Text
Menerima Kisahnya
Nanti, saat kamu menikah dengan seseorang, kamu tidak sedang menerima lembar buku yang kosong. Kamu akan mendapatkan seseorang yang sudah menulis begitu banyak catatan dan kisah, yang kamu baru akan benar-benar mengetahui kisahnya sesaat setelah akad terucap.
Pada kisah yang begitu menyedihkan, atau pada kisah yang begitu bahagia maka selalu siapkan hati yang lapang untuk menerimanya.
Sebab orang yang kamu nikahi adalah akumulasi dari masa kecil hingga ia dewasanya, bahkan sampai ia menemukanmu.
Tidak apa-apa, siapkan saja ilmu pernikahan dan mengelola rasa dalam berumah tangga. Kapan kamu harus menekan ego dan emosi, kapan kamu harus bersabar dulu untuk sesaat sebelum mengutarakan maksut dengan berbicara padanya.
Menerima kisah seseorang itu tidaklah mudah, terkadang ia jauh dari apa yang kamu harapkan, terkadang bahkan bertolak belakang dengan apa yang kamu bayangkan.
Sebab pernikahan itu menyatukan dan saling memperbaiki, kisah-kisah buruk dan hitam di masa lalu tidak perlu diungkap dan dibuka. Tutuplah serapat mungkin dan kubur sedalam-dalamnya, mulailah menjalani hari-hari dengan kebaikan yang penuh dengan keberkahan.
Andai kamu sedang menunggu seseorang yang datang padamu, maka siapkan ilmunya, perluas hatinya, dan mulailah melangitkan doa, agar apa yang kamu doakan senada dengan apa yang Tuhan takdirkan
Selamat malam, dariku yang tengah duduk di kereta menuju stasiun terakhir.
Gambir, 19 September 2023.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
Buku itu..
Aku yakin kau telah membacanya, mungkin hingga berulang-ulang.
Setelah kejadian terakhir, aku berpikir puluhan bahkan ratusan kali untuk memulai kembali.
"Rasaku telah habis, sisanya hanyalah melanjutkan hidup" ucapku saat itu.
Dan setelah pertemuan demi pertemuan, kurasa keputusan terbaik adalah memberikannya padamu.
Aku menunggu, sama seperti kau yang menunggu.
Bogor, 20/03/24
0 notes
Text
Hey..
Lama tak jumpa. Aku punya beberapa cerita yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikir untuk kusampaikan.
Tentang sandal yang hilang di masjid, jam tangan tertinggal di kereta, dan beberapa pemberianmu yg menghilang secara tiba-tiba.
"Mungkin sudah waktunya" batinku.
Memahami arti dari sebuah pertemuan, serta ujian yang akan diberikan. Bagaimana respon dari setiap orang terhadap masalah, emosi serta konjungsi lain yang mungkin muncul.
Sedari dulu, aku selalu melihat garis yang timbul-tenggelam di setiap orang. Terkadang terlihat jelas, sesekali transparan. Ada yang saling bersinggungan, selanjutnya menjauh dan begitu seterusnya.
Bagaimana denganku?
Seperti biasa, melanjutkan perjalanan.
Bogor, 10/01/24
0 notes
Text
Tak mau bertemu
Aku menyukai pertemuan, meski itu awal menyakitkan untuk ujung bernama perpisahan. Tapi bukan karena itu aku menghindarimu.
Wajah-wajah baru menghiasi sudut kota di kala senja. Dari tatapan mata terhadap lampu taman, jenama warung dan gunung, juga cara berjalannya ketika menyeberang dan menghindari tersandung di trotoar-trotoar sempit.
Sesekali terlihat beberapa mengambil nafas panjang, melepaskannya dan kemudian tersenyum.
Aku tahu kamu di kotaku, Namun aku tak berniat menemuimu. Aku bahkan tak berkomentar di status WhatsApp-mu.
Aku hanya tak mau menerima balasan “Ayo, ketemuan!”
Pun apalagi, aku tak mau membuatmu menunggu.
Yogyakarta, 20/12/22
2 notes
·
View notes
Text
Bom Waktu
Saat dihadapkan pada pilihan yang tidak enak, disitu kita dapat melihat seberapa dewasa diri ini.
Ada logika, ada kemampuan mengukur serta setetes kekhawatiran. Mengambil keputusan adalah tanda bahwa dirimu mengalir hidup.
Kita sudah sama-sama tahu bahwa tidak semua orang setuju dengan pendapat kita.
Tidak ada sebuah perjalanan yang lurus-lurus saja. Serta tidak ada yang salah dari berhenti sejenak untuk memperjuangkan sesuatu.
Beberapa orang menganggap kesempatan kedua sebagai perjalanan baru. Padahal tidak semua yang kembali itu menyembuhkan, beberapa hanya menyetel ulang bom waktu.
Kita rela menempuh perjalanan berjam-jam untuk mencapai satu tempat tujuan. Bukan karena di sana indah, tapi karena ada memori yang tertinggal.
Yogyakarta, 17/12/22
0 notes
Text
Kepercayaan
Mendapatkan kepercayaan itu sulit, tapi sangat mudah untuk menghancurkannya. Dan sekalinya mengkhianati kepercayaan, sulit sekali untuk membangun ulang.
Sekali kita tahu seseorang berbohong kepada kita, maka sudah pasti itu bukan pertama kalinya. Entah ditempat lain, diwaktu yang lain, pernah dilakukan. Dan karena tidak mendapat konsekuensi apapun, maka itu berulang.
Berulang sampai kepada kita.
Dan tidak ada kesempatan kedua untuk kebohongan. Karena kesempatan kedua, pasti sudah pernah diberikan oleh orang lain, atau oleh keadaan yang lain. Mengkhianati komitmen, mengkhianati janji, mengkhianati rahasia, mengkhianati kepercayaan. Pikir-pikir ulang untuk mempercayainya lagi.
Nasihat ini kutujukan untuk diriku sendiri yang semoga dalam keadaan apapun, bisa menjadi orang yang bisa dipercaya, dan orang yang berkomitmen. ©kurniawangunadi
438 notes
·
View notes
Text
Mengejar Ombak
Hari ini aku pulang agak larut karena hujan turun cukup deras, lebih tepatnya karena jas hujan yang lupa tidak kumasukkan tas.
Malam itu, aku telah melanjutkan hidup. Memutuskan untuk memperbarui kenangan-kenangan yang telah kulewati bersamamu. Seperti biasa, aku lebih suka mendengar dibandingkan bercerita.
Mendengar orang-orang bercerita seperti melihat sebuah kehidupan yang mengalir. Sama halnya dengan tertawa dan bertemu dengan orang lain.
Kamu memang tak pernah datang lagi dan aku pun tak begitu menunggumu. Di antara hujan yang turun, hal yang kusuka adalah suara-suara ramai yang kini mulai tenang.
"Maukah kau memilihku?"
Tiba-tiba seorang barista membuyarkan lamunanku, membaca judul buku yang sedang kupegang.
Sebuah kalimat yang hanya dapat kubaca, tak sanggup aku sampaikan. Dan begitulah kebiasaan perlahan mulai berubah. Suara-suara mulai redup dan terlupa.
Rintik hujan pun turun sekali lagi.
Yogyakarta, 03/08/21
1 note
·
View note
Text
Lembaran memori berjajar rapi, memintaku untuk mulai membukanya.
Merasakan kembali dinginnya kamarku saat itu. Bukan apa-apa, aku mungkin terlalu lelah setelah diskusi semalam.
Jika bukan karena adzan subuh, aku yakin masih duduk di tempat itu. Menikmati derasnya analogi dan dialektika bercampur dalam secangkir kopi yang tak lagi hangat.
Hampir saja aku tertidur. Ponsel berdering dan aku teringat bahwa kamu minta dijemput pagi ini. Sudah kebiasaanku untuk mengangkat pada hitungan kesepuluh.
"Udah nyampe Gresik ini, ndang bangun bangun bangun!!"
"Oke tak tidur sejam lagi" balasku
Pagi itu juga, sebuah chat masuk ke ponselku.
"Mas, nanti siang ke kantor, bahas proposal dan laporan yang terakhir".
Kau tahu, manusia selalu dihadapkan pada pilihan di setiap harinya. Misalnya mau makan apa atau mau memakai baju apa. Mau mandi atau tidak, berangkat lewat jalan lurus atau memutar dan sebagainya.
Semakin dewasa, kita akan menyadari bahwa pilihan yang kita punya semakin sedikit. Maka, maafkanlah jika pada akhirnya ia tidak dapat mengambil pilihan yang tepat.
Sampai saatnya nanti.
Yogyakarta, 26/04/21
1 note
·
View note
Text
Harapan dan kesiapan
Setiap pagi selalu berakhir dengan terbenamnya senjakala, begitu pula setiap yang telah lalu pasti memiliki pesannya masing-masing. Ada yang baik untuk dikenang dan dilanjutkan, ada pula yang hanya untuk diambil pelajaran dan nasihat.
Belajarlah dari para pendahulu, jangan sungkan untuk sekedar bertanya maupun meminta petuah. Secangkir kopi di sore hari sudah cukup untuk membuka jendela masa lalu, berbincang hangat dan mendengarkan kisah-kisah heroik mereka. Kini kau pun sudah siap untuk melangkah ke depan dengan nasihat-nasihat kebaikan.
Setiap hatimu menerima dia yang datang, maka sudah seharusnya kau lebih siap jika harus berpisah dengannya. Tentu kau tahu bahwa kehidupan akan berpasangan dengan kematian dan pertemuan nantinya akan berakhir dengan perpisahan.
Mari meluaskan hati untuk setiap kebahagiaan dan kesedihan yang datang silih berganti.
Tidak ada yang kekal abadi dari memiliki rasa benci, tidak ada yang terhindar dari manisnya iri dan dengki. Manusia sudah sepantasnya seperti itu. Latihlah hatimu untuk lebih sabar, menerima setiap pemberian dengan syukur dan hati yang lapang.
Meminta maaf dan memaafkan adalah pilihan yang harus kamu ambil, sebaik-baik dirimu adalah yang mampu mengesampingkan ego dan kembali berjabat tangan. Tidak perlu membuat semua orang menyukai ataupun berbaik hati padamu. Biarkan saja semua dengan perannya masing-masing.
Berangkatlah karena kapalmu kini telah siap. Berlayarlah karena setiap pagi akan mengajarkanmu ikhtiar tanpa henti, dan senja akan membuatmu bersyukur karena telah hidup di hari ini.
Semoga Ia meluaskan hatimu.
Yogyakarta, 24/01/21
4 notes
·
View notes
Text
Hari ini tidak pernah ada
Aku sendiri dan tidak menulis puisi.
Kilau lampu malam menyiratkan seolah kota ini masih hidup. Apalagi di tengah kondisi yang serba tidak menentu.
Lalu lalang kendaraan masih terdengar. Pintu-pintu toko terlihat menyala, mengundang para pelancong untuk memasukinya.
Tanpa kusadari jendela di sampingku terbuka. Dan masa lalu pun menyeruak seperti angin. Lembut tak terasa, menghidupkan kembali beberapa kisah lama.
Aku memandang dunia dari balik kaca jendela
Rindu, kau tahu tidak mengenal ruang dan waktu. Seperti hutang yang harus terbayar esok hari
Tidak ada yang bisa diajak berbincang. Bintang-bintang telah lama tanggal semenjak kau hadir malam itu
Karena ketika ada seseorang yang menyentuh hatimu, maka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan
Tidak ada puisi hari ini. Hanya diriku seorang.
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya.
Yogyakarta, 19/12/20
2 notes
·
View notes
Text
Telah lama kumaafkan
Menerima semua kekurangan
Mencoba berdamai dengan hati dan pikiran
Tak masalah jika dirimu gagal
Kamu hanya perlu memulainya dari awal
Seperti yang biasa kita lakukan
Jadi ketika kau bertanya padaku
"Ya, telah lama kumaafkan."
Yogyakarta, 08/11/20
1 note
·
View note
Text
Inginnya bersandar ke pundakmu sambil dielus di kepala, lalu berbisik
"Ini lebih enak ketimbang bersandar pada ideologi"
2 notes
·
View notes
Text
Sudut Pandang Terbatas (2)
Berdasarkan catatan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), realisasi PMA tahun 2018 sebanyak Rp392,7 triliun atau pertumbuhannya minus 8,8% dibandingkan dengan 2017 sebesar Rp430 triliun. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan 2016 yang mencapai Rp396,6 triliun.
Seperti diketahui, realisasi PMA pada 2018 hanya berhasil mencapai 82,3% dari target senilai Rp477,4 triliun. Padahal, tahun-tahun sebelumnya baik tahun 2016 maupun tahun 2017, realisasi PMA selalu melebihi target yang telah ditetapkan.
"Pimpinan, bukankah selama ini kinerja investasi sudah cukup bagus?"
"Akhir-akhir ini bisnis sedang susah, belum lagi setoran yang mulai naik"
"Seharusnya kita perbaiki saja integritas birokrasi dan UU Tipikor, Pimpinan"
"Halah, kamu tau apa!"
Palu diketok, draf dibagikan.
Panjang Umur Demokrasi Investasi
Yogyakarta, 14/10/20
0 notes
Text
Sudut Pandang Terbatas (1)
Sidang Paripurna DPR Senin (5/10/2020) resmi mengesahkan omnibus law rancangan undang-undang (RUU) Cipta Kerja. Omnibus law Cipta Kerja disahkan setelah sembilan fraksi di DPR menyatakan persetujuannya. Banyak pro dan kontra mengikuti perkembangan RUU ini, yang sebelumnya memang sudah disepakati akan dibahas lebih detail per pasal dengan melibatkan perwakilan pekerja. Namun, pengesahannya yang terkesan terburu-buru menyiratkan adanya konflik kepentingan yang sudah "kebelet" untuk segera dijalankan.
"Pimpinan, kenapa ini terburu-buru pimpinan? Rakyat di luar bertanya-tanya, kawan-kawan di sini"
"Apa substansi anda menanyakan hal ini?"
"Ini akan memperparah lingkungan, menghilangkan hak daerah dan menghilangkan hak rakyat kecil"
"Kalau saudara mau dihargai, tolong hargai"
Tirai panggung ditutup, mikrofon dimatikan.
Panjang Umur Perjuangan Investasi
Yogyakarta, 06/10/20
6 notes
·
View notes
Text
September (ceria)
Sudah terhitung 6 bulan sejak pemerintah mengumumkan kasus covid-19 pertama di negeri ini, tepatnya pada bulan Maret 2020. Selama itu pula sudah banyak masyarakat yang terkena dampaknya, total sekitar 200 ribu jiwa (10/09/20) masyarakat positif covid-19 dan harus menjalani perawatan. Dengan penambahan kasus 3.000/hari tentu menjadikan negeri ini dengan rate positif tertinggi di Asia Tenggara. Belum lagi dengan tingkat kematian (death rate) di atas 4% yang semakin membuatnya kian ditakuti sebagai "Macan Asia".
Bukan tanpa sebab, sejak awal kemunculannya pada bulan Desember 2019 di Wuhan praktis belum ada langkah tepat guna yang dilakukan penguasa. Mulai dari testing PCR yang lambat di awal kemunculan covid-19, aturan yang tumpang tindih antar lembaga negara, hingga penyediaan sarana kesehatan bagi masyarakat dan tenaga medis yang kurang memadai. Masih segar di ingatan ketika penguasa memberikan subsidi kepada sektor pariwisata saat negara tetangga sudah bersiap untuk melakukan pembatasan sosial. Meskipun pada akhirnya dilakukan pembatasan sosial di beberapa wilayah pada bulan April 2020, namun hal ini dirasa sudah cukup terlambat.
Bulan Mei 2020, penguasa mengambil tindakan ekstrim dengan menerbitkan aturan terkait hutang luar negeri dalam jumlah besar serta tenor yang sangat lama. Alasannya sudah pasti untuk membantu ketahanan dalam menghadapi pandemi covid-19. Beberapa orang mungkin sudah lupa atau bahkan tidak peduli seberapa kontroversinya aturan ini. Selain itu, konkrit pelaksanaannya pun sampai sekarang belum terasa signifikan. Tenaga medis masih kekurangan ventilator, hazmat, masker medis dan beberapa perlengkapan lain di saat kasus positif covid-19 kian meningkat. Di lain pihak, stimulus ekonomi sudah mulai diberikan seperti kartu prakerja, bantuan subsidi upah, bantuan UMKM serta bantuan ekonomi lainnya. Mungkin sejak awal penguasa memang lebih fokus terhadap sektor ekonomi dan "menomorsekiankan" sektor kesehatan.
Embel-embel new normal seolah menjadi pembenaran dari sekian banyak kebingungan penguasa. Tepatnya pada bulan Juli 2020, negara tetangga mulai memberlakukan sistem new normal yaitu semacam adaptasi kebiasaan baru dalam beraktivitas di masa pandemi. Tentu hal tersebut seharusnya dilakukan ketika tingkat kasus positif covid-19 sudah menurun. Seolah tak mau ketinggalan, masyarakat dipaksa untuk menerima new normal di saat kasus positif covid-19 justru masih melonjak tinggi. Seolah mengisyaratkan bahwa penguasa sudah "lempar handuk" dalam menangani pandemi ini.
Aturan new normal menyebabkan protokol pembatasan sosial menjadi lebih longgar dan kurang efektif. Yang artinya, masyarakat dipaksa menggunakan imunitas diri (herd immunity) dalam menjalankan aktivitasnya namun tetap berpedoman pada protokol kesehatan. Informasi mengenai penambahan kasus covid-19 yang biasa ditayangkan setiap hari pun mendadak dihentikan dengan alasan kurang informatif dan dapat menurunkan semangat masyarakat dalam menghadapi pandemi covid-19.
"Terdengar aneh, tapi ya sudahlah masyarakat juga tidak terlalu peduli".
Mau bagaimana lagi, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Bulan September yang semula direncanakan sebagai pelaksanaan pesta demokrasi pilkada terpaksa diundur di bulan Desember 2020 dengan catatan "pilkada harus tetap dilaksanakan". Beberapa kampanye calon kepala daerah sudah mulai dilakukan, mulai dari acara konser, jalan sehat, sepeda santai yang (semoga) masih menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19.
Dengan perkiraan vaksin sudah diperoleh pada bulan Januari 2021, kira-kira dibutuhkan 40% dari total populasi untuk menjadikan masyarakat kebal terhadap covid-19. Yang artinya dari sekitar 260 juta jiwa penduduk di negeri ini, akan ada sekitar 100 juta jiwa yang perlu mendapatkan vaksin. Dengan estimasi dapat dilakukan 100 ribu vaksinasi per hari, maka dibutuhkan 1.000 hari agar dapat menyelesaikan proses vaksinasi. Yang artinya masih sekitar tahun 2023 negeri ini baru "terbebas" dari pandemi covid-19.
"Itupun jika proses vaksinasi dapat mencapai 100 ribu jiwa per hari, jika hanya 10 ribu atau 1.000 per hari?"
"Belum lagi jika perizinan dan pengadaan vaksin yang dibuat rumit, apakah nantinya dapat tepat waktu?"
Yogyakarta, 11/09/20
0 notes
Text
Jika tujuannya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mengapa hanya orang pandai yang diterima bersekolah?
0 notes