Tumgik
rizalwepe · 6 months
Text
BUKU RERASAN GURU BERKISAH PENDIDIKAN
Alasan membaca buku ini
Pertama Salah satu penulis buku itu adalah temen saya, yang mana saya tahu ia sebagai penulis di national geographic. Kedua tema yang diangkat adalah seluk beluk tentang pendidikan, peristiwa serta keresahan didunia pendidikan yang ruang lingkupnya seputaran sebelum, semasa, dan sesudah pandemi yang mana kita semua tau ada perubahan besar yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama pasca pandemi khususnya Indonesia. Ketiga kenapa saya ingin membaca buku ini? karena saya merupakan anak seorang guru, tentu saya cukup tahu keresahan yang terjadi dan ingin tahu bagaimana keresahan itu dari sudut pandang tenaga pendidik muda yang dikemas dalam bentuk tulisan.tentunya menarik bukan?
Isi buku
Buku ini mememiliki tebal sekitar 132 halaman belum termasuk kata pengantar,yang mana terdiri dari Kumpulan cerita pendek dari 5 orang penulis yang berlatar belakang sama yaitu berprofesi sebagai guru. Cerita pendek ini terdiri dari dikumpulkan dalam beberapa 5 bab. Bagian 1 selaksa histori Pendidikan, bab 2 guru masa kini, bab 3 kemajuan Pendidikan, bab 4 giat beliterasi, bab 5 perempuan dan Pendidikan, bab 6 memoar kecil seorang guru.
Cari tahu apa yang asik dari buku ini
Membaca judul, synopsis, dan kata pengantar dari buku ini menurut saya sebagai pembaca memiliki target pembaca khusus yaitu seorang pendidik atau calon pendidik. Meski tidak serta merta membatasi siapa saja dapat membaca buku ini. Saya mencoba melihat kenapa alasan penulis menargetkan secara khusus? Ya karena cerita dan tema didalamnya akan sangat familiar dengan seorang pendidikan atau calon pendidik yang mana dengan keresahan yang sama akan muncul ide-ide yang nantinya dapat diimplementasikan pada kehidupan nyata, setidak-tidaknya menjadikan teman diskusi pribadi atas keresahan. Meski penulis menargetkan secara khusus siapa pembacanya, saya kira dengan membuat dan membangun narasi cerita seapik mungkin tentu buku punya potensi tidak hanya dapat dinikmati oleh seprofesi saja melainkan pembaca dengan latar belakang yang berbeda karena kita tau setiap orang tua adalah Pendidik meski tidak formal dan memiliki keresahan yang sama dengan sudut pandang yang berbeda tentunya.
Membaca kata pengantar tentu hal wajib bagi saya, karena beberapa buku kata pengantar menjadi penting untuk melihat tujuan buku ini ditulis dan sepertinya ada kesalahan dibagian penulisan, seperti perbedaan jumlah bab yang diutarakan oleh kata pengantar dan juga daftar isi. Meski minor tapi ini menunjukan seolah-olah orang yang ada dalam kata pengantar tidak membaca buku secara lengkap atau bahkan tidak menikmati tulisan-tulisan dibuku tersebut sehingga sampai terlewat satu bab yang tidak ia sebutkan. Karena pada penjelasannya mengenai bab buku, ia mengatakan bahwa masing-masing bagian memuat judul-judul yang relevan, menarik sehingga dari awal hingga akhir tidak akan bosan dibaca, tentu ini sangat berlawanan dengan fakta adanya perbedaan bab yang dijelaskan dalam kata pengantar dan daftar isi. Sebaiknya kedepan editor lebih teliti agar lebih sempurna. Atau memang seperti itu adanya. Saya tidak tahu.
Lanjut ke cerita-cerita dalam tiap bab. Saya tidak akan menceritakan satu persatu kesan saya untuk semua cerita yang ada dalam buku ini. Melainkan keseluruhan rangkuman pengalaman saya dalam membaca buku ini. Saya mencoba membaca secara runut dari bab awal dan saya sangat mengapresiasi penulis yang mengangkat tokoh pendidik yang tidak popular dikalangan umum. Tapi entah kenapa saya merasa ada yang kurang. Entah itu karena ceritanya yang sangat ringkas atau penulis yang berusaha meringkas sedemikian rupa cerita tokoh yang tentunya memiliki perjalanan Panjang jadi diambil poin-poinnya saja. Saya berharap cerita tokoh tidak popular ini bisa diceritakan dalam bentuk yang berbeda sehingga dapat memberika kesan yang memancing pembaca untuk mencari tahu siapa tokoh tersebut lebih dalam. Entah mengapa cerita yang paling berkesan dalam buku ini justru ada dibab 6 atau bab akhir yang bertemakan “Memoar Kecil Seorang Guru” terlebih cerita yang berjudul “Al-Islam dan Cerita Lainnya”, tentu ini sangat subjektif. Namun saya merasakan reresahan dibab 6 ini sangat apa adanya seperti layaknya obrolan keluh kesah tanpa perlu adanya solusi. Apakah di bab lain tidak demikian?
Bab lain tentu juga berisi reresan para guru yang menarik. Yang membedakan menurut saya adalah dibab sebelumnya saya menangkap penulis memasukan semacam solusi dari keresahan mereka juga menunjukan peran penting guru sebagai Pendidik dalam menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan lewat cerita dari para penulis.
Penggunaan bahasa ringan dan mudah dipahami oleh siapapun tanpa perlu mengulang kembali saat membaca mungkin ini bertujuan untuk mendekatkan kesan ke para pembaca namun, struktur yang sedikit baku semisal pengutipan oleh tokoh untuk menjelaskan pendapat tokoh tersebut cukup membuat tidak nyaman saat saya membaca dan ini dilakukan oleh semua penulis dalam ceritanya.
Sebagai penutup, pada bagian akhir yang berisi informasi tentang penulis sepertinya ada dobel profil karena isinya sama. ini perlu menjadi catatan tersendiri untuk editor buku tersebut. Karena keseluruhan buku ini berisi rerasan tentu akan memunculkan trigger pembaca. Apakah pembaca sudah merasa ke trigger? Silahkan bisa dibaca sendiri. Caranya gimana? Beli lewat teman saya.
Oh iya saran untuk author buku, bukunya ditaroh di goodreads jadi biar mudah pembaca buat menemukan dan saring pengalaman membaca.
0 notes
rizalwepe · 2 years
Text
INVASI RUSIA, MEDIA DAN SUBJEKTIVITAS KITA
Invasi Rusia ke Ukraina yang dikomando oleh Papa Putin beberapa pekan lalu tentu menjadi perbincangan hangat di telinga kita. Mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur lagi, berita tentang perkembangan invasi Rusia ke Ukraina terus diperdengarkan keseluruh belahan dunia. Siapa saja yang mengkonsumsi berita tersebut? tentunya beragam mulai dari bocil hingga para lansia. Mulai dari yang gak tertarik sampai pegiat perang. Semuanya mendapatkan akses informasi yang bebas dan mudah. 
Saya sebagai generasi yang memasuki fase dewasa pertengahan melihat berita invasi Rusia kembali teringat pada peristiwa invasi Amerika ke Iraq pada tahun 2000 yang mana media masa televisi dan surat kabar saat itu juga memberitakan perkembangan invasi tersebut secara berulang-ulang. 
Kondisi saat ini tidak jauh beda, bahkan lebih masif dan tidak terkendali. Terakhir saya mendapatkan informasi dari media online tentang temuan fasilitas senjata biologis di Ukraina yang belakangan terungkap fasilitas itu milik Amerika. Oke sampai disitu masih wajar, tapi belum selesai ada tambahan lain bahwa fasilitas senjata biologis tersebut berkaitan dengan pandemi covid-19. Masih dengan tema yang sama, berita lain adalah pelanggaran hukum humaniter internasional oleh militer Rusia yang diklaim oleh Om Zelensky. Belum lagi berita selingan yang tidak terkait secara langsung seperti tema sisi lain dari Papa Putin dan Om Zelensky yang banyak menarik simpati  pendengar atau pembacanya. Dari rasa simpati ujung-ujungnya adalah terbentuknya dua kubu fans masing-masing idola yang siap baku hantam di kolom komentar. 
Penggunaan media masa sebagai sarana propaganda bukanlah hal baru, mulai dari reformasi gereja roma tahun 1622, PD I, PD II, Perang Dingin, dan berbagai kesempatan lain termasuk pemilu di negara Wakanda terbukti efektif. Media masa sebagai alat komunikasi yang ampuh untuk menginformasikan dan menanamkan nilai pada khayalak luas.  Maka, memahami media sebagai sarana propaganda di era keterbukaan informasi menjadi hal yang penting bukan hanya bagi mereka para pegiat media, tapi masyarakat umum karena  kita tidak akan bisa membendung dari luapan banjir pemberitaan. Kita akan selalu disibuk dengan berbagai jenis informasi dari media. Jika kita tidak memahami polanya hidup kita mungkin saja bisa suram karena menjadi sasaran empuk dari para pegiat dan pemangku kepentingan. 
Kita tentu ingat bagaimana media saat ini menjalankan pola penyebaran informasi kepada khalayak. Dalam postingan saya yang membahas copywriting, salah satu strategi media dalam meraup pundi-pundi dari para pembaca adalah dengan membuat berita sebanyak mungkin dalam waktu singkat dan untuk mencapai tujuan itu tidak sedikit pula yang menerjang kaidah jurnalistik. 
Propaganda hadir sebagai seperangkat metode yang digunakan oleh kelompok terorganisir dan bertujuan untuk menggiring partisipasi aktif dan pasif dalam tindakannya kepada individu masa yang disatukan melalui proses manipulasi psikologis dan terkoordinir.  Dalam perang, media masa berperan sebagai alat propaganda yang ampuh terlebih diera ketebukaan informasi saat ini. Mereka yang terlibat bisa menarasikan siapa yang menjadi korban dan siapa yang dirugikan. Informasi yang hadir bersamaan dengan peristiwa invasi Rusia adalah sebagian bentuk dari propaganda kedua belah kubu yang terlibat dan sering kali tidak kita sadari. Tujuan akhirnya jelas menarik publik untuk setidak-tidaknya mendukung agenda masing-masing. Sebagian lainnya adalah opportunis media untuk meraup pundi-pundi dari perisitiwa invasi Rusia. 
Media merupakan pasar, dimana kebijaksanaan bebas untuk dijual. Maksudnya bahwa ia bukanlah suatu kebenaran. Ia tergantung perspektif dan fakta yang diungkap. Media juga membuat isu-isu menjadi seolah penting untuk diangkat walaupun sebenarnya tidak terlalu kita dibutuhkan. Ia memiliki caranya sendiri dengan meletakkan berita pada headline utama yang diulang-ulang. Jika tindakan semacam dilakukan secara konsisten pada akhirnya dapat menimbulkan persepsi dan opini serta dapat merubah dan menggerakan emosi kita. 
Demikian, pada kondisi apapun kesadaran dan sikap skeptis dirasa perlu untuk setidak-tidaknya menyaring segala informasi yang kita dapat. Karena bisa jadi informasi yang kita dapat bagian dari propaganda yang memang disiapkan secara matang untuk kita lahap. Saya sendiri sebagai pemuda putin dadakan cukup menikmati segala informasi mulai dari yang serius sampai dengan yang selingan terkait invasi Rusia. Namun patut disadari bahwa terkadang jarak antara infromasi dan kebenaran tidak selalu dekat, fakta dan opini sulit untuk dibedakan karena bisa manipulasi. Bersikap objektif adalah harta yang mewah untuk segala informasi yang kita dapatkan.    
1 note · View note
rizalwepe · 2 years
Text
Waktu 3.00 Pagi
Waktu menunjukan pukul dua lewat lima puluh tiga menit dan ia masih saja duduk di emperan rumah. Hanya mengenakan singlet dan celana gumush. Entah kenapa hingga dini hari matanya tak kunjung kompromi masih saja ingin terbuka meski sebenarnya lelah dan mengantuk. Ia pun mengambil cerutu robusto pemberian seorang kawan tempo hari di sebuah cafe. Dihisapnya panjang dan pelan menikmati nuansa tarik buang nafas yang merelaksasi pikiran. Namun setelah beberapa lama ritual itu tak berhasil menghilangkan freak out ekstrim yang ia rasakan. 
“Kucing kau Solarez!!! Katus pecundang..!!!” Nyatanya makian kekasihnya masih saja terngiang di otaknya, terlebih hal utama yang membuatnya kalut ialah jabang bayi di rahim kekasihnya itu. Ia sendiri belum memberi jawaban seusai mereka bertengkar hebat tiga hari lalu. Layaknya benda ia habis-habisan terobjekan oleh kekasihnya tanpa bisa membalasnya.
“Mas, aku ingin kau nikahi aku.! Nikah mas! Asap mengepul. kembali ia bakar cerutu terakhir dan sepertinya kali ini dengan api cemburu. Playlist memori masa lalu keluar beruntun tanpa kendali mulai dari pesan ayah kekasihnya perihal keseriusan hubungan mereka dan berlanjut pada kejadian senja kala itu. Dipandangi dalam-dalam kedua matanya, jarinya menyusuri tiap lekuk wajah dan berhenti tepat dibibir kekasihnya itu. Pemondokan dengan visual dominan merah putih menjadi tempat bertukar cerita sampai esok hari. 
Senja kala itu hatinya dibuat kalut, mendadak ia mendapat kabar kekasihnya tengah hamil. Ia diam tanpa sedikitpun bicara. Otaknya seakan tak sanggup mencerna satupun kalimat bertubi-tubi yang terlontar dari kekasihnya itu. Jauh dalam pikirannya muncul banyak pertanyaan. Bahkan ia tak sanggup untuk bercerita bahwa dirinya telah lama ikut program sterilisasi pemerintah. ia teringat nama seseorang. “Esteban!!! atas nama Esteban... foto 3 x 4 jumlah empat lembar sudah jadi.” Pegawai cetak foto memanggil. Kaget ia pun menutup jendela wattpad digawainya lalu bergegas menghampiri pegawai itu di meja kasir. 
0 notes
rizalwepe · 2 years
Photo
Tumblr media
ROMANITSME HUJAN
Sekarang pukul tiga pagi dan di luar hujan deras. Aku membuka pintu rumah kemudian keluar melihat sekeliling halaman. Masih gelap, hanya sorot lampu penerang jalan yang berpendar redup. Aku duduk sejenak dikursi teras dan tak lama kau menyusul duduk sambil bersandar padaku. Sekarang kita berdua duduk di teras memandangi hujan yang tumpah dengan derasnya. 
Sebenarnya aku tak pernah mengerti letak romatisnya hujan, namun setelah bertemu denganmu hujan mengingatkanku pada air mata yang mengalir ketika rindunya-Nya menyergap datang. Apa kau juga merasakan hal yang sama dengan ku? Kau pun menjawab hujan mengingatkanku pada jemuran. 
Astaghfirullah.... jemuraann mas..!!! -__-
2 notes · View notes
rizalwepe · 2 years
Text
HUKUM, MORALITAS DAN SEGALA HAL YANG MEMBAGONGKAN
Relasi moralitas dan hukum, sebuah perdebatan usang sejak zaman Hashirama Senju :) yang lebih khusus lagi kalau sarjana hukum ngomong pertentangan hukum kodrat dan hukum positif. Relasi moral dan hukum sejatinya lebih luas yaitu suatu timbal balik bukan suatu hal yang terpisah seperti diskursusnya. 
Moralitas ngomongin tentang baik buruk, sementara hukum itu tentang benar dan salah. Para aliansi lima kage ngomong bahwa hukum tidak berarti banyak jika tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas hukum akan kosong. Oleh karena itu dalam aspek penegakan hukum, hukum dan moralitas harus terus diperhatikan relasi dialogisnya terutama berkaitan dengan kasus yang punya nuasnya moral yang kuat bingitz. 
Bahasan yang menarik sebenarnya bukan bagaimana moralitas ditempatkan dalam hukum, tapi lebih kepada bagaimana moralitas bekerja pada diri manusia dan bagaimana manusia menggunakan moralitas itu. 
Moralitas sendiri perkembangannya tidak hanya bersumber dari agama, melainkan dari banyak hal seperti nasehat termasuk petuah mbah dukun kalau itu memang jadi kesepakatan masyarakat banyak. 
Saya belum sepenuhnya paham tentang cara kerja moralitas pada diri manusia dan bagaimana manusia itu menerapkan moralitas. Saya jadi berandai bagaimana jadinya ketika moralitas ini bekerja secara subjektif maksudnya adalah moralitas bisa digunakan sebagai alat pembenaran ketika manusia berada pada posisi yang menguntungkan atau punya kepentingan. Jangan-jangan moralitas hanya egoisme semata manusia??
0 notes
rizalwepe · 2 years
Text
Selamat dan Semoga Sukses Selalu
Salah satu kata yang membuat saya sedikit mual mendengarnya. Pertama karena saya bukan orang sukses. Kedua saya emang tidak terlalu menyukai pujian yang kebanyakan juga basa-basi formal dalam etika pergaulan. 
Untuk yang pertama ini hendaknya harap maklum karena setahu saya kategori sukses bukan dilihat dari kepintaran atau dedikasi orang tersebut pada kerjanya tapi lebih ke apa yang sedang ia sandang sekarang. Ketika saya menjabat sebagai seorang presiden, menteri, atau yang lebih sederhana semisal dokter, meski saya goblok dan tidak punya prestasi apa-apa alisan tolah-toleh doang saya jelas dianggap sukses karena menyandang profesi-profesi tersebut. Bahkan sampai sekarang kalau orang jual barang biar cepet laku bisa tuh dikasih embel-embel semisal wajan ex presiden atau mobil ex dokter calon pembeli langsung berpikiran wah bekase wong sukses pasti terawat dan lain-lain. 
Lantas bagaimana dong dengan seorang kang somay bandung yang ia selalu konsisten pakai ikan salmon, atau seorang montir yang selalu bisa diandalkan memperbaiki apapun kerusakan pada mobil pelanggannya apakah itu tidak sukses wak? Ya jelas sukses dong dalam pekerjaannya doang. Namun dalam hierarki sosial kang somay dan montir bukannya orang sukses karena penilaian masyarakat yang terbentuk sekian lama bahwa kesuksesan hubungannya dengan prestise. Hal ini lah yang mengacaukan presepsi kita. 
Tentu kita paham hal ini tidak lah benar, tapi anehnya kita sendiri sering mengamini hal tersebut karena sudah seperti lingkaran syaiton. Apa sebabnya? salah satunya yang saya pahami adalah kita sebagai manusia dalam eksistensinya tetap membutuhkan manusia lain. Kita butuh adanya pengakuan dari orang lain atas keberadaan kita atau kerja kita, maka ketika presepsi mengenai sukses sudah sesat, yang terjadi adalah kita akan berusaha menggapai pengakuan untuk dibilang kesuksesan yang salah kaprah itu dengan cara-cara yang ngawur dan ugal-ugalan. Terus akhirnya kita capek sendiri.  
Kemudian untuk alasan kedua saya lebih suka menghabiskan waktu bersama ayang dari pada mendapat karangan bunga yang isinya pujian basa-basi selamat dan sukses. Hehehe....
0 notes
rizalwepe · 2 years
Text
Jogja Istimewa Katanya
Jika suatu saat tempat ini kembali nyaman, saya punya keinginan untuk berciuman dengan orang yang saya cintai untuk merayakan semua harapan walaupun itu sekecil debu yang beterbangan. 
Hari-hari di Jogja tidak selalu indah seperti kata orang yang hanya pesiar sehari-dua hari untuk melihat tugu nol km, tebing breksi, atau deretan pantai berpasir putih Gunung Kidul. Kopimu juga tak serta merta berubah manis ketika kamu minum bersama kekasihmu di pinggiran bukit bintang malam hari. Dibalik kata aduhai tentang Jogja yang berseliweran di media sosial, ia tetap saja seperti kota lain punya problematikannya sendiri. 
Mulai dari konflik monarki, premanisme, tanah sultan, kenakalan remaja yang amit-amit, hingga urusan UMR rendah yang dikejar inflasi. Semua bercampur aduk seperti es doger Kang Firman Balai Yasa. Mungkin ini yang membuat warga asli Jogja terkenal ramah. Iya ramah sama keadaan maksudnya ;)
Warga asli memberi Jogja sebuah indentitas, para pekerja memberinya kesibukan, sementara perantau dan pesiar memberinya gairah. Yang terakhir saya sendiri tak yakin sih. Namun kiranya semua jenis penghuni ini yang tiap detiknya menciptakan dinamika kehidupan Jogja. 
Jogja bagi kebanyakan orang masih menjadi pilihan tempat berkunjung ketika hidup mulai brengsek, pikiran mampet atau sekedar buang duit karena laper mata. Setiap orang yang pesiar lebih dari sekali ke Jogja saya rasa pernah terbesit pikiran untuk menetap dan menjadikannya tempat aman untuk membangun kembali semuannya dari nol. Berharap mendapat kesempatan terbaik disana meski pada akhirnya tak sedikit yang tergulung oleh realitas. 
Kabar baiknya semua sudut kota Jogja itu romantis. Mungkin saja itu residu perasaan ayang yang tertinggal saat melihat senja di Watu Gumpit, Jajan cilor di Alun-alun Kidul, melarung kenangan disepanjang ringroad, dan tak terkecuali lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang kian menggunung di Piyungan Bantul :)
1 note · View note
rizalwepe · 3 years
Text
Definisi Cantik dan Ganteng, Relasinya dengan Kebenaran Universal dan Relatif
Cantik dan ganteng termasuk dalam golongan kata sifat (adjektive) yang berfungsi untuk menerangkan kata benda (nomina). Kata sifat memilik tiga fungsi yaitu sebagai atributif, predikatif, dan substantif. Sebagai contoh penggunaan kata sifat fungsi atributif yang merupakan penjelas subjek adalah Adinda gadis cantik penjual buah. Contoh lain Pria ganteng itu suka sepak bola.
Kata “cantik” sendiri memiliki arti elok yang merujuk pada wajah atau penampilan perempuan. Sedangkan kata “ganteng”memiliki arti elok, gagah yang merujuk pada perawakan, penampilan dan wajah laki-laki. Penggunaan dua kata sifat cantik dan ganteng untuk menjelaskan keadaan seseorang yang identik dengan karakternya berdasarkan jenis kelamin. Cantik untuk perempuan sedangkan ganteng untuk laki-laki.
Selanjutnya kita akan membahas tentang kebenaran. Sebagaimana kita tahu kebenaran dibagi kedalam beberapa macam. Ada kebenaran mutlak, kebenaran universal, dan kebenaran relatif. Sesuai dengan judul di atas kita akan langsung bahas kebenaran universal dan relatif. Kebenaran universal adalah kebenaran yang tidak hanya benar menurut pribadi, tetapi kebenaran berlaku dan diterima khalayak umum, akan valid sepanjang waktu serta dimanapun berada. Kebenaran relatif merupakan kebenaran yang berlaku bagi setiap individu atau pribadi masing-masing. Suatu hal akan dianggap benar dengan penerimaannya disuatu bidang tapi tidak benar dibidang lain. apa yang menjadi kebenaran dimasa lampau akan salah dimasa kini.
Cantik dan ganteng bukan merupakan sesuatu yang mutlak, melainkan suatu kebenaran relatif karena setiap orang memiliki kriterianya sendiri untuk menilai. Disisi lain perlu menjadi perhatian bahwa kata cantik dan ganteng dapat masuk pada ranah kebenaran universal karena kedua kata tadi masing-masing artinya merujuk pada jenis kelamin yang berbeda. Cantik untuk perempuan, sedangkan ganteng untuk laki-laki dan ini merupakan suatu hal yang berlaku dikhalayak umum, dimanapun berada, dan sepanjang waktu. Bisa disimpulkan bahwa cantik dan ganteng sebagai kata sifat ini mempunyai dua wilayah kebenaran yaitu universal dan relatif.
Jadi semisal anda seorang laki-laki, lalu seorang perempuan memuji diri anda bawasannya diri anda ganteng itu adalah hal yang biasa saja tak perlu heboh dan besar kepala. Alasannya ganteng adalah kebenaran universal kata sifat yang melekat pada seorang yang berjenis kelamin laki-laki. Seburuk-buruknya wajah atau perawakan anda sebagai laki-laki anda haruslah percaya diri karena kebenaran universal tadi. Itu juga berlaku sebaliknya. Lalu bagaimana dengan kebenaran relatifnya? jika ada perempuan yang bilang kamu ganteng banget itu harus anda tangkap sebagai kebenaran relatif karena terdapat kata “banget” yang memiliki pemahaman anda ganteng sesuai dengan kriteria kebenaran relatif dari pribadi perempuan tadi.
2 notes · View notes
rizalwepe · 3 years
Text
Antara Yang Abadi dan Yang Mewaktu. Sebuah Refleksi Drama Eksistensi Manusia
Manusia selalu hidup dalam rasa kegelisahan dan karena hal itulah manusia dikatakan benar-benar hidup bukan seperti Jombie. Kegelisahan ini bertransformasi menjadi penderitaan tak kala manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dan harus mengambil keputusan penting. Sejatinya dibalik drama-drama itu ada suatu hal fundamental yang perlu kita dipahami karena seringkali kita tidak  sadar bahwa diri kita sebagai manusia adalah sintesis antara yang abadi dan yang mewaktu. Bahkan ketika kita mengetahuinya bukan menjadi jaminan akan terbebas dari rasa kegelisahan. Kegelisahan manusia bersumber dari tegangan antara “yang abadi” dan “yang mewaktu” dalam diri manusia. Yang abadi adalah konsep mengenai harapan akan kesatuan makna dari seluruh kehidupan yang dijalani manusia. Sedangkan yang mewaktu adalah keadaan dimana manusia mengalami hidup dalam momen yang terpisah-pisah sehingga hidup tanpa korelasi dan tanpa makna. Manusia adalah gabungan dari kedua hal tersebut. Manusia hidup dalam waktu, tetapi manusia memiliki harapan akan keabadian agar hidupnya bahagia. Itulah yang membuat manusia gelisah dan sengsara.
Berpangkal dari realitas tersebut dalam banyak kesempatan manusia seringkali mencari dan membutuhkan pegangan hidup untuk menggapai kepastian. Pegangan hidup dalam hal lain juga terkait dengan relasi manusia dengan kebebasan. Semakin manusia bebas justru semakin keadaan manusia itu rapuh. Berbagai pemikiran dari para filsuf maupun agama kepercayaan telah menawarkan konsep untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah tentang kebenaran subjektif. Konsep ini paparkan oleh oleh seorang Soren Kierkegaard. Kebenaran subjektif menurutnya adalah apapun pilihan hidup manusia dalam waktu, adalah benar bagi dirinya dan haruslah dipegang, diyakini, dan dihasrati secara kuat-kuat sebagai kebenaran pribadi, ketika melakukan itu manusia akan memiliki sebuah kepastian meski bersifat relatif.
Sebagai contoh Susi akan menikahi Budi. Susi sebagai seorang manusia tentu ada gelisah. Timbul tanya apakah harus menikah dengan Budi atau pilihan orang tuannya.  Disini Susi harus meyakini dalam dirinya bahwa Budi adalah jodohnya dengan segala konsekuensinya. Apa yang menjadi bekal Susi untuk meyakini bahwa Budi adalah jodohnya? Jawabannya tentu saja segala pengalaman dan ilmu yang ditangkap Susi, begitu pula berlaku sebaliknya Budi terhadap Susi. Ketika sepasang kekasih ini saling meyakini maka dilaksanakanlah sebuah pernikahan sebagai simbol mereka adalah jodoh. Menjadi pertanyaan berikutnya apakah kegelisahan terkait jodoh akan usai? sampai kapan mereka berjodoh? Jelas Budi dan Susi tidak akan pernah mengetahuinya karena itu berada pada ranah kebenaran objektif. Yang bisa dilakukan keduanya adalah saling meyakini dan menghasrati secara kuat-kuat sepanjang hidup bahwa mereka adalah jodoh. Itulah sebuah kepastian meski bersifat relatif.
Kebenaran subjektif dapat berlaku pula dalam hal kepercayaan agama yang merupakan salah satu bentuk pedoman hidup. Manusia dalam menganut agama tidaklah mengetahui secara pasti objektifitas terkait kebenaran agamanya, tapi manusia meyakininya secara subjektif akan kebenaran agama yang dianutnya. Menjadi poin penting disini adalah relasi manusia dengan agama adalah relasi keyakinan/percaya bahwa apa yang dipeluknya tersebut adalah suatu yang benar.
Demikian drama eksistensi manusia. Ketika kegelisahan memeluk diri kita, kita akan merasakan perlu untuk mengubah haluan, perlu melakukan sesuatu untuk menjadi diri sendiri yang lebih otentik karena dirasa kondisi yang ada tidaklah lagi memadahi. Perjalanan panjang harus dilalui dan kabar baiknya itu tidak akan pernah selesai karena dalam realitas kehidupan manusia ia adalah pengada yang terus menjadi.
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
Harga Sebuah Percaya (Sebuah Review Novel Tere Liye)
Novel-novel Tere Liye menurut opini saya selalu bagus, ringan, tapi tidak serta merta menghilangkan rasa penasaran pada alur ceritanya. Harga sebuah percaya judul novel yang membuat saya sedikit bingung apakah ada kesamaan isi dengan novel yang berjudul Sang Penandai? Jika ia mungkin ini seperti ganti judul saja atau jika ternyata berbeda sepertinya ini rangkaian sekuel yang patut untuk dibaca karena saya sendiri penasaran dengan seorang pria penandai yang muncul hanya muncul diawal dan akhir cerita.
Diawali dengan quote utama dari novel ini “Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya.” Kalimat itu terucap dalam percakapan antara seorang pria tua alias sang penandai dengan tokoh Jim sosok anak muda yang tengah galau berat karena ditinggal mati oleh kekasih hati sekaligus cinta pertamanya bernama Nayla. Nayla merupakan putri bangsawan, sedangkan Jim hanyalah anak yatim piatu dan pemain biola dipesta pernikahan. Dipertemuan awal mereka saling jatuh cinta, tapi itu tak berlangsung lama ketika Nayla dijodohkan seorang pria bangsawan pilihan keluarganya. Jim yang tahu akan hal itu tidak dapat berbuat apa-apa, sedangkan dilain sisi Nyala menunggu keputusan Jim untuk membawanya kabur. Puncaknya suatu hari Jim mendapat kabar jika Nayla bunuh diri dengan meminum racun. Jim yang terpukul dengan kejadian itu merasa sedih dan berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya. Disaat itulah muncul tokoh misterius bernama Sang Penandai. Sang Penandai memberi tahu Jim bahwa ia merupakan orang terpilih untuk mengukir sebuah kisah yang kelak akan diwariskan kepada anak cucu dan menjadi kisah-kisah sebelum tidur yang dibacakan kepada anak-anak. Untuk memulai itu Sang Penandai mempunyai syarat yaitu Jim harus percaya pada kalimat “Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya.” Kemudian Jim disarankan meninggalkan kotanya untuk berpetualang bersama armada kapal ekspedisi mencari Tanah Harapan dengan menjadi pelaut. 
Pada bab pertengahan alur cerita sedikit membosankan. Alurnya seperti dibuat seringkas mungkin seperti pada alur cerita dimana Jim yang berkarakter lemah dan pengecut mendadak menjadi jago bermain pedang tanpa latihan rutin hanya karena kenekatan saat berhadapan dengan perompak benua selatan. Ada bab berjudul kura-kura raksasa yang menurut saya pribadi seperti berdiri sendiri dan tidak ada hubungan dengan bab sebelum atau sesudahnya dan itu cukup mengganggu untuk saya pribadi. Bab akhir dalam novel ini akan menjawab pertanyaan yang mungkin timbul dari para pembaca diawal cerita, seperti melengkapi puzzle yang hilang karena memang saling bertautan. Apakah ceritanya sesuai dengan ekspektasi para pembaca? saya rasa pembaca sendiri yang bisa menyimpulkan. 
Secara keseluruhan cerita novel ini menggambarkan petualangan hidup tokoh Jim yang pada akhirnya mengubah karakternya dari yang lemah dan pengecut menjadi sosok pemberani melaui proses yang tak mudah. Sepanjang alur cerita penulis konsisten menampilkan pergulatan batin Jim terhadap masa lalunya yang tragis yaitu Nayla disandingkan dengan kehidupan masa depan cerah yang dijanjikan oleh Sang Penandai. Cerita novel ini relate dengan kehidupan nyata kita sehari-hari bukan hanya masalah percintaan. Dari novel ini saya menangkap sebuah pesan agar kita sebagai manusia dalam menjalani sepahit apapun kehidupan tidak boleh berhenti menyerah justru dianjurkan untuk terus melanjutkan perjalanan, meyakini ada kebaikan dalam setiap kejadian, meyakini ada kebaikan dikehidupan mendatang. Novel ini juga memberi pesan kepada kita tidak hanya berhenti pada kata “percaya” saja, tetapi dalam prosesnya kita tetap harus berjuang secara maksimal, bersabar, dan berdamai dengan masa lalu dengan cara menempatkankannya pada hal yang positif.
Oh iya satu lagi hampir kelupaan hehehe... Novel ini juga memberi pesan jangan berekspektasi terlalu tinggi karena banyak hal diluar kendali kita.
#korbanekspektasipembaca : )
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
Laki-laki Yang Mencintai Pelangi
Lanjutan dari cerita Bulan November di Kota B
Tiga minggu berlalu begitu saja semenjak pertemuan terakhirku dengan Inem perempuan yang sempat menjadi sebab menghilangnya aku dari kota B. Sementara waktu aku harus bersembunyi jauh dari kota B  sampai keadaan mereda dan preman suruhan om-om hidung belang itu bosan mencariku. Pada persembunyianku ini aku memilih untuk berpindah indekos setiap dua minggu sekali. Tepat hari ini aku berniat mencari beberapa indekos baru yang sudah kutandai, setelahnya aku akan mampir membeli beberapa perlengkapan mandi di toko klontong yang searah jalan pulang. Awan hitam dengan cepat menyelimuti langit sore, tak berselang lama tetesan air hujan mulai perlahan jatuh dan membasahi setiap apapun yang disentuhnya. Sepertinya hujan akan turun cukup lama dan sialnya aku terjebak di emperan toko klontong, sementara motorku terparkir di seberang jalan ini.
Aku menatap langit yang terlihat masih kelabu, berusaha mengusir rasa bosan yang menjalar, mencoba sesekali mengulurkan tangan untuk menakar masih seberapa lebat hujan turun, tak terhitung lagi tetesan hujan yang jatuh tepat di atas mobil memercikan air kearahku. Mengedarkan pandanganku kesemua penjuru lalu terhenti pada bulir-bulir air yang menempel disegala sisi kaca mobil. Bulir-bulir hujan itu mengingatkan pada kata yang pernah aku sampaikan kepada Inem yang bilamana hujan turun ia selalu membuka jendela kamar kosnya untuk melihat keadaan luar.
“Apa yang lebih romantis dari rindu yang ku titipkan pada bulir hujan di jendela kamarmu?.”
“Tak ada” jawabku sendiri.
Kini aku sungguh tak menyukainya. Bukan tanpa alasan yang jelas hujan dengan segala turunannya bukan lagi membawa rindu yang hangat, tapi setumpuk masalah kenanganku dengan perempuan itu.
Satu jam berlalu tapi hujan masih saja mengguyur deras. Kali ini untuk mengusir rasa bosan aku mulai memainkan game pada smartphone. Tidak aku sadari dari mana arah datangnya tiba-tiba seorang perempuan berkacamata berteduh tepat disebelahku, aku sedikit menoleh ke arahnya. Bajunya basah terkena percikan air hujan yang terbawa angin. Ia melepas kacamatanya yang berembun kemudian nampak sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya. Aku menduga ia mencari kain untuk mengelap kacamatanya yang basah. Disaat itu entah mengapa aku tergerak untuk mengecek isi tasku dan mencari kain fiber yang memang selalu sediakan untuk membersihkan kacamata miliku.
“Sepertinya kacamata nona basah, ini aku ada lap.”
“Oh iya terimakasih sudah merepotkan. Biasa saya bawa kok.”
“Sama-sama. Tidak masalah.”
Sejenak suasana hening tanpa obrolan hanya suara hujan yang terdengar. Pada situasi yang canggung ini aku memberanikan diri untuk memulai obrolan.
“Mau kemana nona?”
“Oh saya? Mau pulang. Habis dari kerja terus mampir belanja.”
Bersambung....
1 note · View note
rizalwepe · 3 years
Text
Ciudad Juarez. Murder Capital and Feminicide
Serial netflix yang berjudul “Narcos” baru-baru ini mengeluarkan season terbarunya dengan cerita yang masih sama seputar kartel narkoba di negara meksiko. Melihat serial narcos dari season awal memang menarik kita diajak melihat sejarah para kartel narkoba menjalankan bisnis ilegalnya mulai dari yang dulunya miskin hingga masuk peringkat forbes orang terkaya dunia. Dari awal setting lokasi narcos tidak jauh-jauh dari kota di negara Kolombia dan Meksiko karena memang ceritanya diambil dari kisah nyata yang sudah menjadi rahasia umum kalau dua negara ini memang terkenal sebagai markas gembong narkoba kelas wahid. 
Saya tidak akan membahas review dari series narcos karena pembaca bisa menonton sendiri dan itu lebih asik tentunya. Sesuai judul awal tulisan ini mau ngomongin tentang Ciudad Juarez salah satu kota yang menjadi setting cerita narcos. Ciudad Juarez adalah salah satu kota yang terletak di negara bagian Meksiko yang berbatasan dengan negara Amerika. Bukan tanpa alasan kota ini  dijuluki sebagai ibu kota pembunuhan atau yang lain menyebutnya murder city. Salah satunya sebabnya adalah perang antar geng kartel yang berebut wilayah jalur pengiriman narkoba ke Amerika yang telah berjalan puluhan tahun mendorong pada tingkat kriminalitas yang tinggi sehingga banyak terjadi pembunuhan antar anggota geng, deklarasi perang pemerintah Meksiko dengan geng kartel menimbulkan juga banyak korban jiwa mulai dari aparat hingga warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak. 
Pada series terbaru narcos beberapa adegan menunjukan seorang polisi  Meksiko yang mencoba membantu mencari tahu keberadaan anak gadis dari seorang ibu jamaat gereja yang hilang beberapa minggu setelah pulang bekerja. Dialur terakhir film memunculkan fakta ternyata ada belasan korban perempuan lain yang mayatnya dibuang di lokasi yang sama padang pasir pinggiran kota Juarez. Dijelaskan dalam series itu para korban perempuan memiliki ciri yang sama yaitu para buruh pabrik atau pelajar yang berlatar belakang keluarga  miskin. Para korban juga mengalami kekerasan seksual sebelum akhirnya dibunuh. Mengutip dari laman salah satu media online Juarez sejak tahun 90-an menjadi saksi bisu lebih dari seribu perempuan dibunuh. Pada tahun 2017 enam bulan pertama telah terjadi 200 an kasus pemerkosaan atau satu orang per 20 jam. Salah satu penyebab adalah aktivitas bisnis kartel narkoba yang memanfaatkan para perempuan. Mereka dipaksa untuk menjual narkoba dengan kedok awal merekrut tenaga kerja perempuan pada pertokoan. Keadaan ekonomi yang sulit juga menjadi faktor lain mereka tidak bisa keluar dari tekanan dan paksaan anggota kartel narkoba. Penyebab lain adalah kekerasan pada pasangan rumah tangga yang berujung pada pembunuhan.
Sumber  : newyorktimes, tirto.id, jurnal of feminism & gender studies unej, tempo.co
0 notes
rizalwepe · 3 years
Photo
Tumblr media
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
The Will To The Power
Salah seorang sobat pernah bercerita pada saya kalau sobat kantornya seorang cewek lagi dideketin sama cowok brondong. Sayapun bertanya terus masalah apa gan? Ia menjawab kalau si cewek gak suka karena si cowoknya itu suka mengatur padahal baru saja kenal. Saya mengangguk kepala tanda mengikuti alur ceritanya. Sobatku lalu melanjutkan ceritanya kalau sobat ceweknya gak suka sama cowok yang banyak ngatur apalagi baru kenal. Ia suka cowok yang sabar, suka menolong dan rajin menabung. Di tengah obrolan itu saya jadi teringat konsep kehendak untuk berkuasa (the will to the power) dari seorang filsuf kenamaan Nietzsche.
Menurut Nietzsche yang menentukan segala realitas manusia dan kehidupan alam semesta adalah bentuk lain dari kehendak untuk berkuasa. Ia berada baik dalam kesadaran dan ketidaksadaran. Kehendak untuk berkuasa ini yang mempengaruhi serta membentuk apapun. Konsep ini lahir dari pemahaman bahwa tidak adanya pengetahuan objektif. Sementara itu yang diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan adalah kemampuan menafsir. Kemampuan ini ada karena dorongan kehendak untuk berkuasa sehingga manusia bisa melihat hubungan sebab akibat dalam realitas kehidupan. Dikatakan Nietzsche kehendak untuk berkuasa ini mendorong manusia sebagai penafsir dunia yang memberi makna dan sebagai penata dunia.
Konsep kehendak untuk berkuasa sebenarnya adalah upaya seorang Nietzsche untuk membongkar segala bentuk realitas dunia dan menemukan apa yang menjadi dasarnya dengan mengedepankan imajinasi daripada rasio akal. Karena kemampuan manusia untuk memahami hakekat terdalam dari realitas ini terbatas. Pada konsep kehendak untuk berkuasa ia menawarkan sikap optimis, memilih untuk merayakan segala kerumitanya dan menerima diri kita apa adanya, tidak menolak dorongan alamiah manusia yaitu menghasrati kekuasaan.
Bagaimana dengan cerita awal saya dengan seorang sobat tentang relasi dua insan manusia tadi? Dihubungankan dengan konsep kehendak untuk berkuasa (The will to the power) adanya dorongan hasrat manusia sebagai subjek yang menafsir dunia dan memberi makna bukanlah suatu hal utopis diangan-angan saja, tapi dapat berangkat dari tataran yang sederhana hubungan interaksi dengan individu atau kelompok masyarakat. Seperti yang Nietzsche katakan kehendak untuk berkuasa berada pada kesadaran dan ketidaksadaran. Seorang cowok brondong yang berusaha untuk mengatur kehidupan teman ceweknya adalah bukti kehendak untuk berkuasa tadi. Apa hanya si cowok saja? tentunya tidak si cewek juga melakukan hal yang sama kehendak untuk berkuasa dengan ditunjukan adanya keinginan-keinginan si cewek kepada semua cowok yang mendekatinya. Keadaan untuk saling berkuasa individu satu dengan yang lain adalah hal yang lumrah karena itu adalah dorongan hasrah manusia. Tentu saja relasi semacam ini sering kali tidak disadari dan diperparah dengan sikap saling membenarkan diri masing-masing.
Pada relasi dua insan tersebut seolah akan membenarkan dari sudut pandang si cewek, tapi jika kita melihat dari konsep Nietzsche si cewek juga sebenarnya berlaku sama terhadap si cowok tapi dengan jalan yang lebih halus bukanlah frontal seperti si cowok yang jelas terang-terangan mengatur. Hal mudah untuk menangkap peristiwa ini adalah adanya perlawanan akibat dari interaksi individu. Seperti apa yang dikatakan Nietzsche hal terbaik untuk melihat absurditas realitas adalah dengan menerimanya. Menerima yang dimaksud adalah untuk menghindarkan diri dari kehendak untuk berkuasa yang toxic dan menghancurkan. Dengan menyadari semua manusia punya dorongan alamiah atas kehendak untuk berkuasa, keinginan kita sering kali bersinggungan dengan orang lain bahkan sering kali berbeda perlulah untuk berdamai akan hal itu dengan mengambil jalan terbaik.
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
Bulan November di Kota B
Waktu bergerak lambat seperti sedang menghukumku untuk tidak mengambil pilihan. Aku masih saja mengingat kejadian hari kemarin. Saat itu aku amati lekat-lekat, aku pegang setiap jarinya, lalu berhenti pada jari manis sebelah kanan. Bisa ku bayangkan apa yang terjadi saat aku menempatkan cincin kawin dijarinya bisa-bisa aku jadi bahan olokan warga desa atau bagi om-om hidung belang aku bisa jadi buronan nomor wahid tingkat kota B.
Andai ku ingat-ingat, aku hanyalah seorang juru ketik di kantor desa itupun hanya dibayar seikhlasnya. Di tengah keruwetan hidup, aku tengah menjalin cinta terlarang sejak 2 x 24 jam dengan seorang perempuan yang ternyata anak dari germo terkenal di Kota B. Aku baru mengetahuinya saat melihat jari manis kirinya melingkar sebuah cincin dengan bentuk yang tidak asing bagi setiap laki-laki dewasa khususnya di Kota B.
Bersambung...
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
Balada Lilis dan Samsul
Kenapa kok diam?
Hmm.. bicara juga tidak selalu baik.
Saat ini yang paling tepat cukup melihat wajah kamu saja dan tidak memikirkan apapun itu membuatku sedikit lebih tenang. (dalam hati)
Karena terus dipelototin suaminya Lilis merasa risih, kemudian ia berdiri mengambil asbak, rokok, dan korek untuk diberikan pada suaminya.
Terkadang saat malam tiba aku merasa tak melihat ada gunanya melanjutkan hal itu. Itu seperti aku matikan rokok dan kemudian satu jam berikutnya aku mengambilnya lagi. Terkadang jeda antara jam serenta itu dik Lis.
Mas lihatlah sekelilingmu, apakah semua ini bisa kita miliki saat kita berhenti melakukannya. Lakukan apa yang menurutmu benar mas. Lilis lalu mengambil peralatan pesugihan (ngepet) yang ia beli setahun lalu disitus belanja online.  
0 notes
rizalwepe · 3 years
Text
Le chagrin
Beriringan sepasang kekasih berjalan kaki menelusuri pusat kota Port Louis yang lebih lengang dari biasanya. Sesekali terselip tawa dalam perbincangan mereka yang mendadak berubah hening saat mereka berdua berhenti di depan sebuah museum tua. Lelaki itu terdiam cukup lama memandang lekat tiap detail bangunan museum itu.
Lelaki itu berkata pada kekasihnya “Kita tidak pernah tahu siapa yang akan pergi dahulu, apa kita akan bersama menikmati hari tua sambil dengan secangkir kopi dan kicauan burung di pagi hari? Dulu aku pernah berjanji kepadamu dan anak-anak kita mengunjungi sebuah tempat nan indah, rumah kita yang sesungguhnya. Kita akan bangun rumah yang nyaman di sana, lalu berternak domba, atau bertani. Kita akan menyantap makanan segar tiap hari. Diwaktu senggang dengan senang hati kita akan saling menceritakan kenangan waktu pertama kita bertemu.”  
“Tepat hari ini adalah hari pernikahan kita dan sudah puluhan tahun sebelum kita bertemu masing-masing dari kita mengidap penyakit ini, rasa nelangsa yang lahir dari rindu yang pedih dan rasa hina kehilangan hak untuk pulang kerumah. Apa yang akan kita ceritakan pada anak cucu tentang asal-usul kita hanya akan menambah kesedihan belaka. Satu wabah yang akan terus melanda semua orang chagos dan keturunannya yang bisa disebut le chagrin.”
Pada tahun 2019 ICJ atau International Court Justice memenangkan tuntutan orang-orang chagos yang tergabung dalam organisasi perlawanan Chagos Refugee Group (CRG) atas pengusiran ilegal sebanyak 2000 penduduk Chagos yang menghuni pulau Diego Garcia yang dilakukan secara sistematis diawali tahun 1967 oleh Inggris dan Amerika. ICJ memerintahkan Inggris untuk mengembalikan kepulauan Chagos. 
0 notes