Text
Terkadang lawan bicara kita tidak tahu bahwa dirinya tengah dicintai.
0 notes
Text
Memang benar kata Sapardi Djoko Damono,
bahwa “ada jarak yang harus ditebas kalau kita mau menerima pertemuan ini dengan ikhlas.”
Tapi perlu dilihat juga bahwa disitu “ada ongkos yang perlu ditebus.”
0 notes
Text
Kenapa masih terus memanjat?
Bukankah kamu pernah jatuh sedalam-dalamnya?
~
Justru sebab aku pernah jatuh, aku akan lebih berhati-hati
~
Lalu jika kamu terjatuh lagi?
~
Aku sudah tau caranya untuk lekas bangkit
0 notes
Text
Kerasan
bagi jiwajiwa petualang (fisik maupun pikiran), menetap itu susah. Namun sekali menetap susah untuk mencari tempat nyaman lagi.
1 note
·
View note
Text
• Perubahan mindset
Apakah perlu lingkungan yg kondusif?
Dan bisakah dengan effort minim?
Haruskah didorong keadaan yg mendesak?
Atau hanya perlu sedikit rayuan?
Berorientasi pada latar belakang atau
demi keadaan mendatang?
0 notes
Text
“
musim hujan
mendung
gerimis
rindu
jemuran kapan kering?
kapan disimpan dalam lemari
yang setauku masih kosong
“
0 notes
Text
“
lebih baik diam dalam ketidakpastian,
daripada bergerak mencipta kepastian
yang nantinya jadi tongkosong
“
0 notes
Text
“
Entah akhirakhir ini
Embun di kebunku banyak
Apa karena pergantian musim?
Atau hanya bekas siraman yang tak kunjung kering?
“
- November 2017
0 notes
Text
“
Nihil
Tidak ada konspirasi apapun
Nihil
Aku tak bisa apaapa
Kesengajaan berbuah payah
“
- September 2017
0 notes
Quote
bukan bukannya aku tak mau menjemputmu bukannya aku tak mau memperjuangkanmu bukankah kamu paling tidak suka menunggu tetapi ada sesuatu yg ingin aku pastikan aku ingin semesta berkonspirasi menari-narikan arah angin memastikan jalan ini benar apa begini salah?
dalam ruang yg penuh dengan ketidakjelasan
0 notes
Quote
Bagaimana kita tahu bahwa apa yang kita pilih itu tepat?
Bagiku, barangkali ini hanya salah satu cara mengetahuinya:
“Ketika kita tahu konsekuensi dari pilihan kita tersebut dan kita siap dengan konsekuensinya.”
Bukankah betapa sering kita memilih, tapi tidak siap dengan konsekuensinya? Hanya mau dengan pilihan tersebut, tapi tidak mau menjalani resikonya.
- Kurniawan Gunadi -
(via kurniawangunadi)
3K notes
·
View notes
Text
Kalau Kamu Belum Bisa
Kalau kamu belum bisa banyak sedekah, ajaklah orang - orang bersedekah. Semoga melalui sedekah orang yang kamu ajak, kamu dapat juga keselamatan.
Kalau kamu belum bisa menikah, bantulah orang lain yang akan menikah. Semoga melalui itu, hatimu mendapatkan sakinahnya.
Kalau kamu belum bisa berqurban, jadilah panitia qurban. Semoga melalui itu, keberkahan qurban sampai juga di catatan amalmu.
Kalau kamu belum bisa menjadi ulama, cintailah para ulama. Semoga melalui itu, kamu mendapatkan syafaatnya.
Kalau kamu belum bisa menjadi orang berilmu, cintailah para penuntut ilmu. Semoga melalui itu, kamu terciprat sedikit derajatnya.
Kalau kamu belum bisa berkarya, dukunglah orang - orang yang tengah berkarya. Semoga melalui itu, hatimu dibuka lapangnya, diberkahi jalan hidupnya.
Kalau kamu belum bisa sepenuhnya berbuat kebaikan, dekatilah orang - orang yang penuh kebaikan. Semoga melalui itu, malaikat mendoakanmu agar selalu berada dalam kebaikan.
Sebab waktu, tenaga, dan kadar iman kita terbatas, dalam berbuat baik kita kudu cerdas. Menerapkan paham MLM dalam beramal baik tidak ada salahnya bukan? Pasif income pahala, jariyah yang tiada putusnya.
Di atas semua itu, semoga biar Allah makin sayang.
Selamat Jumat barakah, selamat menikmati Al Kahfi.
734 notes
·
View notes
Text
Salah satu hal yg paling melelahkan adalah sebuah perpisahan
0 notes
Quote
ah sesak lagi, gegara sering bikin kecewa orang lain
derau, kesalahan dan penat
0 notes
Quote
aku memperjuangkanmu, tapi kamu tak perlu tau, begitupun mereka
azharologia
3 notes
·
View notes
Quote
Dulu orang ngaji itu runtut kitab, huruf demi huruf dari masjid ke masjid, dati madrasah ke madrasah, dari pondok ke pondok. Menjadi murid dalam mencari ilmu para ulama. Ilmu dan hukum di sanad dari guru ke guru sebelum dibagikan dan diamalkan. Di zaman digital orang jadi jamaah youtube, ngaji di depan gadget, ngga ada rumus runtut ilmu, ngajinya dari tanya jawab ke tanya jawab, jawaban ustadz di hukum-kan. Ngga ada lagi rumus jalan ke masjid atau madrasah, cukup follow atau subscribe jadilah jamaah. Selanjutnya jadilah pendalil. Menisbatkan diri jamaahnya ustadz kh, ustadz as, ustads fa, ustadz ah, dan sebagainya. Ulama dulu dihormati karena ketinggian ilmu, kelapangan hati, akhlak mulia, serta ketakdziman muridnya. Maka guru-guru dahulu spesialisasinya hadist, fiqih, ushul fiqih, tasawuf, aqidah, tafsir. Sekarang spesialisasi berubah jadi ustadz hist anak muda, spesialisasi instagram, spesialisasi youtube, spesialisasi facebook, spesialisasi twitter. Dunia berubah, dakwah pun berubah. Cara memandang agama juga berubah. Kita semua memang sudah berubah. Agama memang tidak berubah, tapi cara kita beragama akan berubah.
(via miring)
364 notes
·
View notes
Quote
mendekatinya atau sesiapapun itu masalah gampang, toh ada Yang Maha Membolak-balikan hati. nhaa yang nggak gampang itu mendekatiNya, emangnya berlayar itu ngga perlu ilmu, peta/kompas, dan bekal?
gimana bro, kok ngga majumaju?
0 notes