Don't wanna be here? Send us removal request.
Quote
Don’t trust people who tell you other people’s secrets
Dan Howell (via perrfectly)
58K notes
·
View notes
Text
Today's Quote, on March 2017
"Sebaik-baiknya pemahamanan adalah paham bahwa tidak semua orang bisa kita pahami"
0 notes
Text
Selayang pandang perjalanan hijab (saya).
Sebenarnya dari kecil saya sudah belajar pakai hijab, tapi cuma hari-hari tertentu saja, misalnya hari besar umat Muslim, begitupun ketika usia SMP saya juga terus belajar berhijab karena hari jum'at diwajibkan berhijab. Pengetahuan saya tentang Islam saya akui sangat dangkal, sedangkan pada nyatanya kedua orang tua saya mempelajari Islam secara mendalam. Saya dipaksa sholat, saya dipaksa ngaji, saya dipaksa puasa, saya dipaksa semuanya untuk beribadah. Banyak orang-orang bilang kalau melakukan apapun dengan terpaksa maka hasilnya tidak akan baik, tapi bagi saya tidak untuk soal kebaikan terutama Ibadah. Justru dengan terpaksa itulah lama-kelamaan menjadi terbiasa dan dengan terbiasa itulah kita bisa menemukan ketenangan menjalani hal tersebut tanpa harus dipaksa (lagi). Ketika SMA saya juga berhijab tapi belum istiqomah, karena saya anggota Kerohanian Islam dan itu juga terpaksa. Awal masuk sekolah saya tidak berhijab, tetapi disekolah saya pada saat itu ada tes baca tulis Al-qur'an dan ada tingkatan kemahirannya. Tidak disangka-sangka saya ditempatkan level 1, level orang orang penghafal Al-Qur'an, dan saya ditarik untuk jadi anggota Rohis yang semua perempuannya diwajibkan berhijab. Saya setujui aturan tersebut karena itulah kodratnya sebagai Muslimah. Akan tetapi saya belum benar-benar berhijab, masih suka lepas lepasan. Di sekolah saya berhijab, ketika pulang saya lepas sampai selesai SMA pun saya belum istiqomah berhijab. Kemudian tahun 2012 saya mulai jadi mahasiswa dan disana berbagai macam agama saya temui, berbagai macam pergaulan saya ikuti, berbagai macam karakter saya kenali. Saya tidak berhijab ketika awal kuliah tapi tetap menjalankan Sholat dan sebagainya. Dan di kuliah-pun pada saat mata kuliah Pendidikan Agama Islam wajib mengenakan hijab. Ketika masuk kelas nama saya dipanggil dan disuruh baca Al-qur'an dengan menggunakan Mic. Setelah selesai, dosen tersebut sangat menyayangkan pakaian saya, karena saya menggunakan jeans, baju panjang tapi digulung, hijabnya gaul (trend masa kini katanya). Saya disuruh ikut majelis ta'lim tapi saya tidak pernah datang karena disana tidak ada yang saya kenal. Mungkin ada beberapa pembaca yang paham betapa 'gengsi' itu sangatlah tinggi ketika memasuki dunia perkuliahan. Mulai dari pakaian, tempat nongkrong sama temen-temen dan lain-lain, harta orang tua jadi sasaran. Dulu, kalo ada tempat nongkrong baru itu wajib bagi saya sama temen temen buat kesana, biasa.. anak labil, daripada ke majlis ta'lim mending ke mall (anak muda jahiliyah) pulang malam, kesana kesini sampe pagi, sholat perlahan ditinggal. Tapi, semakin bertambah tinggi semesternya, semakin berubah pola pikir dan temen temen semakin berkurang karena akan terasa sangatlah susah mencari teman yang benar benar sejalan dengan pemikiran kita. Perlahan saya mulai jadi penyendiri, saya memperhatikan orang di sekitar secara lebih dalam. Bukannya memperhatikan yang laki-laki tapi justru saya memperhatikan perempuan karena saya mulai ada perasaan mau mengenakan hijab. Saya perhatikan semua perempuan yg menggunakan hijab, dalam batin banyak komentar 'ah kok jelek, si ini si anu tidak pantas pakai hijab, ah nanti sajalah. Tapi lama kelamaan niat saya terkumpul, dan akhirnya saya berhijab TAPI masih suka dilepas juga karena pada saat itu masih banyak memikirkan duniawi. Kurang lebih 1 tahun saya berhijab tapi masih suka dilepas, karena disisi lain saya sering mengikuti lomba modelling, sering ditawarin fotoshoot dan lain lain yang tidak mengenakan hijab. Kemudian saya lebih sering murung, mulai gelisah memikirkan akhirat, dan saya berhijab 'seutuhnya' tapi belum syar'i. Yang ada di kepala saya bahwa dengan saya berhijab seperti itu sudah cukup, ternyata belum sampai disitu. Kemudian saya perhatikan perempuan-perempuan yang mengenakan jilbab besar, dan ada ketenangan sendiri ketika saya melihat mereka. Perlahan orang yang saya kenal mengenakan jilbab syar'i dan saya merasa gelisah, semakin bertambah banyak lingkungan saya seperti itu semakin saya gelisah, seolah olah ada orang yang selalu mendorong untuk berpakaian seperti itu. Kemudian ada yang bertanya 'qori kapan?' dan jawaban saya sangat klasik 'tunggu siap' berbagai pro kontra yang ada di kepala saya untuk mengenakan pakaian seperti itu. Akhirnya ketika saya datang ke cafe teman saya, saya dapat kabar bahwa beliau mau menikah dan menceritakan bagaimana proses perkenalannya bla bla bla, karena teman saya ta'arruf. Ketika saya menghadiri pernikahan beliau saya malu! Pertama kali saya menyaksikan orang ta'arruf dan para undangan antara pria dan wanita terpisah. Yang buat saya malu adalah pakaian saya, disana sekumpulan orang-orang yang menurut saya 'malaikat' yang mendorong saya buat berubah menjadi lebih baik. Yang perempuan jilbabnya lebar, yang laki laki celananya gantung. Saya membatin 'ya Allah semoga ini bisa menguatkan niat saya untuk menuju JannahMu, engkau maha pembolak balik hati tolong teguhkan niat hamba'. Kemudian saya mulai cerita tentang niat saya, dan teman saya bilang 'qor, menutup aurat itu wajib. Tidak ada alasan siap tidak siap, dan itu juga sebagai penolong ayahmu ketika di akhirat'. Semakin berperang isi kepala saya untuk memutuskan syar'i, karena masih banyak memikirkan duniawi, kemudian saya menjadi lebih murung, saya sering membatin, sering menangis. Lalu saya berpikir daripada saya menghabiskan uang tidak karuan, ada baiknya saya mengumpulkan uang untuk membeli baju beserta jilbab yang menutupi aurat. Saya berpikir bahwa memakai pakaian seperti itu pasti panas, gerah, bla bla bla. Lalu saya beli baju dan jilbab tersebut yang bahan dan harganya tidak seberapa, kemudian saya pakai. Masyaa Allah. Saya merasa sangat tenang, nyaman bahkan itulah pakaian ternyaman yang pernah saya pakai. Saya sholat, saya terus minta dorongan dari orang sekitar, saya menangis dan menangis sebelum benar benar memakai pakaian tersebut. Dan akhirnya, saya beranikan diri untuk memulai. Saya jalan, kemudian ke kampus dan disana banyak sekali yang 'menggoda' yang menertawakan tapi saya acuhkan. Alhamdulillah, dengan berpakaian seperti itu saya merasa terlindungi, saya merasa lebih dihargai baik dari cara bicara mereka dan lain lain. Masih banyak lagi ceritanya, tapi yasudah.. kapan-kapan saya lanjutkan, insyaa Allah. Semoga kebaikan menyertai kita. Aamiin
0 notes
Text
TAPI - Sutardji Calzoum Bachri
aku bawakan bunga padamu tapi kau bilang masih . aku bawakan resahku padamu tapi kau bilang hanya . aku bawakan darahku padamu tapi kau bilang cuma . aku bawakan mimpiku padamu tapi kau bilang meski . aku bawakan dukaku padamu tapi kau bilang tapi . aku bawakan mayatku padamu tapi kau bilang hampir . aku bawakan arwahku padamu tapi kau bilang kalau . tanpa apa aku datang padamu wah!
0 notes
Quote
Eye contact is way more intimate than words will ever be.
(via perrfectly)
470K notes
·
View notes
Photo
Kenapa dipuncak gunung itu dingin? Padahal matahari terlihat sangat dekat . . Mungkin... Mereka ngga akur . . Bukan.. Mungkin mereka saling merindukan tapi tidak saling menyapa . . Rindu itu tidak harus saling menyapa bukan? . . Iya.. Tak ada sapaan, bukan berarti tak ada kerinduan.
0 notes
Text
Sekilas tentang saya.
Qori'atun Hafizoh, berarti pembaca dan penghafal Al-Qur'an (Insyaallah). Koleris - Melankolis - Perfectionism - an Ambivert -Ailurophile - Bibliophile - Ambisius, kadang kadang suka gila kalo akrab. Tampak 'Cuek' dan 'sengak' (kata orang-orang ) padahal ngga, mungkin karena belum tau banyak tentang saya. Kebanyakan juga gitu kan.. Punya senyum biadab alias senyum bibirnya naik keatas sebelah (kata senior saya). Bisa ngaji, nyanyi, jadi penyiar, presenter, model (ngarang semua) dan yang paling ahli adalah, saya paling bisa buat orang kesel. Karena judulnya cuma sekilas, yaudah segitu aja.
0 notes
Quote
sebelum menyakiti perempuanmu, coba pikirkan dulu. yang akan kamu sakiti itu adalah putri kecil yang mati-matian dibahagiakan oleh ayahnya.
S.A (via pena-kecil)
32 notes
·
View notes