Text
UAS PDG
Oleh: Hasna Shabrinisa (1506736045), kelas PDG A (pagi)
Iklan Produk Tradisional Indonesia (Jahe) di Media Billboard
Strategi Kreatif/Pendekatan: What Happened with the Product
Media Iklan: Billboard
Sesuai hasil kajian produk jahe yang telah dilakukan sebelumnya, salah satu keunggulaan jahe yang juga saya angkat dalam konsep poster untuk UTS lalu dan akan saya angkat lagi dalam konsep iklan di media billboard kali ini adalah kemampuannya memberikan kehangatan alami bagi orang-orang yang mengonsumsi. Target audiens dari iklan billboard ini pun masih sama seperti target audiens iklan poster, yakni generasi muda yang belum akrab dengan jahe dan cenderung memandangnya sebelah mata. Namun, konsep dari iklan ini juga rasanya masih cukup sesuai/cocok untuk generasi lebih dewasa dari kalangan menengah atas yang jarang mengonsumsi jahe karena masih menganggapnya sebagai produk tradisional yang kuno.
Namun demikian, perbedaan konsep iklan di media billboard dengan iklan di media poster sebelumnya adalah adanya penekanan atau digunakanya strategi kreatif/pendekatan ‘what happened with the product’ (apa yang akan terjadi jika produk digunakan) dalam menyampaikan pesan. Berdasarkan survei singkat yang telah saya lakukan pada waktu itu, yakni dengan bertanya ke teman-teman saya, sebagian besar dari mereka mengidentikkan jahe dengan sensasi pedas dan rasa hangat yang muncul saat dikonsumsi serta kegunaannya untuk menghangatkan tubuh ketika sedang mengalami flu atau merasa dingin. Dari sini saya mendapatkan inspirasi atau insight untuk membuat konsep iklan yang menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi jahe kita tidak perlu lagi membeli pakaian hangat yang harganya mahal sebab dengan harga yang jauh lebih murah, jahe juga mampu memberikan rasa/sensasi hangat pada tubuh, bahkan alami dan bisa jadi lebih hangat daripada saat mengenakan pakaian hangat.
Konsep tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk visual yang sederhana, yaitu penggambaran jahe yang digantungkan pada hanger seperti pakaian dengan price tag yang melekat dan menunjukkan rata-rata harga satu biji jahe yang sangat murah di pasaran, yakni Rp 1000 saja. Pemilihan visual yang sederhana dan peletakannya di tengah-tengah white space bertujuan agar visual ini langsung menjadi fokus satu-satunya saat dilihat audiens, menyesuaikan dengan karakter iklan di media billboard yang harus sesederhana mungkin mengingat billboard hanya dilihat dalam durasi waktu yang sangat singkat. Apabila terlalu rumit, iklan di media billboard tentu saja jadi tidak efektif (karena audiens jadi sulit juga butuh waktu lama untuk menangkap pesannya) dan malah dapat membahayakan pengemudi kendaraan yang melihatnya di jalanan.
Sementara itu, copy berupa satu kalimat yang cukup singkat tapi dapat menjelaskan makna pesan dengan pendekatan ‘what happened with the product’ tersebut adalah ‘say goodbye to pricey warm clothes’. Maksudnya, audiens sudah tak perlu lagi membeli pakaian hangat yang harganya mahal sebab, mendukung visual yang ditampilkan, jahe dapat menggantikan keberadaannya. Sedikit hiperbola, tetapi rasanya justru menegaskan keunggulan jahe yang meski murah, efek hangat yang ditimbulkannya tetap sama atau bahkan melebihi pakaian-pakaian hangat berharga tinggi. Copy ditulis dengan font jenis serif (tak berkait) agar tidak menimbulkan kesan terlalu formal/kaku, tetapi digunakan capslock untuk semua hurufnya agar terlihat tegas. Diatur pula tracking atau jarak antarhuruf agar seimbang dengan ukuran visual di atasnya dan dengan ukuran space secara keseluruhan (jadi proporsional). Copy juga menggunakan text allignment berupa centered karena menyesuaikan dengan posisi ilustrasi yang berada di tengah-tengah white space karena diharapkan dapat langsung menjadi fokus audiens.
Terakhir, warna yang dipilih untuk background adalah kuning yang agak cokelat untuk memberikan kesan hangat (sesuai karakter produk). Di area sekitar copy dan visual produk itu sendiri dibuat lebih terang agar seperti terkena cahaya/sinar sehingga mudah menarik mata/menjadi fokus audiens.
Poster PSA (Tugas Kelompok)
Tema PSA: Berbagi dengan sesama
Tema berbagi dengan sesama kami wujudkan dalam ide pesan utama berupa berharganya uang yang sering kali dibelanjakan untuk barang-barang mahal demi mengejar gengsi bagi sebagian orang yang untuk mendapatkan kebutuhan primer sehari-harinya saja masih susah. Pesan tersebut kemudian kami sampaikan melalui bentuk visual dan copy yang memperjelas maksud serta ajakan/persuasi untuk berbagi.
Visualnya sendiri sengaja dibuat dengan meletakkan bersebelahan/membandingkan belanjaan berupa barang-barang mewah dengan bahan makanan sebagai kebutuhan primer manusia agar lebih memberi kesann ‘menusuk'. Panah-panah yang menunjukkan harga masing-masing produk di sekitar visual utama tersebut ditambahkan untuk melengkapi sekaligus memperjelas perbandingan harga dan menunjukkan apa hal lebih penting lainnya yang sebetulnya bisa didapatkan dari uang yang dihamburkan untuk benda-benda mewah tetapi sebenarnya tak terlalu diperlukan.
Sementara itu, copy berupa ‘your dimes could mean the world to someone’ memiliki arti bahwa uang yang terlihat sedikit/kecil bagi kita sebetulnya justru amat bernilai bagi mereka yang kekurangan dan membutuhkan. Copy yang dipilih ini dirasa dapat mempertegas sekaligus memperkuat alasan mengapa harus berbagi dengan sesama. Copy juga dilengkapi dengan hashtag ‘#SharingIsCaring’ sebagai kalimat yang memperjelas ajakan/persuasi untuk berbagi. Jenis font yang dipilih untuk copy dalam design poster PSA ini adalah serif karena huruf yang meruncing atau memiliki kait dianggap dapat memberikan kesan tegas dari pesan yang ingin disampaikan.
Keseluruhan elemen atau objek dalam design tersebut kemudian ditempatkan di atas background dua warna yang membagi space secara vertikal, yakni merah muda pastel dan cokelat krem. Kedua warna tersebut dipilih agar menimbulkan kesan yang lembut dan juga karena menyesuaikan dengan warna benda-benda yang jadi objek dalam design. Dua warna tersebut sengaja diatur membagi space secara vertikal untuk mendukung/menunjukkan bahwa objek di sisi kanan dan di sisi kiri itu adalah dua hal berbeda yang sedang diperbandingkan.
Kelompok Dadakan Arunee Najla Izdihar (1506720740) Hasna Shabrinisa (1506736045) Melody Herawati S. (1506755561) Nadya Cheirin (1506686255)
3 notes
·
View notes
Text
UTS PDG
Oleh: Hasna Shabrinisa (1506736045), kelas PDG A (pagi)
Poster Produk Tradisional Indonesia (Jahe)
Jahe merupakan produk rempah-rempah Indonesia yang kaya manfaat. Namun sayangnya, masih belum banyak orang yang senang atau bahkan rutin mengonsumi jahe. Mereka yang sering mengonsumsinya rata-rata adalah generasi tua yang mungkin sudah lebih sadar akan khasiat jahe karena masa kecil atau mudanya tidak mengalami gempuran obat-obatan kimiawi seperti saat ini. Sementara itu, generasi yang lebih muda justru masih belum akrab dengan jahe atau bahkan masih memandang jahe dengan sebelah mata. Jahe dalam pandangan mereka masih dianggap sebagai sesuatu yang kuno, terlalu tradisional, dan tidak kekinian. Padahal, jahe dan khasiat yang dikandungnya sebetulnya sangat cocok untuk dikonsumsi generasi muda yang perlu menjaga stamina serta kesehatan agar tetap dapat menjalankan aktivitas dan kesibukannya.
Berangkat dari latar belakang tersebut, saya berusaha membuat konsep visual yang dapat mengangkat nilai rempah-rempah Jahe sebagai produk tradisional Indonesia di mata generasi muda. Oleh karena itu, ide konsep visual ini juga didapat dari insight generasi muda yang memang menjadi sasaran/target. Berdasarkan survei singkat yang telah saya lakukan, yakni dengan bertanya ke teman-teman saya, sebagian besar dari mereka mengidentikkan jahe dengan sensasi pedas dan rasa hangat yang muncul saat dikonsumsi serta kegunaannya untuk menghangatkan tubuh ketika sedang mengalami flu atau merasa dingin.
Mempertimbangkan insight dari target tersebut, pesan yang ingin dikomunikasikan melalui konsep visual ini adalah bagaimana jahe dapat memberikan rasa hangat pada manusia secara alami seperti rasa hangat yang muncul di dalam hati ketika kita menerima kebaikan dari orang yang kita sayangi. Ilustrasi dua buah jahe stickman yang sedang berpelukan di bawah payung ketika hujan dipilih untuk menggambarkan pesan tersebut agar memunculkan kesan yang fun dan tidak kaku, menyesuaikan dengan karakter generasi muda sebagai target. Kesan ini juga diperkuat dengan penggunaan warna-warna cerah dan garis yang mengalir untuk menggambarkan genangan air. Ilustrasi atau gambar hati juga ditambahkan untuk lebih menegaskan atau menggambarkan perasaan hangat yang muncul karena kebaikan atau kasih sayang sebagai pesan kunci dari konsep visual ini.
Copy berupa ‘only pure and natural things give you the warmest feeling’ juga digunakan untuk memudahkan audiens dalam menangkap atau memahami pesan yang dimaksud, menegaskan bahwa sesuatu yang murni dan alami – jahe karena berasal dari alam dan kebaikan karena perasaan kasih sayang – dapat memberikan kita perasaan hangat, baik yang dirasakan tubuh maupun hati. Font yang digunakan adalah jenis script (seperti tulisan tangan) untuk memberikan kesan informal dan pribadi, menyesuaikan dengan ide besar pesan yang ingin dikomunikasikan. Tulisan juga menggunakan text allignment berupa centered karena menyesuaikan dengan posisi ilustrasi yang berada di tengah-tengah white space karena diharapkan dapat langsung menjadi fokus audiens.
Penggunaan white space dengan warna hijau yang light (muda, lembut, cerah) sebagai background karena warna hijau menggambarkan nature, harmony, balance, dan peaceful yang mendukung atau sesuai dengan ide pesan. White space juga sengaja dibiarkan mendominasi (hanya ada sedikit ilustrasi dan tulisan) agar fokus audiens langsung pada ilustrasi dan copy yang ditampilkan. Terakhir, di pojok kanan bawah diberikan semacam label produk berupa copy ‘JAHE INDONESIA 100% HANGAT ALAMI’ untuk mempertegas nilai atau keunggulan dari produk yang diangkat dengan font jenis sans serif (tidak berkait) karena memiliki kesan sederhana, informal, dan akrab. Tidak lupa dilakukan tracking untuk menyeimbangkan ukuran/jarak tulisan pada baris pertama dan kedua. Warna orange yang light juga dipilih untuk tetap menghadirkan kesan hangat yang seimbang dengan pemilihan warna-warna lainnya dalam visual ini.
Typography
“It’s impossible, said pride.
It’s risky, said experience.
It’s pointless, said reason.
Give it a try, whispered the heart.”
Quotes yang menjadi tulisan dalam typography saya ini adalah mantra yang saya pegang teguh sejak saya sedang berjuang mendapatkan satu bangku di Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia ini. Sering kali omongan orang-orang di sekitar kita, yang sebenarnya tidak tahu betul apa yang sedang kita lakukan dan perjuangkan, tidak begitu saja bisa langsung bebas keluar dari telinga kiri. Beberapa pasti mengendap di dalam hati dan pikiran sehingga perlahan-lahan mulai menggoyahkan keteguhan dalam mewujudkan mimpi. Gengsi mulai mengganggu dengan bayang-bayang kemustahilan. Pengalaman dan masa laul mungkin kembali melintas di dalam benak untuk mengingatkan bagaimana berisikonya pilihan yang diambil. Alasan-alasan yang tadinya menjadi cambuk untuk kita terus berjalan dan berjuang mewujudkan mimpi boleh jadi tetiba terdengar tak lagi bermakna. Namun, pada saat-saat seperti itu lah sesungguhnya kita sedang diuji dan harus mulai belajar untuk lebih tenang agar bisa mendengarkan bisikan hati yang sejatinya selalu memberi ruang bagi kita untuk terus berani dan percaya diri dalam bermimpi.
Kesan yang ingin ditampilkan dari typography ini kurang lebih adalah sedikit vintage tetapi tetap ada sentuhan fun dan sedikit ceria, menyesuaikan dengan makna dari quotes yang dipilih. Oleh karena itu, meskipun font yang digunakan berbeda-beda, jenis font yang dipilih adalah satu script dan sisanya sans serif untuk memberikan kesan yang informal, akrab, pribadi, dan tidak kaku. Tracking dilakukan pada kata ‘impossible, risky, pointless, pride, experience’ dan kalimat ‘whispered the heart’ untuk menciptakan keseimbangan (balance) dalam visual. Digunakan pula ornamen yang memberikan kesan vintage serta garis yang terlihat seperti dibuat dengan kapur sebagai border. Background yang terlihat bertekstur atau memunculkan kesan kotor seperti bekas hapusan kapur di chalkboard juga bertujuan untuk mempertegas atau menguatkan kesan yang dimaksud. Garis-garis yang digunakan sebagai ornamen dalam typography juga mengombinasikan antara garis yang tegas, pasti, tajam, dan garis yang luwes teratur serta mengalir agar seimbang kesan vintage dan fun yang ingin ditampilkan.
Komposisi warna dalam visual ini hanya menggunakan lima macam warna, yakni pink pastel untuk memberikan sentuhan calm dan fun, hijau kebiruan yang gelap sebagai background agar cocok dengan kesan vintage dan tampak seperti chalkboard, putih dengan sedikit hijau serta light grey agar kontras dengan background dan memunculkan kesan vintagenya, dan sedikit atau beberapa biru pastel untuk sedikit memberikan kontras sehingga warna pada typography tidak terlalu monoton.
Terakhir, keseimbangan (balance) dari visual ini bersifat symetrical (equal kanan dan kiri) karena seperti bagian kanan merupakan mirror dari bagian kiri (hanya sedikit perbedaan pada ornamen di typography).
0 notes
Text
LOGO (Person Branding)
Tugas Pengantar Desain Grafis
Oleh: Hasna Shabrinisa (1506736045), kelas PDG A (pagi)
Subjek: Cakra Rian
Saya membuat dua alternatif logo untuk teman saya, Cakra Rian, karena ia memiliki sifat yang bertolak belakang secara bersamaan, yakni santai dan dinamis, tetapi bisa cukup serius bila diperlukan. Namun, setelah dipertimbangkan oleh subjek branding yang bersangkutan, ia memilih alternatif logo pertama karena dirasa lebih cocok dengan sifat/karakter santai dan dinamisnya yang lebih dominan daripada sifat/karakter seriusnya.
Alternatif Logo 1 (Dipilih)
Logo berbentuk karakter Pacman dengan tambahan telinga dan mulut yang membentuk gambar kunci
Kesan yang ingin ditampilkan:
Untuk kesan yang fun, santai, dinamis, dan lebih ‘anak muda’.
Filosofi logo
- Bentuk wajah/karakter Pacman mewakili sifat fun dan dinamis dari sosok Cakra sebagai anak muda yang aktif, supel, easy going, mudah bergaul, dan disenangi teman-temanya.
- Garis lingkaran wajah Pacman yang terputus (tidak utuh) menggambarkan sifat Cakra yang dapat berteman dengan siapa saja, tetapi tidak semua orang akan menjadi tempatnya melakukan self-disclosure (hanya beberapa temannya saja yang ‘benar-benar’ akan ia jadikan teman berbagi). Selain itu garis lingkaran yang tidak utuh turut melambangkan sifat Cakra yang tidak mudah percaya pada orang lain. Garis lingkaran yang terputus juga dibuat dengan sengaja untuk membuat bentuk wajah/karakter Pacman secara tidak langsung menjadi berbentuk huruf ‘C’ sebagai inisial nama depannya.
- Kunci yang diibaratkan sebagai telinga dan mulut karakter Pacman melambangkan sifat Cakra sebagai secret keeper yang baik sehingga dapat dipercaya sekaligus salah satu kelebihannya sebagai ‘bank data’ (mengetahui banyak informasi yang tidak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya).
- Huruf ‘C’ di bagian telinga selain untuk mempertegas bentuk telinga yang dihasilkan oleh bagian ‘kepala’ kunci juga dimaksudkan untuk memperjelas keberadaan huruf ‘C’ sebagai inisial nama depan Cakra yang perlu ada di dalam logo. Telinga juga melambangkan sifat Cakra sebagai pendengar yang baik.
- Noktah hitam sebagai mata menjadi terlihat sangat kontras dengan warna logo secara keseluruhan (kuning sedikit orange) sehingga melambangkan sifat Cakra yang ingin ‘dilihat’ atau menjadi perhatian dan diberikan pujian oleh orang-orang di sekitarnya. Hal ini juga memang sesuai dengan karakteristik noktah/titik sebagai elemen visual yang berfungsi untuk menarik perhatian.
- Mulut yang terbuka melambangkan dua hal. Pertama, ia melambangkan sifat Cakra yang dapat diandalkan untuk memberi saran atau masukan (karena sifat lainnya sebagai pendengar yang baik dan sebagai ‘bank data’). Kedua, ia melambangkan sifat Cakra yang humoris dan sering membuat tertawa teman-temannya.
- Warna kuning sedikit orange sesuai dengan sifat Cakra yang hangat (disenangi teman-temannya dan dapat menjadi tempat bercerita alias pendengar yang baik), ceria, humoris, dan menyenangkan.
- Warna hijau sebagai warna identitas pelengkap logo sesuai dengan sifat Cakra yang dapat memberikan kedamaian serta ketenangan melalui perannya sebagai pendengar dan pemberi saran yang baik
- Shadow di bawah karakter Pacman menggambarkan bagaimana Cakra ibarat bayangan bagi orang-orang di sekitarnya, yakni dapat menjadi tempat mereka ‘berteduh’ (bercerita). Selain itu, bayangan juga memiliki arti bahwa lingkungan sekitarnya atau tempat teman-temannya berada tidak akan terasa lengkap bila tidak ada kehadiran Cakra.
Alternatif Logo 2
Logo berbentuk gembok dengan lubang kuncinya yang ditarik membentuk rumah dan huruf ‘R’
Kesan yang ingin ditampilkan:
Untuk kesan yang lebih serius dan sedikit lebih formal.
Filosofi logo:
- Bentuk gembok melambangkan sifat Cakra sebagai secret keeper yang baik sehingga dapat dipercaya sekaligus salah satu kelebihannya sebagai ‘bank data’ (mengetahui banyak informasi yang tidak diketahui oleh orang-orang di sekitarnya). Selain itu, bagian atas gembok (yang biasanya berupa besi untuk menguncinya) juga berbentuk huruf ‘C’ yang menggambarkan inisial nama depan Cakra.
- Lubang kunci melambangkan sifat Cakra yang tidak sembarangan melakukan self-disclosure. Meskipun ia dikenal supel, easy going, dan mudah bergaul, ia hanya akan melakuan self-disclosure pada orang-orang tertentu yang benar-benar dekat dan ia merasa nyaman dengannya.
- Lubang kunci yang ditarik ke sebelah kiri membentuk rumah melambangkan sifat Cakra yang seperti ‘rumah’ bagi teman-teman atau orang-orang di sekelilingnya karena ia dapat membuat mereka merasa nyaman (sekaligus aman) untuk berteman dan bercerita (karena ia pendengar yang baik). Selain itu, rumah juga dipilih sebagai simbol kehangatan yang dimiliki Cakra, yakni ramah pada semua orang, dapat beteman dengan siapa saja, serta humoris.
- Lubang kunci yang ditarik ke sebelah kanan membentuk huruf ‘R’ menggambarkan inisial nama belakang Cakra, yakni ‘Rian’.
- Warna kuning sedikit orange sesuai dengan sifat Cakra yang hangat (disenangi teman-temannya dan dapat menjadi tempat bercerita alias pendengar yang baik), ceria, humoris, dan menyenangkan.
- Warna biru gelap (navy blue) sebagai warna identitas pelengkap logo sesuai dengan sifat Cakra yang dapat dipercaya, sederhana, dapat diandalkan (karena merupakan pendengar yang baik), serta dapat bersikap serius dan profesional yang diperlukan pada saat-saat tertentu (seperti saat menjalankan tugas akademis maupun nonakademis).
- Shadow di bawah bentuk gembok menggambarkan bagaimana Cakra ibarat bayangan bagi orang-orang di sekitarnya, yakni dapat menjadi tempat mereka ‘berteduh’ (bercerita). Selain itu, bayangan juga memiliki arti bahwa lingkungan sekitarnya atau tempat teman-temannya berada tidak akan terasa lengkap bila tidak ada kehadiran Cakra.
0 notes
Text
Ia dan Kehilangan-kehilangannya
1.
Lahirnya ia ke bumi menjadi berkah yang disyukuri oleh banyak orang. Gerak kecil jemarinya adalah penantian panjang yang selama sembilan bulan lewat selalu didoakan. Kini dunianya tak lagi sebatas dinding rahim dan kegelapan bukan lah satu-satunya yang ia kenal. Seiring dipotongnya plasenta yang telah penuh kerelaan menyediakan diri menjadi sumur penghidupan dalam kandungan, pecah tangisnya menandakan kepiluan akan kehilangan pertama dalam kehidupan. Pun sejatinya tengah ia jeritkan ketakutan akan kehilangan-kehilangan berikutnya di masa depan.
2.
Ibunya begitu mengasihi sepenuh hati. Malam baginya tak ada beda dengan pagi. Telah bulat tekad serta keyakinannya bahwa menjadi Ibu adalah perihal prioritas yang harus bergeser dan berganti. Kariernya sejenak berhenti dititi, sementara kehidupannya sendiri dibiarkan pergi. Ia teramat bahagia karena dengan begitu Ibunya tak pernah absen menyusui. Dekap hangat Ibunya menjadi sesuatu yang selalu ia cari dan nanti. Tak terpikir sama sekali bahwa di kemudian hari sang Ibu ternyata berhenti memberi ASI. Hangat payudara Ibunya berganti menjadi dingin kaleng-kaleng susu penuh manipulasi gizi. Waktu-waktu sebelum tidur pun kian banyak yang ia lewati seorang diri. Lalu tersadarlah ia bahwa kehilangan besar berikutnya tengah ia hadapi.
3.
Sepanjang hari kerjanya hanya makan, mandi, dan bermain dengan teman-teman imaji ataupun sungguhan. Ada hari yang ia habiskan untuk mengagumi televisi dan kartun-kartun menggemaskan. Kalau bosan, colek saja asisten rumah tangga yang sudah ditugaskan dan minta temani jalan-jalan. Ada tanah lapang dengan banyak orang menerbangkan layang-layang. Sambil mulut penuh dijejali nasi, ia bisa menikmati langit yang penuh warna-warni. Sampai suatu hari Ayahnya pulang membawa setumpuk seragam dan buku yang ia sendiri belum bisa baca apa judulnya. Katanya, mulai besok ia harus pergi ke sekolah dan rajin belajar agar pandai. Ia sedikit senang dan semangat pada mulanya. Dalam hati sedikit tak sabar karena tahu sekolah punya banyak ayunan dan perosotan. Namun, setelah satu bulan sekolah berjalan, akhirnya di satu petang ia pulang dengan raut kelewat masam. Ia baru sadar kalau selama satu bulan itu pula lah banyak kartun-kartun kesayangannya yang terlewatkan. Kini ia juga tidak tahu layang-layang mana yang masih unggul dan mana yang sudah binasa. Sekolah dan tugas-tugas yang diberikan membuatnya lagi-lagi merasa kehilangan.
4.
Pada satu siang ketika ia tengah jajan gulali, dirasakannya ada yang aneh di antara gigi. Ia kira itu karena gulalinya yang mungkin ada menempel. Setelah habis, ia buru-buru ke kamar mandi dan menyikat gigi. Sayangnya, sesuatu yang terasa mengganjal tetap tidak mau pergi. Ia pergi ke depan kaca, membuka mulut dan menggerak-gerakkan lidahnya di depan sana. Saat menyentuh satu gigi depannya yang kerap dijuluki gigi kelinci, ia sedikit terkejut dan takut. Giginya goyang dan bergerak-gerak seperti mau lepas. Kata Kakaknya, itu berarti giginya mau tanggal. Meskipun sudah diyakinkan kalau gigi itu akan tumbuh lagi, beberapa hari menjadi terasa panjang bagi dirinya karena tetap dihabiskan dalam kegelisahan dan kesedihan. Ia menangis hebat ketika akhirnya si gigi kelinci benar-benar tanggal dan menyisakan ruang kosong yang begitu besar di bagian depan rongga mulutnya. Kini ia resmi menjadi ompong seperti Neneknya yang selalu ia tertawai. Kehilangan itu sungguh-sungguh berarti bagi dirinya hingga selama beberapa hari tak mau keluar rumah dan mogok sekolah.
5.
Ia kini sudah remaja. Selain gejala-gejala puber secara biologis sebagai tandanya, ia kini tahu apa itu cinta dan romansa. Namanya juga gejolak anak muda, ia punya pria yang namanya selalu ditambahkan dalam doa. Cukup lama mereka bersama, berawal dari iseng-iseng senior zaman orientasi SMA hingga kini hendak menjemput kelulusan dan gerbang yang lebih dekat dengan cita-cita. Meski sebetulnya tak satupun dari mereka ingin berjuang sendirian, mimpi yang berbeda terpaksa memisahkan. Mau tak mau ia dan prianya harus belajar melonggarkan genggaman. Toh, kata orang jarak bukanlah persoalan bila hati selalu menyimpan. Pada tahun pertama keduanya dipisahkan pulau Jawa dari ujung timur ke ujung barat, canggihnya teknologi masih berfungsi dalam membelenggu rindu yang terlalu candu. Baru menjelang tahun kedua hubungan mereka mulai dilanda petaka yang lama-lama menjadi gempa. Kesibukan dan keegoisan mulanya dikambinghitamkan. Namun sebetulnya, ada orang ketiga yang mati-matian disembunyikan. Sementara, tentu saja bangkai tak mungkin tak tercium. Ia menangkap basah prianya memanjakan wanita lain kala kedatangannya sengaja dirahasiakan untuk menjadi kejutan. Baginya yang menjunjung mati kehormatan dan harga diri, tidak ada yang bisa dibetulkan dan dikembalikan. Pun prianya sudah terang-terangan menyalahkan bosan. Maka dalam satu kata yang jelas dan lugas, tibalah mereka pada muara perpisahan. Ia lalu lekas-lekas pulang menempuh perjalanan panjang ke kotanya sendirian, memanggul lara dan pilunya ditinggalkan dalam kehilangan.
6.
Dulu, ia sungguh tidak sabar untuk segera menjadi orang dewasa. Ia mengagumi mereka yang dengan keringatnya sendiri dapat berlimpah rupiah. Gedung-gedung pencakar langit adalah gambar yang selalui memenuhi lembar-lembar buku kuliahnya. Pokoknya, ia mau kerja kantoran, pakai setelan mahal yang digosok rapi sampai tak ada lipatan dan di bangunan-bangunan tinggi besar serta amat gemerlap seperti ditampilkan oleh televisi. Mimpi dan ambisi besarnya itu yang kemudian mengantarkan kakinya berhasil menapaki jalanan Ibukota. Sayangnya, ia baru tahu kalau kerja kantoran berarti harus siap jadi budak korporat. Belum lagi bising dan riuhnya Ibukota meleset jauh dari bayangan yang sebelumnya ia punya. Waktunya lalu banyak habis di dua tempat saja: kubikel kurang dari setengah meter kali setengah meter dan metromini yang selalu bau peluh juga busa-busa keluh. Pada satu malam sebelum akhir pekan, diiringi bunyi-bunyi klakson yang menyaru dengan petik gitar pengamen asal-asalan, kaca jendela yang meski penuh cela masih memberi ruang pada pantulan bayang-bayang wajahnya membuat ia tersadar. Dirinya telah kehilangan kebahagiaan sekaligus sebagian besar usia di atas bangku yang ternyata tak membawanya ke mana-mana.
***
Kelahiran boleh jadi membuatnya kehilangan plasenta. Namun, tanpa itu ia tak mungkin bertemu dengan orang-orang yang kelak menjadi tersayang dalam hidupnya. Kehilangannya akan payudara Ibu yang menjadi pemenuhan kebutuhannya akan gizi sekaligus afeksi tak lantas benar-benar membuatnya sendiri. Menemukan teman-teman sepermainan adalah buah dari proses belajar menjadi mandiri. Kehilangan waktu untuk bermain dan bersenang-senaang juga begitu. Tanpanya, ia tak akan belajar dan menemukan hal baru dari dunia yang jauh lebih luas dari sekadar kotak televisi atau petak lapangan. Kehilangan gigi toh juga akan tumbuh lagi. Gigi kelincinya yang sebetulnya memang sudah gigis justru akan diganti dengan gigi baru yang lebih rapi. Sementara, kehilangannya akan kekasih yang sempat menjadi tempat berbagi separuh cerita kehidupan kelak kan jadi gerbang bagi dirinya menemukan tempat lain yang bisa jadi lebih kokoh untuk dijadikan rumah. Dan rasa kehilangannya akan kebahagiaan serta sebagian besar usia sesungguhnya adalah konsekuensi dari proses menua yang tidak sia-sia. Hidup terkadang memang tentang perjuangan dan tidak selalu bisa sama idealnya dengan pengharapan.
Demikian seterusnya. Manusia hidup dan bergerak dari satu kekosongan ke kekosongan yang lain, dari satu kehilangan ke kehilangan yang lain. Tidak ada sesuatu yang benar-benar dimiliki manusia. Lahir pun mati tanpa membawa apa-apa adalah bukti dari makna hidup yang hakiki. Kehidupan kodratinya adalah perjalanan panjang dari kehilangan yang berangkat dan bermuara dalam kekosongan. Apa yang sempat tergenggam akan pudar dan perlahan menghilang seiring waktu menggerus ingatan. Segala yang berharga memang tak akan selamanya.
Namun, tak usah risau. Bersyukur dan berteima kasih lah sebab kehilangan adalah yang mengatarkan kita pada menemukan. Tanpa kehilangan tidak akan ada kekosongan dan tak mungkin manusia diisi atau dibebaskan dari kesendirian. Tabah lah kamu jika sedang kehilangan, apa pun itu.
2 notes
·
View notes
Photo
Kata-kata yang selalu jadi pegangan kala sekeliling terlalu ribut berbisik.
0 notes
Photo
Sebab terang adalah waktu untuk kita bertemu, Sayang. Dan pelukmu sungguh melebihi sebaik-baiknya tenang yang diciptakan malam.
1 note
·
View note
Text
Mengapa tidak pernah mudah untuk berhenti menyuburkan harapan dan keingininan?
Sulit sekali rasanya untuk benar-benar merasa nol dan kosong sehingga terus menjejak bumi dan tidak melayang-layang tinggi. Padahal aku tahu pasti dan telah berulang kali terhempas, tertiup ke sana ke mari. Nyatanya sungguh muskil untuk benar-benar tahu diri.
1 note
·
View note
Quote
Satu yang terpenting dari beribu alasan mengapa banyak orang berhenti berbuat baik ialah tidak semua niat baik akan dianggap baik.
1 note
·
View note
Quote
orang orang kerap berkata begini kepada saya: - kamu bisa menulis, sebaiknya kau menulis buku, kau harus jadi penulis terkenal, buat mereka kagum dengan tulisanmu - hasil fotomu bagus, sebaiknya kamu menjadi fotografer, kau harus membuat pameran karyamu, kau bikin buku fotomu sendiri, buatlah studio, terkenal lah di luar sana saya jawab begini, semua yang saya lakukan baik menulis atau mefoto adalah dengan suka hati. jika saya ditekan harus ini itu, saya tidak lagi melakukannya dengan suka hati.
biarkan saya melakukan apa yang saya sukai dengan cara sendiri, karena saya benar-benar tidak peduli orang akan suka kepada saya.
karena saya melakukannya untuk menyenangkan hati saya, bukan untuk menyenangkan hati orang lain.
(via asmaralaya)
3 notes
·
View notes
Quote
Untukmu yang samar-samar di kejauhan. Untukmu yang tak kunjung tampak di peraduan. Hatiku cukup sabar dan lapang.
@asmaralaya (via asmaralaya)
3 notes
·
View notes
Photo
Kita bebas, untuk melepas, tidak apa kandas, sepanjang tetap waras. Bukankah demikian?
0 notes
Quote
Belajar berharap sewajarnya. Karena tak sesuatupun yang didapat oleh kita dari berharap lebih, selain kecewa.
@asmaralaya (via asmaralaya)
5 notes
·
View notes
Photo
Pukul dua pagi adalah bocah lugu yang berbicara tanpa malu-malu. Ia mengusik orang-orang yang tidak kunjung lelap; membiarkan mereka berkontemplasi tanpa sadar dan ingat waktu. Ia dengan sengaja menyilakan rasio membungkam apa yang biasanya tidak pernah dan tidak mau bisu. Pukul dua pagi adalah yang meyakinkanmu perkara ragu; yang terlampau jujur hingga terang batas antara hancur lebur dengan mundur.
1 note
·
View note
Photo
yang terlalu jauh, dan yang terlalu lama.
#poemforyourheart
3 notes
·
View notes
Quote
Pernah kecewa karena ternyata kamu tidak dinilai cukup baik oleh orang yang kamu kira senang dengan apa adanya kamu? Aku sedang.
Mungkin aku harus belajar untuk mau dikritik.
1 note
·
View note