Text
170.
Lama tidak melihatmu, sikap dinginmu, luas pikirmu pun caramu memandang seisi dunia.
Boleh aku rindu? Bisakah menyapaku?
Bercanda jika kau tidak sengaja pun tidak apa, aku lebih suka, atau barangkali kau bisa bersembunyi di balik topeng salah menghubungi orang, tidak apa-apa, aku akan berpura-pura mempercayainya.
Lalu perbincangan mengalir begitu saja, dan kita sama-sama meledakkan tawa. Melupakan luka yang pernah tergores, memaafkan sesal yang sempat hadir, mencuri sepotong waktu untuk menceritakan banyak hal yang sempat tertunda karena jeda dan canggung semata.
Bisakah kita menciptakannya ? Bisa bantu aku mewujudkannya?
Ku tunggu jari jempolmu yang tidak sengaja tergelincir menuju namaku di kontak handphonemu.
Cobalah, jangan malu-malu. Ada aku yang sekarat menahan gemuruh rindu.
Langit cerah, 10.01 | 6 Juni 2020.
117 notes
·
View notes
Text
Mengajarkan Ibadah yang Menyenangkan pada Anak
Sebuah Catatan Seminar bersama Bunda Elly Risman, Psikolog
Oleh: Yulinda Ashari Bidang Pemuda ASA Indonesia Divisi Riset dan Kajian
Sebagai orang tua Muslim, kita seharusnya sudah memahami bahwa tugas utama kita dalam pengasuhan anak adalah bagaimana menjadikan anak sebaik-baik hamba yang taat beribadah kepada Allah swt. Konsep ibadah dan keimanan ini harus diajarkan sejak anak masih dini, agar kelak ketika beranjak dewasa mereka sudah terbiasa untuk beribadah tanpa harus disuruh lagi. Metode pengajaran beribadah kepada anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Ibadah bagi anak-anak harus dibuat menyenangkan. Mengapa ibadah bagi anak harus menyenangkan? Karena targetnya anak-anak, maka metode harus disesuaikan dengan cara kerja otaknya. Bagian sinaps pada otak anak belum menyatu dengan sempurna sehingga ibadah harus dikemas secara menyenangkan. Orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan dengan mengabaikan perkembangan otak anak.
Sebelum mengajarkan ibadah kepada anak, orang tua harus mengingat kembali bahwa hal ini merupakan perintah Allah yang harus diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh, karena sejatinya tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah dan mengagungkan keesaan Allah swt. Mari kita buka kembali QS. Ad-Dzariyat ayat 56-58, yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Salah satu tanggung jawab orang tua dalam hal beribadah ini adalah bagaimana cara membentuk kebiasaan yang baik serta meninggalkan kenangan yang baik pada anak. Ingatkah dahulu kala mungkin ada yang mendapat “ancaman” jika tidak salat? Barangkali hal itu dapat membentuk kebiasaan yang baik, namun kenangan yang tertinggal di ingatan adalah kenangan yang tidak baik, bukan? Kebiasaan baik dan kenangan yang baik. Ibadah harus dibuat menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani, tidak menolak, dan tentu saja agar mereka merasa senang dan bahagia ketika beribadah. Jangan pernah tinggalkan kenangan buruk untuk anak ya Ayah Bunda!
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar.“ (QS. An-Nisa ayat 9)
Tugas pengasuhan anak apalagi terkait ibadah ini memang bukanlah hal yang mudah. Namun ingatlah bahwa karakter anak apapun yang Allah anugerahkan kepada Ayah Bunda, tidak akan melampaui batas kesanggupan masing-masing orang tua. Selalu ingatlah bahwa anak kita sejatinya bukanlah milik kita. Anak hanyalah titipan Allah yang dapat diambil kapan saja. Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada pemilik-Nya. Mereka adalah kenikmatan, tantangan, sekaligus ujian, yang kemudian proses pengasuhannya membutuhkan perjuangan berupa pikiran, perasaan, jiwa, tenaga, serta biaya yang tidak sedikit. Bayangkan jika kita dititipi anak presiden, mungkinkah kita berani memukul, mencubit, atau berkata kasar padanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana jika kita dititipi anak langsung oleh Sang Pemilik Kekuasaan? Masih beranikah kita mendidik anak tanpa ilmu dan bersikap sewenang-wenang pada mereka? Kira-kira sudah berapa banyak kita melanggar perintah Allah terkait pengasuhan anak ini?
Didiklah anak karena Allah. Jangan pernah mengharapkan kebaikan dari anak jika orang tua tidak mendidiknya dengan baik. Anak-anak kita bukanlah pilihan kita, mereka adalah takdir pilihan Allah untuk kita. Boleh memasukan anak ke sekolah-sekolah agama, namun bukan berarti kewajiban orang tua dalam mengajarkan agama menjadi gugur begitu saja. Tugas orang tua untuk mengajarkan agama harus dituntaskan terlebih dahulu sebelum memasukan anak ke pesantren. Di akhirat kelak, bukan guru-guru pesantren yang akan ditanya, tapi para orang tua masing-masing. Ayah dan Bunda, sudah siapkah mempertanggungjawabkan tugas pengasuhan ini?
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para orang tua dalam mengajarkan anak beribadah yang menyenangkan, antara lain: 1. Tantangan dari dalam diri sendiri dan pasangan Tantangan utama dalam hal ini adalah terkait bagaimana masalah agama ini ditanamkan pada diri Ayah dan Bunda sendiri. Selalu lihatlah ke dalam diri sendiri sebelum menyalahkan lingkungan. Seberapa pentingkah agama dalam hati dan kehidupan kita? Mungkinkah berharap anak yang salih saat kitapun tidak berusaha menjadi orang tua yang salih? Mungkinkah menginginkan anak yang rajin salat sedangkan Ayah dan Bunda tidak salat? Jadilah teladan yang terbaik bagi anak-anak kita terkait ibadah ini. Pelajarilah ilmu agama lebih banyak. Tumbuhkan kesadaran bahwa tujuan utama mendidik anak adalah menjadikan mereka penyembah Allah. Bagi yang sedang dalam proses pencarian pasangan, sepakatilah di awal pernikahan dengan pasangan untuk bersama-sama mendidik anak menjadi hamba Allah jika telah terlahir ke dunia kelak.
Tahukah Ayah dan Bunda, dalam proses pengasuhan ini, penanggung jawab utamanya ternyata adalah Ayah! Keterlibatan ayah untuk membentuk kebiasaan beribadah anak SANGAT PENTING! Anak yang mendapat keterlibatan pengasuhan ayahnya yang baik akan tumbuh memiliki harga diri yang tinggi, prestasi akademik di atas rata-rata, lebih pandai bergaul, dan saat dewasa akan menjadi pribadi yang senang menghibur orang lain. Maka wahai para ayah, kembalilah! Tugas ayah bukanlah sekadar mencari nafkah, namun juga sebagai penanggung jawab utama pengasuhan anak. Jika ayah terlalu sibuk bekerja—dengan alasan untuk kebahagiaan istri dan anak—maka tanyakanlah kembali pada diri: apa yang sebenarnya sedang ayah kejar? Apa yang ayah sebut dengan kebahagiaan anak dan istri tersebut? Tidak takutkah kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah mengenai hal ini?
2. Mengasuh generasi Alfa • Gen Y lahir pada rentang tahun 1980 – 1994. • Gen Z lahir pada rentang tahun 1994 – 2009. • Gen Alfa lahir pada rentang tahun 2010 – 2025. - Mereka hidup dengan internet (belajar, bikin PR, makan olahraga, tidur). - Semua serba cepat, instan, menantang dan menyenangkan. - Mereka terbiasa multiswitching (melalui gadget). - Mereka memiliki tata nilai yang berbeda. Generasi yang akan kita didik saat ini adalah para Alfa. Jika generasi Alfa ini tidak dididik dengan metode yang tepat sesuai zamannya, maka akan sulit memasuki dunia mereka, bukan? Karenanya, Ayah dan Bunda tidak boleh abai dengan tantangan dan perkembangan zaman ya!
3. Beban pelajaran yang berat • 70% anak masuk SD sebelum usia 7 tahun. • 46% anak di sekolah 6 – 7 jam sehari. • 25% sekolah masih memberi materi pelajaran formal setelah jam 12 siang. • 52% guru di sekolah masih memberikan 1 – 2 PR. • 18% anak mengikuti les mata pelajaran setelah pulang sekolah. • 25% anak mengikuti les 2 -3 hari dalam seminggu. • Standar kelulusan Indonesia tertinggi di dunia. Dengan beban pelajaran yang berat bagi anak, kegiatan beribadah seringkali menjadi tidak diutamakan. Para orang tua mendidik anak mereka menjadi orang yang pintar secara akademik, namun hampa secara keimanan. Tanamkanlah tekad dalam diri, “Anakku harus salih dulu, baru pintar”. Jangan salahkan pula jika kemudian anak menjadi mudah emosi karena terlalu lelah di sekolah. Jangan pernah abaikan perasaan mereka. Hindari menasihati mereka saat emosinya sedang tidak baik. Orang tua juga perlu menyelesaikan emosi dengan dirinya sendiri, jangan sampai emosi kita kemudian berimbas kepada anak dan pasangan. 4. Peer Pressure 5. Ancaman dari agama dan kepercayaan lain 6. Perubahan nilai dari masyarakat kita
Mulai dari mana?
Selesaikanlan urusan dengan diri sendiri dan pasangan terkait urusan ibadah ini. Semua kebiasaan beribadah ini bermula dari Ayah dan Bundanya, jadilah role model yang baik dan idola bagi anak kita sendiri. Orang tua juga perlu mengenali keunikan serta tahapan perkembangan otak anak, sehingga metode yang disampaikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Kenalkan ibadah pada anak dengan cara yang menyenangkan. Biarlah jika pada awalnya mereka suka sekali bermain air saat berwudhu hingga bajunya basah dan haruss diganti berkali-kali. Biarlah jika gerakan salatnya masih semaunya, suka menarik-narik sajadah, atau menganggu ayah bundanya saat sedang salat. Jangan dimarahi. Biarkan anak senang dan bahagia terlebih dahulu dengan praktik ibadah ini. Masukan target “bahagia” dalam proses pengasuhan anak. Mendidik anak memang harus disertai kesabaran yang tanpa batas. Tidak apa-apa, didiklah anak dengan cinta karena Allah semata. Jika anak senang beribadah, ia akan mau beribadah, kemudian menjadi bisa beribadah, dan terakhir menjadi terbiasa beribadah tanpa harus disuruh dan merasa dipaksa.
Untuk mengajari anak ibadah yang menyenangkan diperlukan niat baik, kejujuran, keterbukaan, serta kerjasama yang baik dari kedua orang tuanya, tidak bisa hanya salah satunya saja. Setelahnya, kombinasikan semua tekad itu dengan mengenali kepribadian anak, sesuaikan dengan cara kerja otak, bakat, serta seluruh kemampuan anak. Setiap anak kita adalah unik, otak anak baru berhubungan sempurna ketika berusia 7 tahun, sedangkan hubungan anatara sistem limbik dan corteks cerebri di otak baru sempurna pada usia 19-21 tahun. Butuh sekitar 20 tahun bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik, maka bersabar dan bersungguh-sungguhlah, karena Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh. Jangan menuntut anak untuk dewasa sebelum waktunya. Anak perlu menjadi anak untuk dapat menjadi orang dewasa, hilangnya masa kanak-kanak akan mengakibatkan masyarakat yang kekanak-kanakan. Bantulah anak-anak kita untuki mekar sesuai dengan usia dan kemampuan serta keunikannya. Ayah dan Bunda harus membuat kesepakatan dan kerjasama di awal, siapa pengambil keputusan dalam hal A dan B, buat perencanaan-pelaksanaan-evaluasi, buat target per anak, pembagian kerjasama, kontrol, dan selalu bermusyawarah dalam setiap keputusan yang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Ubah paradigma dan cara pandang kita, bahwa anak bukan saja harus bisa beribadah, namun juga suka beribadah.
Landasan Psikologis Anak
Anak Usia 5 – 8 tahun Ibadah untuk anak usia ini bukanlah suatu kewajiban, tapi perkenalan, latihan, dan pembiasaan. Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak untuk beribadah, namun ada kewajiban syar’i bagi orang tua untuk membentuk kebiasaan anak dengan cara yang menyenangkan. Didiklah anak dengan modal, misalnya belikan mukena yang disukai anak, membelikan baju koko baru agar anak rajin ke masjid, dan lain sebagainya. Jangan ragu mengeluarkan modal untuk keperluan beribadah kepada Allah swt. Jangan juga hilang kegembiraan anak usia 5 -8 tahun, masuki dunia anak dengan metode 3B: Bercerita/Berkisah, Bermain, dan Bernyanyi. Landasan Psikologis Anak Usia 5 – 8 tahun: • Mudah dibentuk. • Daya ingat yang kuat. • “Dunianya” terbatas. • Meniru: orang tua/ situasi. • Rasa persaudaraan sedunia.
Landasan Psikologis Anak Usia 9 – 14 tahun: • Otak sudah sempurna berhubungan. • Umumnya: Mukallaf. • Emosi sering kacau. • Tugas sekolah semakin berat (ditambah les). • Banyak aktivitas, termasuk bermain internet dan games. • Peer Pressure yang sangat kuat. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: tanggung jawab seorang yang sudah baligh. - Perlakuan dan komunikasi sebagai teman. - Bisa menjadi pendamping/ pembimbing adik-adiknya. - Diberi tanggung jawab sosial: mengantar makanan untuk berbuka puasa, membayar zakat, dan kerja sosial yang mudah sesuai usia. - Ajari anak untuk berwirausaha/ berdagang.
Landasan Psikologis Anak Usia 15 – 20 tahun: • Prefontal Corteks hampir sempurna berhubungan. • Dewasa muda. • Semakin banyak aktivitas, games dan internet. • Mulai mengenal pacaran dan pergaulan bebas. • Orientasi semakin di luar rumah. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: dewasa muda, ajarkan fiqih pernikahan. - Perlakuan dan komunikasi sebagai sesama orang dewasa. - Bisa menjadi motivator dan pembimbing adik-adiknya. - Jadikan ia penggerak/ koordinator kegiatan anak dan remaja masjid/mushala.
Setelah mengetahui landasan psikologis pada rentang umur anak, maka metode pembiasaan beribadah pada anak dapat disesuaikan dengan perkembangan dan cara kerja otaknya. Ayah dan Bunda harus terus belajar untuk bisa menjelaskan pertanyaan “mengapa?” dari anak, jelaskan apa yang saja yang menjadi perintah dan larangan Allah swt., serta manfaat dan ganjaran dari beribadah. Gunakan pendekatan kognitif secara ringkas serta contoh yang kongkrit pada anak, serta selalu gunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai referensi utama,. Teruslah bersabar dalam mendidik anak karena waktu persiapan setiap anak tidaklah sama, proses pengasuhan harus disesuaikan dengan usia, kemampuan, kondisi fisik, dan karakter anak.
Persiapkanlah diri Ayah dan Bunda untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Gunakanlah kata-kata yang memahami perasaan anak, lebih banyak mendengar aktif, hindari kata-kata yang menghambat komunikasi dengan anak, serta biasakanlah memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan. Jika saat ini anak kita dimanjakan oleh fasilitas: kamar pribadi, rumah yang luas, gadget, serta wifi dan akses internet yang tidak terbatas, jangan lupa ingatkan anak untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluannya, ingatkan bahwa meski Ayah dan Bunda tidak berada di rumah atau di sekolah, ada Allah yang tetap mengawasi dimanapun mereka berada. Sampaikan tips sukses pada anak yang tidak hanya berupa kemampuan akademik, namun juga berupa salat tepat waktu, sayang pada ibu, puasa Senin dan Kamis, serta mengaji setiap pagi dan sore.
Akhirnya, selamat berjuang! Miliki kekuatan kehendak, bayangkan, dan doakan anak-anak menjadi penyembah Allah yang taat. Semoga Allah karuniakan kita anak-anak yang salih dan salihah.
4K notes
·
View notes
Text
Kontemplasi
"Hai juni, "
Maaf telat menyapa, bukan karena sudah tak peduli, tapi memang karena beberapa hal akhir-akhir ini benar-benar sudah menguras banyak tenaga, benar-benar membuat lelah.
Anggapan di awal tahun jika kita akan baik-baik saja dan bahagia, entah kenapa yang kita dapatkan justru malah ketakutan dan ketakutan.
Seperti tak ada yang baru, tak ada yang istimewa, kita semua dipaksa kembali menyambut bulan baru seperti bulan-bulan biasa, dengan peluh dan rapuh, dengan tangis dan sedih, khawatir akan kejutan apa yang menunggu kita, benar-benar seperti melelahkan, sementara kita selalu saja menyangkal hal buruk, hal yang diluar kendali kita, beranggapan jika besok, lusa, dan seterusnya, akan terasa lebih baik.
Entah kenapa, kita semua seperti dipaksa untuk kuat, padahal kapasitas hati masing-masing orang tak bisa dipukul sama rata.
Kita semua dituntut bijak, padahal tak semua manusia bisa dengan gampang melapangkan hatinya begitu saja.
Dewasa yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, kita yang sekarang, benar-benar hanya butuh satu dua pasang telinga.
Ketika cerita kita didengarkan, menjadi hal yang benar-benar sedang kita butuhkan.
— @badutcerdas 4 Juni, 2020
http://wattpad.com/badutcerdas
234 notes
·
View notes
Photo
#BersamaLagi #gadisturatea _ Perempuan hebat itu, kamu. Yang memilih diam dalam doa, saat dunia meluluhlantakkan. Yang memilih sabar dalam taat, ketika semesta menjatuhkan pada titik terendah. Yang memilih tabah dalam sujud di sepertiga malam, ketika Allah menguji habis-habisan.
Perempuan hebat itu, kamu. Kamu yang tidak pernah menyalahkan Allah atas semua kejadian pahit yg menimpa. Kamu yang tidak pernah berucap sumpah serapah pada Tuhanmu sendiri atas keburukan yang kamu terima. _ Kamu yang tetap tersenyum dan berkata, “Ada hadiah terindah dari Allah yang akan diberikan untukku, setelah kepahitan ini berlalu. Aku yakin, Tuhanku Maha Baik"ucapmu dengan gigih meskipun sesak sesekali.
Memang tidak mudah menjalani peran sebagai perempuan yang mengagumkan. Kamu harus tetap tabah dalam segala keadaan, meskipun saat itu kau juga sedang butuh untuk dikuatkan. Kamu harus tetap tegar dalam setiap masalah meski saat kau sedang luluhlantak karena seseorang.
Kamu perempuan hebat. Dan kamu harus kuat dalam sepelik-peliknya ujian. Tidak peduli sudah seberapa banyak sabar yang kau rawat. Tidak peduli sudah berapa juta tetesan air mata yang keluar. Selama masih di bumi, kamu masih punya tugas menjadi sebaik-baiknya seorang hamba.
Aku tahu, kamu hampir saja kalah oleh keadaan karena seseorang dengan begitu buruknya memperlakukan dirimu semena-mena. Meninggalkanmu dengan cara yang paling menyedihkan. Tetapi, lihatlah. Allah justru memberimu hati yang kuat setelah melewati banyak ujian. Hingga sekarang, kau mampu tumbuh menjadi seorang perempuan yang begitu mengagumkan.
Ketahuilah, bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan baik seeprti dirimu. Yang diberikan peluang oleh Allah berubah menjadi lebih baik setelah ditinggal pergi. Yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk bangkit setelah dijatuhkan berkali-kali. _ Allah menyaksikan usahamu my dear. Allah Maha melihat semua pengorbanan yang kau lakukan untuk pulih dari luka. Maka, tersenyumlah. Karena hari ini, kamu sudah menjadi perempuan yang diidam-idamkan oleh banyak lelaki beriman.
. 📝@gadisturatea
https://www.instagram.com/p/CBDesDEFKDI/?igshid=pa76lf75xqe5
130 notes
·
View notes
Photo
TERIMA KASIH, BELVA!
Oleh Fahd Pahdepie
Hari ini (21/04) Belva Devara, salah satu dari tujuh Stafsus Milenial Presiden, secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Beberapa hari terakhir, sebagaimana kita tahu, polemik tentang staf khusus presiden terus menjadi perbincangan hangat di media. Bahkan sentimen negatifnya tak bisa dibendung.
Di tengah banyak hal yang harus diselesaikan presiden terkait penanggulangan wabah COVID-19 dan ancaman krisis ekonomi, polemik stafsus ini memang seolah menjadi kutu rambut yang tidak membahayakan tetapi sangat mengganggu kepala presiden. Masalahnya, presiden yang garuk-garuk kepala tentu tidak elok dipandang mata publik, bukan? Ada citra yang dipertaruhkan di sana.
Muasal Polemik Stafsus
Pada awalnya bukan Belva yang menjadi pusat perbincangan. Namun stafsus milenial yang lain, Andi Taufan Garuda Putra, yang juga CEO perusahaan ‘fintech’ Amartha. Pasalnya Andi melakukan tindakan yang dianggap melanggar aturan birokrasi sekaligus mencoreng citra lembaga kepresidenan.
Sebagai staf khusus, Andi atau siapapun hanya bisa bersurat ke dalam untuk memberikan rekomendasi terkait rencana kebijakan. Tidak boleh bersurat keluar apalagi menginstruksikan perintah kepada pejabat lain di struktur birokrasi pemerintahan tertentu. Staf khusus tidak memegang fungsi eksekutif semacam itu.
Masalah timbul ketika Andi Taufan menyurati para camat di seluruh Indonesia untuk membantu perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek, dalam melakukan edukasi pencegahan dampak COVID-19. Sesuatu yang disebut Andi dalam klarifikasinya sebagai inisiatif kerja cepat untuk membantu penanggulangan wabah corona. Benarkah demikian?
Problemnya, ada dua pelanggaran serius di sana. Pertama, ia bekerja melampaui kewenangannya dan itu merupakan pelanggaran birokrasi serius karena Andi memasuki ruang yang seharusnya di bawah jalur koordinasi Kementerian Dalam Negeri–meski Mendagri sekalipun tak akan mengirim surat langsung kepada para Camat. Sementara, surat yang dikirim Andi berkop Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Kedua, ada indikasi serius terkait penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan perusahaan yang dipimpin Andi. Sekalipun seandainya tidak ada kerugian negara di dalamnya, yang mengarah pada indikasi tindak pidana korupsi, tindakan Andi terlanjur tidak bisa melepaskan diri dari bias konflik kepentingan. Paling tidak, jika para camat se-Indonesia membantu relawan PT Amartha, ada potensi ‘big data’ yang bisa disalahgunakan di sana.
Untungnya publik merespons cepat dan Andi memutuskan untuk menarik surat itu serta meminta maaf kepada masyarakat. Desakan agar Andi mengundurkan diri atau presiden memecatnya pun menguat. Publik merasa permintaan maaf saja tidak cukup untuk menghapus pelanggaran berat yang terlanjur dibuat.
Bias Konflik Kepentingan
Dari sinilah barangkali episentrum polemik stafsus milenial presiden bergeser pada Belva Devara yang juga merupakan CEO Ruang Guru itu. Keterlibatan empat orang stafsus yang masih merangkap jabatan, termasuk Belva, dipersoalkan karena bias konflik kepentingan. Apalagi Skill Academy yang merupakan anak perusahaan Ruang Guru adalah salah satu penyedia jasa pelatihan daring dalam program Kartu Prakerja milik presiden.
Apakah ada keterlibatan Belva untuk ikut meloloskan Skill Academy sebagai salah satu penyedia jasa pelatihan di program Kartu Prakerja? Belva sudah membantahnya. Ia menyebut tak pernah hadir dalam seluruh rangkaian rapat bersama Kemenko Perekonomian dan Manajemen Pelaksana (PMO) untuk memutuskan lembaga atau perusahaan mana saja yang akan ditunjuk pemerintah.
Dalam serial ‘tweet’ yang ditulis Belva sebagai bentuk klarifikasi (15/04), ia menegaskan tidak ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Ia juga menyebut bersedia mengundurkan diri dari jabatannya untuk menghindari persepsi negatif dan asumsi keliru dari publik. Belva menegaskan komitmen bahwa posisinya sebagai staf khusus presiden merupakan bentuk kontribusinya bagi bangsa dan negara.
Sebenarnya problem utama dari polemik ini adalah bias konflik kepentingan. Posisi empat orang stafsus milenial, Andi Taufan yang merupakan CEO Amartha, Belva Devara yang merupakan CEO Ruang Guru, Putri Tanjung yang merangkap CEO Creativepreneur dan Billy Mambrasar yang merangkap CEO Kitong Bisa, dikhawatirkan berpotensi merugikan negara. Posisi strategis mereka di lingkaran utama presiden rawan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi maupun perusahaan.
Polemik yang menimpa Andi Taufan dan Belva Devara adalah contoh nyata bahwa rangkap jabatan itu berbahaya atau, paling tidak, potensial disalahgunakan. Dana besar yang disebut total mencapai 5,6 triliun (Rp1 juta dikali 5,6 juta peserta) untuk pelatihan Kartu Prakerja, meski tentu tidak semua dikerjakan Skill Academy by Ruang Guru, pasti menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan publik jika ada staf khusus presiden yang menjadi pemimpin perusahaan pemenang tendernya.
Sejumlah pengamat bahkan menyebut rangkap jabatan yang dilakukan staf khusus presiden ini bisa berbahaya bagi citra presiden sendiri. Presiden yang dikenal konsisten melawan korupsi, justru bisa dianggap memberi jalan untuk tindakan nepotisme di lingkaran utamanya. Bahkan muncul istilah ‘oligarki milenial’ untuk mengkritik fenomena ini, selain bahwa tindakan tidak etis yang dilakukan salah satu stafsus milenial presiden disebut ‘mempermalukan’ generasi milenial.
Belva Memberi Teladan
Malam ini (21/04) Belva Devara melalui surat terbuka yang diunggahnya di Instagram akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya. Keputusan itu pun disebut telah disetujui Presiden. Keputusan Belva harus kita apresiasi bersama, ia memberi teladan baik sebagai pemimpin milenial maupun sebagai pejabat publik.
Belva menunjukkan kepada kita bahwa kepentingan negara harus diletakkan di atas kepentingan pribadi, perusahaan, golongan atau apapun. Tidak boleh ada lagi ruang untuk potensi konflik kepentingan. Pengunduran dirinya menjadi salah satu pemecah kebuntuan polemik ini. Keputusannya bukan hanya tepat, namun sekaligus menjadi preseden yang baik bagi demokrasi dan politik kita ke depan.
Pejabat yang mengundurkan diri bukanlah sesuatu yang biasa di Indonesia. Sebagai milenial, Belva membuktikan bahwa ia berbeda. Bahkan ia berbeda dari stafsus milenial lainnya. Ia berusaha membuktikan integritasnya. Ia bisa melakukan ‘disrupsi’ bagi kultur dan tradisi politik yang mapan di negeri ini. Dan kesempatannya untuk berkontribusi lebih besar bagi bangsa dan negara justru semakin terbuka lebar, dengan respek dari masyarakat, tentu saja.
Apakah langkahnya perlu diikuti oleh stafsus yang lain yang memiliki potensi masalah yang sama? Ini mungkin ‘debatable’. Dan akan menimbulkan polemik lain. Presiden juga pasti memiliki pertimbangan tersendiri yang matang tentang ini, menghitung segala kemungkinannya.
Yang jelas, apa yang ditunjukkan Belva hari ini memberikan harapan kepada kita bahwa generasi milenial belum selesai. Bahwa generasi ini masih memiliki harapan luar biasa besar untuk bisa mewujudkan Indonesia gemilang di tahun 2025 dan waktu-waktu mendatang.
Terima kasih, Belva! Terima kasih karena telah menunjukkan teladan dan integritas. Mari kita terus berjuang untuk republik ini.
Tabik!
FAHD PAHDEPIE
248 notes
·
View notes
Text
Selamat istirahat. Semoga siangmu yang melelahkan, terbayar dengan malam yang melelapkan.
175 notes
·
View notes
Photo
Sebentar Lagi
Di tengah pandemi sepert saat ini, tenaga dan pikiran terkuras banyak sekali. Kesedihan, kekhawatiran, juga terus memenuhi.
Namun ingatlah, sebentar lagi akan datang kabar gembira. Ialah bulan Ramadan, yang akan segera tiba di hadapan kita.
Bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Salah satu bulan mulia, dimana segala amal kebaikan dilipatgandakan ganjarannya.
Pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat. Kesempatan berharga seperti ini, jangan biarkan hanya lewat.
Jangan jadikan musibah yang sedang kita alami, menjadi hambatan untuk beribadah. Justru jadikanlah sebagai pemacu semangat untuk menggapai berkah.
Karena semakin sulit ujian yang kita hadapi, maka semakin besar ganjaran yang Allah beri. Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk diri ini.
Maka, jadikan Ramadan kali ini tetap bahagia. Sambutlah tamu agung dengan semangat dan nuansa positif, bersama-sama.
“Telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan.” (HR. Ahmad)
268 notes
·
View notes
Text
SERAGAM BUKAN LEGITIMASI UNTUK MELAKUKAN KEKERASAN FISIK
Indikasi terjadinya tindakan kekerasan fisik dalam melakukan penertiban adalah kurangnya Stock of knowledge dari penegak hukum. Hal ini membuat penegak hukum tidak mampu membedakan sifat dari anjuran, imbauan, peringatan dan larangan sebab masing-masing punya sifat dan akibat hukum yang berbeda. Anjuran tidak memiliki kekuatan hukum secara memaksa kepada orang atau subjek hukum sehingga dalam hal penindakannya harus dilakukan dengan cara-cara yang persuasif dan tidak dapat menggunakan penindakan dengan daya paksa.
Jika merujuk pada Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaduratan Kesehatan Masyarakat Covid-19, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19, dan Permen Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 jika beberapa aturan ini dibaca dengan baik dan benar maka dapat dimaknai bahwa Social Distancing atau membatasi kerumunan di lingkungan sosial adalah anjuran yang tidak memiliki daya paksa dikarenakan tidak dicantumkan akibat hukum apabila seseorang melanggar anjuran Social Distancing dengan demikian maka penindakannya harus menggunakan cara-cara yang soft semisal pendataan dan pembinaan, sebab penegak hukum tidak diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan penertiban dengan cara kekerasan fisik.
Negara secara konstitusional merupakan negara yang berlandaskan hukum sehingga segala tindakan aparatur negara harus berdasarkan Rule of Game yang sah bukan semau jidat!
Kita sedang tidak hidup di negara machstaat dimana negara dapat melakukan tindakan diluar daripada aturan yang ada. Jika dugaan tindakan kekerasan fisik itu benar adanya maka oknum-nya harus ditindak tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga menjadi pelajaran bagi penegak hukum yang lain agar tidak bertindak barbar di negara yang menyatakan dirinya sebagai Rule of Law (Negara berlandaskan Hukum).
Seragam itu pertanda anda adalah pelayan dan pengayom masyarakat bukan sebaliknya anda yang majikan dan rakyat yang pelayan!
TINDAK TEGAS OKNUM YANG BERTANGAN BESI.
Rfabs 1996-2020 Masehi
31 notes
·
View notes
Text
Temen-temen yang masih pada punya stok masker, ada yang mau bantuin aku sama temen-temen UGDku ngga? We need a lot. Di wilayahku udah masuk daerah terjangkit, jadi semua pasien dgn gejala ISPA yg ke UGD kami akan dianggep ODP atau bisa langsung PDP, sementara stok APD terutama masker udah tipis banget sedih, belum dapet jatah lagi.
Kalo ada yang berbaik hati mau mendonasikan maskernya (bukan uangnya, karena punya uang pun gatau mau beli dimana), do please hit my inbox.
Atau yang followernya banyak, bantuin reblog dong manatau ada yang lain yang ngga follow crescenthemum tapi bisa bantu ._.
Timakasi 🙏
ps: kepada kak @alterae , YOUR HELP MEANS A LOT!!! THANKYOU!!!!
388 notes
·
View notes
Text
Biar Jadi Rahasia
Kita terus berjalan di atas jalur masing-masing, tanpa sedikit pun melihat adanya kemungkinan untuk bertemu pada satu persimpangan. Apalagi, memutuskan untuk berjalan berdampingan. Pikiranku tak pernah sejauh itu.
Apakah itu pernah ada di pikiranmu, aku juga tak pernah benar-benar tahu. Tidak juga ingin menanyakannya. Biar hal itu jadi rahasia.
Kadang-kadang, rasa penasaran jauh lebih indah dari jawaban atas rasa penasaran itu sendiri.
…
dari buku Cinta Adalah Perlawanan Sinopsis: nurunala.blog/cap
290 notes
·
View notes
Text
Menjalani proses
Begini, akan ada waktu dimana kita merasa lelah melakukan sesuatu yang kita sukai. Dimana kita dipenuhi kebimbangan lantaran orang-orang mulai mengomentari apa yang kita kerjakan. Terlebih komentarnya tidak selalu positif, melainkan juga ada yang negatif. Menjadikan kita kurang percaya diri untuk melanjutkan apa yang sudah kita mulai.
Tapi sebenarnya itu adalah tandanya. Tanda bahwa kita sudah mulai naik perlahan demi perlahan. Bahwa sebenarnya kita sedang berproses mencapai ketinggian. Yang mana orang lain akan mulai melirik apa yang kita sedang lakukan.
Kalau sudah di tahap ini, pasti akan selalu ada komentar dari orang lain. Entah komentar yang baik atau pun komentar yang buruk atas ketidaksukaannya dengan apa yang kita kerjakan. Apapun itu, biarkan saja. Fokus saja sama komentar yang baik-baik. Komentar yang membangun. Selagi kita meyakini yang kita lakukan baik dan kita menyukainya, lanjutkan saja. Silahkan istirahat jika lelah. Tapi jangan pernah mundur. Apalagi berpikir untuk berhenti.
Meskipun demikian tetaplah merasa rendah. Walau kita sedang melaju naik, tetaplah membumi. Lapangkanlah hati untuk mudah di nasihati. Karena dalam perjalanan seperti ini bukan tidak mungkin kita menjadi melangkah keluar jalur. Jangan sampai hati kita menjadi keras lantaran merasa bahwa paling bisa dan paling baik dalam berproses.
Rfabs 1996 - 2020 Masehi
47 notes
·
View notes
Text
Pertanyaan
Di usia yang tidak lagi remaja, suka atau tidak dengan seseorang tidak lagi sederhana jawabannya seperti iya atau tidak.
Pertanyaan suka atau tidak lebih bersifat umum dan cangkupannya sangatlah luas. Pertanyaan seperti ini juga seringkali di jawab dengan tidak jujur, semisal demi menghargai perasaan seseorang lalu kita mengatakan suka meski sebenarnya ada beberapa hal yang tidak kita sukai dari orang tersebut.
“Iya si anu orangnya baik kok. Saya suka.”
Mungkin di masa-masa remaja, pertanyaan seperti ini sangatlah sakral ketika ditanyakan kepada orang lain. Karena dimasa itu, jawaban suka yang kita berikan akan sangat mewakili keseluruhan aspek dari orang tersebut. Apalagi jika pertanyaan ini dikhusukan untuk kepada lawan jenis, dampaknya kita bakalan di cie-cie kan. Kan jadi malu.
Tapi semakin dewasa, pertanyaan suka atau tidaknya kita dengan seseorang menjadi tidak valid. Harusnya pertanyaan itu diperjelas semisal suka atau tidaknya dalam hal apanya. Sebab semakin dewasa, kita semakin menilai seseorang dalam banyak hal. Bisa saja kita suka penampilannya tapi tidak dengan sikapnya atau sebaliknya. Bisa saja kita suka dengan caranya berbicara tapi tidak suka dengan caranya berjalan.
ya kan?
Ya meski pun begitu, jika pertanyaan suka atau tidak ini ditujukan untukku dan subjeknya adalah kamu, sepertinya dalam banyak hal diriku sepakat dengan satu jawaban.
Rfabs 1996 - 2020 Masehi
40 notes
·
View notes
Text
/:Aku mau kamu seperti itu selalu./
Meski setengah sadar tanganku menuliskan hal sederhana ini. Meski mataku setengah terbuka untuk benar-benar melihat apa yang kutulis. Meski ditibani lelah berujung kaku memegang peluh hingga paru-paru sulit memompa oksigen keseluruh pembuluh.
Ketahuilah perasaanku tidak pernah setengah. Keinginanku tidak pernah separuh. Ketulusanku tidak pernah seperlunya.
Telingaku selalu berbunga saat mendengar gelak tawamu yang lucu itu. Terkikik-kikik hingga aku yang tidak mengerti apa yang sedang kau tertawai juga tertawa. Oh senang sekali, aku suka.
Tidak pernah bosan pun tidak pernah jengah aku mendengarnya. Apapun dan pada siapapun yang membuat tawa itu lahir, terimakasih. Sungguh, melihatmu tertawa gembira membuat hatiku luas nan merekah bak taman bunga.
Aku mau kamu seperti itu selalu. Pelan-pelan, apa yang sempat hilang darimu kubawa kembali, bahagiamu kukembalikan. Membuatmu hidup. Mendarahi jiwa yang hangus. Memeluk hati yang sepi. Raga tanpa isi, akan ku kembalikan secintanya aku tanpa harus menuntut balas.
Hiduplah dengan hidup. Bahagialah dengan bahagia. Aku tidak pernah main-main pada keinginanku. Aku mau kamu seperti itu selalu.
32 notes
·
View notes
Text
Perkara Sedih Orang Dewasa
Ini adalah cerita tentang seorang anak belasan tahun, bernama Aku. Aku kerap dirundung sedih saat malam tiba.
Suatu malam, lagi-lagi aku dirundung sedih saat malam tiba. Aku tak bisa tidur dan terus menangis. Kemudian yang teringat pertama adalah tentang keluarga, tentang perpisahan-perpisahan, tentang orang-orang yang mungkin tidak menyukai kepribadiannya, ingatan-ingatan yang terus membuat Aku tak berhenti untuk menangis dan bersegera tidur.
Disela tangisannya malam itu, Aku berpikir sejenak. Jika anak muda yang bersedih hati sepertinya, yang masih dikelilingi oleh teman-teman yang siap menghibur kapan saja, suasana-suasana baru yang bisa didapati esok hari untuk bisa melupakan tangisan sisa semalam, bagaimana dengan orang dewasa yang sudah berumah tangga? Langsung saja. Bagaimana dengan ayah atau ibunya? Jelas sekali mereka lebih banyak masalah daripada anak muda dengan masalah-masalah kecil seperti yang Aku alami. Sama seperti anak muda, mereka memiliki kerabat, namun kerabat yang tak bisa selalu ada, yang bisa kau hubungi pada malam hari untuk berbagi satu dua cerita lucu untuk melupakan masalah, melupakan sedih. Sama seperti anak muda, mereka memiliki suasana-suasana yang bisa dilalui keesokan harinya, namun tak sewarna-warni suasana yang bisa kau dapat dengan pergi bersama kekasih ke pantai, jajan ice cream, ke kedai kopi, atau curhat di media sosial. Mereka lebih setia untuk menjalani perannya, mencari uang menghidupi keluarga dan meneruskan sekolah anak hingga layak membuatnya menjadi seorang manusia bermanfaat. Mengiris bawang di dapur, menggoreng ikan dan membuatkan sayur, kiranya anak tak akan mengeluh lapar. Sedikit banyak akan mengingatkan anak untuk senantiasa ingat pada Tuhan-Nya. Lalu malam akan menyelimutinya dengan sehimpun masalah yang mengundang kesusahan hati. Perkara kesedihan, mereka tak banyak berbagi. Akan disimpannya rapat-rapat, serapat jari-jari yang didekatkan pada saat meminta doa, yang tak dibiarkannya ada celah, seolah takut doanya akan jatuh berhamburan.
Orang dewasa, malam dan kesedihan adalah kesatuan dari sepi yang paling sepi, diam yang paling diam, pada penampakannya. Namun rusuh paling rusuh, kacau paling kacau, pada isi kepalanya. Begitu pikirnya.
Meski mereka telah ciptakan diam yang paling diam, terkadang naluri sebagai anak akan membuat kita mengetahuinya. Seorang ibu akan terlihat sulit menyembunyikan adanya kesedihan, dari rautnya. Sehingga Aku jelas tahu kapan ibunya bersedih hati yang pertanda dari adanya batu penuh duri dibawah kaki dalam langkah hidupnya. Tapi, sungguh Aku tak pernah melihat raut wajah sedih seorang ayah. Aku kemudian menangis lebih dari yang sudah. Ya. Sungguh. Aku tak pernah melihat ekspresi ayah bersedih hati. Dan Aku sungguh merasa gagal menjadi anak yang sulit memahami kapan ayah bersedih hati. Disaat yang sama pula, Aku bahagia memiliki ayah yang sungguh tak ingin mengacaukan isi kepala dan hati anak-anaknya. Setidaknya benar pikirnya tadi, orang dewasa dan kesedihan-kesedihannya adalah diam yang paling diam.
Aku dipeluk kantuk. Matanya makin berat karena sudah semakin larut dan bengkak matanya karena menangis, memaksanya untuk segera lelap. Antara kantuk dan sedihnya Aku kemudian berdoa, semoga Tuhan selalu menguatkan langkah kaki ayah dan ibu serta melapangkan hati mereka, selalu.
Rfabs 1996 - 2020 Masehi
69 notes
·
View notes
Text
Masa lalu,
Hari ini aku sudah berdiri layaknya perempuan tangguh seperti tahun-tahun yang lalu sebelum aku dipatahkan kembali.
Senyumku kembali merekah setelah berhasil melewati malam-malam yang menyayat rongga dada. Sejatinya, ini bukan perjalanan yang mudah.
Sebelum menjadi perempuan kuat seperti yang kau lihat sekarang, ada aku yang dulu berusaha sekuat tenaga membunuh rindu-rindu yang datang di tiap malam.
Ada aku yang dulu memaksakan diri untuk menambah segala aktivitasku, hanya untuk mengalihkan pikiran dari segala hal tentangmu, dan itu sangat menyakitkan. Aku diam diam mengusap bulir air mata dengan tabah, ketika tak sengaja senyummu terlintas dalam ingatan. Kadang aku yang memaki diriku sendiri, ketika berkali-kali memaksa pikiran ku agar ingatan tentangmu keluar dari sana, namun masih tak bisa.
Seberusaha itu aku pernah.
Maka, jangan heran jika hari ini di hatiku kau tak ada lagi.
Aku ikhlaskan kau demi memilih-Nya. Semoga nanti sesuatu yang baik telah Allah siapkan untuk menemuiku.
Aku menyampaikan ini bukan maksud apa-apa. Hanya saja, aku ingin menunjukkan bahwa perempuan tidak selemah itu. Ia juga bisa berdiri gagah tanpa seseorang mendampinginya. Lupakan semua kisah yang dulu pernah mendekatkan. Di ganti dengan selalu mengingat-Nya.
11 notes
·
View notes
Text
SEBUAH PENGHARAPAN
Mungkin jarak adalah cara terbaik untuk kita saling menjaga, dengan jarak kita akan mengerti tentang sebuah arti "keberadaan" dan "Kehilangan". Bukan maksud aku tidak terima dengan rasaku yang tak kau balas, namun ini cara terbaik untuk menyelamatkan hati dari kefakiran dan kesedihan akibat pedihhnya sebuah pengharapan kepada manusia. Jika ditanya sedih? sungguh aku sangat sedih ketika aku harus mengambil keputusan untuk menjauhimu. Namun aku yakin semua ini ada hikmahnya, mungkin ini cara menguji kekuatan dari sebuah do'a. Aku yakin kamu akan datang menemui ku. THNB~
23 September 2019
35 notes
·
View notes
Text
Padahal dari semua yang mengetuk, cuma kamu yang aku izinkan masuk.
2K notes
·
View notes