neocitism

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

wong yukhei; son of ares, god of war, the spirit of battle, raw violence, and untamed acts that occured in wartime.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

park jisung; son of nike, goddess of victory—both in war and in peaceful competition.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

zhong chenle; son of hebe, goddess of youth and the cupbearer of the gods who served ambrosia at the heavenly feast.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

na jaemin; son of apollo, god of the sun and light, music and poetry, healing and plagues, prophecy and knowledge, order and beauty, archery and agriculture.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

lee donghyuck; son of hermes, greek god of trade, thieves, travelers, sports, eloquence, and messenger of the gods.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

lee jeno; son of hades, ancient greek chthonic god of the underworld, earth, riches, death, and subterranean regions.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

huang renjun; son of nemesis, goddess of divine retribution and revenge, who would show her wrath to any human being that would commit hubris.

[neocitism]

nct dream + lucas demigod au.

mark lee; son of zeus, god of sky and thunder in ancient greek religion, who rules as king of the gods of mount olympus.

[neocitism]

summer daze

Secuil musim panas dan kisah mereka. [random flash fic]

NCT © SM Entertaiment. Penulis tidak mengambil keuntungan material dalam pembuatan karya fiksi ini.

sun.

“Kau benar-benar tahan dengan keadaan seperti ini, ya?”

Jaemin hanya mengulas cengiran lebar dan menggenggam tangan Zhenyi, tidak memedulikan teriknya sinar matahari yang membuat Zhenyi bahkan berjengit ketika melihat pemuda itu datang menjemputnya dengan baju yang sama sekali tidak sinkron dengan musim panas ini. Mulai dari  kaos hitam yang dibalut dengan jaket panjang beserta celana panjang pula yang menimbulkan tanya dalam diri Zhenyi mengapa Jaemin sampai sekrang masih belum bersimbah keringat karena pakaiannya itu. Hari ini saat panas, sungguh.

“Tenang saja, XiaoZhen,” ia berkedip. “Aku tidak akan mungkin pingsan hanya karena kepanasan di tengah-tengah kencan kita hari ini.”

cold drinks.

Zhenyi terlontak ketika pipi kirinya ditekan oleh kaleng besi dingin yang didapat dari mesin penjual otomatis tepat di sebelah ruang ekstrakulikulernya. Ia langsung saja memutar badan dan mendapati Jaemin tengah berusaha keras untuk menahan tawanya agar tidak meledak sembari memegang perutnya, agaknya begitu terhibur dengan ekspresi Zhenyi yang kini telah berubah dari terkejut menjadi kesal karena perlakuan yang ia terima.

“Jika saja aku dibayar tiap kali kau menjahiliku, aku mungkin sudah akan kaya.” Ujar Zhenyi sebal.

Jaemin terkekeh dan melempar minuman kaleng itu ke pangkuan Zhenyi dan perempuan itu lantas menangkapnya sebelum sampai ke atas roknya. Sekaleng limun dingin bersoda yang akhir-akhir sering dibelikan Jaemin untuk Zhenyi tiap waktu istirahat dan pulang sekolah, meski dua hari terakhir Zhenyi mendapat soda yang berperisa stroberi sampai hari ini.

“Limun lagi, huh?”

Jaemin kali ini tersenyum seraya mengacak rambut Zhenyi. “Aku tidak bisa membiarkan Putri Esku meleleh di musim panas ini. Nah, nanti setelah kau selesai dengan klubmu, mau ke parlor es krim?”

beach.

“Entah kenapa rasanya sungguh berbeda jika membandingkan pemandangan pantai pada siang hari dan malam hari.”

“Makanya aku ingin memperlihatkan itu padamu.” Jaemin mengangguk, masih sibuk melepaskan sepatunya sebelum berjalan mendekati bibir pantai, membiarkan telapak kakinya yang sudah berpasir mengenai ombak yang datang dan kemudian pecah di dekatnya. Zhenyi mengedarkan pandangannya; kawasan Pantai Eurwangni pada saat ini lenggang akan aktivitas individu lain, mereka hanya ditemani oleh deburan ombak yang bergulung dan semilir angin malam yang membawa aroma asin khas air laut menerpa wajahnya.

“Zhenyi, kau tidak mau ke sini?”

Perempuan itu menatap ragu-ragu. “. . .Kita bisa sakit jika bermain air malam-malam.”

Jaemin tertawa renyah dan mengulurkan tangannya, menunggu sambutan dari Zhenyi. “Tenang saja, airnya hangat kok.”

festival.

“Jaemin, aku rasa kita sudah beberapa kali memutari deretan stan-stan ini. Kau mencari apa sih? Festivalnya bahkan sudah selesai sedari tadi.”

Zhenyi mengibas roknya sembari sesekali mendekatkan dirinya ke arah Jaemin agar terhindar dari kerumunan orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Ia pada akhirnya memutuskan untuk memegang ujung lengan kemeja Jaemin agar tidak terpisah karena hingar bingar festival di pusat kota Seoul pada malam ini.

“Kita tidak akan pulang?”

Jaemin melirik Zhenyi, kini memindahkan tangan sang gadis agar ia bisa menautkan jemari mereka satu sama lain. “Sebentar lagi, ya. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu.”

firework.

Rentetan kembang api berbagai warna mulai meletus dan Zhenyi merasa ia baru menyaksikan kumpulan nebula meledakkan beragam rona di langit, bak mewarnai bentang kanvas hitam dengan debu dan plasma dari awan antarbintang. Dengan binar mata yang tidak bisa ia sembunyikan, Zhenyi menoleh sebentar ke arah Jaemin dan mendapati pemuda itu hanya terdiam memandanginya, intens sekali.

“Jaemin, kau tidak mau lihat kembang api?”

Jaemin menggeleng. “Sudah ada kembang api yang menyala dalam matamu. Aku lebih menyukai yang itu.”

Dan Zhenyi merasa pipinya memanas dan merona lebih merah daripada kembang api di atasnya.

[neocitism]

“And you are one of those beautiful disasters.”

[neocitism]

heterochromatic haze. / lee jeno

and baby, you have painted me

with everything you have.

 ⠀ ⠀  ⠀⠀

You looked to the sky above and wondered if it robed the colour of blue from the sea underneath.

Albeit it created a great resemblance, the sky didn’t shimmer the way sea did and their vibrancy was never akin. Hurling waves that crashed against the shoreline and formed pearly sea foam didn’t match the white, cotton-like clouds that were gliding through the azure empyrean; but still, curiosity bounced inside you and prevented you to stop contemplating about things that were different yet so similar. Both of them reached no end, boundless to any limitation and measurement, something which was so mesmerizing that many people could not deny whenever it put them in subtle trance. Something that both did to you.

You spared your gaze to the sparkling water and this time wondered if it was the sea’s turn to abscond the colour of sky when the dusk had arisen. A soft sigh escaped as you conceived about the sparkling water will be dyed in the similar colour scheme of sunset; tint of violet tinged at the tip of ripples, sun-bathed maroon glazed the reflection of vast orange pool as the sun burning and bid goodbye. And the more you thought about it, more you knew that the sky and the sea were a mere canvas and there were so many colours that would paint them into majestic masterpieces.

“Hey, do you want to stay here longer?”

Swiveling your cranium in his direction, those paired irises that had blinked several times before captured him in their view; seeing Jeno who tilted his head slightly as he waited for your immediate response. Thus, you started to abandon those swarming monologue inside and sent him a single shake of head, intending to continue your walk without after your train of thoughts had come to halt. Had he waited truly waited you who just stared into the open sea and said nothing at all?

Eyelids fluttered slightly and you centralized your attention fully to him, “I’m sorry for spacing out. Do I make you wait too long?”

“Well, I’m not mad and you don’t take that long so it’s fine.” He shrugged. “I think the view has gotten you awestruck and I will probably just let you savour this moment as long as you like it.” His laugh rang and filled the summer air with velvety—which little did he know the soothing sounded voice of his had always been your favourite. Nonetheless, he stretched out his hand, this time waiting for you to take it in your grasp. “Anyway, shall we continue then?”

“Lead the way.” You could not contain a grin to be stretched from your face and nodded. Entwining your fingers around his, his hand finally grasped onto you securely and you put a moderate pressure around it. Jeno smiled, eyes morphed into crescent as edges of his lips were tugged upward and matched your own. “Jeno, let’s visit this place another time, yes?”

“We will do.”

And his smile was just as beautiful as the colour of sky and sea.

[neocitism]

“It’s like the sky and the ground flip-flopped, just when my heart was walking on the sky.”

[neocitism]

masterlist.

note: will mostly contain drabble, oneshots, and short writing.

NCT

heterochromatic haze. / lee jeno

EXO

Soon will be added.

[neocitism]

navigation.

note: works here will be written in indonesian language or bahasa indonesia except for misc. proceed here for the english writings.

kpop index.

random writing.

miscellaneous.

wattpad.

archive of our own.

[neocitism]

“I know you're seeing black and white, so I'll paint you a clear blue sky.”

[neocitism]

meet my ocs!

some girls are full of heartache and poetry and those are the kind of girls who try to save wolves instead of running away from them. nikita gill, your body is an ocean: love and other experiments.

visualization: ju jingyi (zhou yue) and sun zhenni (xu zhenyi).

[neocitism]

Taeyong kini merasa langkahnya lebih ringan pada saat ia mulai menapakkan kakinya, keluar dari kedai kopi yang berada tak jauh dari hotel dimana mereka menginap. Bratislava terasa lebih cerah dari pada biasanya.

Yuzhu berjalan di sampingnya, menenteng kamera DSLR yang talinya digantung mengelilingi lehernya, menuju balai kota tua. Tadi ketika masih duduk sambil menyesap kopi mereka, ia sempat bercerita tentang Stara Radnika dengan kisahnya yang tak lekang oleh waktu, disambung dengan opini tentang banyak orang yang kini sering berkunjung ke situs sejarah hanya untuk mengapresiasikan estetika historikalnya saja, tanpa tahu tentang apa yang telah membangun itu sampai sekarang ini.

Maka dari itu, Yuzhu memperkenalnya pada Taeyong. Dengan tangan yang bertautan dan konversasi kasual yang ringan terselip di antara kedua individu, Taeyong diam-diam membentuk analoginya sendiri. Masa lalulah yang membentuk kita menjadi kita yang sekarang, meski manusia akan terus berubah-ubah (—karena kita bukan bagai gedung yang bisa kokoh berdiri walau tergerus waktu), perubahan kita agar menjadi lebih baik akan terus dipatok pada masa lalu yang senantiasa berada di belakang; mendorong kita untuk ke depan.