Text
Yang menjadi tanya atasku adalah ruang
dimana sebenarnya kau menungguku
sendu yang menyeruak rindu yang kian menetap ini
menghilangkan seluruh energi dari semesta tempatku berlabuh
kau masih ingat sudut ruang yang kau janjikan itu?
atau pukul 10 malam yang kita sepakati itu?
bahkan sejak awal semuanya tampak buram
dalam ingatanku, kau bahkan tak pernah ingat.
Kini tanyaku berubah suara
adakah niatmu menemuiku di ruang yang telah dipersiapkan tuhan?
0 notes
Text
Dibawah riuh angin yang berisik
Ia mengulurkan tangan kecilnya pada setiap debu yang terhempas
Tatapan mata yang kosong
Dan mulut yang membiru
Ia bermantra
“Datanglah, manusia”
Lalu menjulurlah ia dalam untaian kepasrahan
Menutupi setiap dinding yang menjadi batas
Antara dirinya dan manusia yang berlalu lalang lainnya
Ia diantara keliaran dan ketulusan
“Vernonia elliptica”
0 notes
Text
Kau berjarak dari pusat peradaban kota ini
Menempuh 84 km perjalanan kaki kecilmu
Sampai kau temukan adab yang kau perjuangkan
Kemudian seorang gadis yang berdiri di pinggir tiang berkarat itu
Tepat di tiga meter berselang
Dengan sudut mata yang berair
Tatapannya berubah sayu menjauh dari angkuh
Berharap adab kan selalu berpihak kepadanya
1 note
·
View note
Text
Kepada Bulan, Aku Mengadu
Bintang memang tak pernah redup hanya karena termakan waktu. Bagaimanapun, ia akan seterang yang ditakdirkan untuknya. Tetapi, tidak dengan aku. Lagi pula, aku bukan bintang. Aku hanya seorang perempuan yang sinarnya mungkin redup termakan waktu, terlebih jika ia masih saja tidak mendapatkan energi.
Jika saja semesta mengizinkan, biar aku menjadi bintang yang punya sinarnya sendiri tanpa perlu energi dari luar dirinya. Atau, setidaknya menjadi bulan, yang punya jaminan sumber energi dari bintang paling terang di galaksinya. Maka aku tidak akan perlu lagi mencemaskan bumi gelap gulita selamanya.
1 note
·
View note
Text
Kecerdasan yang tidak kita sadari
Kalian bisa juga loh mendengarkan artikel ini di sini
Kamu sadar nggak kalau kamu itu adalah manusia yang memiliki banyak sekali kecerdasan? Ternyata guys, kecerdasan itu bukan hanya tentang bagaimana kita menyelesaikan soal ujian dan seberapa jauh kita benar dalam menjawabnya, tetapi juga bisa ditunjukan dalam hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari.
Kemarin, aku menemukan satu link artikel yang diposting pada sosial media seorang pemateri workshop peningkatan kapabilitias pegawai di bidang pendidikan terkait kebiasaan yang dimiliki seseorang yang ternyata membuat saya cukup terkejut dan mengubah mindset secara luar biasa. Artikel ini mengklaim bahwa jika kita memiliki salah satu dari 11 kebiasaan berikut, maka bisa dikatakan bahwa kita lebih pintar dari apa yang kita kira. Apa itu?
memiliki kebiasaan membaca secara teratur; kita semua tahu bahwa memiliki kebiasaan membaca dapat meningkatkan kekuatan otak secara serius. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan mempertajam kosakata, meningkatkan pemahaman tentang ide-ide kompleks, bahkan meningkatkan fokus dan konsentrasi.
melakukan istirahat dengan cukup; Jika kamu masih berpikir untuk bekerja tanpa henti, hingga melupakan segalanya, pemikiran tersebut ternyata salah. Kita perlu menyeimbangkan hidup kita dengan melakukan banyak hal diluar pekerjaan kita sebagai tanda bahwa kita benar-benar hidup, dan yang paling penting adalah beristirahat. Saat beristirahat, kita sebenarnya memberikan kesempatan kepada otak kita untuk memulihkan tenaga, mengatur ulang pemikiran-pemikiran yang mulai ruwet, untuk kembali lebih kuat. Hal ini pun dapat dibuktikan dengan pengalaman orang-orang yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan efektif dan efisien, bahkan dapat menghasilkan ide-ide yang lebih kreatif setelah melakukan istirahat.
menunda-nunda tetapi dilakukan dengan bijak; Sejujurnya ini sih yang membuat aku terkejut. Kok bisa menunda-nunda menjadi ciri kita cerdas? haha... katanya guys, ini disebut penundaan yang produktif. Dalam artikel ini disebutkan bahwa di bidang psikologi, ada yang namanya inkubasi, sebuah fase dimana pikiran kita bekerja tanpa kita terlibat secara langsung. Intinya, pada fase ini kita memberi waktu otak kita untuk berpikir dan menghubungkan titik-titik permasalahan tersebut, sampai akhirnya kita menemukan momen "ahaaa!" dan itu terjadi pada kondisi yang tidak kita duga. Biasanya di kamar mandi sih ini munculnya. Kalau aku ya.
memprioritaskan tidur dibanding hal lain; jangan remehkan tidur malam ya guys. Tidur memiliki banyak manfaat, diantaranya : meningkatkan memori, meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, hingga meningkatkan fokus dan perhatian. Selain itu, melalui tidur, memori menjadi terkonsolidasi, koneksi saraf menguat, bahkan kekacauan mental teratasi. Tapi ya jangan lama-lama juga guys. Karena manfaat tidur tersebut bisa didapatkan dari tidur yang berkualitas.
berjalan untuk berpikir; Penelitian menunjukan bahwa jalan kaki dapat merangsang pemikiran kreatif. Jadi kalau kamu lagi mikir terus mondar-mandir, sebenarnya kamu sedang merangsang otakmu untuk berpikir. Dengan demikian, kalau lagi jenuh kerja, menjauhlah duru dari meja kerja dan berjalan-jalanlah. Sesederhana itu, guys.
berani mengatakan "aku nggak tahu"; Gapapa kok, kita mengatakan nggak tau. Dengan mengatakan demikian, kita secara nggak langsung membuka pikiran kita untuk belajar. Jadi daripada sok tahu segalanya padahal entahlah, mending bilang nggak tahu dan serap banyak pengetahuan dari banyak sumber lainnya. Ini beneran cerdas sih.
mencoret-coret : mencoret-coret ternyata dapat meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan retensi memori, loh. Jadi kalau ada guru yang lagi nerangin, atau lagi rapat dan kamu hanya mendengarkan, terus tangan kamu gatel aja pengen corat-coret, ternyata itu adalah bagian dari usahamu untuk meningkatkan konsentrasi pada saat itu, artinya kamu berusaha untuk terus mendengarkan aktif dan terlibat dalam pertemuan tersebut.
mengatasi gangguan teknologi; oh ini jelas ya. di dunia modern saat ini, orang yang mampu mengatasi gangguan pada teknologi cenderung menunjukan bahwa ia mampu beradaptasi dan ngga kehilangan akal saat sesuatu terjadi. ini sih udah gak diragukan lagi.
menikmati waktu sendirian; menurut artikel yang aku baca tersebut, menikmati waktu sendirian adalah tanda kecerdasan emosional. Kita jadi bisa berefleksi diri, merenung, memulihkan tenaga, mental dan pikiran, hingga merencanakan berbagai hal tanpa gangguan pendapat dari luar diri kita. Secara tidak langsung, menikmati waktu sendirian dapat meningkatkan motivasi dari dalam diri, dibandingkan eksternal.
berbicara pada diri sendiri; Pernahkan kamu bergumam sendirian? Nah, pada aktivitas ini sebenarnya kamu sedang memperkuat ingatan dan menjernihkan pikiran, supaya tidak mudah terdistraksi oleh hal-hal lain. Jadi, ngobrol sendiri itu, baik loh. Asal jangan terus-terusan, nanti jatohnya kayak orang gila, lagi.
mengetahui kapan harus berhenti; oow. orang cerdas itu ternyata tahu kapan harus berhenti. Ini beda ya dengan menyerah. Dengan tahu kapan harus berhenti, kita bisa membuat keputusan secara sadar untuk mengurangi kerugian dan mengalihkan fokus ke arah sesuatu yang lebih memuaskan, dan lebih bermanfaat bagi waktu kita. Jadi, jangan takut untuk mengambil keputusan hanya karena kamu tahu kapan harus berhenti. Bisa jadi, itulah yang memang kamu perlukan.
Kesimpulannya sangat sederhana, bagaimana bisa kita tidak percaya pada diri sendiri, sementara ternyata diri kita jauh lebih pintar dari apa yang kita kira. Masih ada yang tidak percaya diri dan berpikiran tidak cukup cerdas? Sepertinya kamu harus berpikir dua kali untuk mencoba memahami dirimu sendiri.
0 notes
Text
Jika suatu saat nanti kita sepakat untuk bertemu, satu hal yang kuminta darimu. Tolong, biarkan aku menjadi diriku sendiri, dan kamu menjadi dirimu sendiri. Kita tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Biarkan kita saling mengenal diri kita masing-masing, sebelum akhirnya kita akan berkompromi bersama.
Tuan, sejujurnya aku memang belum siap untuk tahu bagaimana responmu saat melihatku di pertemuan pertama nanti. Namun percayalah, aku telah dan akan selalu menjaga diriku untuk tetap menjadi seseorang yang baik. Aku selalu berusaha untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Aku belajar banyak hal sebelum saatnya tiba untuk menemuimu. Percayalah, Tuan. Aku selalu mengusahakan yang terbaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Tuan, jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, tolong ingatkan aku untuk tidak menyesali satu sama lain. Tolong yakinkan bahwa engkau memilihku bukan hanya karena takdir, tetapi karena usaha dan perjuangan kita untuk bersama. Tolong yakinkan aku, bahwa engkau adalah pribadi yang memang aku cari selama ini, dan aku adalah bagian dari hidup yang selama ini engkau perjuangkan.
Tuan, begitu banyak kekhawatiran yang aku pikirkan. Jika nanti kita bertemu, tolong yakinkan aku bahwa semuanya akan dapat dikompromikan bersama.
0 notes
Text
Bagaimana jika kita sudah tak mampu berjalan beriringan?
Saat setiap janji yang diukir bersama sudah tak memiliki arti.
Dan kata yang terucap tak lagi dihargai.
Ringai senyum ketulusan tak lagi menepi pada hati yang semakin dingin
Mengubah kehangatan yang semestinya dijaga sepenuh hati
Lalu
Bagaimana jika kita akhiri saja sampai disini?
Silakan berjalan sejauh yang kau ingini.
Dan aku akan berjalan pada porsiku sendiri.
2 notes
·
View notes
Text
Awal yang baru
Bagai hal paling menyeramkan
Bagiku
Bolehkah untuk tidak lagi beradaptasi?
Bolehkah untuk menyambung saja apa yang sudah tersambung?
Bolehkah hanya menyulam rindu pada yang jelas sedang merindu?
3 notes
·
View notes
Text
Aku Ingin Menjadi Kaya
Siapa yang ngga mau kaya? Banyak uang, segala punya, mau ini itu langsung beli, gak usah mikir, ya begitulah sultan.
Sekarang lagi banyak banget konten yang bahas tentang kekayaan seseorang. Bahkan, bayi yang baru lahir pun dibuat iri sama netizen. Ckckck... Tapi di sisi lain, ada juga konten-konten yang lebih berpihak pada si "misqueen" guys. Seolah memperkenalkan dan menyombongkan budaya-budaya yang tidak sama sekali dikenali si kaya. Buat aku sih, ini bisa jadi alesan buat kita lebih bersyukur aja gitu. Seenggaknya, kita tahu rasanya cimol, cilor, seblak, yang ternyata mereka bahkan gak tahu makanan jenis apa itu semua. Duh, rasanya rugi baget mereka gak tahu enaknya makan seblak. Wkwkwk...
Dari hal ini aku belajar, bahwa menjadi seorang yang kaya raya itu belum pasti nikmat. Yang ngebedain cuma gaya hidup. Masalah dirasakan nikmat atau ngga nya, tergantung dari diri kita sendiri, mau menerima kenikmatan itu atau ngga. Masalah banyak atau sedikit, jika dirasa nikmat dan cukup, apalagi? Maka bagiku, kaya itu cukup. Seberapapun jumlahnya, jika dirasa cukup, ya udah. Berkah, manfaat.
Sebaliknya, kita segala punya. Barang mahal semua. Ini itu ada. Tapi kita nggak dikasih rasa cukup sama Tuhan. Sampai kapanpun, sampai sejauh manapun, ngga akan merasa bahwa diri kita SUDAH kaya. Kita akan merasa BELUM CUKUP, terus haus, yang akhirnya muncul pertanyaan, "kapan aku kaya?" Padahal, kurang apalagi..semua udah ada. Mau ini itu tinggal tunjuk, langsung ada. Tapi merasa kurang terus.
Naudzubillah...
Semoga kita selalu diberi rasa cukup hingga dicukupkan segala sesuatunya. Begitulah semestinya "menjadi kaya raya" didefinisikan.
0 notes
Text
Memulai Kembali
Hidup itu, tidak ada yang statis. Sungguh. Jangan berharap kau kan temukan kehidupan yang alurnya datar-datar aja. Semembosankan apapun kehidupan terasa, pasti ada hal yang membuatnya menjadi unik. Iya kan?
0 notes
Text
“Satu-satunya cara agar dapat menulis adalah dengan meniru banyak tulisan orang lain. Referensi-referensi yang diserap lama kelamaan akan membentuk ciri khas penulis.”
— Sapardi Djoko Damono
305 notes
·
View notes
Text
“This is the beginning of loving yourself. Welcome home.”
— Unknown
510 notes
·
View notes
Text
Menemukanmu saat senja,
ibarat menggenggam bunga mawar saat mekar.
Menahan perih sayat duri halusmu, tak sebanding dengan perihnya sayatan rindu yang hampir putus asa. Hampir.
Namun andai kau mengetahui,
Bersama keraguan, aku masih menggenggam erat tangkaimu,
berharap kau akan selalu mekar sempurna selamanya dalam dekapan erat rinduku selalu
Pada pesona kelopakmu yang seakan kokoh, namun halus lembut terasa, ingin rasanya kujaga, kurawat
hingga layu di penghujung waktu.
Mungkinkah?
Mungkinkah akah terjadi?
Sementara mentari senja semakin dekat dengan peraduannya
Siang akan segera berganti malam
Aku tidak lagi punya waktu yang banyak
Untuk membuat ragu menjadi semakin pasti.
Maka,
aku bergantung kepadamu, Tuan.
Aku tidak memintamu untuk menggenggamku layaknya bunga mawar,
Aku hanya menaruh harap,
kau mau memberiku pasti
di penghujung waktu senja yang semakin sempit.
2 notes
·
View notes
Text
:' Oh Allah... aku sudah tidak mampu mengharap sesuatu yang bukan untukku. Maka berikan petunjuk jika ia adalah untukku.
1 note
·
View note
Text
Kita ternyata masih sama-sama mengingat hal-hal yang menjadi kesukaan masing-masing kita, tentang apa yang selalu masing-masing kita lakukan, tentang bagaimana masing-masing kita menyikapi kekacauan diri, tentang kebiasaan yang selalu dilakukan masing-masing kita di beberapa tahun lalu, yang kemudian semua itu ditinggalkan begitu saja demi kehidupan yang "seakan" baru.
Dan...
Hanya melalui laman ini aku berani mengatakannya, bahwa aku sebenarnya rindu, sangat rindu. Lalu, apakah kamu pun demikian, wahai biru? Ah bagaimana mungkin. Aku terlalu tinggi berekspektasi. Sudahlah. Lagi pula, andai pun aku bisa meluluhkan ego untuk kembali mau menemuimu, kamu belum tentu mau menemuiku.
Meski begitu..
Tanpa menunggumu datang, percayalah...aku masih diam-diam menemuimu di langit, di doa terbaikku.
2 notes
·
View notes
Text
Entah memang ada serpihan semesta yang menyampaikannya melalui angin, atau hanyalah aku yang terlalu percaya diri meyakininya, bahwa selalu ada komplikasi rasa yang entah apa diantara kamu dan aku, yang saat ini masih terasa cukup menyesakkan.
Padahal kita selalu berucap maaf di setiap kali ada kesempatan, dan aku masih selalu peduli untuk sekedar menanyakan kabar saat ada hal yang terasa janggal, juga kamu yang selalu hadir meski tanpa suara di media sosial, layaknya teman. Tidak ada lagi yang perlu dimaafkan, rasanya.
Hanya, hati ini masih tidak tahu diri untuk terus ribut, seakan masih mencari jawab
—dari pertanyaan yang tidak mungkin terjawab.
2 notes
·
View notes
Text
Sekalipun dunia ini isinya adalah ketidakpastian, janganlah menetap pada yang tak pasti.
Justru kita berjibaku dengan segala ketidakpastian itu dalam rangka mencari kepastian.
Tatkala ada yang datang menawarkan harapan, maka sambutlah dengan ketelitian. Jangan langsung percaya jika yang menawarkan harapan bukanlah Tuhan yang menciptakan seisi dunia.
Semua orang bisa berjanji. Dan tak ada pajak apapun bagi setiap janji yang terucap. Alias, janji itu gratis. Maka jangan mudah silau dengan semua janji manis yang datang. Sekalipun manis, selama janji masih sekadar janji, lidahmu tak akan bisa merasakan manisnya kecuali sebatas angan-angan. Yakin cukup hanya dengan angan-angan?
Jika janji itu gratis, maka yang mahal adalah kepercayaan. Sekadar janji dan harapan saja, mestinya tak bisa membeli kepercayaan tanpa ada 'assessment' lebih dahulu.
Hah?
Apa yang perlu di-assess? Kepastiaan yang ditawarkan. Misalnya, serinci apa target yang dibuat untuk mewujudkan janji itu dan sebagus apa rekam jejak pemberi janju dalam menepati janji-janji yang pernah dia buat.
Selama janji tidak bisa menawarkan kepastian, selama itu pula ia tak layak dapat kerpecayaan. Seperti orang yang berjanji akan berubah, tapi ia tak kunjung mulai untuk berbenah.
© Taufik Aulia 2020
518 notes
·
View notes