Menata rasa | ISFJ | DENTISTRY UI 2013| General Dentist| Mommy and wifey~
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kalau mau dibilang healing sempurna itu ya memang harus lengkap dengan penerimaan yang sempurna ya. Menerima bahwa yang terjadi memang tidak bisa diputar kembali untuk dihilangkan dari rangkaian cerita kehidupan kita. Justru dengan penerimaan yang sempurna, memahami bahwa apa apa yang terlewat tidak luput hikmah daripadanya. Membuat healing sempurna, paripurna.
8 notes
·
View notes
Text
Kita sama-sama paham, kalau membandingkan diri dengan yang lainnya itu tidak akan pernah menemukan ujungnya. Meski kita juga sama-sama tau, kalau iri itu mesti ditempatkan sesuai porsinya. Terkadang, masih sempet mampir itu perasaan iri. Kalau diri masih sering lupa berpijak. Minimal kamu punya pegangan yang bisa narik kamu untuk kembali berpijak. Mengingatkan kembali pentingnya merasa cukup. Karena tidak pernah berlebihan pun juga kekurangan apa apa yang sudah Allah takarkan. Bersyukur aja, bersyukur terus, setiap orang menjalani porsi bahagianya masing-masing.
Malam~
1 note
·
View note
Text
Kata orang, kedewasaan seseorang ngga bisa dinilai dari usianya. Tapi juga ngga jarang, mereka yang memang terbilang muda, belum cukup lihai merespon situasi. Kurangnya pengalaman, minimnya pengetahuan, membuat mereka bereaksi cepat. Terkadang kurang tepat. Dan akhirnya sebagai orang yang terbilang lebih tua, kami hanya bisa memaklumi. Mungkin di lain waktu nanti, kamu akan mengerti 🙃
53 notes
·
View notes
Text
Percakapan setiap senin pagi yang selalu membuat merembes.
"ayah mana?"
"ayah kerja dek. ayah udah balik ke cilegon."
"ayah sini aja *nunduk*"
Yang nangis ngga cuma matanya, tapi juga hatinya.
Semoga Allah kuatkan kita dalam keadaan apapun 🙏
2 notes
·
View notes
Text
Hal tersulit dalam memahami orang lain adalah ketika kita terus bertanya kenapa. Kita sibuk mencari jawaban untuk sebuah alasan. Semestinya kita berlapang, bahwa setiap orang tau batasnya. Akan sejauh apa.
6 notes
·
View notes
Text
Semakin kesini, semakin dipaksa keadaan untuk tetap baik-baik saja. Meski banyak hal terjadi diluar kehendak kita. Akhirnya, pilihannya cuma diminta lebih sabar, lebih ikhlas. Apa apa yang terjadi, meski diluar kehendak kita, tapi sungguh ada Allah yang menghendakinya. Tidak pernah tertukar, tidak pernah terlambat. Bersabar lagi, ikhlas terus. Ya.
2 notes
·
View notes
Text
Ternyata, bilangan angka seberapa banyak harta tidak seberapa berarti dibandingkan kebahagiaan dari nikmat sehat.
Sempet berpikir, anakku sudah lewat dua tahun. Minum sufornya bukan makin sedikit malah semakin banyak dan intens. Tapi ternyata ketika anakku sedang tidak mau minum susu, aku kehilangan separuh kebahagiaanku. Kini aku sadar, tidak seberapa harta jika disimpan. Ketika dipakai untuk hal bermanfaat apalagi untuk yg tercinta. Rasa bahagianya tak berbilang angka.
1 note
·
View note
Text
Sebuah pengingat di sore ini. Ketika tubuh rasanya lelah, entah mencari apa. Berkah atau jumlah? Menjadi sebuah tamparan keras ketika diingatkan kembali tujuan seorang ibu berlelah payah mencari rezeki. Sedikit banyak jumlah yang di dapat rasanya tak cukup menutupi setiap gaya hidup. Merenungkan kembali untuk apa yang kucari. Jangan menjadikan diri payah hanya untuk jumlah. Karena berkah tidak berupa kuantitas, iya berupa kualitas. Kembali bertanya pada diri. Untuk apa kamu menjadi dokter gigi? Apakah yang kamu berikan sudah sepadan dengan yang kamu dapat? Sudah cukupkah kamu memanusiakan manusia? Menjadikan pasienmu adalah ladang amalmu, menjadikan pasienmu pundi-pundi pahalamu. Atau hanya menjadikan mereka sebagai pundi pundi uangmu? Ah! Mencoba berbenah kembali, meningkatkan kualitas, meski tak seberapa kuantitas. Tapi Allah tau, niat yang ada di hatimu. Lagi, tidak apa soal kuantitas. Allah tidak meletakkan berkah hanya pada jumlah. Sedikit pun ketika didapat dengan cara yang baik, berkahnya berlimpah ruah. Jangan lengah, hanya untuk mencari jumlah, menjadikan diri lelah namun lupa beribadah. Semoga Allah senantiasa membimbingku agar tetap dijalan yang benar. Aamiin
3 notes
·
View notes
Text
Kembali mengecek kadar syukur. Sudah cukup kah syukur ku hari ini? Ketika rasanya sangat menyesakkan, keadaan begitu menghimpit dan seakan bahagia itu sulit sekali dirasa. Mungkin syukur kita yang kurang. Sebab dengan bersyukur, Allah akan berikan berlipat ganda.
#notetomyself
2 notes
·
View notes
Text
Terkadang, kita ngga butuh untuk menang dalam sebuah perdebatan. Yang terpenting tetep ketenangan hati sih. Karena pada beberapa orang, dikaruniakan jiwa pemenang yang tiada tanding. Jadi kalau ada debat, belum pulang kalo belum menang. Sebenernya yang tau kategori menang kalah ya kita masing-masing sih. Ada orang menang karena argumennya diterima. Ada orang menang karena tau hatinya harus dijaga. Ketimbang debat ngga ada ujung, ngeladenin orang tipikal belum pulang kalo belum menang ya cape doang. Akhirnya, hati sendiri yang harus dimenangkan. Dijaga baik-baik biar bahagia bisa di raih, meski harus meniti sehelai benang.
1 note
·
View note
Text
Kadang gue kesel sama diri sendiri yang terlalu batu. Tapi kadang gue bersyukur jadi orang batu karena gue yakin sama konsekuensi dari setiap pilihan gue. Seperti memilih banyak memendam dan menyimpan sendiri luka, ketika akhirnya tiba duarrr. Limit! Kesalahan orang itu udah ngga bisa gue pendem dan simpen lagi. Akhirnya meluap2 lah emosi dan semua kesalahan dia dari awal sampe akhirnya gue meledak, keungkit. Bom waktu bgt, dan gue tau itu. Karena gue bukan tipikal orang yg akan langsung marah atau bete cuma karena kesalahan sekali. Manusiawi bgt menurut gue, gue pun banyak melakukan itu ke orang lain. Makanya gue memilih diemin diemin diemin sabar daripada berantem. Tapi ketika mencapai ambang batas, dimana gue ngga shanggup lagi nerima segala kekeliruan ini. Gue akan sangat meledak. Salah, gue salah menjadi orang yg bisa meledak sewaktu-waktu. Gue jg masih belajar bagaimana caranya menata agar bom itu tidak meledak tiba-tiba. Meledakkannya pelan-pelan, dengan cerita sedikit banyak membantu gue meredam ledakan dahsyatnya. Ah! Semoga saja tidak ada lagi ledakan bom yang dahsyat. Biarlah gue hidup di zona yang gue buat nyaman sendiri. Menghidupi hidup gue, dan ngga ganggu hidup orang. Buat gue, kalo ngga bisa jadi bermanfaat, minimal jangan jadi merugikan.
Malam~
2 notes
·
View notes
Text
Oh! Bahagia itu tidak bisa dihitung dengan angka. Tidak dihitung dengan seberapa jauh kita berjalan. Tidak dihitung seberapa mahal yang kita makan. Tidak dihitung dari seberapa banyak belanjaan. Pula tidak dihitung seberapa lama kita bergandengan.
Mensyukuri hal hal kecil yang bisa dilakukan dirumah, rasanya cukup membuat bahagia disaat sulit begini. Mau jalan-jalan mikir dua kali. Mau makan enak di luar mikir dua kali. Mau belanja belanja diluar mikir dua kali. Akhirnya, menjaga kewarasan dengan mencukupkan definisi bahagia, dirumah saja. Sesederhana bisa rebahan di hari libur, atau uweluwelan bertiga dirumah sama anak dan suami tanpa melakukan apapun. Karena banyak hal yang ingin dilakukan, ternyata hanya untuk memuaskan keinginan sesaat saja. Seperti latah kepengen jalan-jalan ketika liat update an orang yang abis jalan-jalan. Atau latah pengen makan "sesuatu" gara-gara liat update an orang makan "sesuatu". Emang kalo ngga pinter-pinter me-re-definisi bahagia versi kita tuh akan kebawa arus dan gaya hidup orang lain. Padahal yang tau keadaan, kemampuan serta kebutuhan kita ya kita sendiri. Akhirnya........demi menjaga kewarasan, aku yang terus berusaha menyederhanakan arti bahagia versiku.
2 notes
·
View notes
Text
Membedakan niat, dan ingin dilihat.
Bagi seorang yang punya masalah soal percaya. Terkadang, membedakan antara mereka yang niat dan mereka yang ingin dilihat begitu bias. Mungkin ada yang salah di hati, namun tak jarang asumsi pribadi dirasakan juga oleh yang lainnya. Sehingga benar, sangat sulit membedakan niat dan ingin dilihat. Karena keduanya sama-sama terlihat baik. Perbedaannya hanya di niat. Memang, tidak ada kuasa untuk menghakimi niat seseorang. Karena penilaian nya mutlak, dari Allah saja. Tapi semoga, kami yang melihat, tak berpendapat bahwa itu hanya untuk sekedar dilihat, semoga tetap ada niat baik meski terbersit seketika lantas hilang. Ehe. Mari luruskan niat, perbaharui niat lebih sering. Agar yang menurut kita baik, pula baik di mata Allah.
Malam~
23 notes
·
View notes
Text
Sebagai orang lain yang cuma bisa menilai. Aku turut menangis dalam hati. Melihat usia senjanya yang seharusnya tak sekeras itu. Bermacam andai kurangkai, namun berakhir hanya sebagai anganku. Jika nanti aku menua, semoga ada satu dua hati yang terus menyayangiku. Membimbingku untuk menikmati masa senjaku dengan munajat kepadaMu ya Rabb. Apalagi yang aku cari ketika raga tak lagi mampu berdiri tegak. Berpulang menghadap Rabb ku dengan sebaik-baik kondisi kembali...
3 notes
·
View notes
Text
Tidak masalah untuk menghidupi hidupmu sendiri bu. Memberi jeda pada rutinitas yang membuatmu lelah. Mencoba adil pada diri sendiri, bahwa diri, berhak bahagia. Jangan sampai lupa menjaga perasaan sendiri, sebab sibuk menjaga perasaan lainnya. Tidak masalah kamu dengan pendirianmu, bu. Tetap waras, meski harus banyak meredam. Sebaik-baik orang menjagamu, tetap kendalimu sendiri yang akan menjaga lebih.
3 notes
·
View notes
Text
Aku tipe orang yang memang terlalu mudah tersulut api. Tapi setelah dipikir-pikir emang cape banget ya. Berdebat sama orang yang memang berprinsip untuk tidak pernah kalah meski salah. Akhirnya setelah diri sendiri waras, istigfar sendiri haha. Sumbu pendek tp kadang bikin emosi selesai saat itu jugak sih. Meledak meredam lantas hilang.
4 notes
·
View notes
Text
Hari ini, besok atau lusa, benar-benar ngga pernah terbayang akan seperti apa. Kita yang menjalani cuma diminta berusaha banyak berdoa dan berserah banyak banyak.
Kan sudah dibilang, berumah tangga tidak selalu manis rasanya. Adakalanya terasa asin, hambar, bahkan pait. Bertahan pada setiap fase rasa sulit memang, tapi Allah pasti mampukan.
Aku bukanlah seorang manusia yg luput dari salah, apalagi dosa. Menggunung ya rabb :") Tapi kenapa aku terus mengaduh menerima segala kurang yang lainnya. Aku sadar, paham, setiap orang pasti punya kekurangan. Banyak-banyak minta sama Allah biar dikuatkan, dimampukan menerima dan diterima. Suamiku orang yang sangat sabar, pasti setiap hari setiap saat ia selalu mencoba meluaskan hatinya untuk menerima segala kurangku. Bawel, pemarah, suka nyuruh :") Pasti lelah sekali menjadi dirinya dengan segala kekurangan istrinya. Tapi aku tidak pernah menyadari itu. Merasa diri sudah cukup sempurna membersamainya dengan segala kekurangannya.
Setiap orang pasti memiliki masa lalu. Tugas kita, cuma diminta untuk terus hidup untuk masa depan dan menerima hidup di masa lalu. Kita ngga pernah mengeja takdir untuk menjadikan hidup sempurna agar yang terkenang sebagai masa lalu adalah sesuatu yang baik saja. Adakalanya, masa lalu yang menyakitkan harus kita terima. Berdamai dengannya, menerima bahwa masa lalu memang bagian dari diri kita yang tak terpisahkan. Semakin kita coba hapus, semakin sering masa lalu itu membayangi. Aku pun, manusia dengan masa lalu yang boleh dibilang ingin kubuang, aku pernah ada di fase menolak memiliki masa lalu. Tapi aku salah, semakin kutolak, semakin menjadi dia merusak otakku. Hingga kini aku bisa menghidupi masa kini untuk masa depan sambil memeluk masa laluku.
Berdamai dengan masa lalu memang butuh waktu yang panjang, tahunan bahkan puluhan tahun boleh jadi. Masa lalu yang semenyakitkan itu, bukan ngga mungkin menimbulkan trauma di masa sekarang bahkan juga kedepannya. Sebagai orang yang sedang menghidupi masa kini, aku hanya harus belajar menerima masa lalunya. Mengeja sabar agar dapat membantunya menerima masa lalu. Karena aku, juga dia ngga mau memiliki masa lalu yang begitu pedih untuk diingat atau terlintas lewat. Penerimaan memang harus dipelajari. Butuh waktu. Dan aku akan membersamaimu untuk menerima masa lalumu dengan sebaik-baik penerimaan.
Aku, manusia biasa yang masih harus terus belajar. Mengeja sabar agar seluas samudera. Walaupun aku bukanlah seorang istri nabi Ayub a.s yang luas sabarnya untuk membersamai dikala sakitnya. Tapi semoga Allah melihat usahaku untuk berusaha kuat, menjadikan setiap tangisku bukti bahwa aku belajar untuk bersabar. Semoga Allah mampukan aku belajar bersabar sekarang nanti dan seterusnya.
Semoga Allah selalu membersami setiap langkah kita ya mas, saling bersabar dan bersyukur. Aamiin
Salam,
19.59
5 notes
·
View notes