Text
#katawinne #tenon
Gugatlah Aku sampai 50 dan seterusnya. Mereka punya jawabannya...
Gadis cantik,
Orang tua hanya lebih tua pada usia. Mereka tak berhenti belajar pada hidup yang sampai lama mengayunkan umurnya. Saat bersama belum tentu mudah dilalui jika ternyata berpisah adalah perekat yang lebih sempurna. Perempuan dan laki-laki pemberi kasih pada rasamu tak selalu harus meruang jadi satu. Dunia mereka tetap indah saat masing-masing berkata "aku" karena mereka selalu punya "kamu" yang tetap melengkapi ketika mereka sesekali bertemu.
Gadis cantik,
Ini bukan perpisahan yang sepantasnya menyakitkan. Tapi kebersamaan yang oleh mata tidak kelihatan. Gugatlah tanpa amarah. Pertanyakan tanpa menekan. Karena jawaban dan pengertian, bukan lagi ada pada kitab yang selalu dibacakan. Tapi pada pemahaman, yang kelak kau dapatkan dari kisah cinta seorang laki-laki yang kau pandang sebagai Pahlawan, bersama seorang perempuan cerdas yang selalu kau Dewi-kan.
Gadis cantik,
mereka jauh, bukan karena saling menjauh. Tapi untuk biarkan cinta mendekat, dalam janji yang rekat.
50 ini mungkin baru separuh, atau masih dikalikan lagi sepuluh. Waktu yang tersedia, untuk sang Pahlawan buktikan dengan hebat. Bahwa dia, bersama Dewi Cerdasmu, tetap siap jelaskan mengapa Aku tak usah kau gugat...
Gadis cantik,
Yakinlah selamanya, bahwa pada sekat hati dan jiwamu, selalu ada rasa dari Pahlawan dan Dewi Cerdasmu. Rasa yang kompak bernama CINTA. Waktu mereka meruang jadi satu atau saat terpisah menjadi dua.
(Sebuah catatan personal bagi seorang sahabat, TG - circa 2016)
1 note
·
View note
Text
#katawinne #tenon
In this lonely night
I need the Three Musketeers:
Me, you, and our God
#winnecina #haiku #290216
1 note
·
View note
Text
#katawinne #tenon
Tentang Busur Panahku, Bagiku
Surga bagiku Nak,
Bukan kubah mahabesar dengan jalan-jalan emas yang akan kita lewati sesudah mangkat.
Bukan juga taman penuh bunga, tempat bermain kerub yang akan kita jumpai setelah perjalanan ini tiba di ujung waktunya.
Surga adalah bercanda denganmu dan mendengarmu tertawa keras-keras.
Surga adalah memandangimu menyuap roti cokelat ke dalam mulut, mengunyahnya dengan lahap, lalu berkata minta tambah.
Surga adalah ketika kau memanjat ke pangkuanku dan bersandar di sana, sambil kuciumi rambut halusmu yang lembab dan bau wangi.
Surga adalah melihatmu tertidur dan menyelimutimu rapat-rapat agar hangat hingga pagi menjelang.
Surga adalah matahari kecil yang benderang di wajahmu ketika kau menggandengku untuk minta dipakaikan celana pendek.
Surga adalah jari-jarimu yang menggenggam tanganku saat kita menyusuri jalan setapak di samping rumah.
Surga adalah larimu yang secepat angin ketika bermain di kolam pasir yang banyak semutnya.
Surga adalah teriakan ributmu yang memanggilku untuk melihat cacing di selokan.
Surga adalah kepalamu yang menyuruk perlahan di antara lenganku ketika kau berbaring sambil minta didekap.
Surga adalah senyummu, gelak tawamu, cahaya di matamu.
Aku bahkan tak perlu mati untuk pergi ke sana……
(Personal note untuk anak-anakku, 2H - circa 2007 - rewrite 2013 - remastered 2022)
8 notes
·
View notes
Text
Wityanara
Aduh kepalaku penuh denganmu sendiri
Sudah lama tidak begini
Dulu sekali terjadi karena cemas kau tak kembali
Kali ini karena kau benar-benar pergi
Rasanya seperti ditusuk dari belakang
Tak tahu siapa yang menusuk, kenapa, bagaimana
Eh bukan
Rasanya seperti dipenggal di bagian tubuh tertentu
Entah yang mana
Hilang, mengganggu keseimbangan dan keutuhanku
Karena kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Iya, kamu bukan segalanya
Pun bukan bagian terbesar
Tapi kamu ada di mana-mana
Di dalam keberadaan ini
Menapaki lebih dari separuh usia
Menambat jejak tertancap
Meski tak kasat mata, tapi ada. Hadir. Menetap.
Sedangkan hanya sedikit saja penghuni tetap di sini
Yang kuijinkan tinggal dengan sukarela dan sukacita
Karena kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Kamu, si yang tak terdefinisikan
Definisi itu sudah jauh kita tinggalkan di belakang
Kita ya KITA saja, begitu kesepakatannya
"Jangan hilang lagi" kamu membuatku berjanji
Kalau sudah begini, lalu siapa yang ingkar?
Padahal kematian adalah satu dari sekian banyak hal yang sering kita kupas bersama
Berandai-andai seputar rahasia, misteri, takdir dan nasib manusia
Juga apa yang terjadi sebelum, ketika, dan sesudahnya
Katamu kematian begitu lekat dan dekat
Kini kusadari kau tidak pernah berandai-andai soal kematian
Keniscayaannya membuatmu bersiap akan kepulangan yang entah kapan
Tapi tetap saja,
Padahal kematian adalah rahasia ketakutan terdalam kita
Tak bisakah sebelumnya kau beri aku tanda sedikit saja?
Karena kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Kita yang senang membual tentang banyak hal
Menjadikan hal kecil seolah besar
Menelisik kesederhanaan hingga jadi pelik
Atau malah menyederhanakan hal-hal besar
Agar membuatnya lebih mudah dipahami
Seperti membahas ujaran "Ya sudahlah" yang ternyata hanya ada di kultur orang Indonesia
Atau tentang garangnya freemason, illuminati, hingga konsep Marxisme dan Wahabi
Lalu kepada siapa lagi sekarang aku bisa berbual?
Kau percayakan sejarah, sisi gelap dan lukamu padaku
Mungkin aku bukan satu-satunya
Tapi bukankah yang paling berharga adalah rasa percaya?
Masa galau dan penatku kau jawab sempurna
"Jaga, jangan sampai karam."
Tak pernah terlintas sedikitpun di benak kita untuk mengubah sejarah
Maka tak juga satupun kekosongan yang kita manfaatkan demi ego itu
Denganmu, aku tak pernah pakai perhitungan
Gengsi pun sudah jauh dari jangkauan
Tapi untuk sebuah harga diri, kita sama-sama tahu batasan
Karena kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Beberapa bisa kurunut kalau memang perlu
Sahabat jiwa, pengkritik sekaligus motivator, komedian satir nan sinistis sekaligus lucu dan cerdas, filsuf, ensiklopedia berjalan, dan GURU
Tempatku bertanya sekaligus menguji pandangan
Tempatku khusyu menyimak isi kepalamu yang beragam
Tempatku mengungkap dan mendengar kegelisahan terdalam
Tempatku mengetahui kerapuhan dan kesepian seorang kamu
Walau tak bisa berbuat banyak, tapi aku tetap kau anggap perlu
Tentu saja tawa dan kelakar diantaranya sudah tak terhitung berderai
Kurasa untuk menertawakan hidup dan diri sendiri, kita termasuk pandai
Debat kita seringkali diwarnai nada meninggi tajam
Tapi jarang sekali berakhir dengan suasana masam
Karena tahu, selalu ada batas yang tak boleh diterabas
Dan selalu ada masa dan rasa yang lebih tepat untuk dibahas
Tahukah kamu seberapa sering aku memproses dan mewujudkan sesuatu dengan kamu ada di dalamnya?
Membayangkan apa yang kau pikirkan atau akan seperti apa komentarmu
Mempertimbangkan apa yang akan atau pernah kau katakan dan kau bagi kepadaku
Jadi ya, untukku
Kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Sepeninggalmu, begitu banyak orang berbagi tentangmu
Semua bernada sama
Betapa kamu berarti besar dan bermanfaat bagi kehidupan banyak orang
Terpampang di banyak dinding sosial media
Aku tak bisa seperti itu
Tak bisa berbagi artimu bagiku pada seluruh dunia
Karena kamu terlalu personal
Karena tak ada yang paham siapa KITA
Karena aku tak bisa berbagi tanpa mengatakan
Kamu bukan sekedar bukan siapa-siapa
Bahkan sampai saat terakhirmu
Kamu masih adalah guru
Membuat semua yang mengenalmu
Terinspirasi dan tergerak untuk meniru
Bagaimana mengisi hidup sepenuhnya hanya untuk mempersiapkan kepulangan
Bagaimana dibalik gemilangnya hidup seseorang ada cerita sedih dan getir yang tersimpan
Kekurangan dan kesalahan, kesepian dan kesakitan
Tidak lantas membuatmu diam meratap
Tapi sanggup kau bayar tuntas dalam kepergianmu yang sekilas
Kau mengaku tak siap mati
Kupikir sebaliknya lah yang terjadi
Karena telah kau siapkan orang-orang terpentingmu agar tetap mampu melaju selepas kau pergi
Terutama, telah kau tempuh hidup dengan sebaik-baiknya manfaat dan pekerti
Pada akhirnya terpaksa katamu kuamini
Bahwa hidup hanya menunggu mati
-Bandung, hari ke 7-
0 notes
Text
Meeting Day #1
Begitulah kalau ibu-ibu sok melek teknologi. Google meeting aja briefnya sampai sejam. Baiklah. Bye bye
1 note
·
View note