naksir satu orang aja udh puyeng gue.”
“Yah baguslah sm ka randi aja sono.”
-
“Bawa mereka berdua gue berasa bawa bocah sekampung anjir, rame bener.” Keluh Randi pada Arsa sambil bergeleng melihat kelakuan kedua gadis di kursi penumpang itu, yang energi nya seperti tidak habis.
“Biarin lah biar gak ngantuk juga di jalan.” Jawab Arsa yang juga sedang tersenyum melihat kekasihnya dari kaca spion tengah.
-
“Ih ganteng, ini buat aku.”
“Mana liaat.” Pinta Ami pada Jia.
“Gaboleh liat, punya gue doang.”
“Ih posesifnya bocah satu ini.”
“Bodo wlee.”
“Ka Arsa mau liat, boleh?” Pinta Arsa dengan lembut pada Jia nya.
“Boleehhh nih.” Jia memberikan foto polaroid itu pada Arsa.
“Dih giliran Ka Arsa aja lu kasih.” Protes Ami pada Jia.
“Biarin sihh suka suka.”
“Nih taro,” ucap Arsa lagi sembari memberikan foto itu kembali pada Jia.
“Okay.”
Ami masih berusaha mengintip pada foto polaroid yang dipegang oleh Jia.
“Gaboleh nakal ya Ami.”
“Ish iya deh ngalah. Gue juga punya PC Ka Randi.”
“Wkwkwkw PC banget gak tuhh.”
“Kayak album bts y wkwk”
-
Ketika lagu more than words berputar, tiba-tiba Jia mendapatkan sebuah panggilan masuk pada handphone nya. Ya, itu adalah soobin adik pertamanya yang menelepon.
“Eh bentar kecilin sebentar boleh?”
“Udah” ucap Arsa sembari mengecilkan volume speaker mobil tersebut.
Jia : Halo?
Soobin : Halo kakak
Jia : ya kenapa?
Jia : udah sampe kilo meter… berapa ya ini bentar
Arsa : kilo meter 92
Jia : oh km 92 bin, kenapa sayang?
Soobin : oh oke okee, gak aku mau nanya makanan odi ditaro dimana?
Jia : hah? Makanan odi ya ada di tempat biasa, di rak yang atas, gak ada emang?
Soobin : gak ada ih manaa, aku cari dari tadi juga
Jia : ada disitu ih gakan jauh2 lagian, yakali odi ngumpetin makanannya sendiri.
Soobin : ya makanya ini mana gak ada ih, taro dimana?
Jia : liat liat lagi disitu astaga…
Soobin : bentar.. oh ini ketemu. Masih di keresek sama makanannya cimil woo katanya di rak atas.
Jia : yaa maaf kirain udah ditaroin kemaren wkwk makanya cari pake mata jangan pake mulut
Soobin : pake tangan lah, pake mata gakan keambil
Jia : iya deh serahh.. itu cimil jgn lupa kasih makan jugaa
Soobin : iya baweel
Jia : oke, kalian udah makan? Mama ayah udh plg blm?
Soobin : belum semuaa, ini kita lg nunggu dijemput ayah mau makan diluar
Jia : ih mau makan dimanaa kok gak ajak aku
Soobin : dih orang sendirinya pergi juga wkwk
Jia : ish.. trs kalian mau kemana?
Soobin : katanya ayah pengen makan steak paling ke karnivor atau gak ya ke abuba
Jia : ihh giliran aku lagi pergi pada makan enak
Soobin : wkwk suruh siapa kakak pergi
Jia : yaudah sana hati hati jangan lupa cekin juga jendela udh pada ditutupin semua belum
Soobin : iya baweel
Beomgyu : kakakkkkkk
Jia : apa gyu sayaaang
Beomgyu : aku lapeeeer
Jia : kan mau makan keluar? Di kulkas masih ada buah, makan itu dulu aja.
Beomgyu : malesss gak ada kak iaaaa
Jay : huuu manjaa
Jay : tapi.. kakak cepet pulaaang
Jia : belum juga nyampe
Soobin : udah ah berisik kalian wkwk kakak disetirin siapa?
Jia : wkwk ini disetirin ka randi
Soobin : oh yaudah hati hati ya, bilangin ka arsa suruh jagain kakak
Jia : dih bilangin sendiri sana, nih aku loud speaker
Soobin : ih aneh dasar
Jia : cepet ngomong
Soobin : halo semua
Arsa : halo soobin
Ami : halo adeeekkk
Soobin : ka ami berisik…
Ami : sialan lu wkwk
Soobin : wkwk hati hati ya semuanya, titip ka jia, ka arsa jagain ka jia ya jangan sampe lecet haha
Arsa : iya siap bin
Soobin : oke
Randi : gue gak di hati hatiin bin?
Soobin : gak dulu deh, tapi karna lu yg nyetir jadi hati hati u bang wkwkwk
Randi : sialan lu wkwk
Soobin : udah kakkk wkwk
Jia : iya yaudah, kalian juga hati hati yaa met mam enak
Soobin : okaay dadah kakakk
Jia : iya sayang dahh
Sambungan telepon pun diakhiri oleh Jia.
-
Perjalanan mereka pun sudah 60%, dan mereka singgah terlebih dahulu di sebuah rest area yang cukup ramai. Setelah mendapat tempat parkir yang tidak jauh dari tempat ibadah. Mereka pun bergegas turun untuk melaksanakan ibadah mereka.
“Guys sekalian isya aja ya? Ini udah jam 6.40an soalnya.” Ucap randi pada ketiga penumpang setianya itu.
“Oke okee, nanti tungguin ya.” Jawab Ami.
“Yaiya, masa ditinggal nanti kalian berdua diculik.” Timpal Randi lagi pada Ami.
“Ish yaudah.”
-
“Hati-hati ya, nanti balik mobilnya bareng lagi aja, ditunggu disini.” Ini Arsa yang berbicara pada Jia.
“Okay Ka Arsa,” jawab Jia dengan memberikan gesture hormat pada Arsa yang ada di sampingnya.
Arsa yang melihatnyapun terkekeh dan menggusak rambut Jia pelan.
-
Pukul 07.20 malam, keempatnya sudah bersama kembali dan bergegas menuju mobil mereka.
Kini yang mengemudi adalah Arsa, menggantikan Randi yang sudah mulai merasa lelah karna perjalanan yang cukup memakan waktu itu.
“Cil, lo di depan bareng Arsa ya.” Ucap Randi pada Jia yang ada dibelakangnya sedang berjalan bersama Arsa disampingnya.
“Dih nanti lu tidur ya sama Ami dibelakang?”
“Kaga elah, gantian doang sama Arsa gue pengen dibelakang.”
“Hmm yaudah kalo gitu.”
“Oke.”
Randi dan Ami melanjutkan jalannya menuju mobil, begitu pun dengan pasangan kekasih Arsa dan Jia dibelakangnya.
Sambil menarik tangan Jia yang kosong untuk digenggam. Arsa membisikkan sesuatu pada Jia.
“Sayang gak suka kah duduk depan bareng aku?”
Jia yang terkejut dengan panggilan itu pun memukul bahu Arsa pelan.
“Ih kalo mereka denger gimana?” Balas Jia dengan berbisik pada Arsa.
“Gak akan sayang, mereka gak akan denger.”
Meskipun begitu Jia tetap waspada dan memerhatikan kedua sejoli yang masih asik berbincang didepannya dengan jarak yang hanya beberapa langkah di depan mereka.
“Huh ngagetin aja ka arsa tuhh, aku bukan gak sukaa. Takut kelepasan mau pegangin tangan ka arsa terus.” Ucap Jia lagi masih sambil setengah berbisik pada Arsa.
Arsa pun terkekeh mendengar jawaban dari kekasih kecilnya itu.
“Hahaha gapapa sayang, nanti ka arsa pegangin terus tangannya kaya gini.” Balas Arsa sambil mengeratkan genggamannya dan mengangkat tangan keduanya ke udara, lalu mengecup sekilas punggung tangan Jia.
“Heh nakal, nanti ketauan.”
Arsa hanya tertawa kecil melihat pacar kecilnya itu, dan melanjutkan jalannya dengan perlahan.
-
Keempatnya kini sudah berada di dalam mobil, menyamankan tempatnya untuk melanjutkan kembali perjalanan panjang mereka.
"ih ayo makan dulu yuk laper" ucap Ami pada ketiga penumpang lainnya.
"ayo mau makan apa?" Timpal Randi.
"mcd aja yuuk, cil mau apaa?"
"ayo mau mcd" jawab Jia
"kalian mau apaa?" Tanya Ami pada Randi dan Arsa.
"ngikut kalian aja, mau mcd juga ayo," jawab Randi sambil melihat google maps di handphone nya.
"boleh mcd aja ayo." Ucap Arsa lembut sambil melihat kekasih di sampingnya.
"okay let's gooo." Teriak Jia.
"eh ada kan mcd nya disini?"
"tadi liat ada sih kalo gak salah" jawab arsa lagi
"oh okay kalo gitu."
"kita mau makan di dalem apa drive thru aja?" Tanya Jia.
"hm enaknya gimana?" Tanya Ami balik.
"enak makan di dalem sih sebenernya biar gak ribet kitanya. Tapi susah lagi gak cari parkirnya disana?"
"mau drive thru atau makan disana juga tetep aja harus cari parkir lagi."
"liat dulu aja di dalemnya penuh apa engga, kalo penuh kita drive thru terus makann di mobil aja gimana?"
"siapa yg liat ke dalem?"
"ka randi aja sanaa yg liat" saran Ami sambil menepuk nepuk pundak Randi disebelahnya.
"gue lagi dah iya." Keluh Randi dengan nada bicara yg dibuat buat.
"gak ikhlas kah wkwk"
"ikhlas sayang ikhlas ridho lillahitaala."
"wkwkw okay"
-
Mobilpun melaju ke arah tempat makan siap saji itu berada. Ketika hampir dekat dan masih ada antrian di depan mobilnya, Randi memutuskan untuk turun melihat keadaan di dalam tempat makan tersebut.
Tidak lama, Ami mendapatkan telepon dari Randi yang mengatakan kalau di dalam penuh dan masih banyak antrian dan menyuruh mereka untuk melajukan mobil menuju layanan drive thru.
"tumben banget deh mcd nya rame, padahal baru hari jumat." Ujar Jia
"mau pada ke dufan kali wkwk" ami menimpalinya dengan candaan.
"wkwkw iya kali ya, biasanya kan orang2 pada ke bdg."
"gantian kali wkwk org bdg yg ke jkt"
-
"eh kita mau pesen apa aja ini biar ntar langsung pesen ke mbanya jadi gak lama."
"berapa mobil lagi tuh di depan?" Tanya ami.
"berapa sih itu tiga ya ka arsa?" Tanya Jia juga pada Arsa.
"iya itu sekitar 3 mobil lagi." Jawab Arsa pada Jia.
"nah tuh pilih dari skrg aja, biar aku catet dulu ini di notes" ucap Jia sambil menyiapkan catatan pada handphone nya.
"ih mau panas special mc spicy." Ujar Ami yang dijawab anggukan oleh Jia.
"pake nasi?"
"iyaaa pake nasiii, ka randi lo mau apa?"
"samain aja deh."
"itu ajaaa?"
"pgn chocopie deh, mau mcflurry juga dong cil"
"chocopie berapa?"
"ka randi lo mau gak?"
"engga deh lo aja mi,"
"yaudah 1 aja berarti punya gue."
"oke, mc flurry nya yg oreo kan?"
"yes betul."
"sip."
"ka arsa mau apaa?" Jia kembali bertanya untuk mendata pesanannya.
"hm sa-strawberry mau apa?" Hampir saja Arsa keceplosan lagi.
Dalam diam, Jia melototi Arsa dan siap untuk mencubitnya. Arsa yg dipelototi begitu langsung menutup mulutnya dan bersikap tenang spt semula.
"mau ayam, tapi males makan nasi.."
"kok gitu? Gak laper emang?"
"lapeerr sihh"
"yaudah pesen nasi aja"
"tp masih kenyang sedikit karna byk ngemil tadi,"
"yaudah diganti kentang aja nasinya, mau?"
"hm boleh deh.. eh tapi kalo ganti kentang gak bisa yg panas 1 harus pesen panas 2 yg ayamnya 2,"
"yaudah kita pesen itu aja, ka arsa juga gak pengen makan nasi"
"gapapa kah ka arsa gak makan nasi?"
"gapapa sa-strawberry"
"hm okay, eh iya kan itu minumnya tetep dapet 1,"
"iya gapapa nanti berdua aja, ka arsa masih ada air putih ini."
"kalo gitu upgrade ke yg large aja ya panas 2 nya, biar dapet minum yg gede,"
"boleh jia"
"so sweet amat minumnya satu berdua," ucap Ami meledek sepasang kekasih didepannya itu.
"sirik aja wleee, lagian itu minumnya gede banget jir kembung ntar."
"yeu dasar bocil"
"eh ini ayamnya spicy semua kah?"
"gue sm ka randi iya,"
"eh ka arsa kan gak suka pedes, itu bisa gak sih ayamnya satu crispy satu spicy,"
"kayanya gak bisa deh cil, harus spicy duaduanya."
"yahhh yaudah aku pesen yg crispy aja,"
"gapapa kalo mau yg spicy, nanti ka arsa makan."
"engga deh aku yg crispy aja gapapa,"
"ih yaudah pesenan yg panas special yg satu crispy aja, ntar itu buat ka arsa jadi ayamnya tukeran." Usul Ami pada Jia
"oh bener juga, yaudah gitu aja ya"
"nah udah clear.
eh cil, gue pengen mc nuggets deh jadinyaaa ada gak sih?
"buset lu kelaperan apa gimana mi?" Ini Randi yg berbicara.
"laper banget asli, ciki doang gak mempan nyangkut di gigi doang."
"wkwk oke okee mc nuggets yaa yg isinya 6 aja, gue juga mau minta nanti."
"asik okay."
"jadi pesenannya apa aja? Biar nanti ka arsa yg ngomong.."
"nih ada di notes ini." Jawab Jia sambil menyerahkan handphone nya pada Arsa.
"panas special large 2 ayamnya yg satu crispy yg satunya spicy ya, ayamnya paha atas/dada. Chocopie 1, mcflurry oreo 2, panas 2 large ganti kentang nya 1 ayamnya spice paha atas/dada juga, sama mc nuggets yg isi 6. Udah ya ini."
"doneee."
"buset byk bener."
"coba tanyakan pada partner anda disebelah yh bapak randi."
"oh wkwk gapapa yang gapapa pesen yg banyak biar happy."
"hh emang "
-
Setelah memesan dan mendapatkan semua pesanan mereka. Mereka pun melanjutkan perjalanan, namun dengan mencari tempat parkir terlebih dahulu setelah terjadi perdebatan singkat dimana Arsa yang ingin segera melanjutkan perjalanan, namun Jia yang ingin Arsa makan terlebih dahulu bersama ketiganya. Yang diakhiri dengan akhirnya Arsa menurut dan memarkirkan mobilnya kembali di lahan yang masih tersedia.
-
Kini perjalananpun dilanjutkan setelah semuanya selesai makan. Ditemani dengan alunan musik, suasana di mobil kini cukup kondusif, tidak terlalu ramai seperti sebelumnya. Ami dan Jia yang tengah memakan ice cream nya dengan khidmat. Dengan sesekali Jia menyuapi Arsa yang berada dibelakang kemudi itu. Arsa menerima suapannya dengan senang hati dari sang kekasih. Tidak perduli dengan dua sejoli yang agak bingung dengan sikap keduanya.
-
Kini sampailah mereka di sebuah apartement di kawasan depok, margonda yang tidak begitu jauh dari kampus kuning tersebut.
Setelah menurunkan semua barangnya, mereka pun segera menuju lift untuk sampai ke lantai 20 dimana unit apartement Randi berada.
“Sini kopernya biar ka arsa aja yang bawa,”
“Gapapa aku bisa kok.”
Tanpa menunggu persetujuan dari Jia lagi, Arsa mengambil alih pegangan koper yang sedang dipegang oleh Jia dan menggantikan tangan kosong Jia diisi dengan tangannya.
“Udah yuk,”
Jia yang tidak bisa berkata apapun lagi menurut dan membawa langkahnya untuk mengikuti kekasihnya. Keduanya berjalanan beriringan mengikuti Randi dan Ami yang sudah berjalanan terlebih dahulu.
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
😇🙏🏼
1 note · View note
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
To be remind, I’m not your strongest soldier 🙏🏼
1 note · View note
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
GIMANA GAK PUSING HUHU TAKBIR ALLAHUAKBAR
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
PALING LUCU SEDUNIAA😭😭💜
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
JUNGKOOKIE KENAPA LUCU SEKALI😭🤏🏼
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
JUNGKOOKIE KENAPA LUCU SEKALI😭🤏🏼
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
PUSING GUE STRESS BANGET
0 notes
starstaeler · 2 years ago
Text
Tumblr media
How can I’m not fall in love with him🥹
0 notes
starstaeler · 3 years ago
Text
Untitled
Zafran : Aku tunggu di depan kampus kamu ya, sekalian pulang bareng
Soobin : Kakak kalo mau ketemu cowok pokoknya aku harus ikut!
Jay : Aku juga ikut!
Jia : Gak nyangka kalo bakal ketemu orang yg bikin terbang sampai keluar angkasa lagi
Ami : It's time to open your heart again
An accident
Tumblr media
Pagi itu jadwal praktikum 07.00, dan waktu sudah menunjukkan pukul 06.28 dimana ia masih berada dirumah, berkutat dengan ban motornya yg tiba-tiba saja bocor.
Soobin adiknya tidak merespon. Akhirnya ia memutuskan untuk memesan ojek online. Namun sialnya aplikasinya tiba tiba saja error, ia tidak bisa mendapatkan driver.
Tapi sepertinya dewi fortuna masih berada di pihaknya, karena kebetulan sekali tetangga sebelahnya baru saja mengeluarkan motor. Tapi gengsinya lebih besar daripada kecemasannya untuk datang terlambat di lab hari ini. Ia pun tetap berusaha memesan ojek online di aplikasi lainnya.
Melihat seorang wanita yg dikenalnya sekilas itu terlihat bingung dan cemas. Zafran pun berinisiatif untuk bertanya.
"Hai, Jia ya?"
"Eh iya kak, halo" Jia meliriknya sekilas dan kembali menekan benda pipih ditangannya, sembari berharap ada driver yg mau mengambil pesanannya.
"Kamu kenapa? Mau ke kampus ya?"
"Iya kak, aku ada kelas jam 7, tpban motor aku bocor. Mau bawa mobil tp udh jam segini takut udh macet, ini driver gak ada yg mau pick up juga" keluh nya sambil sesekali melihat ponselnya kembali.
"Oh yauda-"
"Ah akhirnya dapet juga!"
"Bareng aku aja mau ga? Biar cepet nyampenya juga, cancel aja cepet"
"Hah gimana kak?"
"Drivernya jauh itu kamu harus nunggu lagi, cancel dulu kamu bareng aku aja"
"Ih gapapa kak? Nanti aku ngerepotin.. Kak zafran mau kemana emang?"
"Mau cari makan doang kok, kampus kamu deket ini, udh ayok aku anter cepetan naik"
"Ah oke okee bentar bentarr sabar"
Jia pun akhirnya menuruti perintah Zafran dan bergegas menaiki motornya. Namun ada yg aneh, ia merasa begitu gugup. Ditambah lagi wangi maskulin yang menguar dari tubuh pria di depannya membuat Jia semakin tak karuan.
"Aku jalan ya, pegangan"
"O-oke.."
Dengan ragu-ragu, Jia memegang ujung kain jaket Zafran di pinggangnya. Karena ia juga merasa canggung jika tiba-tiba berpegangan langsung. Takut dikiranya tidak sopan.
Benar saja, Zafran mengendarai motornya dengan kecepatan penuh namun tetap berhati-hati. Jalanan sudah terlihat ramai dgn kendaraan lain. Kepanikan Jia semakin meningkat mengingat jika terlambat sedikit pun ia tidak diperbolehkan untuk masuk lab.
06.53
Zafran mengantarkan Jia sampai didepan gedung jurusannya, dengan selamat dan tepat waktu. Jia turun dari motor dengan terburu-buru, dan hampir saja terjatuh oleh pijakan motor jika lengannya tidak dipegangi oleh Zafran
"Eh hati-hati jia"
"aduh maaf kak maaf, makasih ya kak zafran makasih banyak"
"iya sama sama, udah gih sana masuk. Sini helm nya, biar aku bawain dulu, kasian kamu ribet bawa2 helm"
"tapi nanti kan aku-" ucapannya terhenti karena Zafran langsung merebut helm yg ada di genggamannya.
"Udah sana masuk, nanti telat, gih sana dahhh" sambil mendorong tubuh Jia sedikit, menyuruhnya untuk bergegas memasuki gedung kuliahnya.
Sedikit kebingungan dan merasa tidaak enak, namun ia juga panik saat melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 06.55 akhirnya ia membiarkan Zafran membawa helm nya, dan bergegas menjauh dari tempatnya berada.
"yaudah kak, aku masuk dulu yah. Makasih kak zafran dadahh hati hati pulangnya" pamitnya sambil melangkah pergi dan melambaikan tangannya serta tak lupa mengembangkan senyum manisnya, sebelum ia berbalik memasuki gedung kuliahnya dengan setengah berlari.
Sementara itu, ada rasa aneh yg muncul dalam diri Zafran. Entah mengapa jantungnya berdetak begitu cepat. Mungkin karena Ia ikut merasakan kekhawatiran Jia yg akan terlambat masuk kelas, atau ada faktor lain yang membuatnya merasakan hal itu.
-
0 notes