nataliamona-blog-blog

[nataliamona-blog-blog]

Where would I be

If not for Your Grace that rescue me

My life surrender, to worship You

[nataliamona-blog-blog]

I miss you

I’m still missing you. No matter what, bang.

[nataliamona-blog-blog]

I miss you. Hate being in distance like this so often :(

[nataliamona-blog-blog]

Kalo udah capek gini pengennya nangis aja....

Berasa alay.

[nataliamona-blog-blog]

Komunikasi adalah koentji

[nataliamona-blog-blog]

[nataliamona-blog-blog]

Whenever you are happy, I’m happy. Glad to know that you’re happy

[nataliamona-blog-blog]

Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian

Ayub 12:13

[nataliamona-blog-blog]

Death is so final, yet life is full of possibilities

Tyrion Lannister

[nataliamona-blog-blog]

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Bukan yang patah yang berganti.

[nataliamona-blog-blog]

Stay sane, be strong.

[nataliamona-blog-blog]

Maybe you ever had a problem, maybe you broke your commitment, but someone can change, right? Is it necessary to take revenge on him/her when you said that you ever love him/her?

[nataliamona-blog-blog]

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan

Quote lama

[nataliamona-blog-blog]

Whoaa, aku perlu jalan-jalan!

[nataliamona-blog-blog]

Ego, selalu merasa benar, kecewa, dendam. Kumpulin itu jadi satu, dan...boom. Hancur semuanya. Kasih hilang, apalagi rasa.

[nataliamona-blog-blog]

Mazmur 39

Mazmur 39:1-13

Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud.

(39-2) Pikirku: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku."

(39-3) Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat.

(39-4) Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku:

(39-5) "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!

(39-6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! S e l a

39-7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.

39-8) Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap.

39-9) Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan aku celaan orang bebal!

39-10) Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.

39-11) Hindarkanlah aku dari pada pukulan-Mu, aku remuk karena serangan tangan-Mu.

(39-12) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat; sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia-siaan belaka. S e l a

39-13) Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku.

(39-14) Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!"

[nataliamona-blog-blog]

My brother was diagnosed with depression years before I was, and because of that he started therapy years before I did.

I still remember when I was a young teen and he was playing a Nirvana song and he stopped it at this one line: “I miss the comfort of being sad”

He told me that when you start to get better, there’s a part of you that misses being sad and that if you start feeling that way you have to be extra extra aware and careful because if you indulge the feeling you’ll go down a self-destructive spiral

And even though that was years and years ago, I think about it all the time. Especially when I’m reading discourse on the idea of getting so attached to mental illness as an identity that you don’t want to improve things because you feel safe in it and don’t know who you are without it

I always think of that line “I miss the comfort of being sad” and my brother’s warning