Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Bilangnya sih ke orang
"Aku punya kemampuan kok, jangan lah dibanding-bandingin sama orang lain."
Tapi setiap dialog sama diri sendiri kalimat ini ga pernah ketinggalan
"Aku kok ga kayak si itu ya? "
1 note
·
View note
Text
July meletakkan ponselnya di atas meja belajar dengan sembarang. Ia berjalan menuju kasurnya untuk merebahkan tubuh sebentar sebelum dipanggil untuk makan malam.
July melihat langit-langit kamarnya. Menerawang jauh, mencoba membenahi isi pikiran nya yang rancu. Dimulai dari nilai nya yang turun hingga persiapan utbk nya bersama Leo.
Ah membicarakan tentang Leo, sebenarnya namanya ialah Levino, tapi July terbiasa memanggilnya Leo. Pertemuan pertama mereka terjadi di toko bunga, saat itu July sedang mampir membeli beberapa bunga untuk hiasan kamarnya.
Ada yang menarik perhatiannya kala itu, yaitu seorang laki-laki jangkung dengan kemeja flanel dan celana jeans nya tengah memperhatikan bunga tulip. Bunga kesukaan July.
Tanpa fikir panjang July menghampiri laki-laki itu, menepuk bahunya dan menyapanya. July mendapat respon kerutan di dahi, alias yang disapanya kebingungan. July terkekeh mengingat itu.
Mungkin saat itu yang ada difikiran Leo adalah apakah ia mengenal bocah dengan seragam SMA di samping nya ini. Menghiraukan kebingungan lawan bicara nya kala itu July langsung memperkenalkan diri dan menjabat tangan si lawan bicara. Di situlah Leo memperkenalkan dirinya sebagai Leo dan bukan Levino.
Pembicaraan saat itu didominasi oleh July yang membicarakan soal bunga tulip, Leo hanya diam mendengarkan dan menjawab ketika ditanya saja.
Ocehan July harus berhenti ketika ada suara dering telepon dari ponsel Leo, sang empunya saat itu langsung mengangkat panggilan yang masuk dan memberi kode pada July untuk menunggu sebentar.
Dalam diam July merasa tersanjung, ternyata sedari tadi Leo mendengarkan dirinya berbicara meski tidak banyak memberikan respon.
Beberapa saat kemudian Leo sudah menyelesaikan panggilan nya lalu berbicara pada July bahwa dirinya harus segera pergi. July langsung mempersilahkan Leo untuk undur diri, tapi sebelum pergi Leo meminta nomor telepon July.
Di situlah pertemuan pertama mereka terjadi yang kemudian menciptakan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Membuat mereka memiliki perasaan satu sama lain, memulai hubungan sampai hubungan itu selesai.
"Julyanne." Panggilan mama memecah lamunan July.
July bangkit dari rebah nya untuk menghampiri sang mama.
"Iya ma." Sahut July.
"Sini makan malam dulu." Ajak mama pada July.
July menarik salah satu kursi meja makan itu dan duduk dengan tenang.
"Halo anak papa." July menengok pada sang papa yang menyapanya.
"July kira papa berangkat kerja lagi."
"Engga dong, kan baru pulang kemarin lusa." Ucap papa.
Mereka bertiga memulai makan malam dengan tenang.
"July, mama denger kamu kepilih seleksi lolos PTN pakai nilai rapor." Ucapan mama dibalas anggukan oleh July.
"Tapi July ga yakin lolos. Nilai July kacau di semester ini." Mama dan papa yang mendengar sontak kaget.
"Ada yang ganggu fikiran kamu selama belajar?" Tanya papa.
"Gak ada kok pa." Jawab July.
"Mau persiapan utbk aja? Biar mama cari tempat les dari sekarang." Tawaran yang bagus, tapi boleh tidak ya kalau July mau bimbingan dengan Leo saja.
"Boleh deh ma." Akhirnya July hanya bisa mengiyakan tawaran mama.
Kasian juga Kak Le kalau harus nambah kelas, pasti sibuk banget. Begitu kira-kira pertimbangan July.
0 notes
Text
BERISIK!! AKU TAK SUKA
Apa kalian tidak tau? AKU KETAKUTAN DI SINI.
Aku tidak pernah baik-baik saja!
Aku diam bukan berarti aku tidak mendengar.
Aku mendengar semuanya.
Semua hal yang membuatku berfikir bahwa semua tidak akan pernah berjalan tanpa hambatan.
0 notes
Text
Lewat lima belas
Kala itu di sore hari. Aku memikirkan tentang akan jadi apa aku setelah ini.
1 note
·
View note