Tulisan berserakan ditujukan untuk mengingatkan diri sendiri tersebab ada hati yg sll untuk dikuatkan & dirawat, setiap harinya.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Ya Allah berikanlah kami hati yang kuat, jiwa yang kuat, bahwa memang tidak ada yang pantas diletakkan paling pertama selain Engkau.
Berikanlah kami jiwa yang luas, yang mudah menerima apapun yang terjadi kepada kami, baik maupun buruk, serta beri kami keyakinan bahwa dengan bersamaMu, semuanya akan selalu baik-baik saja.
Ya Allah, sesungguhnya kami hanya manusia lemah yang sebesar apapun perbuatan yang kami usahakan tidak akan bisa terjadi kecuali dengan izinMu.
Tekankanlah keyakinan ini selalu kepada kami ya Allah, dan hadirkanlah manusia-manusia baik untuk selalu ada di samping kami saat kami sedang lengah dariMu.
Buat kami menyadari ribuan kali, setiap detiknya, bahwa keindahan itu hanya ada padaMu, bukannya pada makhlukMu.
Karena tanpaMu, kami bukan apa-apa..
Kairo, 23 Desember 2019 || 22.24 clt
277 notes
·
View notes
Text
“ada beberapa perdebatan yang lebih baik diakhiri dengan segera. sebab bukan pemahaman yang didapat, tapi saling mencela.”
—
pada beberapa kesempatan saya seringkali merasa lelah dengan sebuah perdebatan. padanya seringkali bukan faedah yang didapat, melainkan rasa menang atau rasa tak terima.
buat apa kita menghabiskan begitu banyak energi pada sebuah perbebatan yang kita sudah tahu ujungnya bercabang.
pada beberapa kesempatan saya lebih suka bertanya tentang apa yang seseorang pahami, berpura-pura tidak tahu apa-apa dan mendengarkan dengan seksama. bukan untuk merendahkan apalagi menyalahkan, tapi menampungnya sebagai penerimaan, bahwa didunia ini begitu banyak pola pandang.
kenapa kita terlalu sibuk menyuarakan perbedaan, jika satu dua persamaan membuat kita lebih manusia
184 notes
·
View notes
Photo
Jeda, dan sebaik - baiknya jeda ialah perenungan yang dalam.
Jeda di Antara
Ada yang setiap paginya sibuk bekerja. Baik itu mencari nafkah untuk keluarganya, menabung demi cita-citanya, atau bahkan hanya untuk menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Ada yang setiap paginya belajar atau menuntut ilmu. Baik itu memperjuangkan suatu bangsa agar terus maju, meningkatkan kapasitas agar diri lebih bermutu, atau bahkan hanya untuk lulus sebelum dikejar oleh waktu. Ada yang setiap paginya berusaha. Baik itu berusaha untuk lepas dari penderitaan, berusaha bangkit dari keterpurukan, hingga berusaha untuk maju agar lebih baik di hari ke depan. Boleh saja kita jalani rutinitas setiap harinya. Tapi, ingatlah bahwa diri kita juga membutuhkan jeda. Untuk mengurai pikiran yang tak jelas kemana arahnya. Untuk menenangkan hati yang sedang sibuk dengan segala masalahnya. Yang terus berputar, biarlah dunia saja. Sedangkan kita, hanya seorang manusia biasa. Yang membutuhkan jeda di antara segala kesibukannya. Sebagaimana duduk, yang merupakan jeda di antara dua sujud. Sebagaimana waqaf, yang merupakan jeda di antara dua ayat. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk memberi jeda pada diri sendiri. Semoga dengan jeda ini membuat kita mengingat kembali, bahwa kita tidak bisa apa-apa tanpa kuasa Illahi Rabbi.
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (QS. Al-Furqan : 47)
. . Nb: Mohon maaf karena telah sekian lama menjeda. Semoga kawan-kawan tetap menikmati tulisan kami yang apa adanya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan jangan lupa untuk memberi jeda pada hidup kita. Doakan kami agar istiqomah ya :)
335 notes
·
View notes
Text
Seutuh - utuhnya Penerimaan
Seutuh - utuhnya penerimaan adalah ikhlas.
Seutuh - utuhnya penerimaan adalah kamu yang hatinya ikhlas.
sebenar - benarnya penerimaan adalah hati yang ikhlas. Maka, hati.. Bukankah menjadi dan membuat hati yang lembut adalah tujuan ? Bukankah lembutnya hati dan kuatnya hati menggambarkan bahwa kita adalah manusia beriman ? Lalu, mengapa terasa begitu sulit ?
Apakah ini definisi sebuah mengeluh ? Bukankah sebuah keluhan hanya Allah yang tahu ?
0 notes
Text
Selarik Kertas
Selarik kertas putihku menghilang. Entah menghilang atau memang seharusnya menghilang. Tulisan tangan itu menguap yang susah untuk ditemukan kembali.
Selarik kertas putihku, adalah sebuat penanda nasehat yang menjadi semangatku untuk maju.
0 notes
Text
Jauh atau Menjauh
Jauh atau menjauh bukanlah suatu hal yang mudah.
Mau jauh, jarak akan membentang yang pada akhirnya menjauh.
Mau menjauh, hati pun akan membalas dan akhirnya jauh.
Dalam hidup ini, ada banyak hal yang harus kupahami. Dan aku harus menerima dengan seutuh - utuhnya penerimaan. Bukankah, hidup ini ujian? dan tujuan hidup ini beribadah melalui ujian - ujian tersebut ?
Memang benar. Sebenar - benarnya penerimaan adalah hati yang ikhlas. Ikhlas menerima takdir Allah.
Namun, menjabat tangan diri sendiri ternyata lebih susah. Bagaimana tidak ? Menjabat tangan sendiri adalah ia yang akan mengajak untuk berdamai dengan semua perasaan, hingga pada akhirnya membersamai tapak kaki untuk melangkah ke depan. Bagaimana mungkin itu menjadi kesulitan ? Akupun tidak tahu. Jika dan hanya jika itu adalah kesulitan, hanya dirimu sendiri yang bisa menjawab. Jawaban terbaik adalah penerimaan. Lalu, mau seperti apa fase ini akan bergulir ?
0 notes
Text
Berdamailah, hati
Hari ini, izinkan aku menjabat tanganmu dan berkata; “Berdamailah dengan segala ketidaksempurnaanmu, lalu berusahalah agar lebih baik dari dirimu yang dulu. Sebab kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, dan yang tak pernah salah belum terlahir lagi.
Kali ini, maafkan dirimu sendiri”.
0 notes
Text
lucunya, kita lebih sering mengkhwatirkan dan mencemaskan hal yang sudah Allah jamin (seperti rejeki), dan malah santai dalam memikirkan bekal akhirat yang belum tentu terjamin
660 notes
·
View notes
Text
Jabatlah tanganmu
Esty, apapun yang terjadi pada dirimu sendiri, jabatlah ia.
Jabatlah ia dengan erat dan yakinkan bahwa menyerah bukanlah jalan orang yang beriman.
Allah Maha Kuasa, Maha Besar karuniaNya.
Esty, apapun yang terjadi dalam hidupmu dan perjalanan tapak kakimu, jalanilah. Jalan, setapak demi setapak. Tidak mengapa dan jangan tanya kenapa. Hidupmu adalah hidupmu.
Kendalikan dirimu.
Esty, betapapun dan siapapun yang membuatmu terluka, tetap tenang dan tersenyum. Maafkanlah. Memaafkan adalah caramu untuk melembutkan hati. Melembutlah.
Ingat, apapun yg terjadi itu semua kehendak Allah.
0 notes
Text
Saat kamu berada dibawah dengan segala tekanan dan masalah, maka berdirilah dengan tegap sebagaimana kamu mendirikan sholat, mengadukan semua kegagalanmu padaNya. Dan pada saat kamu berada di atas dengan segala keberhasilan dan nikmat yang kamu dapatkan, maka sujudlah dengan khusyu' dan penuh ungkapan kesyukuran, sebagaimana kamu sujud dalam sholat, penuh hikmah dan nikmat.
Gagal dan berhasil itu miliknya Alloh, mudah dan susah itu miliknya Alloh, kaya dan miskin juga miliknya Alloh. Tidak pantas seorang muslim mengatakan dan berbangga atas prestasinya dengan membesarkan diri, semua hanya titipan, tidak lebih.
Beruntunglah orang muslim, mereka memiliki sholat yang memiliki solusi dari setiap masalah dunia, penghayatan dalam sholat terkadang sering dilupakan, menghadirkan rasa bahwa "ini loh yang harusnya kamu lakukan itu, ya sholat. Ada masalah ataupun tidak ya tetap sholat. Sholat itu tiang dan pondasi hidup, kalau hilang tiang dan pondasi pasti akan runtuh, cepat atau lambat"
Pastikan seminimal mungkin untuk sholat pada waktunya, hidupmu adalah gambaran bagaimana hubunganmu dengan Rabbmu, juga terpautnya kamu dengan bagaimana sholatmu saat ini. Jika masih berantakan, maka perbaikilah bukan hanya mengadu tanpa memperbaiki yang rusak.
Jika aku dan kamu sama-sama menginginkan bahagia dunia akhirat, maka mari sholat berjamaah bersama-sama. Jangan sampai sholatmu rusak oleh pikiran dunia. Selamat menikmati sholat :)
Mendirikan sholat
@jndmmsyhd
611 notes
·
View notes
Text
Allah lebih tahu
“Orang Tua”
—
Sebagian besar dari kita, tentu tak lepas dari problema dengan orang tua kita. Entah itu dari kita sendiri yang salah, atau didikan orang tua yang menurut kita kurang tepat.
Barangkali, kita pernah kecewa, marah, atau sedih. Ingin sekali rasanya mengatakan apa-apa yang harus dikatakan. Namun, beranjak dewasa, semakin berpikir berkali-kali supaya tidak menyakiti perasaan mereka.
Ya, memang seperti itu mereka, Allah punya alasan tersendiri ketika menakdirkan sesuatu dalam kehidupan kita. Barangkali, kita hanya bisa mengambil pelajaran dari sana, untuk diri kita sendiri nantinya.
Berbeda pendapat itu wajar, namun ada kalanya kita diam, introspeksi diri. Kita lupa, bahwa kita punya Allah. Kita sering lupa berdoa padaNya, mengaduh dan memohon supaya diberi jalan terbaik.
“Allah lebih tahu, sedang kita tidak”, itu rumusnya.
Percayalah, apabila kita mengikhlaskan banyak hal dengan melibatkan Allah di dalamnya, kita akan mendapatkan ganti yang lebih baik. Mungkin belum hari ini, bisa jadi esok, lusa, atau mungkin tahun-tahun setelahnya. Nikmati liku skenarioNya, dan belajarlah untuk senantiasa mengucap syukur.
Iman; genggam dan sematkan dalam dada, jangan sampai terlepas. Jika kita bersungguh-sungguh meminta petunjuk dan berserah diri padaNya, maka kita takkan pernah kecewa, meski dunia berusaha untuk menghancurkan kita.
Malang, 22 September 2019 | Pena Imaji
217 notes
·
View notes
Text
Tanpa kamu harus bercerita panjang lebar pada manusia, Allah sudah mengerti bagaimana sulitnya kamu bersabar, tentang bagaimana gemuruhnya hatimu saat ini.
Menangislah sejenak, kepasrahanmu padaNya akan mendatangkan jalan keluar, ribuan usaha yang kamu lakukan tidak akan pernah membawa pada puncaknya jika ternyata kamu tidak melibatkan Allah dalam rencanamu.
Rancang dan tuangkanlah setiap rencanamu dalam secarik kertas, pada bait akhir tulislah "Aku, usahaku, dan doaku harus seimbang, dan untuk hasilnya aku ikuti jalan dan kemauanmu ya Rabb". Ia akan menenangkanmu, sebab kini kamu tidak bergantung pada hasil manusia, tapi pada hasilNya.
Setiap yang bergemuruh dalam dada terkadang akan membuatmu harus sedikit menangis, tidak mengapa. Biarkan ia tertuang dalam aliran airmatamu, hingga ia tenang, dan setelah itu kamu harus kembali menghapusnya dan mulai berjalan lagi. Tersenyum.
Karena setiap kita akan ada gemuruh dalam dadanya masing-masing, dan setiap kita punya tujuan yang harus dicapai. Semangat bertumbuh.
Jangan lupa doa.
@jndmmsyhd
2K notes
·
View notes
Text
Allah Maha Baik
Allah Maha Baik, Sungguh..
Tigaa bulan terakhir gue berkutat pada kegiatan yang bernama skripsi alias skripsweet. Awal mulai mngerjakan serasa ga PD banget, udah mah gue deadliner, pembimbing akademis perfeksionis. Berasa gaa PD bisa lulus semester ini. Tiap kali bimbingan gue deg-degan parah dan overthinking gitu dah. Padahaal ya bimbingannya cuma sebentar , paling 5-10 menit..
Tapi ya , mau ga mau harus dilalui. Gue sama tmn seperbimbingan (yang sll menguatkan dan optimis, ciaa) berusaha ga pantang menyerah tuh. Pokoknya kerjakan yang PA gue mau, disuruh baca minimal 20 jurnal luar .. ayokk aja.. meskipun yaa malasss bacaaaa nyaa.. Ya Allah.
Sampai di titik proses, gue merasa skripsi gue udh ala2 s2 dan s3. Yang lain mah satu dataset, gue dua dataset. Gue sampe nanya anak S3 , eh ternyata dia juga lagi ngerjain yg hampir sama analisisnya kayak gue cuma beda topik. Guee juga diskusi tuh ama kating anak melbourne, Masya Allah bgt mbak nya helpful parah. Gue terharu pas nulis ini. 😭😭
Yang apapun ituu.. adalah sebuah proses. Di hari sidang skripsi, gue udh yang muka kusut gitu ga tidur semalaman wkw. Yang parahnya baru bikin ppt h-3 jam sebelum sidang. Bismillah.. gue sidang. Sidang kelar , gue udh bodoamat nilai berapa yang penting lulus.
Alhamdulliah, di menit PA gue ngumumin gue lulus dan ngasih tau nilainya, gue yang "makasih bu" . Muka bahaagia tapi ga yang jingkrak2 lebay wkwk. Harusnya mah normalnya ya seneng gitu kan. Lah ini gue kayak org setengah sadar gitu. Gue bnr2 sadar kalo gue lulus tuh malamnya. Wkw. Yaudahlah ya. Org gue abis sidang langsung bimbingan revisi lagi wkw.
Sungguh, Allah Maha Baik..
0 notes
Photo
Kenapa kita harus menerima, jika ada satu hal di dirinya yang tidak bisa kita terima? Tersebab waktu yang seolah sudah habis padahal tidak, keluarga yang memaksa-maksa, society yang berisik.
Kenapa kita mengorbankan idealisme kita untuk menerima sesuatu yang bertentangan, ketika dikalibrasikan dengan nilai-nilai yang kita pegang, semuanya tidak sama.
Kenapa kita harus menjalani sesuatu yang tidak memberikan kita dua hal yang selama ini kita perjuangkan dalam doa, kebahagiaan dunia dan akhirat?
Kenapa kita seolah-olah dipaksa harus mengejar salah satunya saja, entah akhiratnya saja, entah dunianya saja.
Kapan kita menyadari bahwa kita punya daya untuk menentukan arah hidup yang kita inginkan, menjadi pribadi yang bertanggungjawab pada sang pencipta. Menjadi utuh, menjadi pribadi yang penuh kesadaran bahwa hidup ini hanya ibarat mampir berteduh dari hujan, sementara sekali.
Dan sampai kapan kita akan mengorbankan waktu yang sangat sementara ini dengan hal-hal yang jauh dari impian kita untuk membangun iman yang pondasinya telah kita tanam.
©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Jangan
Kata jangan seringkali ada dua tipe yang unik.
1. ‘jangan’ untuk meminta tolong terhadap suatu benda, misalnya “tolong jangan letakkan gelar di atas kursi”. Atau “tolong jangan memakan buah apel yang busuk”. Kata jangan dalam kalimat tersebut tentu bisa dipastikan akan dilaksanakan oleh orang yang diajak bicara.
2. ‘jangan’ untuk suatu hal yang bersifat perilaku/sifat, misalnya “tolong jangan merokok” atau “jadi murid jangan malas”. Kata jangan dalam hal ini mengandung makna yang cenderung susah untuk diimplementasikan, bukan ? karena kata sifat itu bergantung pada individunya.
Ya kalo individu nya aja belum bisa bersikap kayak gitu yaa gimana mau ngubah perilaku seseorang untuk mau bersikap yang kita harapkan.
3 notes
·
View notes
Text
Manis
Selamat pagi, Manis..
semoga kabarmu baik dan semanis ucapan terakhir kali bertemu. Aku hanya ingin berucap kata untuk kamu, yang senyumnya manis.
Ada hari kita dipertemukan. Ada hari pula kita berpisah. Ini adalah keputusan. Dan kita telah sepakat dan tetap bersahabat.
Awalnya memang susah. Tapi keyakinan harus tetap dijalani, dipahami.
Manis, tahukah kamu ? Aku kadang pun masih bimbang akan ini semua. Tapi,, Melihatmu dengan yang lain membuatku sadar bahwa kamu memang bukan yang baik dan terbaik untukku. Allah memberikan kepastian bahwa melepasmu adalah segala jawaban paling tepat untuk saat ini dan seterusnya.
Manis, terimakasih pernah ada dalam rasaku dan hari - hari lalu.. Dan maaf ini jalan terbaik untuk kita.
Manis, terimakasih atas luka yang pernah dirasakan. Luka yang akan coba aku kubur dalam - dalam.
Selamat tinggal, kamu yang manis yang kian hari harus aku tepis..
Dalam hening, sunyi, senyum, dan tawa.
0 notes
Text
Menuju Malam
Malam, senja,
Kamu telah pergi, senja. Namun mengapa aku masih berkutat dengan tatapan kosong tak berkesudahan. “Jangan tanyakan padaku, tanyakan pada dirimu - sendiri.” Ah, sampai ingat aku jawaban itu, senja.
Pun walau begitu, aku masih saja seperti ini, tanpa kemajuan.
“Bukan, bukan seperti itu. Kamu adalah kamu yang tau akan dirimu sendiri. Kenalilah dirimu sendiiri agar engkau bisa mengerti apa itu arti menyayangi.”
0 notes