sadlystic

[sadlystic]

sudah kulempar jauh jauh namun ia kembali.

yang bernama rasa memang serumit ini.

aku tersakiti berkali-kali namun kumaklumi lagi.

meskipun tidak baik namun aku menikmati.

—lagi lagi jatuh lagi.

[sadlystic]

Berpulang

aku ingin pulang

sudah cukup rasanya

hidup kesepian

mengoleksi luka

aku ingin pulang

ke tempat yang seharusnya

di mana tidak ada lagi keluhan

betapa jahat dunia

aku ingin pulang

tak tahan lagi rasanya

kuambil benda tajam

lalu kuhujam ke dada

“aku pulang”

menutup mata

selamanya.

—Januari, 2018

[sadlystic]

no title

terpaku di ruang gelap sembari mengawang

untuk apa menjalani hidup tanpa tujuan?

mengumpat kesal ingin mati

mengikat leher dengan tali lalu gantung diri

hidupku dalam depresi

terbelenggu dalam pikiran sendiri

katanya imanku sesat

katanya aku harus bertaubat

sayang,

andai saja kalian jadi aku

—Desember, 2017

[sadlystic]

Realita

aku tersesat di mimpi buruk

mencari jalan keluar hingga terpuruk

aku sudah lelah berkelana

jadi tolong bangunkan aku saja

sejenak kuterdiam,

oh sialnya aku!

ini bukan mimpi

ini hidupku sendiri

—Juli, 2017

[sadlystic]

“i’ll take your hand—to complete mine.”

[sadlystic]

“rasionalitasku sudah mati.

terlindas rasa yang kian menjadi.

hati ayo berhati-hati!

jangan sampai lebur lagi.”

—sepertinya aku budak cinta.

[sadlystic]

“untuk kesekian kalinya, saya merasa akan hancur.

oh!

tapi saya memang tidak pernah utuh.”

—kamu lengkapku, hilang melulu.

[sadlystic]

Sila

pergi lagi saja!

toh tanganku sudah penuh luka.

toh mataku sudah hampir buta.

toh nafasku sudah hampir sirna.

pergi lagi saja!

toh saat itu aku sudah tiada.

[sadlystic]

“kuyakinkan ini terakhir kalinya.

namun gravitasimu menyedotku tanpa sisa.

aku terlena.

hilang dalam pesona.”

—candamu, candu.

[sadlystic]

“aku utuh.

kamu rapuh.

kuberikan milikku separuh.

kamu ambil seluruh lalu menjauh.”

—dari lisanku yang tak pernah sampai kekamu.