noviantiresi-blog
Penikmat senja
208 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
noviantiresi-blog · 21 days ago
Text
Tiga Dasawarsa
Lewat masa remaja, saya sudah tak pernah menunggu-nunggu momen ulang tahun. Logis saja, pertambahan usia sebetulnya terjadi setiap hari, mengapa harus dirayakan pada satu tanggal tertentu? Namun, khusus hari ini, saya ingin mengajak kalian semua merayakan ulang tahun saya yang ketiga puluh. Perayaan ala Lila, alias merayakan dengan tulisan.
Tumblr media
Sejak awal tahun 2023, entah mengapa saya sudah merasa sangat tidak sabar menunggu datangnya tanggal 7 November. Draft tulisan ini bahkan mulai pertama kali saya buat di bulan Maret! Saya sampai geli sendiri. Mungkin karena ini akan menjadi sebuah babak baru hidup saya sebagai manusia berkepala tiga.
Sebelum Anda semua mengucapkan selamat, sepanjang tahun ini saya sudah banyak mengapresiasi diri sendiri. Saya lihat, Lila sudah tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Dengan segala tantangan hidup yang menerpa, saya selalu memilih untuk menjadi diri sendiri. Walau berkali-kali gagal dan jatuh, saya selalu bangkit dan melangkah lagi. Tentu tak lepas dari uluran tangan keluarga dan teman-teman yang ikut meminjamkan bahu serta mengusap air mata.
Mungkin seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan makin banyak merenung. Sepanjang tahun ini, saya kerap memikirkan target-target yang meleset, impian yang belum tercapai, dan kejutan-kejutan lain dalam hidup. Hari ini, saat ini, saya berada di satu kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jauh lebih baik dari apa yang pernah saya doakan, tapi juga jauh dari kata selesai.
Perjalanan hidup mempertemukan saya pada berbagai jenis orang. Boleh dibilang, saya sudah berjumpa dengan orang yang sangat tulus dan sangat jahanam :)) Di dunia profesional maupun pertemanan, saya sudah memperoleh banyak kebaikan, ketulusan, kejahatan, pelajaran, dan kenangan tak terlupakan. Semua itu memperkaya dan membentuk diri seorang Lila.
Tidak ada satupun yang saya sesali, semua pilihan dan keputusan membentuk saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bersyukur bahwa dengan semua ujian yang ada, selalu ada orang-orang yang berdiri di samping saya. Sesulit apapun cobaan yang datang, pasti ada keluarga dan sahabat yang merangkul dan berkata, “Lila, kamu bisa.” Itulah yang saya pegang. Ketika dunia terasa begitu kejam, ada orang-orang yang percaya dan tahu semua niat serta isi hati terdalam.
Di usia 30 ini, saya justru merasa hidup masih begitu panjang. Ada sangat banyak hal yang masih ingin saya pelajari. Begitu banyak buku yang ingin saya baca. Berbagai macam budaya yang ingin saya resapi. Saya siap menjalani sebuah babak baru dalam hidup.
Di tahun ini saya juga mulai melihat hidup dengan cara yang sedikit berbeda. Dulu, saya banyak menunda bila merasa satu hal bisa dijalankan di masa depan. Sekarang, saya lebih suka melakukan sesuatu sesegera mungkin selama masih bisa (baik itu tentang pekerjaan, impian, hobi, hingga pertimbangan pilihan-pilihan sulit). Hidup sering mengingatkan bahwa sebuah momen tidak akan datang dua kali. Jika bisa sekarang, mengapa harus nanti? Carpe diem.
Refleksi ini sebetulnya teruntuk saya sendiri, tapi semoga menggema juga di hati. Semoga menjadi afirmasi untuk semua usahamu.
Kamu hebat.
Semua upayamu tak akan sia-sia.
Selamat!
29 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Ya Allah permudah segalanya
Meskipun ada orang menganggapku gila dunia, tapi Engkau lebih tahu maksud dan isi hatiku
Aku tidak berharap kepercayaan manusia, yang terpenting Engkau ridha
0 notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Jurang
Hi semua. Tulisan ini mungkin cukup sensitif dan membutuhkan empati untuk membacanya dengan hati-hati, karena akan menggunakan sudut pandang perbanding-bandingan. Sesuatu yang mungkin tidak nyaman untuk dibaca bagi sebagian orang.
Dalam proses mengamati sekaligus menjalani kehidupan selama 34 tahun ini, terasa sekali bahwa fase yang sedang dijalani saat ini itu benar-benar jelas sekali garis batas kehidupan satu sama lain, antara diri kita dengan orang lain itu kelihatan sekali.
Dulu sewaktu kecil, sewaktu seru-serunya menjadi anak-anak, tidak memandang dunia dari sisi materi, tidak bingung bangun tidur harus bekerja, bahkan ini mungkin terjadi hingga kita SMA. Antara kita dengan teman kita itu sama, sama-sama di fase berjuang. Lagi di fase belajar untuk mewujudkan mimpi masing-masing. Ngerasain kelas yang panas tanpa AC bareng-bareng, naik motor iring-iringan, dan semua aktivitas yang membuat kita terasa tidak ada bedanya satu sama lain. Coba deh perhatikan, teman-teman kita semasa TK, SD, SMP, ataupun SMA dulu. Inget nggak serunya bermain bersama, paling satu-satunya hal yang membuat kita berkompetisi saat itu adalah rangking kelas. Itu pun kadang sadar diri kalau udah ada yang langganan juara kelas berturut-turut, kitanya juga nggak berkecil hati karena tidak juara kelas, enjoy aja, dan ya berjalan sebagaimana biasanya.
Tapi coba lihat semuanya sekarang. Perbedaan antara kita dan teman-teman bisa kayak bumi dan langit dari sisi kehidupan. Di umur yang sama, ada yang masing single, ada yang sudah punya anak mau masuk SD. Ada yang sudah punya rumah, ada yang masih ngontrak. Ada yang kerja dengan gaji puluhan bahkan ratusan juta per bulan, ada yang berjuang biar bisa UMR aja alhamdulillah. Ada yang lagi jalan-jalan ke berbagai kota atau negara, ada yang lagi langganan ke psikolog/psikiater. Ada yang berubah jadi kriminal, ada yang menjadi seorang alim. Ada yang lagi kesulitan finansial, ada yang lagi lapang banget sampai bisa bersedekah tanpa berpikir panjang. Ada yang pernikahannya bahagia, ada yang sudah menjadi duda dan janda.
Perbedaan itu terpampang secara nyata. Dan itu dialami oleh diri kita sendiri dan juga orang-orang yang dulu sekali, tidak begitu lama, mungkin 15 atau 20 tahun yang lalu adalah orang-orang yang bareng sama kita. Yang dulu sama-sama memikirkan tugas sekolah, les bareng-bareng, kalau libur sekolah bikin agenda kelas, kalau ramadan bikin acara bukber kelas. Kalau lebaran, rame-rame keliling antar rumah-rumah.
Tapi perbedaan nasib, garis takdirnya bisa sejauh itu. Kadang, diri sendiri pun merasa begitu asing dengan segala jurang yang ada, begitu tinggi perbedaan yang dimiliki. Kadang, diri juga mengukur-ukur diri sendiri, bertanya-tanya mengapa ada yang bisa sejauh itu sementara kita terasa jalan di tempat, gitu-gitu aja.
Tanpa sadar, bahwa "gitu-gitu aja"nya diri ini juga ternyata jadi sesuatu yang amat berharga bagi teman kita yang lain. Hidup yang saling melihat ini, rasanya semakin membelalakkan mata di umur sekarang. Umur-umur yang menurut kita harusnya sudah bisa mencapai hal-hal tertentu dalam hidup, tapi kita baru mencapai sebagian kecil atau bahkan belum sama sekali.
Kemarin waktu baca threads, ada sebuah utas yang kurang lebih bilang begini : "Umur 42, belum punya rumah sendiri, masih ngontrak pindah-pindah, kendaraan cuma motor ada 1, anak ada dua udah sekolah semua, tiap bulan gaji ngepres buat semuanya. Nggak apa-apa kan?" Dan jawaban orang lain yang membalas, begitu "nyesss" pada baik-baik.
Kadang mulai mikir juga, apa selama ini kita terlalu lama hidup dalam bubble. Hidup dalam perspektif bahwa keberhasilan-keberhasilan itu harus mencapai ini dan itu. Ditakut-takuti jika kita tidak begini dan begitu, nanti hidup kita akan menderita. Hidup kita akan gagal. Gagal menurut orang yang menebar ketakutan tersebut.
Dan kita lupa dan tidak pernah diajari untuk bagaimana caranya bisa bahagia dengan alasan-alasan yang amat sederhana. Kebahagiaan kita penuh dengan syarat, syarat yang kita buat sendiri, tapi sekaligus syarat yang amat sulit untuk kita sendiri penuhi. (c)kurniawangunadi
192 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Sedikit tentang perempuan:
Perempuan kalau sibuk dengan pekerjaan dan karier berarti lukanya dalam sekali. Dan jika perempuan sibuk mempercantikkan diri berarti dia sedang berusaha menyembuhkan hati.
183 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Rasanya mau mengeluh atas perlakuan orang lain, tapi teringat dunia itu fana, kita ga punya hak untuk merasa paling tersakiti, karena mungkin juga kita luka buat orang lain.
119 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Kapan Boleh Menyerah
——
Kita pasti pernah punya satu momen dalam hidup saat sebuah perasaaan ingin menyerah rasanya begitu kuat. Ketika rasanya sudah melakukan apapun yang kita mampu, tapi hasil masih tak mau jauh dari kata nihil. Aku pernah berada di titik itu. Saat semua rasanya percuma : ‘Jika tak ada guna, lalu buat apa diteruskan ceritanya’.

Aku tahu bahwa kamu pasti juga tahu.
Tentang ayat, dalil dan kata-kata yang searah dengan frasa ‘Jangan Menyerah’.
Aku juga tahu bahwa kamu pun tentu sangat paham tentang itu. Dan aku pun mengerti meski kamu paham tentangnya, rasa ingin berhenti dalam hatimu kadang datang menyapa dan bertanya.
Tapi aku ingin kamu ingat bahwa tak semua hal dalam hidup berada di bawah kendali kita.
Yang kita bisa hanyalah mencoba dan berusaha. Yang kita yakini adalah selama langkah tak berhenti, kemungkinan untuk sampai di tujuan masih bisa kita miliki.

Maka izinkan aku bertanya :
“Bolehkah kata menyerah itu ku ganti dengan kata berserah?”

Karena berserah berarti mengingati bahwa di setiap alasan yang sedang kamu perjuangkan,
kamu masih punya Dia, yang Maha Mendengar dan Mengabulkan.

Berserah berarti kau kerjakan bagianmu
dan percayakan padaNya tentang apa yang ada di luar kendalimu.

***
‘Tak Ada Hati yang Tak Butuh Peluk’
- Quraners
203 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Paragraf 2 aku merasa begitu
Kemana harus pulang?
Jadi saya memang pernah selingkuh. Karena hidup sendiri. ngurus anak sendiri. Jadi satusatunya andalan orangtua. Dengan pekerjaan dua. Disana jadi leader, disini jadi leader. Kaya yang kuat. Sebetulnya tidak. Saya terlalu lama hidup dalam survival mode.
Ternyata capek ya pura pura kuat. Ternyata menikah itu memang gambling kan. Apakah beban kita dibantu atau memang ditambah. Saya mungkin termasuk yang ditambah. Sejak anak lahir suami ga pernah ikut ngurus. Bayangin mau gendong aja di umur anak 8 bulan. Habis sesar aja belajar jalan sendiri. Saya trauma melahirkan. Trauma.
Jadilah saya selingkuh.
Tidak perlu dibenarkan karena memang salah. Tapi saya kesepian. Saya butuh tempat pulang. Saya butuh teman bicara yang menganggap saya buat orang yang lebih superior dari dia. Saya ingin diperlakukan seperti perempuan yang memang ga berdaaya.
Akhir akhir ini beban saya lagi banyak banyaknya. malam belajar. Pagi sampe siang kerja. sore sampe malam jadi ibu. sampe anak saya tinggal tidur, saya belajar.
Tadi pagi ga tertahankan.
Saya ingin nangis
ingi cerita.
Coba untuk telefon suami.
Diabaikan.
Terfikirkan untuk selingkuh lagi karena memang dia yang sebelumnya selalu ada. Karena nyari temen pun kayanya semua orang sibuk dengan masalah mereka sendiri. Saya sampe terus terusan nangis. Insisi abses pasien sambil nangis. deadlift sambil nangis.
mencoba untuk atur napas dulu. Berpikir.
Berencana.
Besok deh ngehubungin dia nya. Kalo masih kacau pikiran.
Walaupun tau kok ujung ujungnya di porotin kaya yang udah udah.
Bodoh ya aku.
Heu.
--
Gausah di bela. Emang anjing aja aku.
7 notes · View notes
noviantiresi-blog · 1 month ago
Text
Kita tidak pernah tahu seberapa kerasnya usaha orang lain untuk ridha dan mencintai takdirnya.
Maka, semoga Allaah mudahkan lisan kita senantiasa terjaga dari ketidaksengajaan mengusik keridhaannya.
474 notes · View notes
noviantiresi-blog · 7 months ago
Text
Memilih pasangan itu sama kaya judi. Karena kita bertaruh seumur hidup kita untuk hal tidak pasti ke depannya. Mungkin kita memilih dia karena suatu kondisi waktu sebelum menikah tapi bukan berarti itu juga akan terjadi setelah menikah.
Misalnya memilih lelaki yang cumlaude waktu kuliah. Berprestasi srjak SD, SMP dan SMA tapi akankah menjamin kamu menikahi orang yang sukses? Atau minimal akankah kamu menikahi dengan orang yang mau berkembang tetus untuk jadi lebih baik? Belum tentu. Siapa tau dia ternyata terlalu lelah berkompetisi hingga pas sudah nikah dia tetap mempertahankan status karyawan kontrak yang tidak punya karir.
Atau misalnya memilih perempuan yang selalu mengikuti rrlawan, suka anak kecil, tidak terobsesi sama pendidikan ternyata setelah nikah adalah orang yang berambisi buat raih citacitanya walaupun tidak pintar dan tidak punya relasi. Kamu kira dia akan menjadi ibu rumah tangga yang senang dirumah, seneng mengasuh anak tanpa punya pekerjaan.
Itu diatas kisah nyata sih. Antara saya dan suami. Ternyata saya cape juga berambisi sendiri dengan orang yang mau jalan ditempat. Ya Allah padahal ada anak yang harus dibiayai. Punya citacita setinggi bintang yang tentu banyak perlu biaya.
Yaudah gitu aja. Yang belum nikah jangan terlalu berambisi buat nikah karena lelah dengan keadaan saat ini. Percayalah dengan kamu menikah, kamu akan berjudi apakah lelahnya menjadi ringan atau menjadi double
-----
Sedang menangisi diri. Mendatangi seminar yang pematerinya spesialis tapi seumuran saya. Allahu.
Mohon doanya mudahmudahan saya dilancarkan menjalani pendidikan spesialis di tahun ini. Aamiin.
-----
Sumedang, 27 april 2024
Besok ulang tahun. Sekarang meratapi diri sendiri
9 notes · View notes
noviantiresi-blog · 2 years ago
Text
Beberapa rencana dalam hidup gagal laksana. Beberapa doa yang katanya pasti akan dijabah itu, ngga kunjung terkabul. Beberapa jalan ternyata buntu. Beberapa kesabaran ternyata ngga berbuah apa-apa. Beberapa usaha ternyata nihil hasil.
Yaudah, namanya juga hidup.
Ngga harus selalu ada hikmahnya. Ngga harus selalu ada pesan moralnya. Ngga harus selalu dicari positifnya. Kalo emang semuanya negatif ya negatif aja. Kalo emang udah males sabar dan pengen BANGSAT KALIAN SEMUA ANJING ya gapapa. Manusia mah emosinya dinamis, nggausa di-invalidasi dengan merasa harus selalu berhati lemah lembut gemulai. Ngapain. Capek amat berlindung di balik norma anak baik-baik. Anak baik-baik juga hidupnya ga selalu baik.
If life fvcks you hard, fvck it harder,
and better 👌
96 notes · View notes
noviantiresi-blog · 3 years ago
Text
Kalo sudah terlanjur bagaimana???
Jangan memilih sesuatu yang tak ingin kamu miliki seumur hidup
Kalau kamu sudah sadar bahwa kamu tidak yakin, jangan diambil. Kalau kamu sadar bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksakan untuk bisa diterima, jangan diterima. Kalau kamu sadar bahwa ada hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kamu pegang, apalagi itu, tolak! Jangan terlalu mudah berkompromi pada dirimu sendiri, pada hal-hal yang memang ingin kamu genggam seumur hidupmu. Jangan terlalu berbaik hati, memilih karena kasihan. Jangan terlalu polos, menyangka bahwa segala sesuatu itu nanti bisa berubah. Tapi, kamu tak bisa mengendalikan sama sekali berubahnya ke arah mana, semakin baik, atau semakin rusak. Kalau kamu sadar bahwa sesuatu yang ingin kamu sertakan dalam hidupmu adalah sesuatu yang bernilai, jangan pernah kamu menurunkan nilainya. Kalau kamu sadar bahwa kamu seberharga itu, jangan pernah merendahkan harga dirimu.  Jangan memilih karena kamu tidak punya pilihan. Buatlah pilihan itu. ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
noviantiresi-blog · 4 years ago
Text
Sekarang pun begitu, masih sama. Aku tidak benar2 mencintai orang yang bersamaku sekarang.
“Selamanya, kau akan selalu kurindu tanpa dia tau”
2 notes · View notes
noviantiresi-blog · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Aku harap kamu membaca ini ketika semua hal dirasa susah dan seolah memaksamu untuk menyerah;
Selama hidup kamu sudah berkali-kali menghadapi ketidakmudahan dan kamu mampu bertahan bahkan melewatinya dan menata hidup kembali menjadi lebih baik. Jika ‘sabar ya’ sangat klise, semoga 'kuat ya!’ tidak begitu. Sedikit lagi selesai kok kesusahan dan kepayahannya. Sebentar lagi semua masalah beres, akan tergantikan. Hidup memang siklusnya begitu, terpuruk, membaik, jatuh, bangkit, sedih, senang, kalah, menang, dinikmati ya 😊
#aksarannyta (at Tempat Terindah Dimana Selalu Ada Bayanggan Mu di Setiap Ku Buka Mata Ku) https://www.instagram.com/p/CF3R8a4g0pY/?igshid=cqsx28743opq
280 notes · View notes
noviantiresi-blog · 7 years ago
Text
Kegalauan terbesar bagi saya sebelum melepas masa lajang adalah "nanti tinggal dimana" 🙁
1 note · View note
noviantiresi-blog · 7 years ago
Text
Apa Sebab?
Apa sebab orang bisa menyukaimu, bahkan jatuh hati? Padahal engkau tidak cantik seperti yang lain, bukankah itu perasaanmu? Kamu merasa tidak juga lebih pintar, lebih baik, bahkan lebih salehah. Tapi mengapa ada yang bisa menyukaimu? Bahkan rela jauh-jauh datang ke rumahmu, rela bekerja lebih keras untuk mempersiapkan hari-hari baik kemudian hari denganmu.
Apa sebab orang bisa menyukaimu? Sekalipun menurutmu, dirimu begini dan begitu?
Apa hendak dikata. Bukankah berulang kali kamu dengar bahwa cantik itu relatif, berdasarkan perasaan. Bukan berdasarkan standar iklan di televisi. Bahkan, sejauh mana ukuran kebaikan seseorang itu juga relatif. Baginya, kamu itu baik, dan itu lebih dari cukup untuk mengalahkan pikiranmu tentang dirimu sendiri yang merasa kamu belum cukup baik.
Apa sebab orang bisa menyukaimu, bahkan jatuh hati? Barangkali itulah sisi yang tidak bisa kamu lihat. Ada orang yang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa kamu lihat dari dirimu sendiri. Dan memang, kita tidak bisa menilai diri sendiri dengan baik.
Boleh jadi, masa lalumu amat buruk, tapi baginya itu tidak berarti. Boleh jadi, kulit wajahmu kusam dan gelap, tapi baginya itu tidak berarti. Boleh jadi kepandaianmu tidak seberapa, tapi baginya itu tidak berarti.
Lalu kira-kira apa yang berarti darimu baginya? Barangkali kamu akan menemukan jawaban itu nanti di tatapan matanya, juga bagaimana setiap kata-kata yang keluar darinya, juga bagaimana ia memperlakukanmu. Barangkali juga kamu tidak akan menemukan jawaban itu segera. Butuh bertahun-tahun untuk mengerti dan memahami, mengapa ada orang yang bisa menyukaimu, bahkan jatuh hati.
Yogyakarta, 5 Oktober 2017 | ©kurniawangunadi
5K notes · View notes
noviantiresi-blog · 7 years ago
Text
Harusnya bapa ada disini, melihat bagaimana saya menjalani hidup. Akankah dia merasa sedang bercermin?
101217 19:58 wib
0 notes
noviantiresi-blog · 7 years ago
Text
RTM: Lima Fase Adaptasi dalam Pernikahan
Tumblr media
Sudah memasuki tahun pernikahan yang ke berapa? Sorry, tidak bermaksud membuat yang belum menikah bersedih. Aku hanya mau berbagi yang aku baca tadi waktu nyiapin presentasi untuk acara seminar Ibuku. Lagipula setelah baca ini, yang belum menikah (dan sedang ngebet ke pelaminan) mungkin akan berhenti menganggap pernikahan sebagai jalan keluar ajaib dari satu problematika dan krisis dewasa awal: kesepian.
Ketika menikah, ada banyak hal yang harus disesuaikan. You name it: dari kebiasaan kecil kayak gaya nyimpen sendal; menghadap depan atau belakang, sampai prinsip-prinsip penting kayak pengasuhan. Nah, menurut hasil observasinya Mbak Michele Weiner Davis selama jadi konselor pernikahan, ada lima tahapan adjustment yang dilalui pasangan setelah menikah.
Tahap 1–Euforia perasaan
Ini pas pernikahan baru seumur seminggu dua minggu, sebulan dua bulan. Ada perasaan semacam, “Yeay, I��m lucky! Pasanganku perfect. Baik, romantis, pengertian. Aku ngga salah nikah sama dia!” Di tahap ini, jelas pasangan saling menerima dengan mudah. Wong yang diperlihatkan baru yang enak-enaknya aja.
Tahap 2–Mempertanyakan
Di tahap ini, mulai nih ketahuan keburukan-keburukan pasangan yang bikin ngga sreg. Muncul deh bisikan2 kayak, “Ih ternyata dia orangnya ga asik. Kok dulu aku mau ya nikah sama dia?” Ada godaan untuk menyesali pilihan kita untuk menikah. Ada keraguan apakah kita menikahi orang yang tepat? Mulai nih ada guncangan. Konflik. Jedar jeder boom.
Tahap 3–Mengubah
Muncul deh kebiasaan natural manusia untuk merasa dirinya paling benar, sehingga pasangan mesti ikut cara dia, pasangan mesti berubah karena dia inginnya gitu. Titik. Tutup buku. The end. Nah akhirnya muncul tuntutan, “Kamu nggak boleh gini kalau mau kita bertahan. Kamu harus berubah!”
Berubah jadi lebih baik itu emang perlu. Tapi ngga dengan mengendalikan, merendahkan, menganggap diri sudah final, menganggap diri paling benar. Cara yang baik sih memulai dari diri sendiri. Evaluasi bersama, apa yang bikin berantem. Tidak mungkin terjadi konflik kalau kedua pihak tidak ngotot merasa yang paling benar. Jadi pasti dua pihak punya kontribusi dalam konflik.
Tahap 4–Menerima
Di tahap ini, mungkin karena proses pembelajaran dan pertambahan perspektif, pasangan mulai ngeh bahwa ada hal yang bisa diubah, tapi ada juga hal yang ngga bisa diubah dari pasangannya. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan menerimanya plus sedikit santai, “Yaa dia emang bawel sih orangnya. Tapi gimana ya, aku terlanjur sayang…”
Tahap 5–Melanjutkan hidup bersama apa adanya
Di tahap ini, semua tuntutan2 itu sudah lapur. Tertelan oleh penerimaan, pemaafan, dan pemahaman. Penerimaan utuh atas pasangan benar-benar tercapai.
Apapun yang terjadi, kamu dan pasangan hanya ingin tetap jadi pasangan selamanya…..sampai maut memisahkan.
Perlu banyak humor dan kemampuan menertawakan masalah untuk bisa sampai ke tahap ini.
Pssst….dan kata Empunya observasi ini, hanya 50% pasangan yang bisa sampai ke tahap ini. Deziqq.
Tumblr media
(foto dari pinterest)
Jadi happy ending dalam pernikahan itu ada? Ada. Tapi lihat dulu jalannya. Yang jelas ngga semulus yang diceritakan dongeng-dongeng. Happy ending dalam pernikahan itu lahir dari proses yang panjang. Dan mendaki. Bukan pula berupa rangkaian cerita manis setiap saat. Tapi justru melalui kekacauan, konflik, perbedaan, huru-hara, perang dunia, tapi di akhirnya pasangan tetap bisa tertawa sambil berkata, “Aku tetep sayang!”
....
Have a safe journey!
641 notes · View notes