Text
THT!
Alhamdulillah, 3 stase kecil sudah terlewati. Ternyata dek koass diberikan kesempatan libur seminggu untuk bernafas sebelum masuk 2 stase sedang; akhirnya dek koass bisa pulang kampung juga.
Stase THT adalah stase kecil terakhir yang aku jalani di putaran ini, tidak banyak yang spesial rasanya di stase ini, namun ada satu yang spesial dan terasa membekas. Hal tersebut terjadi dikarenakan saat ini masih dalam situasi pandemi covid yang menyebabkan kami dek koass tidak terlalu terasah skillsnya di bidang THT. Kami hanya memeriksa pasien yang menjadi kasus kami saja untuk maju tugas dan ujian, yakni cuma meriksa pasien dua kali; saat presentasi kasus dan juga ujian longcase. Sedang, melihat dokternya meriksa pasien pun juga tidak, pasalnya di dalam ruang poli THT ada ruangan lagi yang dibuat khusus sehingga bisa bertekanan negatif, yang biasanya hanya dimasuki oleh dokternya dan bu perawat, mengingat segala tindakan di THT merupakan tindakan aerosol. Mungkin ini juga demi kebaikan kami sendiri.
Kemudian, yang spesial apa? Martabak? Yang spesial itu ya dokternya.. hehehe.. kapan lagi dapat perlakuan seperti itu dari seorang konsulen? dr. Agung Sp.THT itu seperti yang sangat menghormati kami (setidaknya aku merasa begitu), padahal kami hanya keset rumah sakit, kasta terendah di rumah sakit.
Coba saja kalian bayangkan, saat dapat kasus untuk tugas presentasi kasus, kebetulan aku mendapati pasien yang usianya sudah cukup sepuh, 69 tahun. Sejujurnya pada saat itu, aku memang kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasien tersebut mengingat keterbatasan kemampuanku dalam berbahasa jawa, apalagi halus. Kemudian setelah poli, temanku maju tugas presentasi kasus, aku lupa yang dibahas apa sebelumnya, namun tiba-tiba dokternya bertanya,
"Siapa yang dari pekanbaru?"
"Saya dok, Salwa."
"Maaf nggih tadi, dapat kasusnya yang sudah tua. Saya tau bahasa itu merupakan suatu kendala, tapi ya gimana, kamu tinggal di Jogja ya seperti itu bahasanya. Coba kamu kalau kuliah di luar negri ga bisa bahasa inggris gimana?"
"Hehe nggih dok, mboten nopo-nopo." Jawabku, saat itu juga aku mbatin, 'Kok ya ada seorang konsulen minta maaf ngasih kasus ke koassnya, padahal yang butuh ya si koassnya, pun si koass nya juga yang salah udah tahun ke 5 di Jogja kok ya gak bisa-bisa bahasa jawa'
"Kamu gak ngajarin dia bahasa jawa kah?" Tanya dokternya ke temanku yang sedang maju tugas.
"Ngajarin dokter, tapi kalau saya ngomong pakai bahasa jawa dilarang Salwa dok sejak dulu jaman pre klinik." Jawab temanku.
"Ya kowe yang salah berarti, kenapa kok kowe gak ngajarin yang bener." Kata dr. Agung sambil tertawa yang diikuti juga dengan ketawaku, wkwk.. malah temanku yang disalahkan akibat ketidakmampuanku berbahasa jawa wkwk..
Pada saat aku dapat kasus untuk ujian longcase, gak tau sangking groginya apa gimana, bisa-bisanya aku kebalik masang headlamp nya wkwk.. kemudian dr. Agung memberitahu dengan isyarat bahwa headlamp ku kewalik, asli itu malu banget sih wkwk.. setelah mendapat kasus longcase tersebut, aku janjian sama dokternya untuk maju ujian lusa.
Di hari yang seharusnya maju ujian longcase, ketika beliau sampai di tempat janjian ujiannya, ternyata beliau baru ingat kalau beliau ada rapat. Lagi-lagi beliau minta maaf dong.
"Maaf ya dek, saya lupa ternyata ada rapat. Besok saja ya ujiannya?"
"Nggih siap, dok." Jawabku.
Saat maju ujian longcase, dokternya bertanya kenapa aku tidak melakukan pemeriksaan garpu tala schwabach pada pasien longcaseku. Tes schwabach itu dilakukan untuk membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
"Karena saya merasa pendengaran saya kurang baik, dok. Soalnya saya sering otitis externa." Jawabku.
"Atas dasar apa kamu bilang pendengaranmu kurang baik? Memangnya kamu sudah diperiksa po fungsi pendengarannya?"
"Hhe, belum sih dok. Tapi saya langganan kenak marah dr. Asti Sp.THT gegara otitis externanya sering kambuh karena korek kuping terus dok, hehehe.."
Kemudian dokternya ada bertanya mengenai pemeriksaan valsava dan toynbee yang ternyata di buku panduan stase itu salah. Dokternya bilang,
"Iya itu memang dari dulu salah dan belum di revisi. Kamu kalau nanti otitis externanya kambuh terus berobat ke dr. Asti sekalian bilang aja ke beliau kalau buku panduan stase tht nya ada yang harus di revisi." Kata dr. Agung 🤣🤣
"Wkwk.. waduh dok.. jangan sampai kambuh lagi lah otitisnya hehe.."
Seselesainya maju longcase..
"Yawis, direvisi ya makalah longcasenya, sing waras ya ngerjainnya."
"Pripun dok? Keras?"
"Waras.."
"Tuh kan dok, pendengaran saya tu memang kurang baik, dok." Jawabku yang disambut gelak tawa dari dr. Agung 🤣🤣🤣
0 notes
Text
Anestesi!
Keseharian di stase anestesi bisa dibilang cukup hectic, selalu tidak bisa yang namanya pulang gasik. Namun, kehectican itu dijalankan dengan bahagia sehingga lelahnya tidak berasa. Benar-benar definisi lelah tapi bahagia. Konsulen di stase ini ada 2, yaitu dr. Trubus dan dr. Dedy. Dulu pas jaman stase bedah, kayaknya semua koass yang sedang bedah itu takut deh sama dr. Trubus wkwk.. karena beliau suka bertanya pertanyaan yang koass gak bakal bisa jawab 😂 tapi ketika menjadi koassnya beliau, ternyata asik-asik aja.. meskipun masih tetap tidak bisa menjawab pertanyaan dari beliau, tapi dibawa ketawa berjamaah aja jadinya, wkwk.. karena motto beliau adalah, "Yaa karena jawabanmu itu adalah pertanyaan berikutnya bagi saya." 😂 bener-bener kalau kita jawabnya apa, ya dipertanyakan lagi jawaban kita itu, wkwkwk..
Kalau dr. Dedy, beliau orangnya cool dan pendiam.. tapi sekalinya ngelucu itu lucunya menggelitik sampai kita gak bisa berhenti ketawa, wkwk.. yang paling teringat dari dr. Dedy ini adalah ringtone panggilan masuknya beliau, itu bikin kagetnya seantero rumah sakit wkwk..
Kalau di IBS, ibu-ibu dan mas-mas perawat anestesinya baik sekaliii.. perawat-perawat bedahnya jugaa, vibesnya jadi suka banget berada di Instalasi Bakul Soto ini, eh salah maksudnya Instalasi Bedah Sentral ekwk.. karena IBS yang bakul soto itu berada di sampingnya IBS yang beneran, pernah lah suatu ketika aku habis begadang malamnya karena nggarap tugas sehingga perutku pagi itu rasanya ga enak banget. Akhirnya pagi itu aku memutuskan untuk sarapan dulu di IBS yang bakul soto wkwk.. sesampainya disana, ketemulah aku sama mas perawat bedah,
"Sarapan dulu, mbak?"
"Iya mas, kembung perutku e abis begadang tadi malam garap tugas.."
"Begadang itu gak ada hubungannya mbak sama perut kembung.."
"Ada mas pokoknya ada."
"Mau tak bilangin po sama dokternya kalau koassnya sakit disuruh pulang aja biar gak tumbang nanti?"
"Heeee jangan mas, rahasia kita aja ya, jangan kasih tau dokternya."
😂😂😂
Kemudian ada lagi cerita ketika ada operasi batu ginjal yang menggunakan alat radiologi ketika operasi yang namanya C-arm. Sehingga kalau mau ikut di OK ini harus pakai outfit tambahan untuk melindungi diri dari paparan radiasi. Outfit nya itu sejenis rompi yang terbuat dari besi gitu apa tembaga ya, beratnya itu sangat berat. Saat itu ku tanyalah sama perawat bedahnya,
"Pak, operasi ini pakai c-arm kah?"
"Iyaa, mbak.. kamu gak usah ikut, eman-eman e.. belum nikah kan kamu?"
"Hoo belum pak."
"Iyaaa, ga usah ikut aja ya."
"Siap, pak."
Tapi sejujurnya aku tu masih penasaran rasanya pakai rompi baja itu gimana sih, seberat apa wkwk.. akhirnya suatu ketika ada operasi ortho, ketika hari itu yang jaga dr. Dedy beliau bilang,
"Yok 1 koass yang mau ikut operasi pakai c-arm masuk, pakai rompinya."
Karena teman-temanku gak ada yg excited, sehingga akulah yang akhirnya masuk karena aku yang excited wkwk.. ternyata memang seberat itu rompinya, pegel banget pundakku rasanya, padahal operasinya cuma kurang lebih 45 menit. Gak kebayang kalau operasi ortho lainnya yang berjam-jam dan butuh c-arm tuh gimana. Soalnya itu berat banget. Pada saat operasinya udah selesai dan udah bisa lepas rompinya itu kayak jadi astronot yang udah lama berada di luar angkasa terus kembali ke bumi. Agak goyang tu lo mau berjalan karena yang tadinya ada beban berat jadi gak ada, jadi goyang pas jalan wkwk..
Kalau rutinitas koass anestesi itu, pas pagi begitu sampai di IBS, kita selalu mesti belajar biar kalau ditanya bisa jawab, padahal ya sama aja sih gak bisa jawabnya wkwk.. sampai-sampai mas perawat waktu itu bilang, "Koass ki pagi-pagi mesti sinau terus." 😅😅😅
Pas minggu terakhir anestesi, bisa-bisanya mas perawat anestesi bilang kayak gini ke aku,
"Mbak namamu Syifa kan?"
"Bukan mas, Syifa itu yang kelompok sebelum saya. Saya Salwa mas." Kek yang udah 3 minggu aku disitu, masnya gak tau nama aku tu lho -_- wkwkwk.
"Ohh salwa, apa itu artinya?"
"Itu mas, manna wa salwa.."
"Oh iyaaa... madu ya artinya?"
"Iyaa bisa madu artinya, mas."
"Bisa dong?"
"Bisa apa, mas?"
"Bisa di madu, wkwk."
"Yaaa ojo toh mas wkwkwk 😂😂😂"
Senang sekalii di stase anestesi ini, maturthankyou dr. Trubus & dr. Dedy atas ilmu, bimbingan dan canda tawanya.. maturthankyou Bu Epong, Bu Ummi, Mas Arwan, Mas Andi, Mas Arif, Mas Vembri atas ilmu, bimbingan dan canda tawanya.. maturthankyou segenap civitias Instalasi Bedah Sentral lainnya! 🥰
*tidak ada foto bersama di stase ini kerna dokternya gamao foto:((
0 notes
Text
Radiologi!
Setelah melewati 4 stase besar secara beruntun yang sangat melelahkan itu, waktunya dek koass untuk menjalani stase kecil. Stase kecil pertama yang sudah terlewati adalah Stase Radiologi; dunia hitam-putih yang ternyata menjadi sangat berwarna karena konsulennya super baik, lucu & asyik! :D
Hari-hari di radiologi itu adalah hari dimana tiada hari tanpa tertawa, dikarenakan selalu saja ada candaan dari dr. Rofi Sp.Rad yang membuat kami ngakak terbahak-bahak, wkwk..
Waktu saat masih di stase interna, seorang kakak tingkat yang sewaktu itu sedang menjalani stase radiologi pernah berkata, "Seru banget di radiologi, asyik, kita jadi paham banget patofisiologi, sejujurnya aku yo baru paham patof pas diajarin dr. Rofi."
Dan benar sekali saudara-saudara, testimoni dari kakak tingkat itu benar-benar terjadi, wkwk.. senang banget di radiologi, diajarin bagaimana supaya nalarnya jalan, karena penyakit itu gak perlu dihafalkan, cukup paham dan ngerti tentang patofisiologinya sehingga semuanya bisa dinalar dan bisa masuk ke otak dengan mudah. Dek koass jadi sering tersadarkan bahwa selama ini cara belajarnya salah :) yaitu dengan cara menghapal, ya kalau dihapal gampang lupanya.. coba dari dulu bisa memahami betul-betul dan paham nya itu benar-benar paham, mesti jadi makin joss ilmunya!
Di stase radiologi ini, tugas dek koass adalah bantuin dokternya persiapan pasien untuk USG. Pada waktu itu, ada pasien dari IGD dengan keluhan dispepsia dan heartburn. Saat di USG terlihat di regio ulu hati si pasien ada tato gambar api yang guede banget. Setelah selesai USG, timbul pertanyaan dari dr. Rofi,
"Itu pasiennya heartburn tau gak karena apa?"
Kita jawablah kemungkinan-kemungkinan yang bisa menyebabkan hal itu secara ilmiah. Kemudian dengan santuy dokternya berkata,
"Bukaan.. itu karena ada apinya di perut bapaknya.."
HAHAHA, mood banget gak sih wkwk.. asli itu ngakak poll parah.. terus dokternya nanya lagi ke aku,
"Kalau besok suamimu ada tatonya, kamu mau gak?"
Sontak langsung ku jawab, "Ya gamaulah dok."
"Kenapa?" tanya dokternya lagi.
'Ya menurut dokter sendiri, kenapa' jawabku dalam hati, wkwkwk..
Ngomong-ngomong soal suami, jadi di stase kecil ini tu ada aku, Afifa dan Fari yang sekelompok. Nah dr. Rofi ini entah kenapa ngide bilang Fari punya dua istri; Afifa sebagai istri tua (mbok tuwek), sedangkan aku sebagai istri mudanya (mbok nom) :) Pada waktu itu yang masuk aku dan Afifa, sedangkan Fari jadwalnya OFF. Ketika itu dr. Rofi sedang jahil-jahilnya, beliau bilang,
"Ayo kita kerjain suami kalian, udah bangun apa belum dia."
Jadilah dr. Rofi ini ngirim rontgen abdomen 3 posisi ke w.a nya Fari..
Asli itu terngekek sih wkwkwk =)) Aku, Afifa dan dr. Rofi gak berhenti-berhenti ketawa karena berhasil ngerjain si Fari wkwk..
Ngomong-ngomong soal suami (lagi), lho kok ngomongin suami terus yak wakakak, pas dr. Rofi lagi ngeusg-in pasien, tetiba aja beliau bilang gini,
"Suamimu besok kayaknya orang Malaysia."
"Aamiin dok." Jawabku.
"Kesukaannya itu dok, setiap hari nonton drama Malaysia kerjaannya si Salwa itu, dok." Kata Afifa. Iya benar, wkwk.. kalau anak-anak sekelompok koassku mesti dah pada tau semua kalau aku tu hobi banget nonton drama Malaysia wkwk. Bahkan pas waktu itu aku isoman pas lg cerita di gmeets habis maju tugas ketika ku bilang aku lagi nonton drama, temenku bilangnya gini coba 'Drama Korea po? Eh engga ding, Malaysia ya? Salwa kan gak suka nonton Korea' wkwkwk =))
Terus dr. Rofi bilang,
"Nah bener kan instingku, nanti kalo kamu jadi nikah sama orang Malaysia, aku dikabarin ya." Kata dr. Rofi, wkwk.. mood banget emang 🤣
Di stase radiologi ini, kejadian yang gak akan pernah terlupakan adalah pada saat itu ada pasien dari bangsal cempaka yang mau di usg marker untuk pungsi ascites. Pasiennya seorang mbah-mbah dengan Ca ovarium stadium 4, mbahnya diantar pake kursi roda, bahkan beliau masih bisa turun dan pindah sendiri ke bed pemeriksaan usgnya itu. Ketika di usg, mbahnya ini selalu ngucap istighfar dan nyebut nama Allah. Di sela-sela dr. Rofi nge-usg, tiba-tiba mbahnya apneu (henti napas). Ini kejadian pertama di ruang usg ada pasien apneu, kata mba-mba radiographer biasanya kalau ada pasien apneu langsung dibawa ke IGD karena ruang radiologi sama IGD sebelahan. Namun sekarang IGDnya sudah pindah ke bangunan baru yang lumayan jauh dari ruang radiologi ini. Karena itu, kami langsung nelfon operator untuk mengaktifkan code blue. Beberapa waktu kemudian alarm code blue aktif,
"Kode blue, kode blue, pasien dewasa, Radiologi, Zona 1"
Biasanya aku hanya mendengar alarm ini saja, belum pernah berada di tempat kejadian. Setiap alarm code blue ini ada, aku selalu yang kayak 'maknyes' rasanya. Apalagi ini benar-benar menyaksikannya secara langsung. Meskipun ini bukan kali pertama melihat pasien apneu, tapi tetap saja rasanya sama seperti saat untuk pertama kalinya berada dalam satu ruangan dengan malaikat izroil itu :')
Pada saat alarm code blue aktif sebenernya nadi mbahnya sudah sulit diraba, dan ketika aku melihat matanya dengan senter, pupilnya sudah midriasis (melebar).
Beberapa waktu setelah itu, tim emergency dari IGD datang membawa AED dan perlengkapan lainnya. AED terpasang dan irama jantungnya non-shockable sehingga seharusnya dilakukan CPR. Namun dikarenakan saat ini masih dalam situasi pandemi dan sesuai protapnya untuk melakukan tindakan CPR harus dengan APD lengkap. Yang bisa dilakukan hanyalan memasukkan epinefrin secara intra vena. Namun, qadarullah.. ketika AED mendeteksi irama jantung mbahnya lagi, iramanya sudah asistol/flat/lurus.
Akhirnya mbahnya tidak tertolong :') tapi insyaAllah mbahnya husnul khatimah, di sakaratul mautnya bibir beliau tidak lepas melafadzkan nama Allah, masyaAllah :") semoga nanti ketika kita menghadapi sakaratul maut, juga bisa seperti itu ya, aamiin ya Allah :")
Setelah 3 minggu menjalani stase radiologi rasanya senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena seseru itu ternyata stasenya, dan sedih karena sudah selesai dan harus berpisah dengan dr. Rofi :') maturthankyou nggih dok atas ilmu, canda dan tawanya untuk 3 minggu ini!
0 notes
Text
Ternyata senin ini sudah masuk pekan ketiga diriku menjalani siklus besar terakhir, yaitu; Stase Obsgyn. Stase ini membuat kelompok koass ku yang tadinya selalu berkumpul di kamko (kamar koass), selalu makan di kantin bersama, atau sekedar jajan di koperasi depan, menjadi tidak dapat melakukan hal tersebut lagi. Alasannya:
a. Kami tidak punya kamko lagi dikarenakan bangsal alamanda 2 dimana tempat kamko obsgyn dulunya berada, dihancurkan untuk kemudian di bangun bangunan baru.
b. Adanya pembagian shift jaga yang memisahkan kami bersembilan.
Sehingga, tak heran.. kata "kangen" menjadi kata yang sering muncul di grup kami.
Di stase ini, salah satu konsulennya adalah konsulen terbaik yang pernah ada. Bagaimana tidak? Ketika kita melakukan sesuatu hal yang kecil, mengikat tali gown operasi misalnya, atau sekedar menyampaikan pesan dari bu bidan, beliau selalu berterima kasih kepada kita.
Dan mengejutkannya lagi, hal ini baru saja terjadi hari ini. Dimana, hari ini adalah jadwalku untuk ikut operasi di IBS, yang mana hari ini dijadwalkan ada 2 operasi. Operasi pertama adalah SC atas indikasi Kala II Tak Maju dengan syarat Vakum Ekstraksi tidak terpenuhi. Karena diriku sudah pernah asistensi untuk SC, maka yang assist untuk SC adalah temanku. Ketika sudah selesai SCnya, beliau berkata kepadaku,
"Dek, kalau ada kursi tu duduk ajaa gapapa."
Aku sontak terkejut, bagaimana tidak? Di stase sebelumnya; stase bedah, kami sudah dididik untuk tidak boleh duduk apapun yang terjadi, karena konsulen kami saja saat mengoperasi tidak duduk. Oh ya, juga ternyata, dibanding stase bedah, kesempatan untuk assist itu lebih banyak di stase obsgyn. Pekan ketiga saja aku sudah 5x asistensi, padahal saat stase bedah aku hanya dapat kesempatan 3x untuk asistensi.
Operasi kedua adalah MOW/sterilisasi atas indikasi cukup anak. Aku pun meminta izin untuk menjadi assistent tindakan tersebut ke beliau.
"Dokter, saya izin ikut assist nggih dok."
"Gak usah izin dek.. ya harus ikut." Kata beliau.
Kemudian aku segera cuci tangan. Belum selesai aku cuci tangan, beliau pun datang dan juga cuci tangan disebelahku. Benar-benar disebelahku. Kemudian, ketika aku sudah selesai,
"Dokter, duluan nggih dok."
"Iya dek.. hati-hati.."
Siapa lagi konsulen bilang hati-hati ke koass, kalau bukan beliau.. terluuuv lah pokoknya beliau!!!
0 notes
Text
Jaga IGD pertama kalinya...
Alhamdulillah 'alaa kulli haal, akhirnya dek koass batch pandemi sudah diizinkan terjun menapaki ruangan ER (Emergency Room) a.k.a IGD meski dibatasi waktu hanya boleh 4 jam saja..
Sewaktu itu, pertama kalinya jaga IGD, beberapa minggu yang lalu. Pokoknya kita yang selalu ngintilin mba mas perawat biar diajarin melakukan tindakan ini itu. Ketika itu, diriku sedang memotek ampul bersama mas perawat IGD. Masnya bertanya,
"Namanya siapa?"
Ku jawablah, "Salwa, mas."
Kemudian masnya beranjak pergi, dan beberapa detik kemudian kembali sambil melirik bordiran nama di gown ku.
"Salwa tu namamu toh, maksudku tadi nama pasiennya."
Ya Allah Ya Rabbi, seketika rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini wkwk, karena isin banget e wkwkwk..
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini adalah... "Kalau ada yang bertanya namanya siapa. Plis lah Sal, tolonglah.. pastikan lagi lah orang itu nanyanya tu siapa. Pasien kah, apa kamunya, Sal. Kan malu kan, untung pake masker."
Iya benar, untung pake masker, wkwkwkwk..
0 notes
Text
First week of "The Interna's Longcase" ; WE ARE A FIGHTERS! :,)
Cuma bisa bilang, aku sayang banget sama kalian semua dan bersyukur banget bisa sekelompok sama kalian semua! 🥰🥰🥰
Malam ini kita bahagia dulu ya, ges! Semoga minggu depan bisa kita lalui dengan baik, aamiin.
Bismillah, semangat berjuang!
0 notes
Text
I got vaccinated!
3 Februari 2021
"Sal, jangan takut ya, nanti tekanan darahmu tinggi." Kata Fida, ketika aku pamit dan minta do'a kerna mau divaksin. Dari bersembilan kami sekelompok, ndilalahnya akulah yang dapat jadwal pertama untuk disuntik vaksin sinovac.
"Hm, ya, aku takut tapi, wkwk."
Mendengar nasihat dari Fida, aku inisiatif untuk melangkahkan kaki ke poli paru guna mengukur tekanan darahku. Memang sedikit tidak normal; 123/88, yang kalau dikategorikan berdasarkan JNC 7 sudah masuk ke Pre-Hipertensi. Mungkin karena memang sedang cemas, karena ya memang pas donor darah pun, diriku juga berkali-kali di tensi baru lolos bisa donor sampai-sampai ibu PMI tu dah hapal, 'mba istirahat dulu ya baru ditensi' wkwk..
Setelah dari poli paru, tak lama kemudian giliran aku yang di skrining sebelum disuntik vaksinnya. Ya betul, jadi tinggi pol tensinya; 130(sekian)/90(sekian) dengan denyut jantung; 120(sekian). Iya, benar-benar berdebar sekali waktu itu, takikardi sekali! Rasanya kayak mau nerima rapor deg-degannya wkwk. Terus aku ceritakan ke petugas skriningnya kalau aku donor darah juga biasa berkali-kali tensinya, dan bu dokter dan perawatnya pada ketawa coba wkwk.. padahal asley secemas itu mau di vaksin wkwkwk
Terus diulang sekali lagi; 123/91. Sistolnya lolos namun diastolnya gak lolos. Akhirnya aku disuruh untuk istirahat 15 menit.
Setelah 15 menit istirahat, diulang lagi ngukur tensinya, masih juga diastolnya yang 90an, wkwkwk.. terus aku bilang,
"Bentar dok, bentar dok.." sambil tarik nafas yang panjang dan buang perlahan.
"Hmm, bismillah dok, monggo lagi dok.."
Di tensi lagi dong dan.... jeng jeng.. akhirnya 120/87, lolos untuk disuntikkan vaksin.
Yang tadinya jantungku sudah bisa diajak kompromi, ketika masuk ke ruang suntik vaksinnya menjadi berdetak lebih kencang lagi, sejenak aku berpikir, 'apakah ini yang namanya cinta?' Wkwkkw gak deng.
"Buk, saya takud, ibu udah divaksin belum?" ujarku ke ibu perawat yang bakal menyuntikkan vaksin itu.
"Gak papa mba, belum, saya masih tgl 10 mba jadwalnya. Bismillah disuntik ya, mba."
"Iya bu, bismillah."
Kemudian, akhirnya, vaksin dengan botol oren itu pun sudah masuk ke dalam tubuhku. Setelah itu observasi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) selama 30 menit. Alhamdulillah tidak ada gejala apa-apa.
Kemudian aku kembali ke bangsal bakung, sesampainya disana, aku penasaran, aku minta diukur tensinya sama Galuh. Ternyata normal ges, 120/72 dengan denyut jantung 73 kali. Tidak lama setelah itu, dr. Bagus Sp.JP datang visite bersamaan dengan dr. Agus Fitri Sp.PD-KHOM. Beliau berdua berbincang masalah vaksin dan white coat hypertension, bagaimana seharusnya tim vaksin itu bisa memikirkan alur yg baik untuk vaksin bagi mereka-mereka yang memiliki white coat hypertension (seperti diriku wkwk). Akhirnya aku menyampaikan bahwa tadi barusan di vaksin dan tekanan darahnya diulang berkali-kali akibat diastolnya tidak lolos seleksi, wkwk..
"Nah iya dek, jadi, memang pada sebagian orang yang cemasan, apalagi dia suka makan indomie, bisa jadi cenderung white coat hypertension, masih sering makan indomie kamu dek?" Kata dr. Bagus Sp.JP menyindirku, wkwk..
"Mboten dok, sudah jarang makan indomie kok, dok.. hehe.." jawabku.
Kok masih inget aja dokternya wkwk, pas minggu jantung soalnya pernah ada pembahasan ttg faktor risiko hipertensi yang salah satunya adalah konsumsi natrium yang banyak dimana indomie termasuk salah satunya. Padahal sebenernya sih pas waktu itu, aku bilangnya, aku cuma nyetok indomie buat jaga-jaga kalau tiba-tiba lapar. Bukan yang sering makan indomie, ekwkwk..
Saat ini, diriku masih menunggu jadwal vaksin yang kedua, semoga ini dapat menjadi salah satu bentuk ikhtiar dalam menghadapi pandemi ini, semoga pandeminya segera berakhir 🥺 aamiin yaa Allaah...
0 notes
Text
A clue.
30 Januari 2021
"And if there's no silver lining, don't make one up. Your job isn't to make the bad news sounds better."
06.45 AM
Hari ini aku rasakan sama saja seperti hari sebelum-sebelumnya. Tidak ada pertanda apa-apa. Setibanya di RS, ku langkahkan kakiku hingga tak terasa diriku sudah berada di Bangsal Cempaka, bangsal tempat aku jaga selama seminggu ini. Segera saja aku percepat gerakanku untuk menulis lembar follow up Coass, karena memang hari ini kedatanganku ke RS tidak segasik hari-hari sebelumnya, dikarenakan paginya harus mengurus hal lain yang tak kalah urgent nya; memperpanjang SIM.
07.35 AM
Di sela-sela menulis hasil lab terbaru dan lain sebagainya, tiba-tiba mba perawat meminta tolong untuk menghitung Balance Cairan pasien kamar 10, sebut saja Bpk H. Bpk H masuk dengan dx Syok Sepsis Suspek Leptospirosis. Dikarenakan input yang masuk (selain infus) masih di kertas Balance Cairan yang masih di kamar pasien, aku diminta tolong untuk mengambilnya sekaligus menghitung BCnya.
Ketika aku masuk kamarnya, kondisi Bpk H ternyata memburuk, tidak seperti sehari sebelumnya yang masih bisa diajak berkomunikasi, duduk, dan lain sebagainya. Nafasnya tersengal-sengal, tampak sesak sekali. Setelah aku menghitung BCnya, aku laporkan kondisi pasien terkini ke mba perawat yang kemudian aku diminta tolong lg untuk cek tanda vital sekaligus saturasi oksigennya. Jelek, tekanan darah 90/60, saturasi hanya 83% padahal terpasang O2 NRM 10 Liter/menit.
07.41 AM
Singkat cerita, aku konsul ke DPJP Bpk. H melalui w.a dan jawaban beliau, dr. Agus Yuha Sp.PD adalah, advice nya...
Dikarenakan RS banyak yang membutuhkan dr. Yuni Sp.P dan berdasarkan pengalaman sebelumnya dikarenakan banyak yang chat dr. Yuni, menyebabkan sering sekali pesan w.a menjadi tidak terbalas. Maka, aku menyerahkan konsul dengan dr. Yuni ini kepada mba perawat agar sekalian bisa ditelfon untuk konsulnya.
08.47 AM
Dapat kabar dari TS yang jaga di Bangsal Geriatri bahwa dr. Agus Yuha ada pasien baru dari IGD. Aku segera mengabarkan dr. Agus,
08.50 AM
Kembali ke Cempaka, kondisi Bpk H kian memburuk. Tekanan darah turun menjadi 60/40 dengan saturasi yang masih jelek juga. Akhirnya, aku serahkan konsul kepada mba perawat agar bisa cepat melalui telepon. Advice dari dr. Agus adalah, masuk dopamin.
Kemudian, Ibu Karu (ketua ruangan) Cempaka meminta aku untuk menyampaikan ke keluarga pasien bahwa memang kondisi Bpk H sudah jelek. Segeralah aku menuju ke kamar 10 itu, sembari melangkahkan kaki dengan mulut komat-kamit dibalik masker guna berlatih mengucapkan kalimat-kalimat breaking bad news itu. Perlu diketahui bahwa ini adalah kali pertamaku mengabari berita buruk ke keluarga pasien.
"Mba, ngapunten nggih, pagi ini memang kondisi bapak memburuk. Tekanan darahnya sangat rendah sekali, kemudian saturasi oksigennya pun juga sama, rendah sekali. Kami sudah konsultasikan ke dr. Agus Yuha, niki nanti akan diberikan obat untuk meningkatkan tekanan darahnya. Kami dari tim medis hanya bisa berusaha semampu kami dan semaksimal mungkin. Sakniki, dari keluarga berdoa yang terbaik nggih untuk bapak, tetap dampingi bapak, bacakan ayat-ayat Alquran dan syahadat. Dibimbing bapak nggih mba."
"Baik dokter. Maturnuwun." Kata si Mba, anak Bpk H. Aku dapat melihat, matanya sudah berkaca-kaca tanda menahan tangis, sudut matanya sudah hampir penuh dengan air mata.
08.55 AM
Qadarullah, ternyata persedian dopamin di bangsal sedang habis. Segera aku dan Koass Galuh menuju apotek ranap untuk mengambil dopamin. Setelah berhasil mendapatkan dopamin, langsung saja aku membantu mba perawat mengoplosnya. Yang kemudian setelahnya langsung dipasang di Syring Pump setelah sebelumnya sudah di pasang akses IV 2 jalur.
09.15 AM
Dopamin sudah terpasang dan sampun masuk ke dalam pembuluh darah pasien. Yang kemudian, beberapa menit setelahnya aku disuruh untuk mengevaluasi tekanan darah pasien. Masih sama, tetap 60/40. Kemudian, dosis dopaminnya dinaikkan.
09.35 AM
Kemudian aku dan koass Galuh juga disuruh mengukur saturasi oksigen pasien. Saat menunggu oxymetri membaca saturasi, tiba-tiba pasien Apnea.
09.45 AM
dr. Agus Yuha sampai di bangsal Cempaka untuk visite. Beliau langsung bergegas ke kamar 10,
"Bpk H apneu dok, ekg asistol, nadi tidak teraba, pupil midriasis." Laporku.
Beliau dr. Agus mengangguk dan segera masuk ke kamar 10.
09.48 AM
Pasien dinyatakan meninggal dunia oleh dr. Agus Yuha.
"Niki, bapak sampun mboten wonten, buk."
Akhirnya, suara tangis pun pecah, menggelegar di setiap sudut di kamar 10 itu.
Aku masih menahan-nahan diri agar tidak menangis. Belajar dari pengalaman kejadian pertama kali waktu itu, pasien yang aku follow up meninggal dunia; Ibu M. Sebenarnya, hari kamis yang lalu pun, aku juga menyaksikan proses sakaratul maut; ibu D, di kamar 9. Jadi, pekan ini, pasien yang aku follow up, ada 2 yang berpulang, dan aku menyaksikannya, benar-benar melihat prosesnya sedari awal, benar-benar seruangan dengan Malaikat Izroil :")
10.30 AM
Setelah terucap seuntai kalimat yang keluar dari Koass Galuh, akhirnya tangisku pun pecah juga. Yang sudah ku tahan-tahan sejak hari kamis yang lalu, ternyata tak tertahankan lagi hari ini. Aliran bening itu mulai mengalir membasahi pipi dan juga maskerku.
11.50 AM
Masih ingat pasien baru dr. Agus Yuha yang di bangsal Geriatri yang aku sebut tadi? Qadarullah, tadi pasien tersebut pun meninggal dunia. Seharusnya hari ini aku sudah janjian dengan dr. Agus Yuha untuk menyetorkan PR Presentasi Kasus, namun aku mengurungkan niatku untuk menemui beliau dikarenakan takut beliau sedang not in a good mood :")
0 notes
Text
"Master Plannya RSUD Bantul Mantap"
Status w.a dari seorang mbak yang sekarang sedang memperjuangkan thesis MARS-nya (yang bahkan beliau menunda internship terlebih dahulu demi merampungkan thesis), yang selalu aku tanya-tanyain pas awal koass dan sering aku minta saran dari pengalaman beliau mengenai keresahanku untuk menghadapi tahun kedua ketika stase mayor sudah kelar semua yang mana insyaAllah aku akan menjalani dua bidang keilmuan yang agak berbeda walau masih sejalan juga :")
Aku balas, "Wah mba, lagi di Bantul?"
Mba Kasun menjawab, "Iyaa abis swab di PKU Bantul, sekalian lewat, kangen.. Abis aku tinggal malah jd bagus RSPSnya 😅"
"Ehehe iya mba, tapi belum pindah mba IGDnya. Tapi sedihnya ini kita blm di acc masuk IGD mba :( dr. Warih bilangnya ga usah aja :("
"Emmm gmn ya, ga masuk IGD ga dapet ilmu tambahan, masuk IGD pasiennya covid semua, kasian kalian juga..Ya udh belajar dr yutub aja sal.."
"Wkwkkw, siapp mbaaa.. memang koass angkatan covid serba onlen :") nnti pas keluar kita mau jadi Spesialis Alo Dokter aja mba keknya :") wkwk"
0 notes
Text
Seminggu di bangsal Geriatri
Seminggu di Bangsal Geriatri
Geriatri, berasal dari kata geron, yang berarti orang tua, dan iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit. Sehingga, tentunya yang dirawat di bangsal geriatri ini adalah mbah-mbah yang sudah sepuh.
Banyak cerita dan juga pelajaran hidup yang aku dapatkan ketika seminggu jaga di bangsal ini seorang diri.
Ketika aku follow-up salah satu mbah yang dirawat disana, hari demi hari aku tidak mendapatkan adanya seseorang yang menemani beliau di ruang rawatan. Namun, aku pun tidak berani bertanya, mengapa beliau tidak ada yang menemani. Takut beliau sedih, atau kenapa-kenapa.
Ketika aku memeriksa beliau, hampir setiap pagi, beliau mesti selalu mengajak diriku berbicara panjang kali lebar. Bahkan, ketika aku sedang auskultasi jantung dan paru, beliau masih juga mengajak ngobrol yang padahal membuat ku tidak bisa mendengar suara jantung dan parunya akibat telinga dek koass kan rada gimana gitu yaa, gak sama kayak konsulen yang setelah ku perhatikan ketika auskultasi itu sambil ngobrol sama pasiennya juga bisa dan cuma bentar doang dah tau itu ada bising jantung apa engga, ada suara tambahan paru apa engga *harus banyak belajar lg nih! :')
Beliau sepertinya merasa kesepian sekali, pikirku. Aku mencoba untuk berbaik sangka, barangkali memang anak-anak beliau sedang ada keperluan yang sangat mendesak, sehingga tidak dapat menemani ayahnya di rumah sakit. Namun, pelajaran yang sama-sama dapat kita petik dari kasusnya mbah ini adalah.... sesibuk apapun kita, sempatkanlah waktu untuk menemani orang tua kita :') apalagi ketika beliau sedang sakit :') karena, berbakti kepada orang tua berarti membahagiakan keduanya :')
Namun, tidak sedikit juga sih yang aku mendapati mbahnya ditemani dengan anak atau cucunya. Ada yang sabaaar sekali dalam merawat mbahnya. Ada juga yang biar mbahnya gak ikutan stress jadinya dibikin suasana yang ceria. Jadi memang sebenarnya mbah yang satu ini nih, lucuuu banget. Kan katanya orang-orang kalau sudah memasuki usia lanjut gini perilakunya jadi kayak anak kecil lagi, yaa. Nah mbah ini tuh begitu, lucu, ngegemesin, wkwk.. Jadi kalau pas dokternya visit, saat beliau menjawab pertanyaan dokter, mesti dibuat ketawa sama anak-anaknya.
Kemudian sempat kemarin, saat aku mau meriksa saturasi oksigen mbahnya, jadi mbah ini pneumonia, tapi insyaAllah bukan pneumonia covid :")
"Mbah, niki diperiksa dulu nggih oksigennya.."
Kedua anaknya yang sedang menunggu beliau malah main tebak-tebakan berapa saturasinya, wkwk..
"Aku 93 ya, kamu berapa?"
"Aku 92."
"Saturasi oksigennya 92% nggih mbah." kataku.
"YESS!" sahut anak beliau yang benar menerka 92%, wkwk.
Jadi kalau kata dr. Yuni Sp.P, saturasi oksigen itu normalnya memang diatas 95%, namun seiring dengan bertambahnya usia, akan menurun seperti itu. Jadi, kalau pada lansia, saturasi yang diatas 90% itu aja sudah baik.
Senang sekali memang rasanya jaga di Bangsal Geriatri ini, terluuuv 🥰 perawatnya baik semuaa, suasananya nyaman, apalagi kalau hujan, gak tau kenapa tapi rasanya makin nyaman berada di bangsal ini ketika hujan, hehhe...
Hari sabtu kemarin, hari jaga terakhir ku di minggu kemarin (karena hari Ahad libur hihi), ibu perawat yang katanya namanya Blezenski itu bilang,
"Mba Beby, minggu depan pindah kah jaganya?"
"Engga Bu Blezenski, insyaAllah Beby tetap disini, nanti ditemani 2 orang lagi, namanya Fahri dan Aisyah."
wkwkwkkwk 😅😅🤣
0 notes
Text
Antara Mo, Mba, dan Kurir Paketan
MO
"Mba Koass, tolong kasih tau dokternya, ini Minta Obat ya.."
"Nggih, mba."
*beberapa saat kemudian*
"Mba Koass, ini MO ya."
"Nggih, mba."
"Dokter, niki MO nggih, dokter. MO itu apa ya, dok?"
"Minta Obat."
Bener-bener loadingku lama eh mencerna MO tu singkatan dari Minta Obat, wkwk.. Untung RM teratas itu yang mba perawat bilang MO, bukan yang jelas Minta Obat. Kan isin aku nek bilang, niki minta obat niki MO terus nanya MO tu apa -_-
Mba
"Mbaa... asdfgdjsjahsiejsbdkflfjssghdhdh"
"Pripun dokter?"
"Bukan kamu, kamu itu 'dek' bukan 'mba'"
Asli ini seantero poli ngakak, mulai dari dokternya, mba perawat, sama Koass Fida partner minggu Paru-Jantungku pun juga ngakak, kenapa ya kok aku isinisinin mulu 🤣😅
Kurir Paketan
"Dokter ini ada paket."
"Oh iya, buat dr. Bambang itu. Hmm, dek, saya boleh minta tolong?"
"Nggih dokter."
"Tolong antarkan paket ini dong ke dr. Bambang."
"dr. Bambang Sp.OG nggih dok?"
"Iyaa.."
"Baik dok.."
Ruangan pertama yang dituju adalah Poli Obsgyn, yang ternyata sudah selesai Polinya dan beliau sudah keluar dari poli. Kemudian disuruh ke Bangsal Alamanda sama mba perawat poli. Di Alamanda, ada Bunga kita tersayang, perawat anaknya.. sebenernya namanya beliau Ngatini, kita panggil Bu Nga 🥰
"Bunga, ini ada paketan dr. Bambang, dari dr. Bagus. dr. Bambang udah visite belum yaaa?"
"Belum, coba tanya sama bu bidan."
"Wokee Bunga.."
Bertanyalah kita sama bu bidan kan, katanya yang jadwalnya visit bangsal hari ini dr. Tritia bukan dr. Bambang. Kemudian aku inisiatif menghubungi koass obsgyn, kata koass obsgyn, dr. Bambang sudah pulang kira-kira 15 menit yang lalu. Bu bidan menawarkan apa mau di telfon aja dr. Bambang nya, siapa tau masih di sekitaran RS, boleh kataku. Kemudian ternyata oh ternyata....
"dr. Bambang lgi tindakan MOW di IBS yo mba.."
Langsung disorakin aku seantero Alamanda gegara bilang dr. Bambangnya dah pulang wkwkwk..
Akhirnya aku ke IBS dan akhirnya bisa bertemu dgn beliau dr. Bambang dan langsung memberikan paketannya ke tangan beliau.
Ketika misi pengantaran paket tersebut sudah selesai, balik ke Poli Jantung..
"Sampun, dokter.."
"Maturnuwun yaa.."
"Nggih dokter sami-sami."
"Tau kamu isi paketnya apa, dek?"
"Mboten, dokter."
"Headcap itu.. dr. Bambang pengen headcap yang kayak saya.. yang ada tulisannya itu lho"
'Oh iya dok, saya pun juga pengen dok. Wkwk' kataku dalam hati.
0 notes
Text
January 2, 2021
9.15 am
Hari ini jaga di bakung sendiri lagi, jumlah total pasien ada 13, tetiba dr. Warih sudah datang, padahal ada 1 pasien baru masuk kemarin, pasien dr. Agus yang belum di follow up. Akhirnya diriku menemani dr. Warih dulu untuk visit pasien beliau di bakung. Biasanya yang jaga di bakung minimal berdua, gantian tugas untuk nyemprotin handrub, saat ini semuanya dilakukan sendiri. Present gimana kondisi pasien hari ini sendiri, nyemprotin handrub juga sendiri.
Awalnya sebenernya sudah merasa, kok aneh ini handrub, ketika disemprotin kok susah, kok berbusa. Hingga saat pasien kamar ganjil sudah di visit semua, tetiba dr. Warih bilang,
"Mba kayaknya yang kamu semprot itu hand soap deh bukan handrub."
Allahu akbar, ternyata ada yang salah letakin, malah ngeletakin hand soap di tempat biasanya ambil handrub 😅
"Dok, mohon maaf dok, habisnya warnanya sama sama biru e" kata Bu Yuk, kepala ruangan bakung ketika dimintai penjelasannya oleh dr. Warih.
9.45 am
Ketika dr. Warih masih menulis lembar CPPT dan meresepkan obat, tetiba aku mendapati kehadiran dr. Waisul di bakung. Ini belum sepaneng, kerna alhamdulillah pasien dr. Waisul hanya 2 dan sudah di follow up semua. Namun, untuk tetap berjaga-jaga, aku tetap mengabari di grup koas, minta bala bantuan, "Ges HELP, niki bakung double".
Tak lama setelah itu, Koass Fida hadir di bakung, langsung saja aku minta tolong untuk memfollow up pasien dr. Agus yang baru masuk kemarin.
9.50 am
dr. Waisul belum visit pasien, masih berbincang di nurse station bersama dr. Warih, tetiba dr. Agus datang. Ini baru pusing dan spaneng. Bakung emang sering triple gitu sih saat visite sebenernya, tapi ini posisinya yang jaga bakung itu cuma sendiri🥴 klo minimal berdua mah gapapa, bisa membelah diri kan.. :") tapi alhamdulillahnya ada Koass Fida yg sudah membantu follow up pasien dr. Agus yang baru itu.
Sementara dr. Agus sedang berbincang dengan dr. Warih, ditemenin Koass Fida dibelakangnya, aku menemani dr. Waisul visit. Setelah selesai, saat dr. Waisul menulis CPPT dan meresepkan obat, tetiba dr. Waisul berkata,
"Mbak, hape hape.." sambil tangan beliau isyarat untuk minta.
"Hape saya nggih, dok? Niki dok.."
"Foto.. foto.."
"Kamera nggih dok?"
*cekrek* "Kirim saya ya nanti.."
"Nggih baik, dok."
Ternyata beliau memfoto dr. Agus dan dr. Warih yang sedang berbincang, sebenarnya di balik masker diriku sudah susah menahan ketawa wkwk, ada-ada saja konsulenku ini 😅😅😅
11.45 am
Sebuah Plot Twist
Ketika Ishoma, di kamko, diriku curhat,
"Ges masak aku tadi nyemprotin handrub ke dr. Warih tu ternyata sabun, jal 😭😭😭"
"Owalaaah jadi dibakung kah ituuu? Tadi pas dr. Warih visit di Nusin bilang, 'tadi aku disemprotin sabun, kok yo abis hand hygiene lengket-lengket tanganku, ternyata sabun', ngakak ee." Kata Chief kita yang saat itu jaga di Nusin, sendiri juga wkwk.. katanya pasiennya ada 10.
"Walaaaaah wkwk, malu aku gaiiis! Padahal aku tuh dah rada aneh kok keluarnya susah, kok berbusa, tapi ga kepikiran itu tu sabun, gak secepat itu juga otakku mikir itu tu sabun 😭😭😭." sambungku.
Dan kamko dipenuhi dengan tawa siang itu, sementara aku masih memikirkan kebodohanku sendiri kenapa kok ga nyadar itu sabun.. 😅
0 notes
Text
Bertemu dek AA, pasien pertamaku ❤
31 Desember 2020
Siang tadi, diriku sedang mengantri di depan ATM. Saat menoleh ke belakang, ada bapak-bapak yangg juga sedang mengantri, "Loh bapak ini, kok kayak pernah lihat?" batinku.
Pikirku, mesti pernah lihatnya di Bangsal Anggrek, Bangsal Anak di RSUD. Ketika giliranku yg masuk ke dalam ATMnya, aku sambil masih mengingat-ingat persisnya dimana pernah ketemu bapak ini.
Ah, ya! Kan bapak ini adalah ayahnya pasien pertamaku! Benar-benar pasien pertamaku, di stase pertama, di follow up juga yang pertama kali, inisialnya Dek AA. Datang dengan Diare & Vomitus Profuse, disertai Dehidrasi Ringan-Sedang.
Ketika urusanku sudah selesai di ATM, aku keluar. Kemudian mendapati istri si bapak yang sedang menggendong Dek AA, pasien pertamaku. Aku beranikan diriku untuk bertanya,
"Bu, ini adeknya pernah di rawat di RSUD Bantul, ya, beberapa bulan yang lalu?"
"Iya, mba.. kok tau?"
"Waktu itu saya yang periksa di Bangsal Anggrek, bu.."
"Oh iyaaa, mba? Kok masih ingat mba?" kata si Ibu sembari tertawa takjub.
"Hehe iyaaa bu, soalnya adek pasien pertama sayaa.. jadi masih ingat, namanya Ar*** kan, bu?"
Padahal dalam hati, 'Iya bu, masih ingat, selain kerna pasien pertama, juga karena ketika saya periksa, adeknya nangis terus, saya kira saya yang salah 😅 tapi kan memang dehidrasi ringan-sedang, wkwkkw'
"Iyaaaa mbaaa betul.."
"Gimanaa dek, dah sembuh kan?"
Si adek hanya bisa bengong, tidak mengerti hehe.. maklum, adeknya kalau tidak salah usianya baru 3 tahun.. :D
0 notes
Text
KULO MBOTEN SAGET BOSO JOWO! :,)
"Kulo dokter muda Salwa, asistenipun dr. Yuni Sp.P, asmanipun panjenengan sinten mbah? Sakdereng dr. Yuni rawuh, Kulo badhe merikso kondisinipun mbah enjing niki nggih.. enjing meniko wonten keluhan mboten? Wau ndalu saget sare mboten mbah?"
Ketika dijawab, diriku diam seribu bahasa :)
"Serius mbah, kulo mboten saget boso jowo kromo 😭😭😭"
Sejujurnya sempat iri dengan Chief RS dimana beliau adalah orang jekardah yg kmrn Koas Sp.B (Sudah Pernah Bedah), pada kelas inspirasi & motivasi yang rutin tiap bulan sekali, beliau mengatakan bahwa tresno nopo opo gitu, intinyaaa beliau sudah jatuh cinta dgn bahasa jawa halus dan saat itu, sudah fluent sekali jawa halusnya :) sedangkan aku kmrn adalah Koas Sp.A (Sudah Pernah Anak), dimana isinya banyak mahmud nan gawl yg pake b.indo aja gitu tu.. tapi iya sih ternyata, bahasa jawa halus itu, lovable :D
0 notes
Text
Selamat jalan, ibu M ❤
Dec 21, 2020
Sejujurnya, today was a hard day.. mendengar berbagai kabar yang sama sekali tidak diriku harapkan..
Hal pertama yg dilakukan sampai RS hari ini adalah menanyakan apakah Bu M masih ada sama yg jaga Bangsal Bakung. Bu M adalah pasien yang aku follow up selama seminggu full dari senin sampai sabtu, beliau masuk dgn Dx Anemia Gravis. Hari pertama aku follup, beliau sangat amat terlihat lemah, bagaimana tidak Hb nya hanya 5, dan rencana masuk 4 Kolf PRC. Hari kedua ketiga dst membaik, bahkan aku sudah mulai bonding dgn beliau. Kalau pagi-pagi pas TTV suami beliau pas lagi keluar, aku yg nyuapin beliau minum air putih.
Kemudian, aku mendapati jawaban bahwa di Bakunh udh ga ada lagi pasien yg namanya Bu M. Aku masih positive thinking. Meskipun ada terpikir bahwa, hari Ahad tu ga ada yg visit, ga bakal ada yg BLPL*-in.
Saat mau follup pasien dr. Yuni di Bakung, aku sempatkan untuk melihat ke kamar Bu M, kosong, masih belum dapat jawaban.
Akhirnya dapat jawaban ketika menemani dr. Yuni visit di Bakung, TS Bakung yg bisiki, ternyata sebelumnya TS Bakung sudah memberitahu lewat chat w.a.
Kemudian, dinasihatin oleh seorang saudari,
"Salwa, kita tu empati boleh, simpati jangan. Kasihan kamu nek tiap pasienmu berpulang kamu kayak gini terus."
Selamat jalan Bu M, semoga Husnul Khatimah..
*Boleh Pulang
0 notes
Text
Wawa sayang ummi ❤
Kemarin, 12 November 2020.. adalah hari yg sangat memorable, disebabkan alhamdulillah diriku diberikan kesempatan untuk melihat proses vaginal birthing dan intraabdominal birthing (SC) di hari yang bersamaan :")
Di kedua proses persalinan itu, diriku sama-sama mengeluarkan air mata ketika dek bayinya sudah keluar, seketika langsung teringat dosa-dosa sama ummi :") saat sampai di kos langsung telfon ummi, minta maaf :")
Jadi, ibu yang melahirkan pervaginam itu VABC, Vaginal Birth After Cesarian.. riwayat SC 7 tahun yg lalu ges, barangkali kehamilan ini beliau tidak mempersiapkan untuk persalinan normal, sehingga membuat beliau agak susah ngedennya dan susah pengaturan nafasnya.. lamaaa sekaliii bayinya keluar.. ada kali 10x lebih kontraksi dan kepala bayinya tetap tidak keluar. Sampai-sampai, yang memimpin persalinan saat itu, dokter residen mengatakan,
"Bu, tugas ibu cuma melahirkan kepala saja kok bu, badan dan selebihnya tugas saya, bu. Ayo bu semangat, yang mimpin persalinan jadi pengen ngeden juga ini" :")
Nah diriku sebagai Koas Anak yang sudah excited sekali kerna ini pertama kali di VK, sudah siap-siap pasang posisi kain di dada sedari kala II dimulai, di tengah perjalanan, dokter residennya sampai bilang,
"Mbok duduk dulu dek, kok kayak mau mbawa bendera gitu lo kamu, duduk dulu aja."
Wkwkwkwkkw...
0 notes
Text
Hola tumblr! Sejujurnya saya sempat lupa punya akun di sini wkwk. Jadi selama ini, saya menumpahkan keluh kesah di FB. Tapi saat ini, saya ingin re-post semua yang sudah saya post di FB ya! Mon maap jika menyampah, hihi :3
0 notes