Tumgik
oktindriani · 3 years
Text
Tutup Buku
OMG
OMG
OMG, Pertama yang terucap karena telat bacanya, Mungkin ini pula yang terucap olehnya waktu malam hari aku bagi undangan pernikahan ku. Alhamdulillah, tetap saja ini ketentuan-Nya. Segala drama kehidupan masa 25 yang semakin kesana semakin realistis saja. Ada beberapa hal yang tidak akan kulupa, beberapa cara mencintai yang rasanya seperti idaman, namun tidak kesampaian. Beberapa hal yang setiap ku ingat, aku akan menyunggingkan senyum kecil serta berterimakasih karena pernah mengalaminya.
Karena bagaimanapun, jiwa melankolisku tetap hinggap, bahkan mungkin dilain waktu atau kesempatan yang lain. Karena dengannya aku bisa mengenang dan menguatkan, bahwa tekadku untuk masa depan adalah untuk mencapai surga, bukan kebahagiaan dunia semata.
Mari menutup buku dan membuka lembar cetakan buku yang lain. Meskipun sudah cukup lama aku maupun kamu sama-sama menutupnya, namun kini rupanya betul-betul harus diselesaikan. Chapter kita tidak banyak, tebalnya pun mungkin tidak seberapa. Namun setiap goresannya mewakilkan pengalaman masa muda yang penuh cerita, momen-momen yang tidak digantikan dengan siapapun yang datang sebelum atau setelahnya.
Sekali lagi selamat atas pernikahan mu, teman kecilku. Semoga kita sama-sama bahagia dengan jalan yang kita pilih masing-masing. Terima kasih untuk cerita masa muda yang hanya kita berdua yang merasa, waktu itu sungguh indah. Alhamdulillah.
4 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
This guardian penguin is here to remind you it’s normal to not be perfect. There’s nothing wrong with you for having flaws and problems. : ) You’re going to work through them and learn from them, so don’t be so hard on yourself!
Chibird store | Positive Pin Club | Instagram
4K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Back to the past, for seconds.
Bergejolak sekali, rasanya. Pilihan yang tepat untuk ku mengambil cuti kerja 3 hari ini. Bukan apa apa, bukan. Bukan karena rasa yang tertinggal ataupun potongan yang hilang. Namun teringat 2012 kala itu, kamu berjanji untuk menikahi ku di 2024 dalam bentuk video animasi tugas akhir salah satu mata pelajaran produktif sekolah kejuruan. Di depan teman kelasmu kamu presentasikan video itu, yang baru kutahu setelah mereka semua membercandaiku tentang isi animasi itu. Jika dihitung sejak pertama kenal hingga hari ini, berarti sudah 10 tahun. 10 tahun perjalanan mu memperjuangkan hak mu untuk bahagia sesuai isi hatimu. 10 tahun pula aku merasa menyiakannya untuk hal yang sebenarnya bisa kupastikan sejak lama.
Kini, aku patahkan lagi untuk kesekian kalinya. Namun seperti cukup, ini cukup yang terakhir kalinya. Semoga Allah maafkan salah ku dan sembuhkan kecewa mu yang timbul karenanya. Semoga tetap yakin suatu hari nanti pasti ada yang mengganti dengan yang lebih baik dan bahagia. Terima kasih dan maaf, meski seperti tidak pantas aku mengucapnya, semoga keadaan mu disana baik2 saja.
- a day after my birthday. A quarter chapters of my life.
1 note · View note
oktindriani · 4 years
Photo
Tumblr media
Poems & Words
370 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Photo
Tumblr media
Poems & Words
571 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Jika Anak Bertanya tentang Allah
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…
Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah? Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana? Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?
Jawablah :
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini :
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.
Jawablah begini :
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)
[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)
Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Jangan jawab begini :
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]
Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.
Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.
Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.
[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}
Jawablah begini :
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )
“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”
Atau bisa juga beri jawaban :
Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.
Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?
Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana ?“
Jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.” Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <— Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.
Juga jangan jawab begini :
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.
Jawablah begini :
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)
Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)
Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini :
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”
Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”
“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
Jawablah begini :
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.
Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
Katakan juga pada anak:
“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)
“Kenapa, Bu ?”
“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal
Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”
Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).
Wallahua’lam.
Sumber :  Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo’s
Being a mom is a big deal, preparation is a must. Karena nasib peradaban ini dipercayakan pada tangan para ibu.
Go follow @SuperbMother | superbmother.tumblr.com
5K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
No No, dear
No matter how crazy you are about him, how hard you fallen into him, how fucking deep your love to him, how long you waited for him,
If he is not into you, then nothing will happen.
Trust me.
135 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Baru Sadar
“Allah tidak akan menguji diluar batas kemampuan hamba-Nya.”
Sering mendengar kalimat di atas, tapi terkadang sering lupa, dan berakhir mengeluh. Itu saya.
Padahal Allah yang jamin. Tapi terkadang masih ragu. Itu saya.
Sore itu, secara tiba-tiba diperjalanan pulang, saya ingin menulis ini.
Bahwa ujian yang saya dapatkan ternyata sangat kecil dibandingkan dengan pertolongan Allah yang besar. Dialah yang Maha Tahu saya memiliki kemampuan A, lalu diberi ujian A dan saya bisa lulus. Dicobalah saya ujian A1, dengan tujuan apa? Agar saya mampu mengembangkan kemampuan dasar yang saya miliki. Tujuannya? Agar saya semakin menyadari bahwa masalahnya sama saja, hanya bagaimana saya menyikapi masalah tersebut. Mampukah saya berpikir bahwa Allah memberi kemampuan A, agar saya dapat menyelesaikan masalah A, A1, A2, dst.
Mungkin, kita yang selama ini masih merasa,
“Kok gini ya? Kenapa saya dikasih ujian ini?”
belum menyadari betul bahwa kemampuan yang Allah berikan untuk kita itu sangat luar biasa. Karena Allah yakin dan menjamin bahwa ujian tidak akan melebihi kapasitas yang Allah berikan pada umatNya.
Sungguh, tidak mudah menulis ini. Perlu waktu untuk saya menyadari ini. Tapi lagi dan lagi saya mengucap syukur karena masih diberikan waktu untuk menyadari ini agar ke depannya jika ada masalah, tidak langsung mengeluh. Tapi mengucap syukur. Insya Allah.
- Rajuami
31 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
“Ketika seseorang yang begitu peduli padamu telah beralih menjadi “bodo amat’ atas apapun tingkahmu, barangkali pelan-pelan kau akan menyadari kalau kau juga menyebalkan.”
— Kurangi jumawa kita tidak benar-benar hidup untuk sendiri.
311 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
“Aku berlindung kepada Allah atas ketidakpastian masa depan, dari keputusan yang keliru, dari perihnya kenyataan, pahitnya kekecewaan, dari hati yang berbolak balik, dari pengkhianatan manusia dan dari cinta yang salah”
— :)
5K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Dunia. Separah ini kamu. Astaghfirullahaladzim, naudzubillah min dzalik.
Berusaha buat lupain aja tapi isi kepala hati jiwa raga tidak bisa berdusta bahwa aku tidak baik-baik saja.
Allah Maha Baik, masih mensisakan beberapa wejangan yang baik, lewat rekan yang bisa lebih terbuka hati dan dirinya.
Aku tidak baik-baik saja. Dengan semua isi kepala dan beban berat yang ditanggungnya. Seolah menyalahkan keadaan seolah menyalahkan diri, hingga ingin lari dan pergi.
Apa tidak sadar bahwa Allah lah yang mengqodar. Namun bagaimana jika Allah saja sudah muak? Dengan segala keegoanmu tentang nafsu dunia.
Dunia tidak akan ada habisnya. Tidak akan juga menambah wibawa kecuali semakin membawa diri jauh dari ilahi.
Dunia tidak akan ada habisnya. Mengelilingi dengan khawatir tentang kejadian-kejadian duniawi yang menyeruakkan emosi, memicu perselisihan perseteruan permusuhan.
Dunia tidak akan ada habisnya. Untuk itu, cukupkanlah, pelik mu di dunia tidak perlu dibawa. Yakin, Allah pasti mengqodar yang terbaik. Bismillah..
0 notes
oktindriani · 4 years
Text
Darwis Tere Liye bilang tentang Acara Pernikahan
*kalau kita akan menikah (repost utk ke-3 atau ke-4 kalinya, silahkan di share, repots, copas jika bermanfaat) maka demikian, saran dr sy: … 1. tdk usah buat kartu undangan muahal2, sy tahu, ini urusan sekali seumur hidup, mau yg spesial, mewah, tp buat apa? sebagian besar kartu undangan itu berakhir di kotak sampah. kecuali kalau ditulis di kartu undangannya: ‘please, harga kartu undangan ini rp 20.000/buah, jd angpao hadiah pernikahannya minimal 10x dr itu. jadi buatlah yg elegan tp sederhana. berkelas tp murah meriah. well, tips detail soal ini, tanya sama pak tukang bikin undangan. di jakarta, di dekat tebet sana, ada pasar yg penuh ratusan loket bikin kartu undangan, tinggal pilih. … 2. tdk usah pakai musik2 yg aneh2. sy tahu, undangan nanti bengong kalau tdk ada hiburan. hanya saja, terserah, apakah mau lbh ramai dihadiri penghuni langit atau penghuni bumi? musik gamelan, boleh. tradisional boleh. nasyid yg simpel boleh (karena ada juga nasyid yg kencang2, mengganggu). lagu jazz juga boleh. tp jangan pernah dangdutan, organ tunggal dgn penyanyi2 seksi–ada juga jazz dgn penyanyi berpakaian tak sopan. musik arab? jelas tdk boleh kalau pakai penari perut. ngerti kan? arab tdk otomatis islami. … 3. tdk usah pakai foto pre-wedding segala. tdk usah deh. nanti sj, foto post-wedding. sebenarnya buat apa sih foto pre-wedding? sy coba buka kamus tebal, melongok buku2, website, tdk ada alasan kokoh kenapa foto pre-wed harus ada. buat kenangan? hehe, ini argumen lucu sekali–terserah deh kalau ada yg tdk ketawa dan tetap ngotot pre-wed. … 4. pawang hujan. aduh, celaka urusan. seperti tdk punya Tuhan. di hari pernikahan yg mengharap berkah, kita malah menugaskan orang komat-kamit baca mantera mengusir hujan–biar undangan bisa datang kinclong gitu. bagus betul. jika kita membenci hujan, maka kita membenci kitab suci–cek ayat2nya dlm kitab suci. ingatkan seluruh keluarga, jangan pernah pakai pawang hujan. ini juga termasuk berharap berkah dengan tanggal2 tertentu, takut menikah di tanggal lain karena nanti celaka, kramat, dsbgnya. … 5. menyebut2 kebanggaan, gelar, peristiwa dll dalam prosesi pernikahan. ada saja pernikahan yg menghabiskan 10 menit utk membacakan CV pengantin. sy pikir tdk perlu, karena itu tdk ada relevansinya dgn akan selanggeng apa pernikahan kita. … 6. tentu sj, jangan bermewah2. sy tahu, pernikahan itu milik keluarga. ada keinginan orang tua, ada ambisi orang tua. tp berusahalah utk di-rem. karena eh karena, yg paling penting dr sebuah pernikahan adalah pengharapan. apa itu pengharapan? doa. doa2 yg dipanjatkan. ketika doa itu berpilin ke atas, menyatu, maka semoga berbuah keluarga yg baik2, keturunan yg baik2. … 7. terakhir, bukankah kita sepakat bahwa pernikahan itu adalah eh adalah ritual suci? penuh khidmat? maka pastikan, jangan sampai ya, amit2, gara2 resepsi kita jadi meninggalkan shalat, diburu2, dijama’ qashar pula. nah, silahkan. mau dituruti atau tdk sarannya. bebas. namanya juga saran.
2K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
#tentangpernikahan : Sedikit Renungan
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita sudah siap untuk berbagi dengan pasangan. Bukan sekedar harta dan hidup semata, namun juga berbagi rasa dan tanggung jawab. Yang pada awalnya tak sering dibagi hanya untuk diri sendiri, menjadi harus jujur dan terbuka.
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita sudah paham bahwa saat ini kita tak bisa lagi berkata “pokoknya”, karena sekarang sudah ada belahan jiwa yang juga harus kita hargai keberadaannya. Bukan menghargai hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, berada disampingnya ketika dibutuhkan, namun juga termasuk menghargai semua pendapat yang ia miliki dan itu tak mudah pada kenyataannya.
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita sudah mengerti jika prioritas kita pun akan berubah. Yang mungkin dulunya hanya ada ‘aku’, maka sekarang semua menjadi ‘kita’, bukan ‘aku’ atau ‘kamu’. Beberapa hal harus berdasarkan kesepakatan dan tak bisa diputuskan secara sepihak saja, demi keberlangsungan rumah tangga.
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita pun sudah rela akan hal-hal yang kita miliki jika harus menjadi milik bersama, termasuk tabungan ataupun penghasilan yang kita dapatkan dengan keringat mengucur setiap hari. Rela jika ia harus digunakan untuk kepentingan bersama ataupun keluarga, bukan untuk kesenangan pribadi dan berfoya-foya. Seharusnya, keinginan-keinginan pribadi itu sudah menipis dan memudar sebelum menikah, sehingga tak akan ada perdebatan masalah keinginan yang bersifat egois.
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita tahu bahwa kita menikahi manusia yang tak sempurna, begitupun kita. Kita tak sempurna. Maka sudah sepantasnya kita saling menjadi pakaian bagi pasangan, menutupi dan menyimpan rapat segala aib serta kekurangannya, termasuk kepada keluarga sendiri. Untuk beberapa hal, memang seharusnya semuanya disimpan bersama. Maka, keterampilan dan keahlian untuk memberi filter dalam setiap perkataan juga perilaku ini sangatlah penting untuk dimiliki, dan tidak semua orang mampu. Terlebih lagi juga kemampuan untuk menyelesaikan masalah, bagaimana caranya semua masalah berdua dapat diselesaikan hanya di dalam kamar dan tidak terbawa keluar, jangan sampai terdengar tetangga dan tercium keluarga.
Ketika memutuskan menikah, seharusnya kita sadar bahwa menikah adalah sebuah keputusan besar yang bukan main-main. Bahwa ada nilai ibadah di dalamnya. Ada nilai keberkahan di dalamnya. Kekuatan iman akan menjadi pondasi dasarnya, serta sabar dan syukur yang akan menjadi penopangnya.
Akan selalu mudah mencari alasan untuk menyerah dan berpisah, namun akan menjadi sulit bila alasan untuk bertahan itu hanya karena Allah. __________
@shafiranoorlatifah ; 17 Juli 2019 Yang masih dan akan terus berusaha menumbuhkan cinta karena Allah.
1K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
#tentangpernikahan: Kerja Bersama
Rupanya, menikah tak serta merta membuat kita bisa berleha-leha santai sembari bertopang dagu bersandar paha.
Nyatanya, menikah membuat kita tersadar bahwa segalanya perlu usaha berdua dan semuanya butuh kesadaran.
Menikah bukan lagi tentang aku. Melainkan tentang kita yang sudah bersama untuk terus melaju. Bersama untuk saling melengkapi menghadapi perbedaan yang terjadi. Karena membuat diri kita menjadi sempurna, adalah lebih baik daripada mencari seseorang yang sempurna.
Bila pada awalnya kita lebih nyaman mengerjakan segala sesuatu sendirian, maka dengan menikah kita harus merelakan sedikit ruang untuk pasangan mencari pahala melalui bantuan perannya. Bila pada awalnya semua harta atas jerih payah selama ini dihabiskan sendiri, maka menikah membuat kita memiliki suatu kewajiban baru untuk berbagi, bersedekah kepada pasangan. Bila pada awalnya kita lebih senang memendam perasaan, maka menikah akan memaksamu untuk lebih terbuka dan jujur, serta berlapang dada untuk menerima semua ucapan yang dikatakan pasangan.
Jika bayangan kita menikah adalah kehidupan bahagia seumur hidup yang penuh akan senda gurau, maka sebaiknya kita perlu kembali merenungkan makna dari rumah tangga.
Pada akhirnya, ekspektasi itu terkadang tak menjadi nyata. Karena menikah adalah bekerja bersama, bukan hanya dicintai semata.
Bukanlah hal yang mudah untuk saling mengerti, bahwa pernikahan bukanlah ajang untuk melihat siapa yang paling hebat, apalagi saling membanggakan martabat, dan hanya memandang derajat.
Pernikahan membuat kita menjadi satu tim, yang tidak akan saling menjatuhkan, tetapi saling menyemangati mengejar keberkahan.
Tak ada ini tugasmu atau hartamu, tak ada ini salahmu atau karenamu, tak ada ini anakmu atau keluargamu. Semua adalah kita, dan tanggung jawab kita bersama.
Bukankah kita telah membuat komitmen untuk saling menjaga?
_____ @shafiranoorlatifah ; 7 Oktober 2019. Di sampingmu yang telah terlelap syahdu.
Semoga aku terus bisa membersamaimu.
791 notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Aku ingin menulis, banyak hal,
Tentang yang kutidak pahami dari semua skenario ini
Tentang setiap tanya yang kuingin tahu jawabnya
Tentang yang tidak bisa terucap namun sulit juga tercerna
Entah kapan, entah bagaimana,
0 notes
oktindriani · 4 years
Text
Kita Mungkin Bisa Menerima, Tapi..
Saya telah melewati fase ini, tapi pembelajaran yang terjadi dari lompatan fase itu tidak akan pernah lekang dan akan menjadi nasihat yang nanti saya teruskan ke anak-anak saya nantinya. Terkait memilih pasangan hidup.
Kita, sebagai remaja yang mungkin pada fase tersebut dilanda banyak keresahan terkait pasangan hidup, waktu yang terus bergulir memakan usia, kemudian dorongan dalam diri yang ingin segera masuk ke fase berikutnya. Hal-hal yang seringnya, membuat pikiran dan hati kita tidak stabil. Logika kita tidak berjalan dengan baik, begitu pula perasaan kita yang mudah sekali berubah-ubah.
Apalagi, saat kita dihadapkan pada kondisi dimana kita justru dipertemukan dengan orang-orang yang menguji value yang kita pegang selama ini. Ada hal baik yang ada pada dirinya, meski ada tapinya. Dan “tapi” inilah yang membuat kita kebingungan dengan diri kita sendiri.
Pada waktu itu, nasihat ini datang kepada saya. 
“Kamu boleh jadi bisa dan luas hatinya untuk menerima orang lain seburuk apapun masa lalu yang dia miliki, ditambah dengan asumsimu bahwa dia sudah berubah meski mungkin itu belum benar-benar bisa kamu validasi, tapi kamu berprasangka baik. Dia yang masih merokok, dia yang pernah berhubungan dengan perempuan di luar bayangan kita, dia yang shalatnya belum tegak lima waktu, segala sesuatu yang kita rasa, itu bisa diubah seiring pernikahan. “Boleh jadi kamu bisa menerima mereka dengan terbuka, tapi coba benturkan hal itu jika nanti ada anak-anak. Apakah kamu akan membiarkan anak-anakmu terpapar asap setiap hari di rumah bahkan sejak dia lahir? Apakah kamu menjelaskan dengan baik, dan membanggakan laki-laki itu nanti sebagai ayah dari anak-anakmu.”
“Inilah yang seringkali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Bahwa, sejatinya memilih pasangan hidup, salah satunya adalah bentuk kewajiban kita untuk menunaikan hak-hak anak kita memiliki ayah/ibu yang baik. Hak yang harus kita tunaikan. Kita tidak semata menikah hanya untuk kepuasan diri, ego, dan asumsi-asumsi kita.” “Selama kita masih punya keleluasaan untuk memilih dan membuat keputusan. Maka, seberat apapun upayanya. Kukira, itu tidak akan selamanya. Tapi, pernikahan itu, selalu kita harap akan baik selamanya kan?  Tak ada salahnya kita berusaha lebih keras dan lebih lama sedikit, berdoa lebih kuat lagi, kemudian memberanikan diri untuk melewati fase ini dengan lebih logis dan dengan iman. Agar langkah kita tidak didorong oleh ego kita untuk segera memiliki status, ego karena malu belum menikah sendiri, ego karena ingin seperti teman-teman kita yang lain, ego karena dirasa menikah itu menyelesaikan seluruh permasalahan hidup.”
Justru, pernikahan itu menambah masalah. Kalau kita salah menentukan pilihan, salah dalam membuat keputusan, masalah yang akan kita hadapi dalam pernikahan, akan jauh lebih sulit. 
Berjuanglah lebih lama sedikit, lebih bersabar, agar kita sampai pada pelajaran yang utuh. Agar kita sampai di titik, dimana kita bertemu dengan orang yang benar-benar membuat kita yakin dan percaya bahwa anak-anak kita, layak memiliki ayah/ibu seperti dia. Di sini, semua standar kita soal ketampanan, kekayaan, dan semua hal yang tampak permukaan akan luluh. Kalah oleh akhlak, kalah oleh karakter seseorang. Sebab akhlak/karakter adalah cerminan pemahaman hidup seseorang, cerminan pikiran-pikirannya, cerminan tentang visi yang ingin kita hidupkan.
Bersabarlah, sedikit lagi. Karena pernikahan yang seumur hidup, terlalu berharga untuk kita korbankan demi ego-ego dan perasaan kita yang tak mampu kita kendalikan saat ini. Kurniawan Gunadi
Yogyakarta, 17 Juni 2020
2K notes · View notes
oktindriani · 4 years
Text
Semenjak banyak kejadian beberapa tahun terakhir ini, aku belajar banget tentang hal-hal ini:
Don't show your progress to others, just bloom
Be as simple as you can
Say no if you can't
Don't force yourself to fulfill the people's standard
Rejection doesn't hurt, expectation does
61 notes · View notes