Text


Beberapa orang bilang usia ini usia emas, beberapa orang lagi bilang masa-masa krusial, sisanya bilang ini tuh usia-usia labil usia kritis.

Pada umumnya usia ini ada pada quarter life dimana seseorang sedang mengalami masa peralihan dari kekanak-kanakan menjadi dewasa, sebelumnya mungkin kalian berfikir sudah dewasa saat SMA atau masa kuliah. Padahal sebenarnya usia itu ada pada masa-masa ini. Usia kepala dua ada pada masa kondisi peralihan dunia sekolah dan dunia kerja atau bahkan berumah tangga. Dimana penyakit-penyakit itu muncul, lingkungan yang berubah, tuntutan, tanggung jawab, sulitnya adaptasi, “sadar diri”, gengsi dan tekanan dari segala arah. Belum lagi saat ini kita semua setiap hari terkoneksi dalam level yang amat tinggi melalui media internet. Ya memang banyak sekali impact positifnya kepada kita, tapi tidak dipungkiri bahwa setiap ada proton pasti akan ada elektron dan neutron. Hal ini yang saat ini memicu para “penghuni usia emas ini” semakin tertekan. Tuntutan “harus lebih baik” dalam konteks yang berbeda memicu segala hal harus bisa diraih olehnya. Dalam beberapa hal itu akan menjadi motivasi yang kuat untuk beberapa individual yang cerdas dan di dukung oleh keadaan sekitarnya. Tetapi.. jika sebaliknya keadaan sekitar tidak mendukung, seseorang akan lebih sulit menggapainya. Maka dari itu butuh upaya lebih, bahkan xtra untuk menyeimbangi dengan tujuan dia sendiri. Kita semua tahu bahwa segala sesuatu butuh proses tidak ada yang instan, konteksnya sama dengan makanan instan saat ini meskipun itu mie instan tetap saja kita perlu uang untuk membelinya, kompor, air, piring dan garpu bahkan niat untuk memasaknya kan? sedangkan hampir semua “penghuni usia emas” ini berharap mendapatkan semua “emas” itu segampang menyebut “abracadabra” yang langsung menjadi nyata sehingga beberapa karakter, kebiasaan dan mentalnya tidak tahan dalam proses panjang perjalanan menuju golden ticket. Alhasil.. mental illness, halusinasi berlebih, minder, gangguan kecemasan (anxiety disorder), bipolar dan OCD bisa terbentuk dari hal yang awalnya kita tidak sadari di usia ini. Sementara itu disisi bagian “proton” seseorang yang ingin terlihat “lebih” akan menyeimbangkan keinginannya dengan keadaan dirinya.
Bagaimana caranya? Seseorang yang lahir mempunyai sifat ambisius dan memiliki gagasan terbuka dia akan melakukan usahanya sebaik mungkin tanpa membawa perasaannya sehingga kejiwaan dia tidak akan terganggu walaupun bagi wanita pasti sulit tapi, ini yang sering kukatakan “ya gimana lagi.. yaudah jalanin aja” karena “that’s how life works” tidak ada pilihan kecuali menjalaninya. Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali menghadapinya. Orang bilang “tenang lah badai pasti berlalu” padahal tak akan berlalu selain dilalui. Mungkin sejatinya kita diam saja, kita tidak pernah berotasi, kita tidak pernah ber”revolusi” tapi bumilah yang berotasi dan berevolusi kita hanya ada di dalamnya dan melaluinya. Kita melaluinya. Selama kita menyeimbangkan segala hal, kita tahu hak dan kewajiban, kita sadar akan kehidupan dan kematian rasanya “emas” ini pasti kita dapatkan suatu hari nanti. “opstimis aja dulu” kata-kata itu emang kadang harus kita sebutkan sembari mengaca diri. Tak sadar bahwa apa yang kita katakan ke diri sendiri akan menjadi gema dan marasuki ke dalam alam bawah sadar kita yang akan membuat kita dengan sendirinya menjadi kuat, tegar dan selalu mempunyai pikiran pikiran yang baik apapun masalah yang menanti. Meski dalam perjalanannya mungkin tidak akan selalu kebal terhadap perasaan itu sendiri karena pada dasarnya manusia di ciptakan berbeda dengan makhluk lainnya karena diberi akal pikiran dan perasaan, walaupun memang sayapun mengakui semua mahkluk hidup memiliki perasaan bahkan hewan buas sekalipun, tetapi perbedaannya adalah perasaan manusia dan akalnya yang akan selalu terhubung. disitulah terjadi keseimbangan dan alasan mengapa seseorang “menjadi manusia” atau malah seperti beberapa kasus akan “menjadi binatang”. Dunia ini keras kawan, dunia ini buas kawan, dunia ini tidak berperasaan sepeti kita kawan. Yaa.. semua ungkapan itu betul adanya, tidak salah. Tapi balik lagi bagaimana perspektif kita, pandangan kita dan tentunya cara menghadapi semua dunia itu.
Akankah kita juga akan keras? Akan kah kita juga buas? Atau kita akan menghilangkan perasaan dan melawan dunia sekejam itu meski tuhan sudah memberikannya sebagai alat “pendamai dunia”?
Di sisi lain neutron menghadapi usia emasnya tidak seperti emas, tidak seambisius proton. Energinya hanya ala kadarnya, sama seperti semangatnya menghadapi dunia keras ini. Memangsih apapun yang terjadi dia lalui, tapi bukan dia hadapi. Tentang tujuannya bagaimana? Tujuan seorang “neutron” di “usia emas” ini tidak terlalu gemilau dan se”mahal” emas situ sendiri. Dia hanya ingin zona nyaman atau malah memang terlalu nyaman sehingga terjebak dizona nyaman? Aku rasa gambarannya mungkin tidak jauh dari itu. Bukankah kita semua adalah proton yang ingin melakukannya sebaik mungkin? “Tidak ada elektron dan neutron kok itu hanya anggapan kamu saja” begitu kata bagian diriku yang lain. Parameter perbedaannya adalah bukan pada sisi “goals” orang itu tetapi di sisi “bagaimana kita meraih tujuan itu dan cara yang mana yang kita ambil?”
Neutron akan mengambil tindakan yang menurutnya hal paling aman dan tidak mau mencoba hal baru. Biasanya hal yang paling aman adalah hal yang monoton, hal yang tidak banyak berubah. Lalu bagaimana seorang neutron akan menggapai tujuannya jika dia setiap hari ingin menjadi lebih baik juga? Hidup itu perjalanan, hidup itu pilihan tidak selamanya dalam hidup kamu akan baik-baik saja, suatu hari nanti pasti akan tiba saatnya kamu di beri kejutan dari kehidupan ini. Itulah yang disebut tantangan, hal baru, pengalaman baru, rasa baru, dunia berotasi, dunia berevolusi, kalau kamu tidak mau berubah bagaimana caranya agar itu semua “terlalui”? apakah zona nyaman benar benar nyaman? Nyatanya tidak, ada elektron dan proton yang akan menjadi lawanmu. Pada akhirnya kamu yang ada ditengah akan memilih atau dipilih. Memilih menjadi elektron di dunia ini atau menjadi proton di dunia ini? Jika semua sudah bergerak dan kamu hanya berdiam saja pada “poros” kamu, kamulah yang akan tersisihkan, menjadi komet yang menabrak bumi dan terpecah belah menjadi puing puing yang tidak punya arti, termakan sang elektron yang mungkin serpihan tubuhmu akan ditimpa olehnya juga.

Jadi sudahkah anda memilih cara mana yang akan kalian lakukan untuk menggapai semua keinginan kalian? Karena pada dasarnya usia ini hanya waktu. Waktu generasi kita untuk berpindah posisi. Waktu generasi kita untuk memilih dan menentukan mau seperti apa kita nanti. Sulit? Tidak, kamu hanya perlu menghadapinya. 😊

Dari diriku sendiri,
Untuk diriku sendiri.
in frame diriku sendiri dan teman - temanku yang amat sangat aku sayangi walaupun terkadang juga amat sangat menyebalkan juga mungkin terkadang diam - diam saling menjadikan saingan haha.. beberapa harus pergi beberapa harus kembali berjuang satu tahun kedepan. langkah apapun yang kita ambil semoga itu yang terbaik, dan semoga pundak ini selalu dikuatkan..




3 notes
·
View notes
Text
Entahlah, aku pun tidak mengerti
akhir - akhir ini aku terobsesi dengan kematian. namun terlalu pengecut untuk mengakhiri dengan tangan sendiri. menurutku kematian itu menggenapkan, akhir sekaligus awal bagi suatu siklus. seperti pér, berada di titik yang sama namun pada dimensi yang berbeda.
obsesiku diawali saat dihadapkan dengan ragam permasalahan dewasa namun pikiran belum cukup matang untuk mencernanya percintaan, pendidikan, karir, relasi) mengapa semua masalah - masalah itu terasa lebih memusingkan saat ini. semua dirasa buntu, yang diusahakan ternyata tidak terwujud, kepercayaan yg diberikan ternyata tidak ada artinya, orang - orang sudah menjadi kupu - kupu sedang aku masih menjadi ulat (walau ogah menjadi ulat).
aku rasa mati merupakan jalan pintas yang cukup bagus. selesai. masalah akan hilang seiring tubuhku terbakar terbawa angin. namun sayangnya, agamaku mempercayai ada iming-iming hidup setelah mati. nyaliku ciut saat sadar bahwa kematian merupakan sebuah kekekalan jiwa, dan segala keburukan kehidupan di dunia akan mendapat ganjarannya di kehidupan selanjutnya (kalian boleh setuju atau tidak). apakah aku sudah siap mati dan terlahir kembali? karena sepertinya tidak ada kematian abadi untukku. tentu saja aku si pengecut lebih memilih untuk tidak mati dengan tangan sendiri.
dengan mental manusia yang lebih memilih untuk menyalahkan keadaan dibanding menyelesaikan masalah, aku menemukan obsesi baru: mempertanyakan kehidupan. aku dihidupkan tanpa izinku. i was born without my consent.
konsep perizinan dan persetujuan (apa terjemahan consent yang tepat?) terhadap makhluk yang tidak/belum bisa memberikannya sepertinya agak rancu. hal ini seperti memaksakan pikiran sendiri terhadap pikiran makhluk lain. janin yang diaborsi memiliki hak untuk hidup! bukankah jika begitu, bayi tersebut jug memiliki hak untuk tidak hidup? apakah penolakan untuk hidup melanggar norma ketika diutarakan oleh individu yang diberi kehidupan?
namun secara alami, makhluk hidup akan terus mencoba bertahan hidup. sadar atau tidaknya makhluk tersebut akan kehidupan setelah mati. melawan mati adalah insting makhluk hidup, dan semua organisme berhak untuk tetap hidup (dalam teori biosentrisme). konsep ini bertentangan dengan hak untuk memilih mati, karena secara alami tidak seperti itu. seperti pasangan jantan-betina, yang secara alami terjadi karena kebutuhan reproduksi. tapi sesungguhnya alami itu apa? jika rasa tidak sesuai dengan kaidah kehidupan apakah lantas rasa itu tidak divalidasi? jika kecenderungan diri tidak sesuai konsep alam apakah kita jadi tidak alami? apakah makhluk tersebut menjadi artifisial? seperti buatan manusia? apakah manusia bukan makhluk dari alam sehingga buatannya menjadi tidak alami?
lagipun, apakah janin itu sudah benar-benar hidup untuk menolak untuk mati? apakah janin sudah memiliki hak untuk memilih hidup jika belum hidup? tentu pertanyaan-pertanyaan ini akan lebih mudah dijawab jika kita bisa bertanya pada janin dan bayi. meskipun begitu, kesadaran manusia baru bisa di-”akui” ketika manusia sudah dianggap dewasa, dan sudah bisa menerima konsekuensi atas pilihan yang secara sadar dipilih. consent akan kehidupan menjadi sulit karena kita hanya menebak. janin merupakan kesempatan manusia untuk bisa hidup, itu yang pasti. benar-benar hidup atau tidaknya sungguh sangat tergantung pada Tuhan dan manusia lain yang bertanggung jawab terhadapnya.
dan akhirnya, tidak ada salahnya untuk berjuang, karena memang kesempatan untuk hidup sudah terlanjur diberikan. tidak ada yang salah, kecuali menyalahkan pikiran orang lain atas dasar pikiran sendiri.
untuk yang sudah terlanjur hidup, selamat berjuang. menyalahkan keadaan tidak akan menjawab pertanyaan, mari hidup dengan dada yang lebih lapang. tidak ada yang benar-benar ingin mati tanpa kepastian, dan tidak ada kepastian apapun setelah mati.
0 notes
Text
Siapa yang jahat diantara kita?
Mengapa seseorang bisa dibilang jahat?
Tentu banyak cara membahas hal ini. Tapi izinkan saya bercerita dengan salah satu cara yang bahkan baru terpikirkan disela - sela jaga malam kemarin
Setiap orang punya keyakinan. Punya aturan main yang menjadi bordernya menjalani hidup. Agar merasa aman dan nyaman. Baik dunia, bisa juga akhirat. Bisa agama, atau norma lainnya.
Tiap orang bisa jadi punya ‘norma’ yang dibuatnya sendiri. Mungkin bukan norma. Keyakinan? Prinsip? Logika? Rasionalitas? Sebut saja apa yang kau mau. Bisa berubah? Bisa, tinggal ekstra energi.
Rasionalitas itu perkara mayoritas. Tapi kadang, apa yang kamu anggap benar belum tentu logis bagi orang lain. Apa yang seharusnya menurutmu, belum tentu yang seharusnya menurut orang lain. Karena mungkin kamu, atau mereka, tidak dalam satu lingkaran mayoritas itu. Karena mungkin, ada cerita yang berbeda di belakang itu. Ada ukiran yang berbeda, luka yang berbeda, doktrin yang berbeda. Semuanya bisa baik. Tapi bisa beda. Bisa. Sangat bisa.
Kadang, yang berbeda itu dianggap aneh dan salah. Tak jarang pula dicap jahat pada kasus kasus tertentu. Seperti, membuat keputusan yang dianggap tidak logis bagi mereka. Mungkin, keputusan untuk pergi. Atau keputusan untuk menjauh. Atau pergi demi kebaikan orang lain. Kebaikan menurut siapa? Baginya mungkin baik-baik saja. Tapi bagi saya mungkin bahagia bukan begitu. Lalu kebahagiaan yang mana yang harus kita kejar bersama? Beda. padahal sama-sama bahagia.
apapun itu harus diusahakan. Kompromi bisa ditemukan. Jika keduanya mau mengerti satu sama lain. Ingat, tidak adil memaksakan logika mu pada orang lain. Walau kadang banyak kompromi yang hanya terutup gengsi, juga kebohongan. Tidak ikhlas. Terima di bibir, namun terus mempertanyakan. Rasanya keikhlasanmu pun perlu dipertanyakan.
Pergi tidak selalu menjadi solusi. Tapi bisa jadi solusinya pergi. Hatimu pasti tau jawabannya, hanya kadang kalah kuat dengan ego dan kesanggupan menerima kenyataan.
Kehilangan bukan hal yang mudah bagi siapapun. Yang dianggap jahat mungkin seringkali dianggap hidupnya lebih tenang. Jadi satu-satunya yang harus bertanggung jawab. Perasaan dan hatimu itu hak dan tanggung jawabmu sendiri. Jangan lupa, selalu ada sisi lain dari ceritamu, juga ceritanya.
Namun bagi saya, perpisahan dan kehilangan hanya masalah waktu. Tak jarang, manusia tak mau bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Menunggu hidupnya ditentukan orang lain. Agar rasa senang maupun sakit bisa datang tanpa penyesalan pada diri sendiri (saya pun begitu). Egois bukan? Lagi-lagi, nyatanya perpisahan dan kehilangan bukan hal yang mudah. Semua bisa merasa benar dengan versinya masing-masing, asal berlandaskan kejujuran hati. Yang menoreh luka seringkali justru mendewasakan dan menguatkan. Yang tertoleh luka, juga selalu memberi pelajaran hidup bagi yang melukai. Sekarang, besok, ataupun nanti. Karena manusia tak pernah datang tanpa maksud.
Selamat berjuang bagi yang sedang berjuang. Maaf bagi manusia-manusia baik yang pernah atau seringkali saya sakiti. Apapun yang mendasari, menyakiti seseorang tak pernah jadi hal yang dibenarkan, karena pasti ada cara baik yang bisa jadi pilihan. Mungkin jika waktu diperpanjang, atau jika saya cukup pintar memilih cara.
ditulis dengan hati yang lebih lapang...
0 notes
Text
“Terlalu basi untuk dibahas, bagimu yang terlalu tinggi itu.”
Tentang waktu, tentang jarak,perubahan,isi maupun hampa serta tentang manusia pula,yaitu kamu.
Hari itu telah menjelaskan segalanya, maka tak perlu ku ulangi sekali lagi. Cukup dewasa untuk mendengar hal-hal menarik atau mungkin membosankan, mengenai daratan dan lautan serta potensi dan ancaman yang satu sama lain saling mempengaruhi Ya, seluruhnya. Kau lebih paham bagaimana hukum dan kekuatan dari seluruh aspek dasar saling berpegang satu sama lain untuk mengatur perkembangan. Sayangnya, sebagai seorang yang sedang sadar kau tidak bisa memungkiri setiap perkembangan yang melampaui setiap batas dua tangan, mata dan telingamu. Manusia, ciptaan yang diasumsikan paling sempurna itu masih memiliki hal kosong dan kurang, lalu bagaimana hukum dan peraturan? tak perlu kau jawab. Bicara soal ruang, bicara soal perubahan. Baru saja pagi tadi ku dengar bahwa perubahan tidak melulu bicara soal fisik, namun perubahan dapat merasuk kedalam fungsi-fungsi terkecil didalamnya, konteks fungsional kata bapak pagi itu. catat, transformasi terjadi sejalan dengan mobilitas namun menurut perhitungan probabilitas transformasi dapat terjadi ditempat yang sama. Terang terangan kau tau semua itu, sekedar menutup mata kau telah ingat setiap detail susunannya . Terlepas seberapa banyak yang kau mengerti.
Aku belum cukup lancar membaca bagaimana hujan membentuk suatu ruang melalui perpindahan yang tak pasti itu, namun yang ku tau rinai hujan dapat membawa ruang yang lama tertutup kembali lagi dan ketabahan menjadikannya sebuah ilusi. Bukan waktu yang lama, namun bukan berarti waktu yang singkat memenangkan. Bagaimana aku membaca lagu-lagu harian mu, atau mungkin lagu-lagu harian kalian? Begitulah coba tafsirkan sendiri. Sosok sosok yang selalu berbisik membuka mata dan mencuci otak, sehingga kini terbata bata ku melangkah, aku takut menciptakan ruang untuk kita, aku sangat takut. Betul saja, kini aku salah melangkah dan terjatuh didalam mata mu. Banyak makna tersirat di dalam sini dan kamu adalah pengecualiannya. Cakap mu yang lantang kala itu menolak adanya jarak, dan menerima ku sebagai singgahan yang hangat. Lalu, mengapa jadi membingungkan? jarak adalah kosong dan hunian adalah suatu yang hampa, keduanya adalah ruang. Jadi, kau ini bagaimana? menentang namun tidak. Serius lah, tolong jangan bercanda. Hukum alam berkata bahwa seharusnya kita saling menjaga dan mengisi namun lagi lagi semua hal dapat berubah, yang mengisi dan menjaga dapat berpindah menjadi mengosongkan dan menyakiti untuk menjaga dan mengisi tempat lain begitu seterusnya. Memusingkan memang. Ini semua adalah jawaban mengenai kekosongan hukum dan peraturan sekaligus kekosongan manusia. Kosong semuanya bukan hanya tutur!! Umurmu yang bertambah adalah gambar tranformasi wujud fisik yang terjadi dan keberadaan mu disini yang mendingin adalah gambaran tranformasi fungsi singgah telah kau langgar. Atau mungkin aku yang menjarak? bertranformasi menjadi sosok yang membosankan dan bukan menjadi alasan untuk mu pulang, Atau mungkin aku yang telah berpindah? tapi untuk siapa? Sama seperti hujan kau membentuk ruang dengan perpindahan yang tak pasti yang suatu saat akan pulang dan membawa cerita lama, serta kucoba sekuat tenaga agar tabahku menjadikannya sebuah ilusi. Aku tidak akan pernah menyesal pernah jatuh bersama mu oleh karena mu. Kau selalu menyalahkan waktu yang berubah, keadaan yang bertranformasi membentuk suatu formasi dan menjadi suatu ruang bumerang bagi mu, ralat kata mu. Namun, sadarkah kaulah ruang itu kaulah jeda itu. Kau yang meciptakan dirimu sendiri. Kau adalah sela -sela antara dua itu, keputusanmu.
-- ditulis dengan hati yg masih menyimpan amarah dan mencoba ikhlas; ikhlas yg masih perlu dipertanyakan
0 notes
Text
......
Mengenalmu bukanlah sesuatu yang kurencanakan dengan matang kala itu. Kau datang tanpa kuduga di saat aku masih berusaha untuk mencari arti hidupku.
Sambutanmu hangat, aku menyukainya. Rasanya seperti kembali hidup dan tidak takut lagi akan kecewa untuk setiap harapan - harapan baruku pada hari berikutnya. Apabila hal itu adalah ilusi tentu aku tak akan keberatan untuk hidup dalam afirmasi semu yang diciptakan oleh pikiranku sendiri. Karena hari - hariku selalu berat, percayalah. Beratnya berbeda, tidak seperti harimu yang penuh tantangan untuk membuat semua baik - baik saja serta sarat ambisi untuk menjadi dewasa seutuhnya yang bahkan membayangkannya saja pun aku belum bisa.
Aku menyesal karena tidak memanfaatkan kesempatan untuk mengenalmu lebih jauh lewat pertanyaan - pertanyaan yang bisa saja kulontarkan tanpa henti pada malam - malam yang pernah kita lalui bersama meskipun aku di sini dan kau di sana. Namun, apabila kau bertannya hal apa yang paling kusesali tentangmu, jawabku adalah bahwa aku tidak bisa mematikan rasaku untukmu yang entah sampai kapan akan hidup dalam diriku. Katanya hati tidak pernah mencari karena ia jatuh sendiri, kan? tetapi tak apa, kata Efek Rumah Kaca aku harus mencoba menikmati kegundahan ini dengan segala denyutnya yang merobek sepi.
Tanpa sadar aku telah membunuh diriku sendiri. Dengan semua ekspektasiku tentangmu, kurangkai cerita sempurnaku sedemikian rupa sehingga aku bisa membayangkan keadaanku yang baik - baik saja, meski entah kapan dan di mana. Dengan mudahnya aku menganggapmu signifikan padahal yang kau tunjukkan padaku juga yang kau tunjukkan pada yang lain:) Dan ketika respon yang kau berikan tidak seperti yang kubayangkan, aku meyakini bahwa kau sedang penat, mungkin sedang banyak pikirin. Tak bisa dipungkiri bahwa hal tersebutlah yang menjadi salah satu sumber kesedihanku hingga detik ini.
Pemikiranku tentangmu yang tak pernah menganggapku sebegitunya pun sudah kuyakini, namun, ternyata menyakitkan juga rasanya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi memang sesuai dengan apa yang kita perkirakan selama ini. aku tidak lagi perlu bertanya apapun karena kau pun tidak pernah memerlukannya sejak awal, bukan? aku selalu berharap bila kehadiranku adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kau tunggu - tunggu setiap harinya. Namun di dalam mimpiku tadi malam, kau sudah tak lagi ramah. Mungkin tak lagi ingin kujamah. Malam yang tadinya dibayangkan selalu dihabiskan bersamamu melawan segala pedih perih sepanjang hari, ternyata hanya menjadi kesendirian yang tiada berkawan. Malam kita tak pernah nyata, hanya menjadi saksi di antara kata yang tak terucap.
Aku selalu ingin mengulang skenario kita secara berbeda, dengan meniadakan rasa dan asa. Aku juga selalu ingin melihatmu dari perspektif yang lain, yang tidak teracuni oleh ekpektasi yang selalu menyakiti. Aku tahu aku tidak akan relevan lagi dalam semua konteks kehidupanmu. Beberapa hari terakhir pikiranku dipenuhi oleh bayang - bayang tentangmu. Aku sudah jatuh terlalu dalam. Sayangku juga terlalu banyak. perasaanku terlalu sesak karena tak bisa kuungkapkan. Lagi - lagi aku terlalu takut untuk menyampaikan semuanya. Sepertinya menjadi pengecut untuk merasa kecewa ketika apa yang kurasakan Tiada artinya adalah jalan ninjaku. Terlebih ketika kenyataan mewujudkan semua mimpi burukku tentangmu.
Seperti halnya sesuatu yang tidak direncanakan, tentu perihal jatuh hati ini tidak kuantisipasi dengan risiko terjadinya patah hati yang tidak berkesudahan, mungkin mulai sekarang aku harus menyiapkan berbagai rencana untuk mengisi hari - hariku apabila nantinya hati ini harus terus kembali terluka. Atau mungkin memang aku yang seharusnya menenggelamkan semua ekspektasi pada semesta, membunuh harapan - harapan yang tak pernah absen membuatku kecewa. Apabila menjadi dewasa adalah satu - satunya cara untuk memahami bagaimana dunia ini bekerja, maka aku tidak akan pernah menginginkannya...
Meskipun begitu, aku mensyukuri pertemuanku denganmu. walaupun pada akhirnya kita kembali asing seperti sedia kala. Bila kelak dipertemukan kembali, aku mungkin akan tetap memilih untuk mengenalmu dengan kisah yang sama, dengan akhir selamanya..
1 note
·
View note
Text
But if the world was ending
You'd come over, right?
You'd come over and you'd stay the night
Would you love me for the hell of it?
0 notes
Text
Satu hal yang aku suka dari bintang,
Bintang akan selalu ada untuk langit, entah siang atau malam.. entah pada saat matahari terbit ataupun tenggelam yang kemudian digantikan oleh bulan, dikala hujan deras pun bintang akan tetap ada untuk langit.
Namun, cahaya bintang memang tidak akan terlihat pada saat teriknya matahari dan derasnya hujan, ia menyembunyikan sinarnya dibalik awan.
Cahaya bintang itu tidak abadi, sang bintang akan terang dan suatu saat akan meredup. Tapi ingat, bintang hanya meredup bukan meninggalkan langit sepenuhnya.
Jakarta, 22 Mei 2015 [23:06]
2 notes
·
View notes
Photo

Balangan beach at Bali - Indonesia (by Thomas Larsen Røed)
760 notes
·
View notes