Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Naskah Monolog “Lupa Luka”
(Sepotong)
ADEGAN II
Dengan jarum yang tertanam merasuk dalam sukma yang dalam. Kejadian 10 tahun yang lalu membuatnya menjadi anak di bangsal bawah. Jalanan seperti racun membumbung tinggi. Lampu-lampu jalanan dijadikan penerang ketika malam, teras-teras toko dijadikan alas tidur, warung makan cina yang tak bisa setiap hariku harapkan menjadi penglipur lapar. Perutku serupa cacing yang menggerogoti diriku sendiri.
Aku sakit…
dan akhir yang bahagia
melayani waktu melewati rinduku
menyanjung harapan menghentikan perang
doakanlah yang telah tiada
semua ini kulakukan selama waktu berlalu
semoga kau sembuh
ADEGAN III
Aku yang hanya sebatang kara ini. Sendiri hanya dalam kesendirian. Namun suatu ketika aku melihat kunang-kunang begitu indah dimalam hari.
0 notes
Photo
Menghitung Satu-satu Nirmala Puspa Memulai, berdiri, dan meloncat, mengambil beberapa warna kehidupan. Merejam, menepi, menghitung satu-satu berapa kali tertawa. Beratus, berpuluh, beribu, tak terhingga. Menjadi abu. Merebah, berguling, terbanting, Meraih kuas kehidupan. Terisak, sesak, mendesak, menghitung satu-satu berapa kali menangis. Beratus, berpuluh, beribu , tak terhingga. Menjadi abu. Menari, menyanyi, meliak-liukkan tubuh, memakai baju kehidupan. senang, bahagia, meriah, menghitung satu-satu berapa kali bahagia. Beratus, berpuluh, beribu, tak terhingga. Menjadi abu. Genggam-menggenggam sgala rasa yang mengecap luruh dalam sukma. Hunjam menghunjam rebah sisi punggung yg berkarat. Kuat. Melantun satu demi satu senandung diri yang tabah. Sambil memeluk semesta yg indah akan buaian, bahwa semua tiada yg abadi, semua kan jadi abu, abu, abu dan abu. Baik tak slalu terjawab denganbaik, berterus menjadi baik, hingga menjadi mekar, harum semesta, menyatu. Moksa. . . 29 februari 2016 . (Pantomime, bersama @damarizalmr @richardkalipung @duwekelek dan teman2 yg lain) Taman Ismail Marzuki, Jakarta. . . #nirmalapuspa #jendelaruang #pesonaindonesia #pantomime #pantomimeindonesia #theater #teaterindonesia #puisi #indonesia (di Jakarta, Indonesia)
#pantomimeindonesia#nirmalapuspa#puisi#teaterindonesia#indonesia#jendelaruang#pantomime#theater#pesonaindonesia
0 notes
Photo
Lembaran Langit Tlah Terbuka Nirmala Puspa Lembaran langit tlah terbuka, Di utara, selatan, dipenjuru arah mata angin manapun. Lembaran langit tlah terbuka, Sejak Tuhan menciptakan bumi ini, Dunia Fatamorgana. Lembaran langit tlah terbuka, Suara adzan di surau-surau menggema cipta suasana damai tak terperi. Lembaran langit terbuka, Untuk hati yang sepi, Untuk hati yang ramai, Untuk hati yang dangkal, Damailah hati bagai samudra tenang mengalir di nirwana. 14 februari 2016 . photo from : @mas_budh_12a19 . #nirmalapuspa #jendelaruang #puisi ##sastraindonesia
0 notes
Photo
Mawar Nirmala Puspa Menelisik mawar menghiasi kebun kecil di belakang rumah. Cantik,merekah, seperti meresapi semua sepi. Berduri memang dan awas hati-hati jikalau kau memegangnya karena terlalu erat memegang mawar tangan manismu akan terluka. Bukankah sakit itu melukai hatimu manis? Mawar bunga yang cantik, manis ,menawan. Jarang sekali orang tak menyukai mawar, hampir semua suka bunga mawar. Ada warna kuning sebagai tanda persahabatan, ada warna putih sebagai tanda kesucian, ada warna merah sebagai tanda cinta, dan ada warna hitam sebagai tanda kesenduan. Cantikmu anggun seanggun mawar, namun luka yg kau berikan untuk orang yang kau cintai tak seanggun parasmu dan hingga pada akhirnya baumu yg harum itu tak membawa keharuman. Mawar selayaknya seorang wanita yg cantik, harum, anggun dan mempunyai duri sebagai tanda ketegasan sebagai seorang wanita. Tak selayaknya kau gunakan durimu untuk melukai orang-orang disekitarmu. Mawar berduri rengkuhlah hatimu dengan sejuta kasih sayang kepada semesta. Dunia indah. . #nirmalapuspa #jendelaruang #ceritapendek #pencerita #berpuisi
0 notes
Photo
Segala yg ada di dalam kehidupan ini mengalutkan dan menghanyutkan dalam tipuan kesenangannya. Hening dalam keheningan yang memabukkan perjalanan menuju Allah dengan segenap rasa yang membuat semesta menjadi iri dan iri. Menikmati setiap tetes apapun dalam kehidupan, sejengkal, sepucuk , serumpun , sehelai. Sukma, masukkan kedalam sukma yg dalam. Menyatu. . . #nirmalapuspa #jendelaruang
1 note
·
View note
Photo
Memperbaiki Jelaga Nirmala Puspa Masalah rumit menyertai hidupmu, jangan kau jadikan itu sebagai pisau yang akan membalik arah pada dirimu sendiri. Sebagai seorang yang kuat ketika dirinya dihujam banyak masalah, ia membentenginya dengan naluri yang baik. Memperbaiki setiap jelaga dengan tenunan yang indah meskipun ada sakit yang mendera dalam sekujur tubuh. Jiwa akan tekun dengan sesuatu yg baik menempel dalam diri. Bukan malah menjadi pemangsa yang memangsa apa saja, merusak apa saja bahkan dirinya sendiri. Dikala diri yg dijemput oleh pagi bersamaan dengan matahari, bangkitlah dari jiwa-jiwa yg suram yg kelam. Bersetubuhlah dengan pagi dan semangat matahari yang hangat membawa dalam keceriaan hingga malam datang. Dan tentunya tidak menjadi jiwa yg kelam. Tekuni dengan berdoa pada Sang Hyang Widi dan menyayangi semesta. #nirmalapuspa #jendelaruang #tulisanpendek
0 notes
Text
Si Gadis Bingung
Sepanjang jalan bunga matahari seorang gadis menaiki kudanya membawa berjuta benang kusut didalam tubuhnya. Kemudian ia berhenti dan mengeluarkan benang itu. Dengan sabar ia memilah satu-satu benang kusut itu menjadi benang-benang terpisah. Warna merah ia sendirikan, biru ia sendirikan, kuning ia sendirikan, ungu ia sendirikan.
Gadis itu sampai mengantuk, dan mau tertidur dalam proses memilah benang itu. Namun, dengan keberadaan teman barunya yg datang dari negeri timur ia menjadi riang gembira.
Ya, benang itu telah berhasil menjadi benang-benang. Benang yg siap dirajut untuk pakaian barunya di musim dingin nanti.
Sesampai dirumah benang itu langsung dirajut olehnya. Dalam proses merajut ia teringat akan sebuah hal. Ia ingat bagaimana bisa ada benang kusut didalam tubuhnya yg mungil itu. Padahal selama ini ia merasa sama sekali tak ada benang kusut bahkan benang atau benda lainnya. Si Gadis terdiam, dirinya melampaui batu. Kaku, dan termenung.
Sampai pada sebuah titik dimana Si Gadis harus benar-benar menyimpulkan apa yg terjadi dalam dirinya. Ini adalah sebuah permasalahan besar yg tanpa disadari terjadi didalam dirinya. Si Gadis kaget, sangat banyak sekali ternyata permasalahanku. Okey baiklah kini saatnya untuk memperbaiki semua. Pelan-pelan.
Hingga akhirnya Si Gadis bingung itu menemukan jawabannya. Ia harus merajut benang-benang itu kembali untuk baju barunya dimusim dingin.
0 notes
Text
Bukan hal yg mudah ketika kita memutuskan sebuah perkara yg sederhana
Nirmala Puspa
0 notes
Text
Ruang Kaca
Nirmala Puspa
Mengambil nafas, menghirup udara yang kian sesak. Dunia adalah fatamorgana, dan kita manusia akan hancur mungkin juga termakan sepi. Pada sebagian orang takut akan sepi, namun sebenarnya sepi adalah manusia merasakan hidup yg sebenarnya. Kebahagiaan akan ditemui disana yaitu "kebebasan".
Sejenak, mengambil jarak dengan kehidupan kita. Melihat sudah berapa jauh kita melangkah, apakah sudah sampai tujuan atau belum. Kamu bagaimana? Yg dirasakan oleh manusia sadar adalah dia masih dalam proses, berjalan, merangkak. Tentunya didepan sana ada misteri, misteri yg kelam seperti subuh penuh embun pekat. Bertemu, berpisah dengan siapa, atau kita sendiri yang akan lenyap.
0 notes
Text
Masa lalu ?
Melihat masa lalu sebagai cerita yg seharusnya tidak kita lupakan dimasa sekarang. Mengapa demikian? Sebab jika kita telusuri secara mendalam, kita telah melakukan banyak hal yg membuat waktu kita terbuang sia-sia. Misalkan permasalahan cinta seringkali pada usia muda mudi ini melakukan pengembaraan yg sudah terlampau sangat jauh, sehingga menyebabkan waktu yg kita peroleh selama hidup ini terbuang. Masa lalu atau masa lampau di dalam hidup ini tidak hanya mengenai waktu saja, tetapi juga mengenai tenaga dan pikiran. Tenaga dan pikiran kita seringkali terbuang sia-sia juga. Yah tentunya hanya karena masalah cinta. Selain cinta ada gak sih? Ya ada ... Misal kamu terlalu sering memikirkan hal2 yg bersifat jangka pendek. Misalkan kapan sih aku punya baju baru, kapan sih beli ini itu. Sesuatu yg kita inginkan itu tak selalu kita butuhkan. Hal-hal demikianlah yg harus kita pikirkan baik-baik untuk menyambut masa sekarang dan tentu masa depan yg lebih baik. Tak harus kembali menjadi yg lampau, cukupkan saja menengok kebelakang lalu mengambil positif dari kesalahan yg lalu. Sekian.
1 note
·
View note
Text
Tanya...
Tititk-titik di tembok itu semakin banyak.. sehingga menyerupai kulit tokek. Jendela kamar terbuka lebar, ku lihat di luar sana burung-burung menari dengan indah, pohon, rumput, bunga di pot, batu-batu mereka saling bercerita mengisahkan tentang balada pencari emas. Sedangkan aku masih saja duduk di pojok kamar dengan memangku aquarim berisi ikan koi. Tenggelam dalam semesta pagi yang membuai tak menginginkan bangun dan beranjak pergi mencari jati diri.
“Biarkan aku duduk disini sampai ia yang pergi kembali dan mengajakku entah kemana” kataku pada ibu. ibu beranjak pergi meninggalkanku. Masih dengan ikan koi yang kugenggam di dalam aquarium, dan pikiranku masih saja menerka-nerka tentang arti seragam. Terkoyak-koyak nadiku, dan lapar disudut ruanganku. Membuat otak ini semakin keras berpikir. Kenapa begitu banyak di luar sana lebih mempermasalahkan soal keseragaman ketimbang keberagaman. “Ah ... sungguh menyebalkan” dan aku masih duduk diam.
Suara detak jam menyerupai detak jantung dan darah yang mengalir ini serupa tanya yang terus membumbui pikiran. Untung saja aku sudah lama tidak makan nasi, dan minum segelas air putih, kalau tidak sudah ku makan ikan ini, dan ku akan keluar mengepalkan tangan lalu menghantam pantat para penyeragam itu.
Langit diluar semakin mendung, dan aku masih saja duduk bersama ikan koi di dalam aquarium, sambil mengeja titik-titik di tembok. Dan ini adalah sebuah tanya yang tiada habisnya.
0 notes
Text
tu waktu wa tuwa waktu
Nirmala Puspa Ini adalah waktu dimana jantungku berlari mengejar udara di padang sabana. Ini adalah waktu dimana kakiku sekuat kuda berlari merapalkan api. Ini adalah waktu dimana tanganku meremas, menggenggam erat doa ibu dan ku kepulkan di lautan surgawi. Ini adalah waktu yg sejatinya manusia adalah bagian dari waktu. Apa yg bisa diharapkan dari jasad yg kelak akan jadi abu ini? Menang ? Kalah? Memenangkan waktu? Mengalahkan waktu? Menjadi pecundang waktu? Meludahi waktu? Acuhkan waktu? Aku dan waktu adalah bagian yg tak terpisah. Kami saling mengisi, Di bag air berisi segumpal harapan. Jasadku akan hancur, namun waktu kekal abadi menggoreskan kenangan. Aku, kamu, kita, mereka. Waktu... (Fana) 12 12 2016
0 notes
Text
Labirin dan Mesin Pemotong Rumput
Nirmala Puspa Aku seperti berada di dalam labirin, Dengan pohon dan rumput, Tumbuh di tembok-tembok usang. Dan sepertinya, Mendung mengikuti setiap jejak langkah yang menjurus, Menepi, melintang ke udara. Melesat jauh ke ubun-ubun. Disana ada segerombolan kurcaci yang bercocok tanam, Algojo, lengkap dengan manusia yang menanam harapan, Yang berjalan bersama waktu menjatuhkan batu-batunya. Labirin tempat mengadu nasib, Dengan manusia yang menodongkan senjatanya secara sembunyi-sembunyi, dan menyerang secara halus. Seperti makan bubur... Disana segerombolan kurcaci yang bercocok tanam, algojo lengkap dengan manusia yang menanam tanamannya. Suara mesin pemotong rumput "kau mendengarnya"? " ya berada kian dekat dibelakang". Aku berada di dalam labirin, Pada ujung perbatasan fana, Seperti mencari ibu yang hilang Mesin pemotong runput. Suara mesin dan cenayang, Yang memainkan sihir politik, Di setiap mulut dan tubuh yang bergoyang. Mengingatkanku pada senjata dalam pojokan rusuk tubuhmu. Sorenya aku menemukan bangkai-bangkai manusia, Dan waktu terus menjatuhkan batu-batunya, Pada langit yang mekar, Pada bulan buai dunia yang fana, Dan pada laut yang mengering. _______________________________ "Ketika semua lubang tlah tertutup, maka mereka keluarkan lubang lewat senjata dan bom lalu ledakkan di perut ibu" Nirmala Puspa JendelaRuang 2.12.2016
0 notes
Quote
Sejauh mana kau ciptakan Halusinasimu tentang kekasih ? Ciptakan cinta, dalam imaji Dan merekah dalam dunia abadi.
Nirmala Puspa Jendelaruang
1 note
·
View note
Text
Mengharum-haru
Nirmala Puspa Udara penuhi muka Bising di telinga, Ada apa sebenarnya? Rupa-rupanya, ada bayangan Yang menyerupai engkau wahai kekasih. Tanganku menikam tubuhku sendiri, Menghisap sepi, demi menepi bersama bayangmu. Sejenak ku tutup mataku, Agar ku bisa melihat wajahmu di gelap. Dan menyerupai makna Menjadi rindu yang bermuara Dalam fana. Ku membuka payung yang di hujani oleh tangis bermalam-malam suntuk Kalau kau bisa mendengar, Itulah jerit hatiku yang sendu, Membiru dalam pilu. Kemanakah sedih ini pulang? Pada rindu yang dibebaskan oleh peluk dengan tubuhmu yang harum. Kekasih. 30 november 2016
0 notes