Senyum adalah garis lengkung yang meluruskan banyak hal. :")
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
"Matanya indah." Katamu ditengah langkah lalu. "Mungkin itu bukan mata, biar ku sebut ia celah surga, sebab disana segala nikmat ku dapat." Sanggahku dibalik pundakmu.
4 notes
·
View notes
Quote
Bertemu denganmu adalah takdir. Menjadi temanmu itu hanya pilihan. Tapi, untuk kemudian jatuh cinta padamu itu sungguh diluar kuasaku. :":
Nona Aksara
0 notes
Note
Dan perhatikan juga. Apakah dia masih sibuk membuka hatimu dg merayu atau malah menanyakan alamat untuk meminta restu pada ayahmu perkara menjagamu?? Setidaknya dia berjalan dan mengetuk pintu dg arah dan cara yang tepat. (Jika dia bertanya alamat rumahmu :D)
Assalamu'alaikum mas je-es, menurut mas ketika seorang lelaki mengatakan "ga terlalu berharap, kalo emg jodoh InsyaAllah jd jg" ke wanitanya maksudnya apa ya ??. Adakah maksud secara ga langsung dia mau pelan-pelan pergi ninggalin wanitanya ??
Wa’alaikumussalam @styasti
kurang tahu si ya, ndak kenal pun sama orangnya, kan ndak tahu juga tabiat kesehariannya kayak gimana.
bisa saja cuma sok-sokan, bisa saja karena emg masih ndak yakin. jadi menaruh harapan pada yang belum benar berani memutuskan menuju, ya harus selalu siap dengan konsekuensi kapan saja bisa pergi. Karena yang sudah bersama pun bisa pergi.
21 notes
·
View notes
Quote
Cinta ini buta, tapi tidak membutakan. Setidaknya aku tidak butuh mata untuk memastikan bahwa aku mencintaimu. Sebab darimu aku melihat kebesaran kuasa.Nya mencipta manusia. SemangArt bertumbuh, temanku yang masih dalam rahimku. Terima kasih atas pilihanmu hadir melalui aku. Seorang yang akan kamu panggil Ibu. :*
RisaRiiLeon
0 notes
Text
Kita yang Tak Letih Bersemoga
Sedetik kau menciptakan tawa, ratusan kupu-kupu di dalam perutku seolah beranak pinak.
Sekejap kau memeluk bahagiaku, kupasrahkan ribuan tahun di dada ini menjaga namamu.
Sejumput kepercayaan kau berikan, akan kujaga walau dengan sejuta cara.
Biar saja, meski sepercik rasa yang kaubasuhkan, akan kujaga agar tak lekas menguap.
Atas secercah kasihmu, biarkan aku merawatnya, menyiraminya sampai tumbuh subur. Sehingga mencari selain aku, akarmu takkan bisa membiarkanmu kabur.
Atau barangkali, kita akan menjadi lebih indah dari sekadar saling membaur, berusaha menjadikan bahagia tak lantas tumbuh uzur.
Dan Tuan, padamu kelak, bisa saja aku terpatri kuat. Seolah aku kapal dengan jangkar menancap hebat. Sehingga bersamamu bukanlah sesaat, terlebih tersesat.
Seperti malam ini, riang lampu-lampu kota seolah tak ingin redup merayakan kebersamaan kita. Sayup-sayup angin malam begitu syahdu menerpa dedaunan akasia dengan siutnya. Aku, kamu, adalah kita yang tak letih bersemoga.
Juga seperti malam-malam sebelumnya, aku bagimu adalah bintang yang tak pernah kehilangan pijar. Mungkin saja redup sebentar, namun kupastikan akan terang kembali menjelang fajar. Semoga aku kamu bukan lagi yang tak bernalar.
Untuk kita tak ada alasan yang masuk akal jika tak saling menerima. Segenap keniscayaan kita serahkan kepada Yang Maha Memahami. Dan terima kasih, sebab segala yang penuh senantiasa mampu saling tertambat, untuk kita
Senang dipertemukan denganmu, Tuan berbulu mata lentik. Lihatlah, betapa Tuhan Maha Perencana hal-hal baik. Hari sebelum ini tak pernah aku tertarik barang satu kedip. Hari setelahnya kau buat cintaku merangkak naik.
pict: pinterest
Bandung - Bekasi, 2 Mei 2016.
Kolabo(nimbrung)rasi lainnya, bersama @tehjeruk
201 notes
·
View notes
Text
Menikah adalah Kehilangan
Satu jam menjelang akad, di ruang rias pengantin saya ngobrol-ngobrol cantik dengan Uni saya sebelum dia berstatus sebagai istri.
“Uni, apa yang dipikirin detik ini banget?”
Uni saya menghela nafas.. “Kalo nikah bukan sunnah rasul, mungkin uni ga akan menikah”
Waduh, kenapa nih? Jangan-jangan uni masih ragu-ragu. Saya yang panik tetep sok cool nanggepinnya. Katanya emang syndrome orang yang mau nikah gitu, suka tiba-tiba ngerasa ga yakin.
“Emang kenapa uni lebih milih ga nikah kalo bisa?”
“Tia, kamu tau, menikah itu segala hal tentang kehilangan…”
Saya nyimak..
“Uni akan kehilangan banyak hal. Kehilangan kesempatan untuk berbakti langsung pada papa, karena nanti yang harus didahulukan adalah bakti Uni pada suami Uni nanti. Meski itu juga tidak akan menghilangkan bakti Uni sepenuhnya pada Papa dan Mama”.
“ Uni kehilangan kesempatan untuk menentukan dan menanggung resiko pribadi yang selama ini menjadi ruang ujian bagi Uni. Karena setelah menikah, semua hal harus dikompromikan bersama suami. Semua hal harus dipikirkan untuk kebaikan keluarga kecil Uni nanti. Dan apapun yang Uni jalani, nantinya akan menjadi resiko bersama suami. Baik untuk kita bersama, itu sih aman. Tapi ketika hal buruk yang Uni lakukan, maka resiko juga dialami oleh keluarga baru yang Uni bangun”.
Uni merapihkan riasan di wajahnya (yang sebenarnya sambil menghapus air mata yang menggenang)
“Untuk hal-hal sepele, Uni akan kehilangan waktu untuk mendengar cerita-cerita kamu, beraktivitas sebebas-bebasnya selama papa bilang boleh, main, jalan-jalan, nginep-nginep, kerja sampai target terpenuhi, dan lain-lain. Prioritas hidup Uni akan berubah seiring dengan hadirnya seseorang yang menjaminkan diri ke Papa, atas nama Allah, bahwa akan selalu membimbing Uni”.
Saya mengerti, sepertinya cukup. Saya takut Uni nanti beneran nangis padahal akad tinggal beberapa menit lagi.
“ Uni, pake suntiang minang itu lelah gak? Udah gitu Uni harus salaman sama seribuan orang, berdiri berjam-jam.. Hemm nanti aku mah kalo nikah mau yang private aja lah, aku gamau salaman sama orang yang ga aku kenal. Pake suntiang juga sih, tapi gausah pake berdiri lama-lama. Cape”
Uni masih mematut diri di depan cermin…
“Kamu pernah baca bukunya Tere Liye yang judulnya Rindu?”
Tanpa mendengar jawaban saya, Uni meneruskan jawabannya. “Ada kalimat yang masih sangat Uni ingat dalam buku itu. ‘Apalah arti kehilangan? Ketika kami sesungguhnya menemukan banyak saat kehilangan’ sama dengan pernikahan ini, Tia”
“Tadi Uni bilang, Uni kehilangan banyak hal saat menikah. Tapi Uni tetap menikah, selain karena sunnah rasul, juga karena Uni menemukan banyak hal. Kalo ditanya pake suntiang cape gak? Cape banget. Berat plus bikin ngantuk. Tapi Uni berpikir, mungkin ini bisa jadi salah satu cara Uni berbakti sama Mama dan Papa sebelum akhirnya Uni benar-benar akan berbakti pada suami nanti”.
“Setiap orang memiliki impian pernikahannya. Termasuk setiap orangtua memiliki impian per nikahan untuk putra-putrinya. Mengundang banyaknya teman dan kerabat Mama-Papa yang Uni sendiri tidak kenal, mungkin memang melelahkan karena Uni harus berdiri bersalaman berjam-jam. Tapi itulah kebahagiaan mama dan papa yang ingin dibagikan kepada rekan-rekannya. Kebahagiaan bisa menghantarkan putrinya menuju level kehidupan selanjutnya”.
“Uni menemukan banyak kesempatan untuk memohon doa dari orang-orang yang hadir untuk kehidupan Uni selanjutnya. Kan kita ga pernah tau doa siapa yang akan diijabah, bisa jadi salah satu dari tamu-tamu yang tidak begitu Uni kenal yang doanya sampai menembus langit”.
“Uni juga bersiap untuk naik kelas. Karena menikah sama dengan menemukan tantangan baru. Mengkompromikan segalanya dengan seseorang yang baru di dalam hidup Uni. Menemukan kebiasaan-kebiasaan baru, menemukan keluarga baru, juga menemukan impian-impian baru”.
Kemudian saya mengantar Uni sampai ke ruang Akad.
Selamat menemukan, Uni!
*biasanya Saya ga pernah mau bahas soal nikah atau cinta, tapi semoga ini bisa menjadi bahan perenungan kita semua*
344 notes
·
View notes
Text
Menjadi Mandiri
Mamak pernah berpesan, “Nduk, sebelum kamu menjadi istri kamu harus bisa mandiri. Hidupilah dirimu sendiri, sebab kelak kamulah sumber kehidupan untuk anak dan laki lakimu. Sekuat kuatnya lelaki ia membutuhkan perempuan tangguh untuk mampu membersamainya. Siap mengulurkan tangan untuk mendukungnya bangkit. Mendekapnya agar ia tak terasing.” Hadir nyata sebelum mata lelap. Menatap Ksatria Kedua yang sudah jauh ke alam mimpi.:“) kelak, kamu akan aku kenalkan padanya. Ksatria Kedua. Dialah yang akan menjagaku sebelum hadirmu.
4 notes
·
View notes
Text
100 Perilaku Utama Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
Imam Shadiq berkata: “Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah”
1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.
2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.
3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.
4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya, tidak ada seorangpun yg mendahuluinya dalam mengucapkan salam.
5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.
6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.
7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.
8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.
9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.
10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.
11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.
12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.
13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.
14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.
15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.
16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.
17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.
18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.
19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yg tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.
20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.
21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.
22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.
23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.
24. Senantiasa mengulang-ulang jawabannya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.
25. Bila mendengar ucapan yg tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian.
26. Banyak bergaul dengan fakir miskin & makan bersama mereka.
27. Menerima undangan para abdi dan budak.
28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.
29. Melakukan silaturrahmi lebih dari yang lain.
30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.
31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.
32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yg menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, “Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir.”
33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.
34. Tidak pernah merendahkan seseorang.
35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.
36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.
37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.
38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.
39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.
40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.
41. Selalu menjenguk orang yg sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yg sangat jauh.
42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.
43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.
44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.
45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yg manakah Rasulullah.
46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.
47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.
48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.
49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.
50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.
51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.
52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah. Beliau selalu mengatakan, “Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!”
53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada Rasulullah pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yg baik.
54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.
55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
56. Rasulullah sangat menjaga perasaan orang-orang asing.
57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.
58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.
59. Saat gembira, Rasulullah memejamkan kedua matanya & tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.
60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.
62. Rasulullah mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.
63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.
64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.
65. Saat marah karena Allah, tidak seorangpun yg akan mengenalnya.
66. Rasulullah tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.
67. Tidak ada sifat yg paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.
68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.
69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.
70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.
71. Duduk & makan di atas tanah.
72. Tidur di atas tanah.
73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.
74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.
75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.
76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abanya sendiri.
77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.
78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumnya pasti diberikan kepada fakir miskin.
79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Juma’t.
80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.
81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.
82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.
83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudhlu dan setiap mengambil wudhlu pasti menyikat giginya.
84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.
85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.
87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.
88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.
89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.
90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.
91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.
92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.
93. Tidak pernah makan dua model makanan.
94. Ketika makan tidak pernah sendawa.
95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.
96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.
97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.
98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.
99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.
100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.
Semoga kita bisa meniru perilaku beliau Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Source: fanpage Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)
3K notes
·
View notes
Text
Smart Phone Stupid People
Saya sebenarnya bukan mau nulis ini tapi ini sebenarnya adalah sesuatu yang sudah bikin saya risih sejak lama. Kalau lagi lihat home line, pasti selalu ada saja gambar seperti ini berseliweran. Yang like pun bukan anak-anak yang pikirannya masih bisa dikelabui. Sudah mahasiswa, gaes. M-a-h-a-s-i-s-w-a.
Sudah pernah saya tanya dan saya tegur sebenarnya buat apa, apalagi share ramalan golongan darah. Come on dude, kita gak hidup di zaman ibu peri yang datang tiba-tiba untuk mewujudkan keinginan. Pun gak hidup di zaman orang like doang bisa jadi mujur. Stop being stupid, dear.
Kalau dilihat dari jumlah yang like postingan itu, saya yakin mereka percaya kalau dengan like maka apa yang di inginkan terkabul. Lol.
Kalau gitu, gak usah berdoa dan usaha tinggal like postingan doang bisa pergi ke Mekkah
Kalau gitu, gak usah sekolah, kuliah, belajar tinggal like doang nilai UAS aman dan lulus cumlaude.
Yang belum punya jodoh gak usah usah nyari. Duduk manis aja di rumah sambil like postingan biar datang pangeran seenggaknya kayak Zayn Malik atau bidadari secantik Emma Watson
Yang mau beramal dan meyumbang sama yang tidak mampu gak usah bakti sosial, like aja postingan sampai beribu-ribu ntar turun duit dari langit ke orang yang membutuhkan.
Yang mau dapat pahala gak usah ibadah susah-susah like postingan aja udah dijamin masuk surga.
Yang sayang sama orang tua gak usah bantu orang tua atau mendoakannya cukup like postingan aja udah jadi anak sholehah.
Kalau gitu NASA harusnya gak usah ada, cukup like dan share meteor gak jadi menghantam bumi dan kiamat bisa di pending.
Kalau gitu harusnya adopsi anak di panti asuhan karena pasangan yang mandul dan tidak punya anak harusnya tidak ada karena tinggal like bisa gak mandul lagi.
Hingga pada akhirnya, kita tidak pernah memahami arti sebuah usaha dan cukup dengan berharap keinginan bakal tercapai. Salah. Sangat salah. Lama kelamaan otak lo bisa tercuci dan dipenuhi dengan doktrin seperti ini kalau terus saja mau like dan share hal yang bagi saya stupidologist ini.
If you wanna something, you must have pay to the price. Gak bisa cuma-Cuma lo tidur-tiduran bisa turun hujan duit atau tetiba lo jadi kaya raya, lamar Zayn Malik atau Emma Watson, punya anak cerdas dan baik hati lalu keliling dunia, mati tenang tapi selama hidup kerjanya cuma tidur dan like postingan yang katanya bisa bikin lo hidup seenak surga. Salah besar. Bisa-bisa lo stres kalau bangun tidur gak dapat duit segepok.
Mau pintar, kaya, lulus ujian, dapat pahala ya usaha dan berdoa. Bukan like share postingan.
Lagian, gimana logikanya like postingan seolah lo bisa dapat kunci surga dunia dan akhirat bahwa apa yang diinginkan bakal tercapai? Apakah si admin akan mendoakan kalian yang ratusan bahkan ribuan ngelike itu di tiap ibadahnya? Kalau gitu kapan dong dia upload foto like = 1 respect? Apakah si admin akan bilang ke orang tua kalian kalau kalian menyayanginya? Lol lol lol. Yang ada, mereka memanfaatkan kalian yang mudah diperdaya itu untuk menaikkan rating dan mencari followers untuk akun mereka. Kalian semacam dijadikan “budak” untuk mencapai target mereka.
Sedih ya, yang like bukan sedikit, banyak sekali bahkan di ikutin ratusan ribu sampai jutaan orang ternyata isinya begitu. Saya takut aja kalau anak-anak jadi pada beranggapan doa ungkapan kasih sayang ke orang tua sudah bisa tersampaikan dengan like postingan.
Tapi seusaha apapun kita jangan lupa berdoa. Dan mau sebanyak apapun kita berdoa jangan lupa usaha. That’s balance in life.
Gak dosa kok kalau gak mau like dan share postingan mereka. Yang ada lo dosa kalau lalai bantu ibu gara-gara kerjanya ngelike postingan.
Gak dosa kok kalau gak mau like dan share postingan mereka. Yang ada lo dosa kalau gak mau belajar dan nyontek pas ujian gara-gara ngelike postingan.
Gak dosa kok kalau gak mau like dan share postingan mereka. Yang ada lo dosa kalau manfaatin foto orang sakit, foto ibu-ibu tua, foto korban bencana buat di share demi memuaskan hasrat individual dan kesenangan lo biar dapat like. Padahal harusnya lo tahu gimana rasanya kalau yang di foto itu adalah ibu lo tapi divisualisasikan sesuka mereka tanpa izin, harusnya lo tahu rasanya gimana posting foto korban berdarah-darah sebagai atas dasar like = respect tapi nyatanya lo gak bantu apapun.
Gak dosa kok kalau gak mau like dan share postingan mereka. Yang ada lo dosa kalau gak ibadah tapi suka share foto-foto pingin ke mekkah dan masuk surga.
Selamat sore! Ini hanya kegelisahan saya.
Dah. Ah Oh iya.
1 like = respect Like kalau kamu sayang aku
AH ELAH APAAN. YANG TERAKHIR ITU BERCANDA KOK.
256 notes
·
View notes
Text
Bagaimana Jika Pasanganmu Selingkuh?
“Bang kalau nanti kamu punya istri, terus dia selingkuh. Kamu gimana, Bang?”
Saya tertawa, “Ya enggak gimana-gimana, kalau ketahuan ya tinggal dicerai, toh? Kalau enggak ketahuan, kan ada Tuhan Yang Maha Tahu.”
“Segampang itu?”
“Bukan segampang itu, tapi itu yang menurutku lebih mudah. Dari pada terus bersama tapi dihantui rasa curiga. Kan enggak seru. Buat apa hidup kalau hidupnya enggak seru?”
“Kamu enggak marah gitu, kecewa?”
“Hahaha, kecewa mah pasti. Tapi bisa apa coba? Udah terjadi pun. Lagian urusan kesetiaan itu urusan diri kita dengan Tuhan, bukan sekadar pada pasangan. Kalau pasangan saya selingkuh, sementara saya menjaga kesetiaan, saya berlaku baik padanya, itu masalahnya sendiri. Urusan perselingkuhannya itu adalah urusan dia dengan Tuhan. Kecuali saya yang suruh dia buat selingkuh.”
“…..”
“Tugas kita membimbingnya, memberikannya pengertian. Memperlakukannya sebaik kesanggupan kita. Mendoakannya agar terus tetap terlindungi. Tapi jika pada akhirnya ia jatuh pada yang lain, ia tetap tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Serius. Itu bukan lagi kesalahan kita. Itu masalahnya sendiri, dan kita tidak punya kuasa apa-apa atas itu.
Jadi, ndak perlu terlalu takut bakal diselingkuhi, tapi takutlah kita tidak bisa menjaga diri kita sendiri. Takutlah kita hanya setengah-setengah membahagiakan pasangan. Takutlah kita enggak tulus dalam berpasangan. Karena ketika kita sudah memperlakukannya sebaik kesanggupan kita, mendoakan kebaik-kebaikan untuknya, kita sudah menjaga kesetian sedemikian rupa, tapi dia tetap selingkuh. Itu urusan dia dengan Tuhan.
Kecewa itu pasti ada, marah pasti ada. Tapi kita tetap tak boleh lupa, Surga yang sesungguhnya tidaklah terletak di “dunia”.
Saya masih bisa mengejar banyak kebahagiaan lainnya. Menghabiskan hari-hari dengan mengurus panti asuhan, mungkin. Ngajarin anak-anak jalanan buat punya impian yang besar, mungkin. Jiah, kalau bahagia cuma urusan kawin, hampa sekali rasanya dunia. Kalau nemu yang klop, ya nikah lagi. Kalau tidak, ya terus memperjuangkan Surga sendiri.
Lagi pula gini, tidak semua kebaikan kita terbalas di dunia. Kesetiaan kita, ketulusan kita pada pasangan yang tak terbalas di dunia, bisa jadi terbalas di akhirat kelak. Enggak usah khawatir enggak bakal dibalas, Allah Maha Adil kok. Senyumin sajah.
Yang susah sebenarnya bukan kita, tapi dia. Karena bukan hanya akan mencoreng dirinya sendiri, tapi juga kedua orangtuanya yang telah membesarkannya penuh kasih dan cinta. Bahkan mungkin keluarga besarnya. Kalau dia beneran waras, dia pasti berpikir lebih jauh ke sana. Kalau udah enggak waras itu lain soal. Lalu buat apa kita terus bersama dengan orang enggak waras? Biarkan saja dia waras dulu, dan menemukan kehidupan barunya. Begitu pula kita.
Bagi saya, bersama seseorang atau sendiri, kehidupan adalah anugrah yang luar biasa. Bodoh sekali saya jika menghabiskannya dengan terus terkurung pada rasa kecewa. Sebab rasa kecewa akan mengurangi kenikmatan dari kebahagiaan-kebahagiaan lain yang Tuhan suguhkan. Itu kan enggak seru. Buat apa hidup kalau hidupnya enggak seru?
Selama orientasi kebahagiaan terbesar kita adalah “dunia”, kita bakal susah menghadapi kekecewaan. ” “……”
287 notes
·
View notes
Text
Tulisan: Abjad-abjad Cinta untuk Keluarga
💚Alif: Addib (Didiklah Adab). Didiklah anak sopan santun.
💚Ba’: Bayyin (Jelaskan). Jelaskan pendapat dan nasehat Ayah dan Bunda.
💚Ta’: Ta’assaf (Minta Ma'aflah). Tak ada aib bagi orang tua untuk meminta maaf kepada anaknya.
💚Tsa’: Tsaqqif (Didiklah). Didiklah anak Anda dan bekali mereka dengan pengetahuan. Pengetahuan yang membantu anak membangun kepribadian yang bijak.
💚Jim: Jaahid (Berjihadlah). Berjihadlah/Berjuanglah bersama Anak-anak Anda di jalan Allah SWT.
💚Ha: Habbib (Buat Mereka Mencintai). Buatlah mereka mencintai kebaikan.
💚Kha: Khaalil (Jadilah Teman). Jadilah teman bagi putra putri Anda. Jadilah teman bicara bagi mereka untuk memahami maksud mereka dan mengetahui rahasia-rahasia mereka. Jadilah kawan bagi mereka untuk selalu menasihati dan mengarahkan mereka.
💚Dal: Daafi’ (Belalah). Belalah putra putri Anda. Jangan biarkan mereka menjadi umpan empuk Iblis dan para tentaranya, baik dari golongan jin dan manusia.
💚Dzal: Dzakkir (Beri Peringatan). Karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman Alloh SWT dalam al-Qur'an surat Adz-Dzariyat, ayat 55.
💚Ra: Raghghib (Beri Harapan). Berilah harapan untuk meraih surga yang paling tinggi.
💚Za: Zayyin (Hiasilah). Hiasilah kata dan ucapan Anda. Kata-kata yang baik mempunyai pengaruh di dalam jiwa anak.
💚Sin: Sallim (Ucapkan Salam). Ucapkan salam kepada putra dan putri Anda.
💚Syin: Syaarik (Temanilah). Temanilah putra dan putri Anda dalam tanggung jawab mereka ketika mereka meminta Anda secara langsung.
💚Shad: Shil (Eratkan Hubungan). Eratkan hubungan Anda dengan anak. Ajarkan mereka bagaimana menjaga tali silaturahmi dengan kerabat. Ini adalah ajaran agama Islam dan merupakan salah satu prinsip interaksi dalam beragama.
💚Dhad: Dhaarib (Ajari Bertransaksi). Ajari anak Anda bertransaksi yang halal seperti berdagang dan jual beli. Agama kita menganjurkan kita untuk tidak mengemis, menyerah atau menggantungkan diri pada orang lain.
💚Tha: Thabbib (Obati). Obati putra-putri Anda. Jangan telantarkan mereka, karena kesibukan Anda atau prasangka buruk. Bersegeralah bertindak untuk menjaga mereka dari sakit dan efek negatif yang ditimbulkan.
💚Dzhai: Dzhallil (Lindunglah). Naungi anak Anda dengan cinta, kasih sayang dan perlindungan.
💚‘Ain: ‘Allim (Ajarkan). Ajarkan putra-putri Anda dalam ilmu agama dan dunia agar mereka mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik- baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
💚Ghoin: Ghayyir (Ubahlah). Ubahlah perilaku Anda yang dipandang tidak sedap oleh putra putri Anda baik dengan cara berhenti dari perilaku tidak terpuji atau menambah perilaku yang terpuji.
💚Fa: Farriq (Bedakan). Bedakan antara generasi Anda dan generasi putra putri Anda. Bedakan antara cara pandang Anda dengan cara pandang mereka. Ini bukan berarti kita membiarkan mereka dengan keadaan mereka, sehingga mereka menjadi generasi yang tidak sesuai dengan keluarga.
💚Qof: Qobbil (Ciumlah/Peluklah). Ciumlah/Peluklah anak Anda setiap hari. Demikian juga izinkan mereka mencium/memeluk Anda dan pasangan Anda setiap hari.
💚Kaf: Karrim (Muliakan). Muliakan putra putri Anda. Jauhkan mereka dari kehinaan, kerendahan dan tuduhan kebodohan, bersikap menyia-nyiakan dan buruk etika.
💚Lam: Laamis (Sentuhlah). Sentuhlah anak Anda. Jangan jauhkan dia dari sentuhan yang akan menanamkan cinta di dalam hatinya.
💚Mim: Maazih (Bergurauhlah). Berguraulah dengan anak-anak Anda. Ajaklah mereka bermain. Berikan kebahagiaan di dalam jiwa mereka.
💚Nun: Naaqisy (Ajaklah Berdialog). Ajaklah anak Anda berdialog. Ajaklah dia diskusi. Tanda kepribadian seseorang adalah ucapakannya dan bagaimana dia menggunakannya.
💚Ha: Haddi (Tenangkan). Tenangkan diri Anda. Jangan panik dan bersabarlah. Apakah Anda mengira hari, minggu atau bulan berlalu begitu saja tanpa terjadi permasalahan, percekcokan atau perbedaan pendapat? Tentu saja tidak. Ketika terjadi permasalahan, pastikan anak-anak Anda melihat Anda dalam keadaan tenang hingga mereka dapat bersimpati kepada Anda.
💚Wau: Waddi (Antarkan). Antarkan dan jemputlah. Anak memiliki hak untuk diperhatikan hingga mereka merasakan cinta kita kepada mereka.
💚Ya: Yassir (Mudahkan). “Mudahkanlah jangan kalian buat susah”, sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Di antara hak anak atas orang tuanya adalah mendapatkan kemudahan dalam berinteraksi. Jangan menuntut anak Anda sesuatu yang tidak mereka bisa. Jika Anda ingin ditaati, mintalah sesuatu yang bisa dikerjakan. Kadang anak tidak bisa melaksanakan tugas yang diberikan. Tolonglah mereka. Kadang mereka gagal dalam menjalankan tugas. Mintalah dan doronglah mereka untuk berusaha lagi di lain waktu.
Referensi: Diadaptasi dari Kitab/Buku : كيف تكون أبوين محبوبين “Kaifa Takuuna Abawaini Mahbubaini” (Bagaimana Menjadi Orangtua yang Dicintai Anak) Oleh : Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Abyan 1429.
190 notes
·
View notes
Photo
75K notes
·
View notes
Text
Ini Ibu Mereka
Hindun binti Utbah. Saat anaknya masih kecil, ada yang berkata kepada ibunya: “Kelak anak ini menjadi pemimpin bagi kaumnya”.
Hindun berkata: “Celakalah dia, kalau hanya menjadi pemimpin bagi kaumnya saja!”.
Anak itu besar dan benar memimpin bumi, bukan hanya kaumnya. Dia adalah Muawiyah -radhiallahu anhu-. (Ibu yang tak rela dengan hasil yang sederhana)
—
Seorang ibu. Suatu hari dia berkata pada anaknya: “Nak, tuntutlah ilmu. Aku yg mencukupimu dengan tenunanku”.
“Nak, jika kamu telah menulis sepuluh hadits, maka lihatlah jiwamu apakah ia bertambah takut, lembut dan wibawa. Jika kamu tidak melihat itu, ketahuilah bahwa ia membahayakanmu dan tidak manfaat bagimu.”
Dan lahirlah seorang pakar ilmu besar bidang hadits dan faqihnya arab. Dia adalah Sufyan ats tsauri -rahimahulloh-. (Ibu yang berjuang membiayai pendidikan anaknya dan membimbing dengan nasehat mahalnya).
—
Seorang ibu. Dia hampir tak pernah melewatkan malam-malamnya untuk menangis dan berdoa dalam qiyamnya.
Hingga suatu hari ibu ini bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang memberi kabar gembira hasil banyaknya doa dan derasnya air mata.
Kabar gembira tentang anaknya yang bisa melihat kembali setelah buta sejak kecil. Dan benar pagi itu, anaknya bisa melihat.
Di usia anaknya yang ke-16 tahun, ibu ini mengantarkannya ke Mekkah untuk beribadah haji sekaligus duduk di pusat ilmu Islam.
Kelak anak ini pulang menjadi amirul mu'minin di bidang hadits. Dia adalah Imam Al Bukhari -rohimahulloh-. (Ibu yang membangun kesholehannya untuk anaknya dan mengawal pendidikannya).
Terkadang dari rahim seorang ibu lahir bayi yang kelak bermanfaat bagi seluruh umat Muhammad.
Kisah Ini untukmu, para ibu dan calon ibu…
- Ust. Budi Ashari, Lc -
270 notes
·
View notes
Photo
61K notes
·
View notes
Text
Kuliah 2: Memahami Karakter Anak ala Rasulullah
“Pendidikan yang keras dan kasar hanya akan menghilangkan kelapangan jiwa, melenyapkan semangat, menumbuhkan kemalasan dan karakter dusta, sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan sikap licik. Jika hal ini menjadi kebiasaan dan akhlaknya, niscaya rusaklah nilai kemanusiaannya.”
– Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimah
Bismillaahirrahmanirrahim…
Artikel ini adalah lanjutan dari artikel Kuliah 1. In syaa Allaah akan ditulis berkesinambungan. Semoga bermanfaat. :)
Pada dasarnya, metode Nabawiyah menekankan aspek dasar pendidikan adalah dengan kelembutan. Meski demikian, pendidikan Nabawiyah pun tidak menafikan adanya hukuman, bahkan dengan pukulan. Hal ini agaknya berseberangan dengan teori psikologi Barat yang bahkan “mengharamkan” mengucapkan kata “jangan” pada anak-anak. Padahal Al-Qur’an telah berkali-kali merangkumkan kalimat larangan dan penegasan yang diawali dengan kata “jangan”.
Namun, penetapan hukuman dalam pendidikan pun harus dilakukan dengan tahapan. Jelas tidak dapat dibenarkan ketika ada anak yang berbuat salah, kemudian tanpa tedheng aling-aling sang guru maupun orangtua memukulnya dengan dalih mengikuti sunnah Rasul. Jelas tidak dapat dibenarkan menghukum dengan keras tanpa mempertimbangkan karakter anak maupun tingkat kesalahannya. (Tentang tahapan menghukum ini, in syaa Allaah akan saya ringkaskan pada artikel selanjutnya).
Pada artikel ini, in syaa Allaah pembahasannya mengerucut pada cara Rasulullah dalam memahami karakter anak. Rasulullah adalah suri teladan final dalam segala hal. Termasuk dalam hal mendidik anak. Saya begitu terkesima ketika mendengar kisah-kisah Rasulullah yang begitu lembut ketika membersamai anak-anak. Sungguh, beliau adalah seorang panglima dan punggawa di medan perang, namun di sisi lain, beliau pun telah menjadi pemenang di hati seluruh umat manusia. Maa syaa Allaah. Shalaatu wassalaam ‘alayk yaa Rasulullaah… :’)
Setidaknya ada 5 hal yang perlu kita perhatikan, sebagai orangtua, calon orangtua, maupun orang yang menggeluti dunia anak-anak; para pendidik misalnya.
1. Menjaga perasaan anak
Pernah dengar kisah Rasulullah yang memanjangkan sujudnya saat Hasan atau Husein sedang asyik menaiki punggung beliau? Kemudian ketika para shahabat bertanya mengapa sujud beliau lebih lama dari biasanya, apa jawaban beliau?
“Sesungguhnya tadi cucuku sedang menaiki punggungku. Aku hanya tak ingin mengganggunya hingga mereka puas melakukan itu.”
Bagaimana? Terkesima? Sabar dulu. Itu baru contoh pertama di poin pertama. :)
2. Memeluk dan mencium anak
Rasulullah, sebagai seorang Nabi sekaligus Rasul, tentu saja beliau adalah orang yang dianugerahi kecerdasan dan keluasan ilmu yang luar biasa. Namun, di hadapan anak-anak, beliau tak pernah merasa “jaim” untuk “menurunkan derajat” keilmuannya itu. Beliau tak pernah jaim untuk berbaur bersama anak-anak. Beliau tak pernah bermuka masam kepada anak-anak. Beliau tak pelit dalam menyatakan rasa sayang. Bahkan beliau adalah orang yang paling murah dalam mengulurkan tangannya untuk menggendong, memeluk, atau sekadar mengelus kepala anak-anak.
Saya kutipkan sebuah hadits berisi cuplikan kisah yang dibawa oleh Anas bin Malik, asisten kesayangan sekaligus orang kepercayaan Rasulullah.
"Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak daripada Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam. Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di kota Madinah. Nabi pun berangkat (ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama beliau. Beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap, karena suami ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. Nabi pun segera mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali.” (HR. Muslim)
Atau dalam kisah yang lain, Rasulullah di tengah kesibukannya dalam tugas kenabian ternyata sempat meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak. Usamah bin Zaid pernah bercerita, “Rasulullah pernah mendudukkanku di satu pahanya dan mendudukkan Hasan di paha yang satunya. Kemudian beliau merangkul kami berdua sambil berdoa,
"Ya Allah cintailah keduanya, sungguh aku mencintai mereka berdua.” (HR. Bukhari)
3. Melayani imajinasi anak
Pikiran anak-anak ibarat lemari yang berisi segudang imajinasi. Ada sebuah kisah menarik lainnya yang kali ini terjadi antara Rasulullah dan salah seorang istri tercintanya; Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kisah ini diceritakan oleh ‘Aisyah sendiri.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah tiba dari perang Tabuk atau Khaibar, sementara kamar ‘Aisyah ditutup dengan kain penutup. Ketika ada angin yang bertiup, kain tersebut tersingkap hingga mainan boneka ‘Aisyah terlihat. Beliau lalu bertanya, “Wahai ‘Aisyah, apa ini?” ‘Aisyah menjawab, “Itu mainan bonekaku.”
Lalu beliau juga melihat patung kuda yang mempunyai dua sayap. Beliau bertanya, “Lalu sesuatu yang aku lihat di tengah-tengah boneka ini apa?” ‘Aisyah menjawab, “Boneka kuda.” Beliau bertanya lagi, “Lalu yang ada di bagian atasnya itu apa?” ‘Aisyah menjawab, “Dua sayap.” Beliau bertanya lagi, “Kuda mempunyai dua sayap?”
‘Aisyah menjawab, “Tidakkah engkau pernah mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai kuda yang punya banyak sayap?” ‘Aisyah berkata, “Beliau lalu tertawa hingga aku dapat melihat giginya.” (HR. Abu Daud)
Lihat, bagaimana Rasulullah menanggapi imajinasi ‘Aisyah yang kala itu masih berusia belia. ‘Aisyah berimajinasi bahwa boneka kuda memiliki sayap (dalam siroh dijelaskan bahwa imajinasi ini ternyata dibenarkan dengan dalil bahwa kuda Nabi Sulaiman memang memiliki sayap). Beliau mendengarkannya dengan seksama, bahkan menimpalinya dengan tawa. Tak sedikitpun mematahkannya.
4. Jangan pernah berbohong pada anak
Rasulullah telah mengajarkan bahwa ternyata memanggil anak kecil untuk diberi sesuatu padahal ia tidak punya yang dijanjikan tersebut dinilai sebagai sebuah kedustaan, dan itu dilarang. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir radhiyallahu ‘anhu.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Ibuku pun memanggilku, “Hai kemarilah, aku akan memberimu sesuatu. Kemudian, Rasulullah bertanya, “Apakah kamu benar-benar ingin memberinya sesuatu?”
Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.”
Rasulullah pun bersabda, “Jika saja kamu tidak memberinya apa-apa, niscaya dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Daud).
5. Menjaga lisan terhadap anak
Termasuk bentuk menjaga lisan terhadap anak adalah dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, tidak menggunakan bahasa “alay”, dan lebih baik menggunakan bahasa baku. Sebab Rasulullah telah menjadi teladan bagi kita sebagai seorang yang memiliki kemampuan berbahasa yang sangat baik.
(Materi ini disampaikan oleh Ust. Galan Sandy; Manajer Kuttab Al-Fatih)
Sekiranya tulisan ini bermanfaat, silakan disebarkan. Allaahu a’lam. :)
1K notes
·
View notes
Text
Jelas bukan Tuan! Menikah itu nilainya separuh agama. Dan iblis tau itu. Maka dengan geram dalam tipu daya, ia berjuang untuk para lajang agar tak menyegerakan padahal ia mampu. :") terkadang banyak hal yang menutup mata kita, hal yang membuat kita lupa bahwa dia begitu dekat. Sedekat jarak tulang punggung dan tulang rusuk. :")) semoga lekas dipertemukan dalam kesiapan yang cukup membangun kebersamaan melengkapi separuh agama. :"))
Menikah Bukan Ajang Buat Bahagia-Bahagiaan Doang, Kan?
Saya tidak terlalu pusing memikirkan harus punya istri yang berkepribadian gimana. Saya bisa begitu fleksibel. Yang cerewet, ayo. Yang pendiem, oke. Yang tomboy nggak masalah. Yang anggun tak apa. Yang, cuek oke. Yang super perhatian, beres. Yang anteng, siap. Yang petakilan juga sip.
Saya tidak terlalu khawatir dengan hal-hal sederhana macam itu, saya bisa menyesuaikan diri. Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana cara dia memandang kehidupan. Bagaimana cara dia memaknai kehidupan. Mungkin pada awal pertemuan nanti kita masih sama-sama kurang pemahamannya, sama-sama banyak kekurangan keimanan di sana-sani. Tapi satu hal yang penting, kita punya sama-sama kemauan kuat buat benar-benar terus belajar lebih dekat dengan Tuhan. Bener-bener kemauan, bukan cuma omongan apalagi cuma angan.
Yah, saya mulai muak dengan kesenangan-kesenangan dunia yang berlebihan. Saya tidak terlalu butuh kalau punya pasangan yang terlalu gampang memaklumi apa yang sebenarnya salah dalam kehidupan saya. Saya butuh orang yang dengan tegas berani menarik tangan saya untuk menjauh dari hal-hal yang sebenarnya dia pun paham bahwa itu tidak baik. Tegas dalam bentuk kelembutan. Karena ketika saya dikerasi, hati saya bisa lebih keras lagi.
Sebenarnya saya pun berpikiran bisa saja hidup sendiri. Tanpa menikah sekalipun saya masih yakin dapat menemukan banyak kebahagiaan. Tapi menikah bukan sekadar ajang buat bahagia-bahagiaan doang, kan?
216 notes
·
View notes
Note
Mbok jangan hanya merasa hidup :v kalau soal hidup kera di hutan juga hidup Tuan :p hiduplah sebagaimana mestinya hidup itu terlaku. :")) hiduplah dalam sebenar benarnya hidup :) semangArt Menjadi... (hidup)
Setelah aku membaca tulisan Jangan Membohongi Diri Sendiri, aku jadi ingin bertanya sebenarnya apa impian Mas JS?
@hujandancoklat
Impianku bisa hidup dengan merasa bahwa aku beneran hidup. :)
9 notes
·
View notes