Tumgik
rifqysyahputra · 2 years
Text
Pengalaman-pengalaman sebagai Mahasiswa Hubungan Internasional
Halo semua, nama gua Rifqy, gua adalah mahasiswa di salah satu universitas negeri di kota Karawang, tapi berasa swasta sih. Mau gua ceritain kenapa berasa swasta? Jangan dong, di-DO nanti gua. Di blog ini gua bakal nyeritain nih, pengelaman-pengelaman yang gua rasain di setengah semester ini belajar tentang keilmuan ini. Kok setengah semester? Kenapa gak satu semester? UTS-nya disuruh begitu, bro. Terima aja. Lagian aneh saja kalo masih setengah semester sudah ngomong satu semester.
Balik ke topik, gua mau ceritain pengalaman gua jadi mahasiswa Hubungan Internasional, dan bagaimana pengalaman gua belajar tentang Hubungan Internasional. Balik lagi waktu lulus-lulusan SMA gimana? Udah ikut saja, blog gua ini. Jadi waktu lulus-lulusan, seperti siswa lainnya, gua bingung tuh mau masuk kampus dan jurusan apa. Masalahnya juga matematika gua jelek, IPA gua jelek, padahal gua anak IPA loh. Jadi gua bingung lah. Tapi pas waktu berselancar  di internet, gua nemuin video tentang ngebahas perkuliahan, dan ada salah satu pembicaranya dari jurusan Hubungan Internasional. Di video itu, gua liat kalo mejadi mahasiswa Hubungan Internasional itu asyik, dari cara dia menceritakan pengalaman dia, dengan cara yang komedik juga. Dan gua inget, dia ngomong kenapa dia milih Hubungan Internasional? Karena di Hubungan Internasional tidak ada hitung-hitungan, dalam hati gua, Gua banget nih. Setelah itu, gua langsung cari-cari itu tentang apa aja yang berhubungan sama Hubungan Internasional. Ternyata, gua tertarik sama jurusan dari FISIP ini.
Singkat cerita, gua masuk ke universitas negeri ini dan resmi menjadi mahasiswa Hubungan Internasional di sana. Awalnya bangga banget gua, gua udah punya ekspektasi kalo gua nanti bakalan debat, tukar pikiran, mempelajari isu-isu internasional terkini, jadi mempunyai ideologi-ideologi yang internasional banget, seneng banget dah gua. Pada awalnya, setelah jalanin setengah semester, pusing juga. Karena gua kaget, karena jadi mahasiswa Hubungan Internasional itu harus sering banget baca berita dan baca buku. Jujur aja ini, gua yang baca majalah bobo gak pernah tamat, jadi kaget dong. Tapi karena itu risiko yang ada di jurusan ini, dengan lapang dada gua terima dengan senang hati. Belum lagi ada buku yang dari bahasa lain harus kami pelajari sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, ada yang dari Belanda, Eropa, Perancis, Jerman. Gua yang Cuma belajar Bahasa Inggris dari CocoMelon sangat overload otak.
Tapi itu semua gua jalanin aja, karena pas belajar di kelas itu asyik-asyik aja. Juga ekspektasi-ekspektasi gua terwujud di jurusan ini, jadi gua seneng-seneng saja. Tapi jujur ya, masih ada saja loh orang-orang nanya lulusan HI jadi apa, gua jawab saja, jadi bunderan. Kesel banget gua. Kembali ke laptop, gua seneng lah jadi mahasiswa HI. Gua jadi bisa berargumen dengan baik karena jurusan ini. Bahkan ya, gua bisa menang debat sama orang tua gua sendiri, asyik gak tuh. Karena di Hubungan Internasional itu kita dituntut juga untuk ngomong, public speaking, dan itu membuat gua meningkat dari yang sebelum-sebelumnya. Juga, jadi mahasiswa Hubungan Internasional harus bisa melihat isu dari dua sisi, jadi kita bisa mengambil kesimpulan yang objektif. Hubungan Internasional juga bikin gua keliatan cool, contoh di saat yang lain sudah maki-maki pas melihat suatu isu, gua itu tenang sambil menganalisis dari dua pihak, gokil gak tuh? OTW jadi menteri luar negeri dah ini.
Di Hubungan Internasional, gua paling suka pas bahas pandangan-pandangan yang ada di Hubungan Internasional. Buat yang gak tahu, Pandangan-pandangan itu kayak bagaimana, jadi pandangan-pandangan itu kayak realisme, liberalisme, marxisme, begitu-begitu lah. Makanya HI! Kenapa? Karena buat gua menarik aja begitu, ngeliat filsuf-filsuf jaman dulu yang bisa bikin pemikiran-pemikiran yang luar biasa dan masih dipakai sampai sekarang, gua takjub pas baca itu. Mereka dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada bisa menciptakan pemikiran-pemikiran luar biasa. Sedangkan kita, teknologi sudah ada tapi malah bodoh, dasar manusia.
Itu dari teorinya, kalau dari isu-isunya juga bikin gua takjub. dimana gua liat kondisi politik dunia yang kayak film Quentin Tarantino, gak ketebak arahnya kemana. Misal, hari ini negara A melakukan sesuatu, besoknya bisa beda karena adanya campur tangan negara lain, wah seru lah pokoknya. Seru bercampur ngeri sih sebenernya, soalnya salah sedikit bisa perang dunia, bro. Sangat gak ketebak, bikin gua ingin ikutin terus isu-isu yang Hubungan Internasional bahas.
Kalo diinget-inget lagi hidup gua yang gunanya minimalis ini, banyak pengalamman-pengalaman dari hidup gua yang mirip-mirip sama isu-isu yang ada di kajian Hubungan Internasional. Kayak contoh kecil, tempat nongkrong waktu sekolah. Dulu waktu gua SD, gua sering banget nongkrong di tempat yang sama, yaitu di sekolahan TK gitu di luar SD gua. Kenapa kita suka nongkrong di situ?  Karena di situ beli mie gelas cuma 2 ribu, yang lain 3 ribu, makanya  kita suka nongkrong di situ. Tiba-tiba suatu hari, tempat itu didudukin sama anak dari SD lain, kita kesel, berantem. Setelah sudah rada rusuh, akhirnya kami dibubarin sama bapak-bapak, dan kami semua gak dapet apa-apa, cuma bonyok di muka. Besoknya, terulang lagi, berantem, dipisahin lagi. Akhirnya kami bikin perjanjian, pokoknya setiap hari ganjil itu mereka yang nempatin, setiap hari genap kami yang nempatin. Mirip sekali dengan isu-isu Hubungan Internasional bukan? Cuma karena wilayah, kami rela berantem cuma karena mie gelas 2 ribu.
Jadi itu lah teman-teman, bagaimana pengalaman gua di jurusan Hubungan Internasional ini. Mungkin kalo semester gua nambah, gua update lagi pengalaman-pengalaman gua, gua sharing lagi ke kalian. Semoga seru ya. Jadi, akhir kata gua Rifqy, sampai ketemu di tulisan gua selanjutnya. Bye!
1 note · View note