nadiavtri
nadiavtri
It's a journey, an adventure
5 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
nadiavtri · 5 years ago
Text
Birth Story of My First Pregnancy (Part 3)
Dokter anestesi datang, mereka menyuntikan bius di tulang belakangku. Gelombang cintamu yg selalu kurasakan tiba-tiba hilang seiring lumpuhnya area bawah diafragma tubuhku
Selang bius juga mengalir melalui oksigen yg ditempatkan di hidungku. Iya aku setengah sadar
Aku sudah tidak bisa mengenali dokterku lagi, banyak orang disana, ramai sekali. Aku ikut berdoa bersama mereka sebelum operasiku dimulai, iya dalam keadaan setengah sadar
Aku terus melafalkan doa-doa selama operasi berlangsung, sulit rasanya dilakukan dalam keadaan setengah sadar, ngantuk sekali tapi aku berusaha untuk tetap sadar setidaknya sampai aku mendengar tangis bayiku
Beberapa waktu berlalu, dokter kemudian mengangkat sesosok manusia kecil dari area perutku.
Waah cantik, ujarnya
Aku berusaha mengumpulkan semua kesadaranku saat mendengar tangis pertamamu, haru... hanya Allah yg tau alirnya air mata pada setengah sadarku.
Tumbuh, berkembang, dan bermanfaatlah di bumi Allah ini anakku, "Sarah Madeleine Azkaira"
0 notes
nadiavtri · 5 years ago
Text
Birth Story of My First Pregnancy (Part 2)
Bidan RS3 melakukan VT padaku, kupastikan ia menggunakan gel dan melakukannya dengan perlahan. Sudah pembukaan 3 katanya, aku sedikit terkejut. Mashallah, sudah 12 jam aku merasakan gelombang cinta yg teratur ini dan pembukaan baru memasuki skala 3. Bidan memeriksa buku pink-ku, dari buku itu ia menawarkan 2 nama dokter yg akan menanganiku. Qadarullah, dokter yg selama ini memeriksa kehamilanku ternyata praktek di RS3 ini, tanpa ragu kupilih ia karena beliau sudah mengetahui seluk beluk diriku Dokter akhirnya tiba, masih di ruang UGD. Beliau melakukan VT padaku, ia tau aku yg cengeng ini. Dokter tidak hanya mengecek pembukaan rahimku saja, ada hal lain yg ia temukan. Sudah pembukaan 6 atau 8 ujarnya, tapi kepala bayi belum turun. Suamiku terus menggenggam tanganku selama pemeriksaan, menenangkan aku yg kerap berteriak. Dokter memutuskan memecah ketuban bayiku agar kepalanya bergerak beriringan dengan pembukaanku Di sela pemeriksaan itu dokter mengatakan bahwa aku perlu bersyukur, aku tidak membutuhkan tambahan induksi untuk membangkitkan kontraksi, ia pun membandingkan aku dengan pasiennya yg lain yg hari itu akan menerima tambahan induksi karena kontraksi yg tak kunjung hadir. Iya, gelombang cinta yg nikmat ini bahkan merupakan rezeki yg setiap orang memiliki kadar berbeda. Azan zuhur tiba, pemecahan ketubanku akan dilaksanakan setelah dokter selesai solat zuhur. Aku akan dibawa ke ruang persalinan ujarnya. Selama menunggu dokter, aku menyantap makan siang bersama suami di UGD. Iya pengalaman pertamaku bersamanya menikmati makan di rumah sakit Bidan masuk dan membawa kursi roda, sudah waktunya. Aku dibawa dengan kecepatan tinggi, aku lupa dibawa ke lantai berapa. Bidan dorong kursi rodaku menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Ruangan itu besar, luas sekali. Ada 3 kasur persalinan disana. Aku diboyong ke salah satu kasur tersebut. Tidak hanya dua orang, seingatku 5 wanita mengelilingiku termasuk dokter. Adikku disana, wanita ke-6. Kutanya suamiku dimana, urus administrasi katanya. Tidak bisa ditunda, dokter melakukan pemecahan ketuban padaku. Prosesnya tak ingin kuceritakan, aku benar-benar berada pada batas toleransi sakit yg luar biasa. Adikku terus menguatkanku, mengigatkanku untuk terus bernapas panjang dan melemaskan otot-ototku. Pecah, rasanya seperti banjir hangat yg keluar dari tubuhku. Aku merasakan aliran derasnya. Kemudian dokter melakukan VT kepadaku kembali, rautnya berubah. Pembukaan 4 katanya dan kepala bayi tidak turun. Kucoba temukan logikanya, apakah balon ketubanmu memberikan pembukaan palsu nak? Pukul 15.00 saat itu, aku sudah sangat kelelahan. Dokter menjelaskan padaku bahwa butuh sekitar 6 jam untuk sampai pada pembukaan lengkap, itupun akan selalu dilakukan VT, ia ingin aku bekerjasama untuk melawan toleransiku mengatasi rasa sakit. Persalinan normal dapat dilakukan jika aku yakin dapat melaluinya atau jika tidak maka aku bebas untuk memilih persalinan caesar Enam jam, tidak ada yg dapat menjamin.. Kupandangi suami dan adikku.. "Aku ingin caesar", ujarku menahan seseguk tangis Adikku terus menyemangatiku untuk melakukan persalinan normal, tak banyak kuhiraukan ia.. Banyak kekhawatiran berkecamuk di benakku saat itu. Kupandangi suamiku, ia menangis. Aku tahu ia berusaha menahan tangisnya, gagal.. Ia memandangku sambil mengelus ubun-ubunku dengan mimik sedihnya. Katanya.. Tidak apa-apa, kita lakukan caesar. Keputusan yg kuambil bukan tanpa sebab, aku khawatir bayiku tidak selamat ketika aku sudah tidak berdaya lagi Persiapan dimulai, bidan dan suster membantu menyiapkanku. Badanku yang di atas kasur didorong masuk ke ruang operasi. Gelombang cintamu tidak berhenti membuatku merintih, bahkan di dalam ruang operasi pun rasanya masih luar biasa. Semua alat menempel di tubuhku, aku bisa mendengar denyut jantungku pada alat itu. Pucat dan sayu, hanya itu yg bisa aku bayangkan pada wajahku
........(Part 3)
0 notes
nadiavtri · 5 years ago
Text
Birth Story of My First Pregnancy (Part 1)
Tidak terlupa rasanya, rintihan malam itu, iya pukul 10 malam merasakan gelombang cinta. Rasanya tidak seperti gelombang-gelombang palsu yg kurasakan pada hari-hari sebelumnya. Malam ini aku akan bertemu anakku, pikirku saat itu. Kuhitung interval waktunya, dari 5 menit sekali hingga 2 menit sekali. Sambil terus kutarik napas panjang, mengingat metode pernapasan yg kupelajari dari Youtube dalam waktu yg singkat. Jika tidak diingatkan mengucapkan kalamullah, mungkin yg terucap dalam rintihan itu hanya "aduuuhh", ya begitu dahsyat rasanya bagiku yg 27 tahun ini tidak pernah tau rasanya akan sedemikian. Pukul 00.00, pendarahan yg kunanti selama 2 minggu akhirnya muncul. Semua bergegas, menyiapkan ini itu untuk membawaku ke bidan. Iya nak, mama ingat malam itu turun hujan, kita tunggu reda dan kamu kasih mama gelombang cinta terus, mama meringis. Di dalam hati, mama sudah menerka-nerka skala pembukaan rahim. Perasaan mama campur aduk, kamu pasti tau, kamu yg paling mendengar ritme jantung mama saat itu. Tengah malam suamiku panjat pagar tempat bersalin untuk memencet bel. Dua wanita muncul untuk membukakan pintu. Aku diboyong ke ruang kontrol. Posisi tubuh dan detak jantungmu diperiksanya. Normal, kondisimu normal.. Aku tenang. Vaginal Touch (VT) pun aku terima.. Jangan tanyakan rasanya padaku yg punya toleransi rendah pada rasa sakit Tak terdeteksi, VT yg aku terima tidak mendeteksi adanya pembukaan rahim. Akupun diminta pulang lagi, katanya tunggu hingga pendarahan yg aku alami lebih banyak dan lebih berlendir. Kami pulang.. Aku, suami, dan dua adikku yg tengah malam bersedia menemani. Pukul 02.00 dini hari, aku masih duduk menahan gelombang yg tak kuasa rasanya ingin mengejan. Semua menyuruhku tidur, mamaku yg paling vokal.. Tidur Nad, nanti kamu kekurangan tenaga untuk melahirkan. Aku ingin tidur, ya setidaknya mataku mengatakan demikian. Tapi gelombang cintamu lebih kuat tarikannya, membuatku tak bisa memejamkan mata meski hanya sebentar. Waktu subuh pun menyingsing, ya aku tidak tidur.. Lebih tepatnya tidak bisa tidur. Semalaman aku duduk merintih, merebahkan badan pun tidak bisa, sulit sekali hingga suamiku kupaksa untuk terus mengelus selingkar pinggangku karena hanya itu yg dapat meredakan keinginanku untuk mengejan Pukul 09.00 pagi, aku sudah lemah dan pucat.. Kupaksa diriku makan dan minum untuk menambah tenaga. Traumatis tengah malam tadi membuatku memutuskan melakukan persalinan di Rumah Sakit. Berangkatlah kami (aku, suami, adik , dan papa) ke RS1. Sengaja langsung menuju UGD, ternyata RS1 sedang penuh, katanya ruang NICU dan inkubator tidak tersedia karena semua terpakai. Kandunganku normal, tapi tidak ada yg tau apa yg akan terjadi, tidak ada yg bisa menjamin berapa persen kemungkinan aku tidak membutuhkan NICU dan inkubator tersebut. Anakku, mama ingin menyediakan yg terbaik Pergilah kami ke RS2, buku kontrol pink mereka periksa. Katanya lebih baik aku ditangani oleh dokter yg biasa memeriksa kehamilanku, berisiko mungkin karena aku sering menanyakan ketersediaan NICU dan inkubator, bukan karena kandunganku bermasalah.. sekali lagi aku hanya ingin mempersiapkan yg terbaik. Rabbi, selama perjalanan antar rumah sakit ini aku menahan nikmatnya gelombang cinta anakku. Diputuskan pergi ke RS3, aku kukuhkan hati bahwa ini harus rumah sakit yg terakhir, aku harus melahirkan disana, aku tidak sanggup lagi jika harus melewati aspal mencari rumah sakit lainnya. Rasanya aku ingin berlari ke ruang UGD. Alhamdulillah, pelabuhan terakhir. Bidan RS melingkarkan sabuk di atas perut buncitku. Entah apa namanya, alat itu terus memperdengarkan denyut jantungmu. Ketenangan menyeruak di hatiku, kamu kuat Iya nak, kamu akan lahir pada pandemi ini.. Aku tidak luput dari pemeriksaan Covid 19 di saat gelombang cintamu tak henti-hentinya aku rasakan. Cek darah dan x-ray paru-paru aku jalani dengan tambahan cek urin karena kakiku bengkak. Aku sempat khawatir jika preeklamsia terjadi padaku. Alhamdulillah semua tes menunjukkan hasil yg normal
......... (Part 2)
0 notes
nadiavtri · 11 years ago
Quote
There is always limitation in every freedom
0 notes
nadiavtri · 12 years ago
Quote
keep moving or being crashed
0 notes