Text
'oh, ternyata ini maksudnya ...'
Makin dewasa, makin banyak pengalaman, makin sering ketemu hal yang membuat prespektif jadi tiba-tiba berubah, makin sering juga dibuat seketika sadar, 'Oh ternyata ini maksudnya...'
Pilihan-pilihan keliru yang dulu diambil.
Orang-orang yang pergi dan datang dalam hidup.
Luka-luka di masa lalu.
Ujian yang dihadapi.
Pengalaman menyakitkan yang pernah dirasakan.
Kesendirian kita saat ini.
Berbagai hal yang terjadi dalam hidup, sekecil dan sesepele apa pun itu ternyata punya alasan mengapa itu semua terjadi.
Everything happens for a reason.
Mungkin masih banyak hal yang belum kita tahu mengapa itu semua harus terjadi, mungkin kita juga sudah tahu alasannya tetapi masih denial dan belum mampu mengikhlaskan, tetapi nggak papa. Nggak semua hal harus kita mengerti sekarang. Nggak semua hal harus kita tau jawabannya sekarang. Nggak semua hal harus kita terima seketika. Sebab ada banyak sekali hal yang berada diluar dari kapasitas kita sebagai manusia. Ilmu dan juga akal yang kita miliki terbatas dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pemilik semesta alam.
Kalau nanti sudah waktunya kita pasti akan dibuat paham. Karena nggak ada apa pun yang terjadi dalam hidup ini tanpa adanya sebab. Sesederhana bulu mata kita yang jatuh, ataupun helai rambut kita yang tercabut. Semua ada hikmahnya.
Mintalah kepada Allah untuk menjadikan diri kita sebagai orang-orang yang mudah untuk mengambil hikmah dan juga pelajaran dari setiap hal yang kita lewati. Karena betapa sia-sianya apa yang sudah kita lalui, kalau belum cukup mampu juga untuk membuat kita menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.
@milaalkhansah
***
Yuk jangan lupa beli buku aku yang berjudul, "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di Official store dan marketplace resmi @bukumojok
Dukung & bantu penulis untuk terus berkarya dengan membaca & membeli karya-karya original kami 🌷
53 notes
·
View notes
Text
Aku sudah cukup tua untuk bermain dengan percintaan yang tidak kulihat tujuan kedepannya seperti apa.
Jika engkau ingin masuk, silahkan
Jika ingin keluar, silahkan menuju ke pintu engkau masuk.
Aku tidak mati rasa, perasaanku pun tak habis hanya untuk masa laluku.
Jika engkau benar-benar ingin bersamaku, setidaknya beritahu aku tujuan untuk kedepannya, bukan hanya engkau suruh berjalan tanpa tujuan.
180 notes
·
View notes
Text
Bu, Pak … Teman-temanku satu per satu menikah, sebagian bahkan sudah mengantar anak ke sekolah. Sementara aku merasa belum bertemu jodohku. Apa aku terlalu pemilih? Apakah kriteria yang aku inginkan terlalu tinggi?
Nak …
Menjadi pemilih dalam urusan jodoh adalah sebuah keharusan.
Sudah selayaknya kamu berhati-hati menjalin hubungan dengan orang yang nanti akan serumah denganmu, membangun keluarga, menghabiskan waktu menua bersama.
Mungkin ini kedengaran klise, tapi menikah memang bukanlah perlombaan. Tak ada menang-kalah, tak ada cepat-lambat.
Masa penantian dan pencarian ini, barangkali adalah ruang yang Tuhan kasih untuk kamu belajar lebih banyak:
Tentang dirimu, tentang hidupmu.
Tentang menjadi pasangan dan orang tua yang baik.
Tentang mengelola uang dan mengatur rumah tangga.
Tentang membangun keluarga yang bahagia, sehidup sesurga.
395 notes
·
View notes
Text
Percaya Pada Pola
Kalau teliti mengamati sesuatu, maka kita bisa menemukan pola. Pola di kejadian, pola di keadaan, pola di karakter seseorang, pola di perilaku orang, dan beragam pola lainnya dalam hidup. Kejelian melihat pola ini perlu dibarengi dengan kesiapan untuk menerima kenyataan, kenyataan bahwa memang demikian.
Kalau kamu sedang dekat dengan seseorang dan berencana untuk menikah dengannya, maka perhatikan polanya. Pola berpikir, pola perilaku, pola interaksi, dan beragam pola lainnya yang menurutmu penting dan fundamental. Karena ia telah hidup dengan pola itu seumur hidupnya selama ini, tidak mungkin akan berubah dalam sehari semalam hanya karena menikah denganmu. Apalagi, jika kamu bercita-cita untuk mengubahnya. Mungkin kamu perlu berpikir ulang untuk itu. Kalau kamu bertemu dengan orang yang berlaku buruk dalam nilai-nilai yang kamu yakini, seperti suka bergunjing, berkatas kasar, menoleransi suap, menolerasi hal-hal lain yang jelas-jelas tidak sesuai dengan keyakinanmu. Apalagi jika kemudian ia terlibat masalah atas perilakunya dengan orang yang lain, tidak sedang terjadi denganmu bukan berarti tidak akan pernah terjadi kepadamu. Lihatlah polanya seperti apa, suatu hari mungkin kamu yang akan mengalami konflik dengannya. Jadi, jauh-jauh sejak awal.
Kalau kamu lagi terpuruk karena hal-hal berat yang sedang kamu jalani. Coba lihat bagaimana pola kehidupanmu selama ini. Bagaimana Tuhan mengingatkanmu, menyiapkanmu, dan juga memberitahumu selama ini melalui beragam pola. Apakah kamu berhasil menemukan polanya dan berhasil mengambil hikmahnya. Apakah kamu berhasil memahami gambaran besar mengapa polanya demikian? Semoga kita dimudahkan untuk memahami pola, sehingga tidak terjebak dalam pikiran sendiri, apalagi terjebak pada pola-pola yang buruk. (c)kurniawangunadi
377 notes
·
View notes
Text
Aku tahu jawabannya "Kenapa belum juga dipertemukan dengan seseorang itu padahal usia sudah sebanyak ini?"
Karena aku belum juga menjadi versi terbaik, lebih baik dari sebelum²nya, aku masih dalam mode penyesalan atas banyak hal, masih juga tenggelam dalam banyak gagal yang harusnya sudah selesai, aku masih sibuk berusaha berdamai dengan kesalahan² yang diri perbuat dulu dan kini, aku yang masih merasa harus bertanggungjawab pada beberapa kondisi dalam rumah ini, ya karena aku yang belum juga selesai dengan diri sendiri dan tidak mau menyeret orang lain masuk dalam ruang gelap berduri yang bisa² justru lebih melukainya ketimbang aku sendiri
Pertanyaannya "Mau sampai kapan kamu begini?" :'(
Rumah- Di Usahakan itu Harus, Ly
282 notes
·
View notes
Text
Bukankah ada banyak luka yang harusnya memang terbuka agar ia cepat kering dan sembuh? Luka kita mungkin sama, cara menyembuhkannya adalah dengan membiarkannya tetap terbuka, dan kita membiasakan diri dengan sakit dan perihnya, hingga ia hambar dan tidak terasa lagi. Berdamai itu membiasakan, sebab mustahil untuk melupakan.
Melupakan itu hal yang sulit dan rumit, sebab memang begitulah memori otak kita dirancang, agar selalu mengingat pada peristiwa penting dalam hidup kita, entah baik atau pun buruk.
Tidak ada yang bisa mengatur lisan dan tindakan orang lain bukan? Kitalah yang seharusnya bisa mengatur bagaimana untuk meresponnya, tidak memang, tapi begitu seharusnya.
Untuk setiap luka yang hari ini kita dapatkan dan masih membekas, berdoalah pada Tuhan, agar diberikan hati yang lapang dan sabar. Ujian itu mustahil ada jika tanpa jawabannya, dan kita pun harus belajar agar lulus dari ujian tersebut, dan sebaik-baik belajar adalah dengan berkaca pada pengalaman. Entah pengalaman kita atau orang lain.
Dewasa itu rumit ya... Gapapa, insyaallah serumit-rumitnya menjadi dewasa, ia akan berbuah kebaikan. Selalu sertakan Allah ya, untuk setiap langkah kita.
@jndmmsyhd
415 notes
·
View notes
Text
Jika yang di depan kita membuat kita takut dan yang di belakang kita membuat kita luka, maka lihatlah ke atas, Allah tidak pernah gagal menolong kita dalam setiap ujian.
84 notes
·
View notes
Text
Kadang.
Kadang kita tuh cuma belum paham, akan sesuatu yang pada akhirnya bisa menjadi baik atau buruk buat kita.
Sebagaimana Ibu yang melarang anaknya yang masih kecil bermain pisau, anaknya nangis karena merasa kebebasannya direnggut. Padahal anak itu hanya tidak paham bahwa pisau bisa berbahaya untuknya.
Begitu pun Allaah. Allaah mengatur semua hamba-Nya dengan seksama. Bisa jadi Allaah melarang, mencegah, atau menghindarkan kita dari sesuatu yang nyatanya tidak baik untuk kita, bahaya untuk kita. Dan Allaah mendekatkan pada sesuatu yang lebih baik untuk kita (yang barangkali dimata kita, kadang kita tidak suka).
(Di kutip dari ceramah Ustadz Nuzul Dzikri Hafizahullahu ta'ala.)
161 notes
·
View notes
Text
Singkat nya begini, orang yang beneran serius sama kamu, tidak akan tega buat kamu Kebingungan. Apalagi sampai menebak-nebak.
Resiko tidak serius itu kehilangan, namun kalau sampai saat ini kamu masih dibuat bingung sama sikap dia, ya berarti memang bukan kamu orang nya
@ceritajihan
luwuk banggai 14 Juni 2024
164 notes
·
View notes
Text
Bila sepi mengajakmu lebih dekat dengan Allah lantas mengapa harus risau hanya karena merasa tak memiliki banyak teman? Bukankah sedikit lebih baik daripada beramai-ramai namun tak kau dapati Allah dekat di dalamnya?
@terusberanjak
424 notes
·
View notes
Text
Jika kamu tidak menemukan cinta maka biarkan cinta yang menemukanmu
Jangan sampai kau biarkan dirimu memelas dan mengiba hanya karena ingin dicintai, karena kau tak butuh itu.
Tugasmu hanya menata,berupaya kemudian menjaga karena Takdir tahu harus bermuara dimana, sudah ada yang menjalankannya. Jadi, sesuatu yang menjadi progres tuhan tak perlu banyak dipertanyakan.
177 notes
·
View notes
Text
Saat Menjadi Orang Tua
Kira-kira, kalau kita menjadi orang tua, dan memiliki anak seperti diri kita, kita bakal bingung gak ngadapinnya?
Bingung karena anaknya sedang bingung sama masa depannya. Tidak membicarakan soal rencana-rencananya, sementara kita khawatir dengan umur kita yang mungkin takkan lama dan tak ingin meninggalkan anak yang lemah untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Sementara kita melihat anak kita berdiam, tidak tahu apa yang direncanakan, ketika ditanya malah menghilang. Ketika diarahkan, malah marah karena merasa tidak diberi kebebasan.
Jangan-jangan kita bakal sebingung itu kalau ngadepin anak kita sendiri, yang anak itu, kayak kita.
Sementara saat kita sibuk dengan pikiran dan kecemasan kita sendiri. Orang tua kita sibuk bekerja untuk terus membuat roda kehidupan berputar. Dulu tak terpikirkan bagaimana orang tua bisa punya rumah, kendaraan, biayain sekolah, dan lain-lain. Sekarang saat menjalani usia dewasa, melihat semua angka-angka yang terbayang, bingung harus kerja apalagi biar bisa memenuhi kebutuhan tersebut agar nanti bisa membina keluarga yang memiliki standar hidup minimal yang baik.
Dan orang tua kita khawatir anak tercintanya tak cukup kuat untuk menghadapi kerasnya hidup. Mereka ingin hidup seterusnya sampai mereka merasa yakin dan percaya bahwa kalau mereka meninggal, anaknya akan cukup bekal.
Sementara kita masih terus khawatir dan mencemaskan perasaan-perasaan yang tidak penting. Bahkan kita merasa sudah cukup dewasa untuk berpikir dan bertindak, tapi ternyata tidak cukup berani untuk mengambil keputusan dan risiko. Berlindung dibalik ketiak orang tua jika ada masalah, takut hidup tak sesuai ekspektasi, takut kalau nanti di masa yang akan datang kita tak sampai ke impian.
Dan orang tua kita sebenarnya tidak menuntut itu semua. Bahkan mungkin mereka rindu untuk bercengkerama dengan anaknya. Mengingat-ingat bahwa dulu saat kita masih balita, ditimang-timangnya memenuhi ruang hatinya dengan kebahagiaan. Kita pernah sekecil itu di mata mereka, bahkan mungkin hingga saat ini.
Tapi kita lupa, merasa sudah cukup dewasa, banyak peran yang kita jalani. Banyak kecemasan yang membutuhkan penyelesaian. Kita lupa, bahwa kita masih menjadi anak, dan kita lupa caranya menjadi anak bagi orang tua kita sendiri.
257 notes
·
View notes
Text
Ternyata, orang-orang yang hadir setelah kepergianmu itu, biasa saja. Tetap kamu yang paling istimewa, walaupun sudah lama tidak di sekitar saya.
8 notes
·
View notes
Text
Akan ada hari di mana solat kita hanya berisi dengan air mata dan permintaan maaf. Tak lagi dipenuhi berbagai macam keinginan duniawi. Karena satu-satunya pinta kita kini ialah, bagaimana agar Allah mau memaafkan kita, dan ridho atas diri kita.
Akan ada hari di mana kita berandai agar diciptakan dalam rupa yang bukan manusia saja. Kita teringin menjadi berbagai bentuk lain. Apa saja. Sebuah tumbuhan, semut yang berjalan. Ataupun batu yang cuman diam. Asal bukan manusia. Karena menjadi manusia memang semelelahkan itu. Beban pertanggungjawaban yang menanti kita kelak di akhirat selalu membuat kita was-was, apakah kita bisa selamat darinya?
Akan ada hari di mana, mata kita kini tak lagi mengeluarkan air mata. Bukan karena kita tak lagi merasa sedih, ataupun terluka. Kita hanya telah merasa bahwa kepada tangis pun, hati kita tak lagi terasa lega. Hati kita menjadi mati rasa, karena dengan begitu, semua hal terasa menjadi lebih mudah & biasa-biasa saja untuk kita.
Akan ada hari di mana, kita tidak lagi berselera melakukan apa-apa. Hidup kita memang masih berjalan seperti biasa. Namun tanpa gairah di dalamnya. Kita hanya melakukan semuanya semampu dan sebisa kita. Mencoba untuk tetap waras, sembari menunggu waktu jadwal kepulangan.
Akan ada hari di mana, kita akhirnya mengerti, mengapa Allah menciptakan dunia semelelahkan ini. Karena Allah tidak mau kita ingin hidup lama di dalamnya. Karena Allah tak ingin kita menjadikan dunia sebagai tujuan segalanya. Karena Allah tak ingin membuat kita lupa bahwa kita tak selamanya. Karena Allah tak ingin kita terlena dan terlarut dengan apa yang ada di dalamnya. Karena Allah tak ingin kita melupakan tempat kita kembali.
Dan karena Allah menginginkan kita selalu mengingat bahwa hanya kepada-Nya lah ketenangan itu didapatkan, bahwa hanya kepada surga-Nya lah tempat segala kenikmatan.
@milaalkhansah
202 notes
·
View notes
Text
Bisa nggak ya bertahan? Bisa nggak ya melepaskan? Bisa nggak ya ikhlas? Bisa nggak ya berjuang lebih keras lagi?
Bisa sujud dulu aja nggak? Minta petunjuk. Biar Allah yang bukakan jalannya..
Biar Allah yang tunjukkan...
Mohon hindarkan aku dari memutuskan sesuatu, tanpaMu Ya Rabb🥺🤲🏻
501 notes
·
View notes
Text
Perihal Jodoh
Ketika seseorang menyatakan bahwa orang yang belum menikah di usia 30-an adalah karena terlalu banyak memilih-milih pasangan, itu sama halnya dengan mengatakan kepada penderita asma bahwa selama ini mereka terlalu memilih-milih oksigen untuk dihirup.
Tidak adil rasanya menghakimi hidup seseorang berdasarkan standar dan ekspektasi yang sempit. Mengasumsikan bahwa seseorang belum menikah karena terlalu banyak memilih pasangan menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kompleksitas hubungan dan perjalanan hidup setiap orang.
Menyalahkan mereka atas ketidakberhasilan dalam menikah pada usia tertentu hanya menambah beban emosional dan psikis mereka.
Penting untuk diingat bahwa kita tidak tahu apa yang sudah diupayakan oleh mereka untuk menemukan jodohnya. Semua tetap kembali bahwa jodoh itu di tangan Tuhan, dan bahwa semua ini tidak bisa dilepaskan dari takdir. Oleh karena itu, bukannya menyalahkan atau menghakimi, kita seharusnya mendukung dan menghormati perjalanan hidup setiap individu, tanpa memberikan tekanan atau ekspektasi yang tidak realistis.
Hidup dan hubungan tidak selalu mengikuti rencana atau harapan kita, dan itu adalah bagian dari keunikan dari hidup ini.
312 notes
·
View notes
Text
Jangan cuma minta "Allah mudahkan aku dalam menuntut ilmu" tapi mintalah juga "Allah pahamkan aku, berikan aku hikmah dari ilmu yang ku pelajari, berikan aku taufikMu, istiqomahkan aku dan mampukan aku mengamalkan ilmu tersebut dalam keseharianku".
Sebab, sekarang ini orang yang menuntut ilmu itu banyak. Tapi yang paham, yang mengerti, yang menjadikan ilmu sebagai perisai dirinya dan yang mampu mengamalkan ilmu itu sedikit dan terkikis.
Bandung, 29 Sya'ban 1445 H.
356 notes
·
View notes