Text
Sajak lama—
Sudah bertahun lama, nama itu tak kunjung pergi
Sejak hari itu juga separuh bahagiaku hilang
Setelah dipaksa untuk rela nyatanya selalu ada cara untuk muncul
Sudah sekian purnama sebagiannya masih tersimpan rapi di relung dada
Sekian lama sudah aku perlahan bangkit untuk melupakan, nyatanya kamu masih melekat di sudut ingatanku
Sekian barisan, bait sudah kutulis tentangnya
Kukira setelah banyak tangis, aku berhenti menulis tentangnya
Nyatanya tragis, momentun bersamanya selalu menemaniku
Benar, cerita kita sudah usai lama tapi ingatan tentangmu masih tertata rapi —
25/05/2024
0 notes
Text
Waktu itu–
Aku masih ingat,
Bagaimana caramu memandangku,
Bagaimana caramu mendiskusikan suatu hal apapu itu padaku,
Bagaimana caramu memerlakukanku,
Bagaimana lakumu terhadapku, aku masih ingat kau lelaki yang selalu membuatku terkesan pada tiap tingkahmu, tuan.
Aku selalu ingat saat kita pergi kau selalu memesankan minuman pop ice cokelat untukku padahal kau tau, aku tidak seberapa suka itu tapi denganmu aku selalu menyukainya, tuan.
Aku ingat waktu itu kau selalu memesan susu putih hangat katamu itu enak, tak lupa setelah semua minuman sudah dimeja kau yang selalu membuka obrolan dulu, tatapan mata sayumu, lekuk senyuman dibibirmu aku mengingat itu,
Bau shampo yang kau pakai, parfum yang kau pakai. Kamu lelaki sederhana dan aku menyukainya.
1 note
·
View note
Text
Denganmu memang indah, tuan. Tetapi, sama saja jika bersama akan saling menyakiti. Melepaskan jalannya.
-Bil
1 note
·
View note
Text
Rupanya memang seperti itu pertemuan "kita", berpapasan tanpa menyapa, mata saling menatap, mulut hanya bisa bungkam. Tapi, semua tau, mata tidak pernah bohong selagi kita saling menatap tanpa sepatah kata.
Rindu tidak harus diutarakan.
–Bil
0 notes
Text
P u l a n g—
Pada pemulangan ini, aku sudah merelakan
Pemulanganku tanpa kamu, pemulangan tanpa adanya rumah yang biasa kuajak diskusi
Pemulangan ini akan menjadi yang terakhir untuk menoleh ke arahmu
Terima kasih padamu, sudah pernah membuatku merasa dicintai
Walaupun, akhirnya kita akan memiliki kisah sendiri-sendiri, aku ingat pesanmu dan ini sama dengan yang kau ucapkan dulu padaku, "denganmu menyenangkan, berbeda rasanya, kamu spesial" sebenarnya aku ingin menyampaikan langsung itu kepadamu tapi, memang sudah tidak bisa rasanya.
–Bil
4 notes
·
View notes
Text
Pergilah dan Terima Kasih
Sudah lama aku tidak bercerita tentangmu lagi disini. Mungkin ini akan menjadi cerita tentangmu yang terakhir atau mungkin...
Sudahlah, aku tidak bisa berjanji mengenai hal itu tapi, akan kuusahakan.
Aku ingin menyelamati diriku untuk semua rasa mengenaimu, aku menang.
Aku menang, setelah sekian lama itu membuatku "sesak" dan saat ini aku sudah dititik memikirkanmu sudah biasa saja. Mari menjadi asing kembali, tuan.
Aku cukup senang mengenalmu dengan waktu yang cukup lama itu, aku tidak pernah menyesal mengenalmu dan aku turut senang dengan apa yang kau pilih saat ini.
Berbahagialah.
Mari berbahagia dengan jalan kita masing-masing.
Selamat menjadi asing, kembali.
–Bil, 2022
1 note
·
View note
Text
Kemarin kau datang lagi menyapaku; aku kalah
Kau robohkan batas dinding yang kubuat selama ini; hancur sudah,
Ku sambut baik dirimu,
Tapi singgahmu sungguh sebentar, tuan
Cukup singkat
Kau tidak memberiku kesempatan untuk menyapamu lebih jauh lagi,
Rinduku belum tuntas; kau seenaknya pergi, memutuskan obrolan
Aku lupa, itu selalu menjadi sifatmu datang seolah tidak ada apa-apa, pergi begitu saja; menambah pikiran baru.
Aku lupa, bahwa aku telah membuat perayaan kehilangan kemarin; tapi sudah tidak berarti lagi saat ini. Nyatanya aku masih merindukan momen-momen bersamamu.
Selamat untukmu, kau menang —
–Bil
7 notes
·
View notes
Text
Sudah. Cukup.
Kemarin aku meyakinkan diri bahwa diriku sudah melupakan semua.
Tidak ada lagi ‘pengulangan’ yang ada hanya ‘pemulangan’.
Tidak ada lagi sapaan ‘hai’ dalam notif dan balasan ‘apa’.
Akan kuabaikan kamu.
0 notes
Text
“Sudah, terima kasih ya! Sampai sini saja”.
Seharusnya, ini yang kukatakan sejak dulu.
0 notes
Text
Hai!
Mungkin bagimu itu mudah, menggantikanku dengan orang “baru”; tapi asal kau tau, sebenarnya tidak masalah untukku jika kau sudah dengan yang lain; silahkan kau menggantikanku dengan yang baru tapi kebiasaanmu itu yang tiba tiba datang menanyakan kabarku, memintaku pergi berdua denganmu, satu lagi terkadang kau mengajakku dengan hobi mendakimu itu.
Kau lupa atau pura pura bodoh bahwa kau sudah memiliki orang baru ?
Bagimu aku apa ?
Selingan disaat kau bosan, tempat pelarianmu disaat ada masalah dengannya ?
Kamu ingin membuatku terus begini ?
Dengan munculnya notif darimu saja sudah membuatku muak. Tapi bodohnya aku tetap meladeni chatmu.
–Bil
3 notes
·
View notes
Text
“Pada suatu sore hari, temanku bertanya, “Apakah kamu masih menyukai dia? Walaupun sudah lama sekali semenjak kalian putus.” Aku hanya bisa tersenyum pahit. Lalu aku membalas dengan bertanya, “Apakah kamu berhenti menyukai sebuah buku setelah kamu selesai membacanya?””
—
Just because it is over, it doesn’t mean you stop loving that person. You still love that person. Even though, you shouldn’t. // A. W.
11 Oktober 2017.
(via surat-pendek)
5K notes
·
View notes
Text
Saat ini
Aku berbohong, jika aku sudah lupa tentangnya. Nyatanya masih ada ruang tersendiri untuknya.
Aku berbohong, kalau saat ini duniaku, seru tanpamu. (Ternyata) tidak.
—Bil,2021
2 notes
·
View notes