Text
Izinku Untuk Lelakimu Yang Baru.
Kepada seseorang yang kini tengah mendampingi hatinya;
Kau boleh memilikinya, kau boleh membuatnya mencintaimu dan membuatnya membuatmu menggantikan tempatku. Kau boleh, aku mengizinkanmu.
Tapi tolong, jangan sakiti dia. Ia pernah kucintai dengan begitu sangat, bahkan mungkin hingga hari ini. Jadi tolong jaga dia, jangan kau buat ia menyesal karena pernah melepas aku.
Ia tak boleh pulang terlaru larut, dan kau jangan membuatnya merasa bersalah untuk meninggalkanmu di waktu-waktu tertentu. Kau harus siap tak bisa keluar malam seperti ketika kau bersama mantan-mantanmu, itu resiko karena kau memilihnya.
Ia mempunyai tanggung jawab yang begitu besar dengan pendidikannya, dukunglah ia. Dengarkanlah di tiap ia berkeluh kesah karena kuliahnya, karena tugasmu adalah memang seperti itu, menggantikan tugasku yang dulu. Mungkin suatu saat kau jenuh, mungkin juga kau muak, tapi berusahalah untuk selalu ada di setiap ia butuh.
Ia keras kepala, sangat keras kepala. Ia tak ingin dibantah selama apa yang menurutnya benar adalah benar. Kau jangan melawannya, diamlah ketika ia berbicara, tersenyumlah ketika ia marah, karena itu kelemahannya. Mari aku bocorkan beberapa hal, ketika ia marah dan kau malah tersenyum, marahnya akan mereda oleh karena malu ditatap dan disenyumi oleh orang yang ia cinta.
Ia suka sekali mengunyah es batu. Meski saat itu hujan besar, meski saat itu dingin sekali, ketahuilah ia senang sekali mengunyah es batu. Jika saat itu kau begitu ingin memesan minuman yang hangat-hangat, mengalahlah untuk memesan minuman yang dingin dan biarkan ia mengambil seluruh es batu dalam minumanmu. Percayalah, ia akan senang sekali.
Kau boleh mencintainya, kau boleh dijadikan prioritas dalam hidupnya. Fotomu boleh ada di semua sosial medianya. Namamu boleh ada di tiap statusnya. Kau boleh menggenggam tangannya. Bahkan kau boleh mencium pipinya.
Kau boleh. Dan aku mengizinkannya. Selama kau tidak menyakitinya; Aku rela.
818 notes
·
View notes
Text
Dimana kamu.....
Dimana kamu.... Kenapa tidak aku akhiri pertanyaan di atas dengan tanda tanya (?), karena ini bukan suatu pertanyaan bagiku. Dimana kamu.... merupakan suatu pencarianku akan keberadaanmu yang tidak perlu dipertanyakan lagi oleh siapapun. Aku pernah dekat dengan wanita cantik, dimana dia rela memohon kepadaku agar tetap bersama dengannya sampai kapanpun. Namun, selang beberapa bulan, ternyata foto profile contactnya sudah bersama pria yang bukan diriku. Aku pernah berhubungan dengan wanita cerdas berambut pendek dan berponi, memilik kumis tipis diatas bibirnya. Namun, ia pergi dengan sahabat lamanya yang lama tak ia temui. Aku pernah berhubungan dengan wanita kaya. Demi diriku, ia rela berkorban apa saja. Namun, akhirnya ia kembali kepada mantan kekasihnya yang dulu telah menyakiti hatinya. Semua wanita yang hadir, hanya untuk singgah sementara waktu, setelah ku isi kekosongan hati mereka. Mereka lantas pergi. Namun, dimana kamu.... Aku tidak akan pernah berhenti mencari keberadaanmu. Yang datang dengan cepat, namun akan tinggal bersamanya denganku. Semoga semesta mengAmini doaku dan Tuhan mengabulkan ini. Amiin.. Dari : aku Untuk : kamu.
0 notes
Text
How Do I Look
Q : Kamu sayang dia?
B :
Q : Pernah dekat sama dia?
B :
Q : Kamu nyaman sama dia?
B :
Q : Tau nggak kalau di hatinya, kamu bukanlah yang dia cari?
B :
Q : Dan tau nggak kalau kamu hanya pengisi waktunya saja?
B :
Q : Kamu tahu? sekarang ketika dia sudah menemukan bahagia, dia pergi meninggalkanmu.
B :
Q : Dalam bahagiannya sekarang, tidak sedikitpun dia memikirkan kamu.
B :
Q : Dia tahu kamu cinta, tapi dia pura-pura tidak melihat. Kamu sadar itu kan?
B :
Q : Pernahkah dalam sedihmu sekarang ini dia datang lalu membahagiakanmu, seperti apa yang sering kamu lakukan dulu ketika dia sedang sedih?
B :
Q : Apa ekspresi kamu ketika melihat dia update foto dengan seseorang barunya?
B :
Q : Lepaskanlah. Kau berhak mendapatkan yang lebih baik. Bahagialah, karena kini ia bahagia seperti apa yang dulu selalu kau doakan untuknya.
B :
2K notes
·
View notes
Text
I Wish You Were Here
Dalam sebuah acara talkshow di salah satu stasiun televisi Nasional. Narasumber yang merupakan Tokoh Besar dan mantan Artis banyak sekali mendapat surprise dari sang pembawa acara. Mulai dari didatangkan keluarga tersayang, teman karib yang sudah lama tidak berjumpa bahkan hingga mantan kekasih semasa menempuh pendidikan. Benar-benar surprise yang spesial dalam hati sang Narasumber. Sampai kepada pembicaraan berikutnya, host pun bertanya kepada narasumber. H : bagaimana bapak perasaannya setelah surprise ini ? N : tentunya saya sangat senang sekali ya, benar-benar tidak terduga sekali. Saya sangat senang sekali. *sambil tersenyum riang* H : tenang saja bapak, acara ini akan memberikan semua apa yg diinginkan bintang tamu, karena kita bisa membaca isi hati para bintang tamu. *seluruh penonton pun ikut tertawa* N : hahaha.. ini sudah sangat cukup bagi saya. Tapi, saya rasa ada yang tidak bisa diwujudkan.. H : wah,bapak tidak percaya, coba saja bapak sebutkan. Nanti, kami akan panggilkan. N : hahaha, jujur saja. Kalau pun saya ditanya dan diminta, siapa yang saya inginkan untuk hadir di acara ini. Saya akan meminta acara ini untuk menghadirkan Ibu saya. *sejenak studio yang di penuhi tawa para penonton,langsung terdiam dan hening*. Ya, Ibu sang Narasumber telah lama meninggal. Beliau meninggal setelah 1 bulan sang Narasumber menyelesaikan pendidikan. Ketika itu, ibunya jatuh sakit dan di rawat selama 3 minggu di rumah sakit. Namun, Tuhan lebih sayang dengan ibunya, sehingga Ibunya menghadap Tuhan pada saat itu. Rasa sedih pastinya tidak dapat dihindarkan. Betapa tidak sedih, baru 1 bulan lulus dan belum sempat memberikan kebahagian dan kebanggaan dari hasil keringat kerja kerasnya untuk sang Ibu.Namun, Ibunya telah pergi meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk selama-lamanya. Campur aduk rasa didalam hatinya, sedih, menyesal, kecewa, merasa bersalah, dan tentu saja sangat kehilangan. Tidak sebentar waktu yang ia butuhkan untuk bangkit kembali mewujudkan mimpinya dan ingin membuat ibunya tetap bangga. Banyak hal yang telah dilewati, mulai dari penolakan, ejekan, cacian, hingga kehilangan kendaraan. Tetapi, semua ia lewati dengan ikhlas, tabah, tegar dan gigih. Serta selalu berbaik sangka kepada Tuhan akan hal yg akan terjadi di masa depan. Semua ia lakukan demi membahagiakan bapak dan kedua adiknya, karena ia mempunyai rasa tanggung jawab sebagai anak pertama dalam keluarga. Tujuannya hanya ingin membuktikan kepada Ibunya bahwa ia bisa membuat Ibunya bangga dan tidak ingin mengecewakan Ibunya di alam sana. Kariernya semakin bagus setiap tahun, hingga menjadi orang besar di Indonesia. Semua berkat kegigihan nya dalam berusaha mewujudkan impiannya,yaitu menjadi kebanggaan Ibunya. Sekian dulu, cerita tentang orang hebat satu ini. Kita hebat bukan karena diri kita sendiri. Banyak sekali yang membuat kita menjadi orang hebat. Salah satunya adalah Ibu. Karena Ibu yang telah melahirkan orang hebat seperti kita. Jadi, sayangi, jaga dan lindungilah Ibu. Turuti selalu segala kata dan nasehatnya. Percayalah, itu semua baik untuk kita. Ibu yang tenang disana ya, anakmu akan membuat engkau bangga. Doakan kami dari surga.. Amiin.. *ditulis untuk mengenang 100 hari kepergian Ibunda* 23 Maret 2016 di Bandar Lampung.
0 notes
Quote
Ya sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Kita juga sama sama tahu, bahwa dulu kita pernah berganti bahu.
0 notes
Text
BANTU PUTRI UNTUK BISA OPERASI
Putri Rokhmayati, mahasiswi Teknik Kimia Universitas Indonesia terserang TBC awal tahun ini. Saat ini penyakit telah menyebar ke syaraf otak dan matanya
Putri Rokhmayati berasal dari keluarga yang perekonomiannya dibawah rata – rata. Putri tinggal bersama Ibu dan seorang kakaknya di Wonosobo, Jawa Tengah yang juga turut membantu perekonomian keluarga. Berkat beasiswa bidikmisi, Putri berhasil kuliah di Teknik Kimia Universitas Indonesia tanpa dikenakan biaya sepeser pun.
KONDISI SEHAT CERIA PUTRI SAAT MENJADI MAHASISWI AKTIF
Di awal tahun 2016, Putri terserang penyakit TBC. Pengobatan pun sudah dilakukan, tapi takdir berkata lain. Di awal bulan Februari, penyakit Putri telah menyebar hingga syaraf otaknya. Tak hanya itu, penyakit tersebut juga menyerang syaraf mata Putri hingga membengkak dan Putri mulai kesulitan untuk melihat dengan baik. Kondisi ini membuat Putri tidak bisa melanjutkan studinya namun masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
Pengobatan Putri selama ini telah memakan biaya kira – kira 16 juta rupiah, jumlah yang sangat besar untuk kondisi keuangan keluarga seperti Putri sehingga keluarga harus mencari dana sana sini untuk menutup biaya tersebut. Dokter menyarankan agar Putri segera dioperasi di rumah sakit yang lebih besar dan lengkap peralatannya. Namun, keterbatasan kondisi keuangan membuat keluarga Putri menempuh jalan pengobatan hanya dengan terapi. Akibatnya, kondisi Putri semakin lama semakin memburuk.
KONDISI PUTRI YANG SEMAKIN MEMBURUK
Sedikit perhatian Anda merupakan harapan besar bagi kesembuhan dan keselamatan Putri. Ayo bantu dan dukung semangat Putri untuk bisa melanjutkan studinya dan menjadi salah satu putri terbaik bangsa.
….dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya..“ (QS. Al Maidah: 32)
Direkomendasikan oleh Aditha Oktariany, perwakilan SOSMA IMTK Universitas Indonesia.
Ayo kita bersatu untuk bantu putri, silakan bagi yang ingin berdonasi atau mungkin bisa share infonya, agar supaya bisa dibaca oleh mereka yang bisa bantu putri. Bersama kita pasti bisa..
Alhamdulillah sekarang sudah terkumpul Rp. 42.109.555 dari target Rp. 75.000.000. dan bagi yang ingin berdonasi bisa langsung ke Bantu Putri .
Yuk dibantu.. cc : @jagungrebus , @aksarannyta , @dokterfina , @kurniawangunadi @aksarakata , @tumblr-indonesia , @kitajabodetabek , @tumblesem , @curhatmamat , @hujanmimpi @estehmanistanpagula
Sumber : https://kitabisa.com/bantuputri
583 notes
·
View notes
Photo
15K notes
·
View notes
Conversation
You are stronger than you think !
A : hi, udah lama gak pernah muncul, biasanya aktif di sosmed, grup ? Kemana aja ?
B : ah, ada kok, kamu aja yg gk pernah lihat.
A : no, emang skrg kamu jarang muncul, jangan sibuk2 lah kerjanya :)
B : ah, kerja apa ?
A : kamu kan udh kerja, banyak side job juga pasti..
B : hmm.. aku lagi coba bangkit.
A : bangkit dari apa ?
B : dari kehidupan.
A : memang kamu kenapa ?
B : lagi dilatih untuk lebih kuat aja. Oia, sepi ya, nanyain aku mulu. Hehehe..
Gapapa ya, kalo sekarang sepi. Aku butuh waktu. Aku janji, secepatnya aku bakal balik lagi dengan penampilan yg baru.
A : janji ?
B : yap.. soon :)
4 notes
·
View notes
Text
Persetan Demokrasi!
Membanding-bandingkan itu malah bukan menjadikan motivasi, tetapi menghancurkan prestasi. Apa yang sudah didapatkan sekarang rasanya tak berharga sama sekali ketika orang-orang malah membandingkan hasil yang telah dicapai dengan hasil yang orang lain raih.
Dan kau tahu betapa menyebalkannya itu? Memberikan umpama-umpama buruk jika tidak melakukan sesuatu hal yang kebanyakan orang lakukan malah bukan menjadikannya dorongan, tetapi malah menghancurkan impian. Ketika kita ingin berbeda dan mencoba mengambil jalan yang disuka, kita dikucilkan, dicekok-an statement bahwa hidup di tempat itu tidak berguna sama sekali. Tidak memiliki masa depan. Moneyless.
Dan kau tahu betapa menyakitkannya itu?
Mencoba mengambil pilihan sendiri, dilarang karena tempat itu tidak ‘menghasilkan’ menurut mereka.
Mencoba berbeda sendiri, dikucilkan karena tidak mau sama.
Mencoba hidup di tempat yang disenangi, dihakimi karena hidupnya terlihat tak lebih dari sekedar leha-leha.
Persetan dengan demokrasi! Orang-orang hanya akan menilai kita tinggi dari atribut yang melekat. Yang harus berdasi, yang harus bergaji, yang harus pulang sore hari, yang harus bangun pagi, yang diam di belakang meja, yang kacung karena menjilat pantat atasan, yang benci hari senin, yang menjual keringat di perusahaan ternama.
Bagaimana mau berprestasi? Jika hendak memulai saja sudah dibunuh oleh ekspetasi orang-orang yang tak pernah bisa menikmati hari?!
270 notes
·
View notes
Quote
Tuhan memberikan kita cobaan. Bukan untuk melihat kita terpuruk dan mengeluh. Tetapi, untuk membuat kita kuat dan melihat kita bangkit dari cobaan tersebut.
2 notes
·
View notes
Text
Lagi mabok pasti nih yg nulis.. but, nice quote...
Tidak ada yg bisa kembali. - sekali pun melangkah mundur, waktu terus maju. - sekali pun berputar menuju tempat yg sama, waktu terus maju. - sekali pun melakukan hal yang sama, hasilnya pun tidak sama.
1 note
·
View note
Text
Hahahaha. Gua baca ini, sambil ngumpat ngumpat. Ternyata, dulu pernah menjadi manusia bodoh juga.
Surat Untuk (N)ona 2
Halo, kamu. Apa kabar kamu sekarang? Dengar dengar kamu sedang ada di Jogja ya sekarang? Liburan sendirian atau berdua? Ah aku rasa berdua. Dan mungkin saat ini kamu sedang melakukan apa yang dulu pernah kita lakukan juga.
Ups, sorry. Aku sudah tidak peduli lagi.
Baik, jadi begini. Bukan karena aku masih sering menulis tentang patah hati lantas kamu boleh seenaknya jadi besar kepala karena mengira aku masih mencintaimu. Sadarlah, tak serapuh itu aku ditinggalkanmu. Aku bisa jatuh cinta dengan mudah kepada setiap wanita yang selain kamu, kamu sendiri yang mengatakan kata-kata itu kepadaku dulu.
Aku sebenarnya sudah ingin mengakhiri menulis tentang hal-hal yang seperti ini sejak dulu, apalagi hal itu ada sangkut pautnya dengan dirimu. Tapi tampaknya ada saja kejadian-kejadian yang membuatku terpaksa harus mengingat kamu lagi di sela-sela hari.
Walaupun aku sudah tidak lagi mencintaimu, aku tidak berbohong kalau aku pernah sangat begitu mencintaimu; Dan karena itulah kini aku begitu membencimu. Aku tak berbohong perihal itu. Biar bagaimanapun, dari banyaknya yang pernah mencoba datang, hanya kamulah yang berhasil kupilih dan kuminta untuk tetap tinggal.
Beberapa hari yang lalu temanku– yang dulu pernah kau cemburui karena ia begitu dekat denganku– mengirimkan sebuah foto kepadaku. Tanpa kubuka agar lebih jelaspun aku sudah tahu itu fotomu bersama seorang pria.
Dia bertanya, “Ini siapa?” Dan aku hanya menjawab, “Tidak tahu.”. Sejatinya memang aku tidak tahu dia itu siapa. Apakah dia orang yang kau pilih dulu ketika meninggalkanku, atau orang baru yang kau pilih ketika meninggalkan orang yang kau pilih ketika meniggalkanku? Aku tidak tahu. Atau mungkin aku tidak mau tahu.
Ada rasa tidak nyaman melihat foto itu. Melihat orang yang dulu pernah bersamaku begitu erat kini melekat kuat-kuat pada pundak orang lain. Rasa-rasanya ingin segera kututup foto itu namun karena temanku masih terus bertanya dia itu siapa, mau tidak mau aku memberanikan diri untuk melihat lebih jelas.
Dan ternyata,
Pria itu adalah pria yang kau pilih ketika kau meninggalkanku dulu. Kau pergi bersamanya dengan mudah sekali di saat aku telah menemanimu dari sejak kau terluka hingga kini kau mampu berjalan lagi. Brengsek!
Melihat nama itu, kepalaku langsung kembali membuka semua berkas-berkas lama yang rasanya ingin sekali aku bakar dari dalam kepala tapi tetap aku tidak bisa. Nama itu, adalah nama yang dulu selalu kau hindarkan dan selalu tak ingin kau sebut ketika aku bertanya.
Masih ingatkah kau dengan kejadian itu? Tidak ingat? Baiklah, mari sini aku ingatkan. Aku pandai sekali jika mengingat hal-hal tentangmu.
Dulu, nama itu adalah nama yang selalu aku tanyakan dan selalu aku khawatirkan akan merebutmu dari sisiku di satu hari nanti. Tapi dengan entengnya kau menutup mulutku dengan mulutmu, lalu berkata bahwa hal yang aku takutkan itu tidak akan pernah terjadi.
“Aku nggak akan sama dia. Dia itu nggak ada apa-apanya dibanding kamu.” Katamu.
“Kalaupun suatu hari aku mampu, aku pasti memilih kamu ketimbang dia.” Ucapmu.
“Kamu nggak usah khawatir, dia bukan tipeku.” Bantahmu.
“Aku dan dia itu hanya sebatas teman kok! Lagian aku perginya juga bareng teman-teman dia yang lain.” Sanggahmu.
“Kamu kenapa sih jadi curigaan gini. Aku sama dia nggak ada apa-apanya.” Bisikmu.
“Aku pergi sama mereka karena kamu sama teman-teman kamu itu cuma rencana doang! Kamu nggak usah nyalahin aku dong, salahin teman-teman kamu karena hanya bisa omong doang.” Katamu lagi.
Masih banyak lagi namanya kau sebut demi membantah semua pradugaku. Tahukah kamu? Aku dan dia itu sama-sama laki-laki. Ketika dia dekat denganmu, ketika dia mencoba mencarimu, aku tahu dia bukan ingin berteman denganmu, dia ingin lebih, dan aku tahu itu karena dulu aku juga seperti itu padamu.
Dari semua kebahagiaan yang pernah aku lalui bersamamu, kenangan barusan adalah yang langsung terlintas jelas ketika aku menatap foto yang temanku berikan hari itu. Semua ucapan yang kau katakan padaku dengan dalil agar aku merasa tenang ternyata hanya kebohonganmu belaka agar aku tidak pergi selama kau berusaha dekat dengannya. Kau tak melepas aku, ketika kau mencoba meraihnya. Begitulah kau, pembohong yang paling aku cinta.
Foto itu seakan membuktikan bahwa dulu yang kamu katakan ketika kau tak pernah ingin dekat dengannya adalah kebalikan bahwa sebenarnya kau begitu ingin melepas aku. Senyum yang kau tunjukkan di foto itu seakan mengatakan padaku bahwa melepasku dulu, kau menemukan bahagia.
“Aku pacaran dengannya.” Katamu sehari sebelum aku wisuda.
Sudah setahun lebih berlalu semenjak kata-kata terakhir yang kau ucap sebelum melepas aku itu menembus hati yang telah begitu kuat berdiri. Aku sudah tidak lagi mencintaimu. Tidak sama sekali. Terserah kau menganggap aku bohong atau apa, tapi itulah kenyataan yang aku rasa. Sore ini telinga kiriku mendengarkan rintik-rintik hujan di luar jendela, sedangkan telinga kananku memutar lagu yang dulu selalu aku nyanyikan bersamamu, Jason Mraz – Please Don’t Tell her.
Lagu ini pernah begitu kau suka saat aku menyanyikannya ketika salah satu liriknya berkata,
That I’m crazy like the rest of us. And I’m crazier when I’m next to her.
Namun, tepat ketika aku memutuskan untuk mengakhiri surat ini, lagu yang tengah aku dengarkan juga berakhir dengan diakhiri oleh lirik yang seakan menjawab semua pertanyaanmu, pertanyaan hatiku, dan pertanyaan dari orang-orang perihal kita sekarang.
Liriknya berkata,
Do I hurt anymore?
Do I hurt?
Well..
I Don’t.
169 notes
·
View notes
Text
Freeday: Traffic-Light-Lationship
Ini adalah kisah perihal penantian. Perihal siapa yang menunggu siapa, dan siapa yang ditunggu siapa. Perihal dipertemukan walau hanya sebentar, perihal dipertemukan hanya untuk sebatas kenal.
This is i call.. The TRAFFIC-LIGHT-LATIONSHIP
.
===
.
Assalamualaikum ukhti dan Ikhwan.. Jumat kali ini ketika lagi nganterin adek-adek gue yang masih pada bau kencur dan menjelang menjadi cabe-cabean di sekolahnya itu, gue sempat melihat ada anak-anak SD lain yang tengah latihan SKJ (Sukurin Kamu Jomblo Senam Kesehatan Jasmani) di tengah lapangan sekolah. Waktu jaman gue SD dulu, senam SKJ tuh selalu diiringi dengan OST lagu poco-poco, atau lagu senam jasmani yang syahdu. Sedangkan anak-anak jaman sekarang senam jasmaninya pake lagu JKT48 - Fortune Cookies.
Pulangnya gue langsung download itu lagu. Ternyata lagunya catchy juga ya.
Oke lupakan. Kisah di atas nggak ada hubungannya sama sekali dengan tema freeday kita yang sekarang. Gue cuma lagi pengen curhat aja kalau gue punya lagu baru di playlist iphone..
uwuwuwuw.
Nah gaes, Jumat kali ini gue akan membahas tentang sebuah masalah yang biasanya kerap terjadi di kalangan para remaja yang tengah jatuh cinta. Dan gue rasa kalian pun pernah berada dalam situasi seperti ini. Sebuah situasi di mana kalian menunggu sebuah kepastian, mengira-ngira, menerka-nerka, dan mulai berpikiran negatif ketika semuanya berjalan tidak sesuai dengan apa yang kalian inginkan.
Penantian.
Fase penantian biasanya dialami oleh beberapa orang yang sedang jatuh cinta dan menunggu sebuah kepastian. Namun fase ini tak hanya menimpa kaum remaja saja, bahkan kaum kakek-kakek lansia yang sudah tua pun apabila sedang dilanda asmara dengan nenek-nenek janda yang baru ditinggal suaminya menghadap malaikat Izroil juga bisa mengalami fase ini. Mereka juga bisa baper. Mereka bimbang antara menanti cinta terakhir atau panggilan terakahir.
Sedih ya? Iya :(
Perlu diketahui, masalah pasangan hidup itu kadang tidak kita sangka-sangka sebelumnya. Tuhan sering bercanda mengenai pasangan hidup yang akan ditunjukkan kepada kita. Tuhan bisa saja menaruh jodoh kita di ujung jalan yang harus kita lalui terlebih dahulu dengan susah payah, atau bahkan bisa saja jodoh kita itu ditaruh Tuhan sebagai seorang anak tetangga jurusan Pertanian Unpad yang sedang mengerjakan skripsi sembari menunggui warung kelontong di komplek rumahnya.
Ah kalau itu gue curhat.
Menunggu jodoh itu bisa diumpamakan seperti sebuah keadaan di jalan raya, ada Fase Jalan Tol, ada Fase Jalan Tikus, atau yang terkahir adalah Fase Kebingungan di Perempatan.
So, lets describe them.
1. Fase Jalan Tol
Pagi itu kala gue masih muda dan masih menjadi ambassador pupuk pestisida di SMA, gue punya kebiasaan bangun pagi. Pagi-pagi buta malahan. Biasanya anak SMA siap-siap sekolah sehabis sholat subuh, sedangkan gue bersiap-siap sekolah sehabis sholat ashar— satu hari sebelumnya. Sungguh murid teladan.
Ketika anak SMA yang lain mengerjakan sesuatu di sekolah, gue selalu mengerjakan semuanya di rumah. Bahkan ketika ulangan. Iya, soalnya gue bawa ke rumah. Nggak tau kenapa. Gue orangnya punya kebiasaan tidak suka menunda-nunda sebuah kegiatan. Tak ayal setiap hari kamis jam 12 malam, gue sudah cabut ke masjid buat sholat jumat.
*magang jadi marbot*
Hingga pada suatu hari di hari senin pagi, gue yang sudah rapih dan siap pergi ke sekolah ini terpaksa harus agak tertunda ketika mengetahui tukang nasi kuning yang biasanya mejeng di deket rumah ternyata sedang ambil cuti pertukaran pelajar ke kamerun. Alhasil gue harus mencari alternatif lain untuk menjaga agar stabilitas perut gue tetap terjamin. Mau masak telor, tapi telornya nggak ada. Adanya cuma dua, tapi telor yang itu nggak bisa dimakan dan nggak bisa dicopot. Huft..
Akhirnya sembari menyalakan motor, gue terpaksa memutuskan untuk menunda waktu sarapan di rumah dan menggantinya ketika waktu makan siang di kantin sekolah. Lagi asik-asiknya manasin motor sambil ngaca di spion. Mendadak gue mendengar sebuah alunan musik..
“Roti… Roti Sari Roti… Tet tot tet.. tettet tot tet..”
ANJIR KEBETULAN BANGET ADA TUKANG SARI ROTI!! Dengan cepat kilat gue langsung cegat tuh tukang Sari Roti, menarik-narik karet celananya sampai lepas karena dia tidak mau berhenti. Akhirnya tanpa gue sangka-sangka sebelumnya, gue menemukan alternatif sarapan lain tanpa harus berusaha terlebih dahulu.
Nah, kisah gue di atas itu mirip sama Fase Jalan Tol dalam sebuah hubungan. Ketika lo sedang tidak mencari, ketika lo sedang nyaman sendiri tanpa harus takut kesepian, tiba-tiba Tuhan dengan begitu saja menunjukkan seorang pendamping hidup di depan lo tanpa lo minta sebelumnya.
Dia datang begitu saja, dan ntah kenapa dia datang di saat lo lagi bisa menerima seseorang tanpa harus takut resiko dari jatuh cinta itu apa. Ketika lo sudah mulai bisa melepaskan yang lalu, mendadak seseorang yang baru muncul dengan mudahnya dan membuat lo bisa kembali merasakan jatuh cinta tanpa harus takut akan semua bayang-bayang kegagalan cinta lo di masa lalu.
Mulus dan lancar. Seperti kondisi jalan tol. Tanpa gangguan, tanpa ada interferensi dari sisi lain.
Akan ada satu orang di mana kau tiba-tiba menemukannya, tapi ntah kenapa kau merasa dia bisa mengisi apa yang selama ini sudah terlalu lama kosong. Kau yang biasanya begitu selektif, mendadak bisa menerima segala kekurangannya, tak mempedulikan bentuk rupanya, kau hanya peduli pada satu hal, bahwa bersama senyum dan tawanya, kau bisa tertawa dengan nyaman.
.
===
.
2. Fase Jalan Tikus.
“Anying gue telat!”
Gue mulai panik ketika melihat sebuah isi SMS beserta jam yang tertera di HP gue.
“CEPET!! LO DI MANA?! ACARANYA MAU DI MULAI?! MC KOK TELAT?!”
Tanpa pikir panjang gue langsung memacu kendaraan gue untuk pergi ke kampus pagi itu juga. Namun ternyata kesialan gue tidak berhenti di situ saja, gue cukup shock berat ketika melihat jalanan di kota Bandung macet total setiap pukul 07.00 - 09.00. Ntah cuma di kota gue doang, atau emang di semua kota sih, kalau misal jam 06.45 jalanan masih sepi, terus pas jam 07.00 mendadak jalanan udah rame dan nggak karuan kaya bulu ketek dimohawk.
Karena ini merupakan acara gue dan tanggung jawab gue, mau tidak mau dengan terpaksa gue harus menjadi seorang biker badjingan ketika mengendarai motor pagi itu. Ada nenek-nenek mau nyebrang, gue nggak ngerem tapi malah makin ngegas, sehingga waktu gue melewatinya, kulitnya ketarik semua. Pas gue lihat di spion, udel si nenek ada di jidat gara-gara kulitnya kehempas ketika motor gue lewat tadi. Subhanallah..
Terus waktu gue lagi fokus layaknya cowok jomblo nonton goyang dribble di youtube, mendadak dari sisi kanan ada angkot membanting stir ke sebelah kiri karena melihat ada penumpang, sontak gue langsung ngerem mendadak sehingga mengakibatkan efek domino bagi para pengendara motor di belakang. Pagi itu, ada banyak binatang keluar dari mulut para pengendara motor di belakang gue. Karena kesal, gue banting stir ke kanan, menjalankan motor gue mepet di sebelah angkot, lalu membiarkan spion motor gue yang dari besi ini menghantam spion supir angkot.
Namun gue kira cuma gue doang yang melakukan hal seperti itu, ternyata para pengendara yang lain pun melakukan hal yang sama. Bahkan ada yang menendang pintu angkot itu karena saking kesalnya. Dari jauh gue melihat spion supir angkot udah kaya tangan orang waktu salamanan halal bihalal pas Ramadhan. Ngaplek lemes kaya cakwe belum digoreng.
Semakin gue berusaha mengejar, ternyata waktu semakin mepet, alhasil gue mengambil inisatif melewati jalur tikus untuk menghalau kemacetan. Gue mengambil gang-gang kecil yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil, awalnya gue kira gue bisa sampai lebih cepat, namun ternyata gue salah. Di jalan tikus itu ternyata lebih banyak rintangannya ketimbang di jalan raya.
Tukang cilok, gerobak baso, tukang Sari Roti yang karet celananya melar gara-gara ditarik-tarik sama anak SMA yang belum sarapan, Tukang susu nasional, janda, duda, cabe-cabean, cengek, buncis, terong, selada air, bayam, bapak-bapak lagi mainan burung beo yang cuma pake sarung sama kaos dalam doang, ibu-ibu gosip, ibu-ibu mainan burung bapak-bapak, anak kecil main kelereng, kondangan, dangdut dorong, preman setempat, dan yang lebih kampretnya lagi adalah ketika ada acara sisingaan ketika ada seorang anak kecil yang baru saja selesai di sunat.
Asem! Niatnya buru-buru ke kampus eh malah terjebak di sebuah jalan yang mana gue nggak bisa kemana-mana, dan mau tidak mau gue juga harus melihat tradisi sisingaan dengan seorang anak cowok yang meringis kesakitan megangin selangkangannya gara-gara itu singa yang dinaikinnya goyang-goyang.
Melihat hal itu, gue jadi ikut-ikutan linu.
Kisah di atas juga biasanya kerap terjadi dalam sebuah hubungan penantian. Kau buru-buru ingin menemukan seseorang yang tepat, kau dihantui segala pertanyaan teman-teman perihal pasangan hidupmu, kau dihantui oleh perasaan yang kau buat sendiri ketika melihat mantanmu sudah menemukan kebahagiaan barunya. Kau tak ingin sendiri, kau ingin disayang, kau ingin dimanjakan. Kau menebar benih hampir ke semua sosial media agar mereka tau bahwa sekarang kau telah mampu untuk membuka hati.
Namun semakin kau mencoba, semakin kau berusaha secepat mungkin untuk mendapatkan apa yang kau inginkan itu, ternyata Tuhan berkehendak lain. Kau disesatkan pada hubungan-hubungan yang mengikis habis seluruh kekuataanmu dalam bertahan.
Ada orang yang mendekatimu, ternyata kau hanya dijadikan pelarian saja olehnya. Kemudian kau mencari lagi. Kau menemukan orang yang kau rasa tepat, ternyata Ia hanya membuatmu sebagai tempat peristirahatan sebelum Ia kembali berlayar. Kemudian kau mencari lagi. Kau dijodohkan oleh temanmu kepada seseorang, namun ternyata seseorang itu lebih menyukai temanmu, bukan dirimu. Kau masih gigih dalam mencari hingga akhirnya kembali menemukan sosok yang baru, namun ternyata baginya kau hanya teman dan pembunuh waktunya. Kau hanya dicari ketika pacarnya tak ada kabar. Kau penghibur bagi hati-hati yang terluka, kau mengobati sebuah hati yang dilukai oleh orang lain. Kau mengobatinya dengan cara mengorbakan hatimu yang padahal sedang terluka juga, kau berharap kelak Ia akan mengobatimu balik, namun ternyata ia memilih untuk tetap mengobati hati yang sering melukai hatinya.
Hingga pada akhirnya kau letih dalam mencari. Kau menangis tanpa alasan yang kau sendiri tidak tahu. Kau menatap kosong ke arah jendela ketika hujan. Kau memutar-mutarkan garpu di atas makanan tanpa ada nafsu untuk melahap makanannya. Kau menonton televisi, namun kau tidak tahu pikiranmu sedang ada di mana.
Kau berakhir seperti seseorang pengendara yang terburu-buru namun terjebak pada sebuah Jalan Tikus.
Kau yang sedang mencari, dipaksa berhenti dan dipaksa melihat senyum-senyum kebahagiaan orang lain.
.
===
.
3. Fase Lampu Merah atau Fase Trafic-Light-Lationship.
Suatu ketika di salah satu perempatan paling terkenal di kota Bandung, perempatan Jalan Supratman. Gue lagi duduk berdua di atas motor menunggu lampu lalu lintas berubah dari warna merah menjadi warna hijau dengan sesorang yang gue sayang di bangku belakang. Saat itu keadaan cukup lenggang mengingat waktu sudah terlanjur malam.
Di sana hanya ada satu motor saja yang diam menunggu lampu berubah warna. Motor gue. Sedangkan beberapa motor dan kendaraan lain yang ada di belakang gue dengan polosnya menerobos lampu merah karena merasa jalanan sudah terlanjur sepi.
Karena kejadian ini, sembari menangkupkan dagu di pundak gue, dia bertanya.
“Dim, kenapa nggak maju aja?” Tanyanya setengah mengantuk.
Gue melihat ke arahnya, menggenggam tangannya yang masih setia memeluk tubuh gue erat.
“Lebih baik menunggu. Siapa tau di depan sana ada polisi yang menilang, atau bahkan lebih buruknya lagi, siapa tau ada kendaraan lain yang melintas dari arah belawanan yang malah bisa mengakibatkan kecelakaan.” Jelas gue manja.
“Oooh gitu..” Jawabnya samakin memeluk tubuh gue erat.
Lagi romantis-romantisnya duduk berdua diguyur oleh cahaya bintang dan lampu lalu lintas, tiba-tiba ada pengendara lain datang dan berhenti tanpa mau menerobos lampu merah seperti apa yang tengah gue lakukan.
Gue sempat melihat ke arahnya, Ia sempat melihat ke arah gue. Kita berdua menyapa tanpa suara dengan cara menundukan kepala walau kita tidak saling kenal, sebuah kesopanan khas ala orang Bandung. Namun beberapa saat kemudian Ia memilih untuk menerobos lampu merah itu ketika menyadari bahwa jalanan dari sisi lain begitu lenggang.
“Kamu lihat..” Ujar gue.
“Apa?” Tanyanya.
“Penantian yang paling memilukan adalah penantian yang seperti penantian lampu merah ini. Dimas bisa saja menerobos lampu merah, melanggar aturan, melanggar hak orang lain, Dimas bisa saja hadir sebagai orang ketiga dalam sebuah hubungan orang lain. Mengganggu apa yang sudah menjadi milik orang lain agar Dimas bisa menjadi miliknya, namun kadang resikonya besar, Siapa tahu di depan sana ada polisi yang akan menilang, siapa tahu ternyata akan terjadi kecelakaan besar. Namun menunggu pun tak sama baiknya.” Tukas gue.
“Tak sama baiknya?”
“Iya, ketika kamu menunggu di lampu merah, kamu hanya bisa melihat orang lain bahagia. Kamu hanya bisa menunggu. Berusaha sekuat tenaga hanya akan membuatmu jatuh pada lubang yang kau buat sendiri. Suatu saat mungkin akan ada seseorang yang menemani seperti orang yang baru saja diam di sebelah motor kita, namun dia bisa pergi kapan saja ketika kita tidak berbuat apa-apa kepadanya.”
“…”
Kita pun terdiam cukup lama malam itu sembari terus menunggu sang lampu merah berubah warna menjadi lampu hijau. Dalam sebuah Fase penantian, fase Traffic-Light-Lationship ini adalah Fase yang paling memilukan, paling menguras tenaga, dan paling sering menyakit hati kalau menurut gue.
Dalam jalan lurusmu, kadang kau menemukan sebuah persimpangan. Persimpangan di mana Tuhan memberikan kau sebuah kesempatan untuk bertemu orang-orang baru. Beberapa orang yang menyebrang dari sisi berbeda di sebuah persimpangan jalan akan berpapasan dengan seseorang yang baru. Namun, selayaknya ketika sedang menyebrang, kau hanya akan berpapasan dengan orang itu sebentar, lalu kemudian kalian akan kembali berpisah dan menuju jalan yang berbeda.
Berapa banyak orang yang sudah kau temui dan yang kau kira dia adalah pendamping hidupmu namun pada akhirnya dia pergi ke sisi yang berbeda dengan sisi yang hendak kau tuju? Awalnya kau mengira akan menemukan seseorang, namun ternyata itu hanya sebuah penyebrangan di persimpangan. Kau akan tetap terus sendiri hingga nanti kau bertemu sebuah persimpangan lain lagi dan berharap di persimpangan yang kali ini, kau akan benar-benar menemukan pendamping hidupmu. Yang memilih untuk menetap dan tak pergi lagi.
.
Aku ingat kita; Kita pernah menunggu begitu lama untuk bisa dekat. Kita pernah bermimpi untuk saling menggenggam erat. Namun kita hanyalah dua di persimpangan. Yang dipertemukan hanya untuk satu-dua-detik, lalu kemudian pergi untuk menemukan yang lebih baik.
.
Begitu juga dengan orang-orang yang menunggu di perempatan lampu merah. Kau akan bertemu banyak sekali orang. Orang-orang yang baik, yang serupa baik, yang paling baik, yang terbaik, yang buruk, yang lebih buruk, dan yang sama-sama sedang menunggu layaknya yang kau lakukan sekarang.
Namun Tuhan tak banyak memberimu batas waktu, lampu merah yang berubah menjadi lampu hijau adalah batas waktu di mana Tuhan mengecek apakah orang-orang itu cocok untukmu? Dan semua itu pada akhirnya kembali ke diri kita masing-masing, apakah ketika di sebuah penantian lampu merah, kau akan turun dari satu kendaraan dan memberanikan diri untuk menaiki kendaraan lain sehingga kini kau berjalan tak sendirian lagi? Atau kau masih bingung dan ragu untuk melepaskan kendaraan yang sekarang tengah kau miliki itu— walaupun kau tahu bahwa sebenarnya kendaraan itu bukanlah kendaraan yang baik untukmu?
Semakin lama kau ragu, semakin sedikit juga waktu yang diberikan oleh Tuhan untukmu. Hingga pada akhirnya, lampu merah itu berubah menjadi warna hijau, memaksa orang-orang yang tadi ada untukmu kembali pergi meninggalkanmu karena kebebalanmu yang memilih untuk diam di tempat yang sebenarnya tidak membaikanmu sama sekali.
Yang baik kau sia-siakan. Yang lebih baik kau biarkan pergi. Yang terbaik hanya kau lihat, kau beri salam, dan kau lepaskan begitu saja.
Sampai kapan kau akan tetap terdiam di kendaraanmu dan takut untuk pergi ke tempat baru bersama orang lain? Bukankah dipertemukan dengan orang yang kau rasa lebih baik itu adalah cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa apa yang kau miliki sekarang itu tidak lagi baik untukmu?
Maka seperti yang pernah aku bilang, Tuhan hanya akan membantu orang-orang yang mau membantu dirinya sendiri. Kau berdoa agar dipertemukan dengan orang yang tepat, lalu kau dipertemukan dengan orang yang tepat, kemudian kau ragu, kau bimbang, kau takut melepaskan zona nyamanmu, hingga pada akhirnya Tuhan memutuskan orang yang tepat itu untuk pergi darimu. Karena bagi Tuhan, orang yang tepat itu sudah tidak lagi tepat bagi orang-orang yang tidak baik sepertimu— orang yang tidak mau memperbaiki diri dengan cara melepaskan apa yang tidak baik bagi dirinya sendiri.
Karena ingatlah, yang baik, pada akhirnya akan selalu dipasangkan dengan yang baik juga.
.
“Kamu juga, Dim..” Tiba-tiba dari bangku belakang, dia membuyarkan semua lamunan gue.
“Kamu juga, Dim. Sudah saatnya kamu menemukan orang yang tepat. Seseorang yang baru, di perempatan yang baru juga. Semua tentang percakapan yang kita lakukan tadi perihal penantian, adalah percakapan kita 2 tahun yang lalu di tempat ini, di malam yang sama seperti ini juga. Aku sekarang sudah bahagia, Dim. Dan lihat kamu sekarang, kamu hanya terdiam menunggu di sini melihat ke arah jalanan yang kosong sambil menunggu sebuah lampu berubah warna dari merah menjadi hijau. Coba lihat sekelilingmu, Dim. Kamu sendirian sekarang.” Ucapnya pelan lalu kemudian menghilang.
Gue terdiam. Tangan gue kembali dingin karena tidak ada lagi tangan yang mendekap tubuh gue ketika gue sedang menunggu. Punggung gue kembali sepi tak ada lagi tubuh yang bersandar sambil terkantuk-kantuk di tempat itu.
Gue menarik napas panjang, melihat sekilas ke arah lampu lalu-lintas yang masih kerap tak berubah warna menjadi hijau itu. Gue melihat ke arah jalan yang berlawanan sebentar.
Kemudian gue beranikan diri untuk melaju.
Menerobos lampu merah.
347 notes
·
View notes
Photo
19K notes
·
View notes
Text
Bila Suatu Hari Kita Bertemu
Kalau suatu hari nanti kita bertemu, jangan menyesali tentang keputusan-keputusan yang pernah kita ambil di masa lalu. Di masa kita masih sama-sama remaja, sama-sama masih dalam pencarian. Kadang, pembelajaran sebuah kejadian baru akan kita pahami bertahun-tahun kemudian, tentang mengapa itu terjadi dalam hidup kita dan mengapa harus kita yang mengalaminya.
Kalau suatu hari nanti kita bertemu, saat mungkin kita sudah berdiri sebagai orang tua. Jangan menyesali tentang keputusan yang dulu pernah kita ambil saat kita sama-sama masih sendiri. Mungkin dulu kita memiliki perasaan satu sama lain, perasaan itu boleh pernah ada. Tapi hari ini, kita berdiri di atas sebuah komitmen yang jauh lebih hebat dan mengalahkan semua perasaan kita di masa lalu. Mungkin dulu kita pernah sama-sama memperjuangkan sebuah kebersamaan meski pada akhirnya kita tidak bisa mengalahkan kehendak-Nya. Yang perlu kita ingat adalah, bukankah kita bahagia dengan apa yang kita miliki setelahnya? Pasangan yang terbaik dan anak-anak yang terbaik.
Pembelajaran hidup hampir selalu datang belakangan, bukan? Kalau suatu hari nanti kita bertemu. Jangan lupa menyapaku sebagai teman lama yang dulu pernah belajar tentang hidup dalam masalah yang sama denganmu. Aku percaya, kita bisa memenangkan hari-hari kita, baik masa lalu, yang sedang kita jalani, dan esok hari.
Kalau suatu hari nanti kita bertemu. Jangan lupa tersenyum dan ceritakan kepada anak-anak kita bahwa kita adalah teman yang hebat agar anak-anak kita mengerti dan bisa membuat cerita mereka sendiri. Bahwa masa lalu biarlah menjadi pelajaran. Dan bila kita berpisah, jangan lupa untuk tersenyum dan mengucap salam. Karena kita berharap, segala kebaikan itu mengalir tiada henti sampai kita sama-sama tiada.
Kalau suatu hari kita berpisah. Jangan lupa untuk bersyukur bahwa kita pernah dipertemukan, menjadi jalan pembelajaran, dan menjadi perantara kebaikan. Kita akan mensyukuri hari-hari yang pernah kita lewati di masa muda.
Yogyakarta sebelum ke Balikpapan, 8 Oktober 2015 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Photo
Loh?!? Kamu berharap yang terbaik kepada Tuhan, maka perpisahan itulah yang terbaik. Lantas ketika sudah diberikan yang terbaik, lha kamu malah nolak dan memperjuangkan yang tidak baik?! Are you lose your mind?
Berapa kali udah gue bilang, Cinta boleh, begok jangan!
Manusia tuh gini ya lama-lama, minta sesuatu, sudah dikasih, tapi malah minta yang kebalikannya.
Cewek minta dipertemukan dengan cowok baik-baik, seagama, pengertian, selalu ada untuknya, sholeh, dan tidak suka menyakiti kepada Tuhan. Terus pas udah Tuhan kasih, eh malah di-Friendzone-in. Kan bego.
157 notes
·
View notes