Text
LAKI-LAKI DAN KERETA
“Tunggu aku, aku akan kembali padamu tatkala aku sudah siap. Aku menghalalkanmu.”
—
Laki-laki dan kereta, mereka sama. Menanti laki-laki yang berjanji akan datang setelah pernah bersamamu, sama dengan menanti datangnya kereta yang pernah singgah di stasiunmu.
Laki-laki dan kereta, mereka beda. Bedanya, setiap kereta yang datang, punya jadwal, sedangkan laki-laki yang berjanji, dia tak menuliskan jadwalnya padamu, besok, lusa, seminggu, sebulan, setahun, sewindu, suka-suka dia, ia hanya berjanji akan datang, tapi entah kapan.
Laki-laki dan kereta, mereka beda. Kadang kita begitu kesal, jika kereta terlambat dari jadwal seharusnya, walau hanya meleset sedikit dari perkiraan. Tapi, anehnya, kita begitu sabar, menanti laki-laki yang bahkan kita sendiri tidak tahu kapan ia hadir kembali. Kadang kala, kita suka senyum senyum sendiri sambil menanti kehadirannya.
Laki-laki dan kereta, mereka sama. Laki-laki yang sudah berjanji, pasti berusaha menepati janjinya. Kereta juga sama, berusaha menepati jadwal kedatangannya.
Laki-laki dan kereta, mereka beda. Kereta punya komitmen, seberapa jauh jaraknya, rodanya takkan pernah lepas dari relnya, sesekali istirahat, namun terus melaju menuju tujuannya. Laki-laki, tidak seperti kereta. Jalannya begitu bebas, kadang kala dia bertemu banyak persimpangan di perjalanannya. Dia bisa lurus, sesuai dengan janjinya. Atau berbelok, menuju tujuan barunya. Laki-laki, akan mengikuti kata hatinya saat itu pula.
Laki-laki dan kereta, mereka beda. Kereta tak punya hati, atau perasaan. Seberapa bagus pun tempat tujuan lain, kereta takkan berbelok bagaimanapun caranya.
Laki-laki? Dia punya hati, dia punya perasaan. Dia bisa lurus, atau dia bisa berbelok.
—
Jangan berharap pada janji manusia, percayalah pada janji Tuhanmu. Tatkala kita tidak dipertemukan kembali dengan orang yang sudah berjanji pada kita, maka itulah yang terbaik. Namun jika kita dipertemukan kembali dengan orang yang sudah berjanji pada kita, maka itupun yang terbaik.
Sesungguhnya dari setiap kejadian, tidak ada yang sia-sia, karena ada pelajaran yang bisa diambil oleh kita.
LAKI-LAKI DAN KERETA Bandung, 28 Maret 2017
286 notes
·
View notes
Text
Hanya Tulisan
Mas
Bolehkah aku menjadi adikmu? Kan kubantu kau untuk melewati setiap fase kesulitan hidupmu. Kelak, kamu tidak perlu takut berbagi cerita denganku. Sebab aku akan menyiapkan kedua telingah dan perasaanku untuk setia mendengar ceritamu.
Mas.
Bolehkah aku memanggilmu dengan leluasa? Sebanyak kata yang tak sempat kulantunkan dalam bait doa-doa kita. Kau tersenyum setiap kali aku memanggilmu, sebab aku paham betul bahwa kau lebih senang aku memanggilmu dengan panggilan itu bila harus dengan panggilan ‘sayang’.
Aku paham, setiap laki-laki punya caranya sendiri dalam mengungkapkan panggilan sayangnya. Dan aku bahagia, setiap kali kau bahagia.
Ya, sebab aku adalah adikmu. Aku merasakan setiap perasaan yang kau rasa. Jangan tanya mengapa, sebab jauh sebelum kita bersama. Kau lebih tahu alasannya.
Mas.
Jangan lupa sholat tepat waktu di masjid ya. Sebab aku adikmu, dan sudah menjadi kewajibanku mengingatkanmu.
Aku tidak akan mengingatkanmu sudah makan apa belum, sebab perutmu akan berteriak jika sudah waktunya. Tapi untuk sholat tepat waktu di masjid, perut manusia tidak akan pernah berteriak meminta untuk melaksanakannya.
Jangan pernah bosan ya, jangan pernah lagi bertanya kenapa. Terlihat kejam katanya, tapi demikianlah bentuk cinta. Percayalah, aku mencintaimu. Jangan tanya lagi karna apa. Kau pun sudah tahu jawabannya :)
Mas.
Kau bosan ya?
Maaf ya, jika selama menjadi adikmu aku selalu mengulang-ulang perkataanku. Hal itu kulakukan semata karna aku takut setiap kataku ada yang menyakiti hatimu.
Sudah sholatkah, sudah baca Al-Qur'ankah, sudah menelpon/ berbakti pada bapak ibu kah, sudah melakukan kebaikan hari inikah, dan pengulangan kata yang menurut orang itu membosankan.
Jangan pernah bosan, ya mas. Jangan pernah lupa dengan kesepakatan kita. Kita telah bersepakat untuk membersamai, untuk tidak sungkan menasehati, untuk tumbuh dan menua nanti dalam kebaikan sampai surga tentunya.
Mas,
Kita ke surga bersama kan? Itu janji yang kupegang darimu, itu kata-kata yang membuatku luluh dan akhirnya memilihmu.
Mas..
Barangkali itu panggilan sayangku padamu. Aku tidak akan memanggilmu selain pada itu. Tidak dengan sayang, cinta, manis, lelakiku, abang, kakak, ayah ataupun abi.
Bagiku, panggilan ‘mas’ itu manis. Sudah mewakili semuanya. Hormat, santun, cinta, sayang, dan baktiku nantinya. Jika, takdir-Nya menyatukan kita.
Mas.
Aku malu (emoticon malu). Aku malu, sebab sampai detik menuliskan ini aku tidak tahu kamu itu seperti apa. Ya semoga, kamu adalah apa yang aku semogakan, bapak ibu harapkan.
Mas, aku menuliskan ini di penghujung Ramadhan 1439 H. Ini bagian salah satu doa-doa kebaikan. Bukan hanya doaku saja untukmu, tapi ada pula doa bapak ibu, saudara kandung, ipar, sepupu, dan teman-temanku untuk kebersamaan kita.
Aku tidak tahu, ingin menuliskan apa di jurnal Ramadhan menulis kali ini. Yang aku tahu hanya satu mas, memohonkan.
Memohonkan agar Dia mengampuni dan merahmati kita di bulan ini. Sebab celakalah kita, jika kita keluar di bulan Ramadhan namun rahmat dan ampunan Allah tidak kita dapatkan.
Mas, sebentar lagi ramadhan pergi. Sedih? Jelas. Dan ku rasa kita sedang merasakan perasaan yang sama saat ini, kehilangan.
Mas.
Jika kelak kamu membaca tulisan ini. Kamu jangan malu ya, berbahagialah. Sebab ada wanita yang begitu tulus mengabadikanmu dalam tulisannya. Dan itu, aku, adikmu.
Tertanda adikmu.
Wanita cantik yang kamu cintai karna-Nya..
Penghujung Ramadhan 1439 H ||
455 notes
·
View notes
Text
Wanita, Pahamilah Ini
Sebuah Ringkasan dari Salim A Fillah
Pertama Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya. Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No! Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
Ketiga Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Keempat Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
Kelima Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Keenam Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
Ketujuh Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
Kedelapan Seperti apa bentuk ikhtiar wanita? 1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan. 2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif. 3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat.Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.
Kesembilan Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu? Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
Kesepuluh Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
“Tanyakan pada hatimu: Mana di antara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga.”
Salim A. Fillah
932 notes
·
View notes
Quote
Ada dua tipe pria di muka bumi ini. Ada laki-laki yang menangis karena meminta ampunan pada Tuhannya, ada laki-laki yang menangis karena minta balikan pada mantannya.
Kamu yang mana? (via choqi-isyraqi)
176 notes
·
View notes
Quote
Pria tidak akan mengatakan “kita jalani saja”, jika memang dia yakin akan wanita yang menjadi pilihannya.
(via mangatapurnama)
196 notes
·
View notes
Quote
Laki-laki yang terbiasa menyakiti hati perempuan. Saya yakin mereka tidak pernah memikirkan masa depan. Ya, masa depan dimana ketika dia memiliki anak perempuan. Tentu Ia tidak ingin anak perempuannya disakiti oleh pria lain.
(via wanitayangselalutersenyummanis)
210 notes
·
View notes
Quote
Ketika ayahmu bertanya kepadamu: “Nak, kapan kamu akan menikah?” “Nak, kapan kamu akan bawa pasanganmu kemari?” “Nak, siapakah calon suamimu?” Percayalah, ia bukan ingin sesegera mungkin mengusirmu dari rumahnya. Ia bukan sedang ingin mengejarmu untuk menemukan seorang pria. Itu hanyalah sebagian besar dari ketakutan-ketakutannya. Bagaimana jika nanti ia pergi, sedangkan kamu belum menemukan sosok penggantinya untuk menjagamu? Bagaimana jika nanti ia tak bisa melihatmu berdiri tersenyum di tengah hari bahagiamu? Bagaimana jika ia tak bisa menggendong cucu mungilnya yang lahir dari rahimmu? Bagaimana jika waktunya telah habis sedangkan ia belum bisa memastikan bahwa kamu sudah benar-benar bahagia? Jika saja ia dapat meminta Tuhan agar dihidupkan selamanya, mungkin ia tak rela melepaskanmu untuk orang lain. Ia takut hatimu akan tersakiti, ia takut melihat air matamu menetes karena seorang pria selain ia. Ia yang menjagamu sedari kecil, ia yang selalu memastikan bahwa kamu bahagia. Tak peduli harus seberapa keras ia berusaha, tak peduli harus selelah apa ia bekerja, senyummu adalah sesuatu yang paling berharga yang tak mampu ditukar oleh apapun di dunia. Kekhawatirannya bukanlah tanpa alasan. Ia akan semakin tua, raganya tak akan sekuat ketika masih muda, sedangkan kau akan semakin bertambah dewasa. Untuk itu ia hanya ingin kau menemukan seorang pria yang sanggup menjaga, siap mengantarmu ke mana saja, yang mencintaimu apa adanya. Karena untuk melakukan itu, suatu saat ia tak lagi bisa.
Wahai wanita, Ayah adalah sebaik-baiknya penjaga, sebaik-baiknya pencinta, yang diberikan Tuhan untuk kita. (via sepatahaksara)
267 notes
·
View notes
Text
Siapa Bilang Menikahi Wanita Berarti Menafkahi 2 Nyawa?
Seringkali pihak pria beralasan menunda keinginan untuk menikah karena belum siap secara materi untuk menafkahi istrinya kelak. Sorry, siapa bilang yang menikah harus menafkahi dua nyawa?
Ada kutipan bagus dari Ust. Adriano Rusfi:
“Lagipula, siapa bilang saya harus menafkahi dua nyawa? Saya berani memutuskan menikah karena saya telah mampu menghidupi diri sendiri. Sedangkan sang istri? Dia akan saya nikahi dengan membawa rizkinya sendiri, yang dulu Allah titipkan ke rekening walinya. Percayalah, saat ijab-qabul terjadi, rizki itu akan berpindah ke rekening saya, walinya yang baru. Rizki istri plus tanggung jawab suami adalah kombinasi yang luar biasa cantik untuk menaklukkan hidup ini. Untuk menaklukkan hidup, urusan saya hanya tanggung jawab, ikhtiar total, dan do'a. Sedangkan rizki, itu seluruhnya urusan Allah!”
19 notes
·
View notes
Text
Men are from Mars, Women are from Venus
“Sometime we forget that men and women are supposed to be different.”
Pria dan wanita diciptakan berbeda tapi untuk saling melengkapi. Fakta yang ada menjelaskan bahwa laki-laki lebih menggunakan logika ketika melakukan segala sesuatu, sebaliknya, wanita cenderung mengandalkan perasaannya. Keduanya tidak ada yang salah dan benar, tergantung digunakan pada situasi dan kondisi yang seperti apa. Bahkan bisa menjadi perpaduan sempurna jika dikolaborasikan dengan baik. Sayangnya, tak jarang perbedaan yang ada bukannya jadi saling melengkapi, tapi malah jadi saling menyalahkan dan jadi faktor pemicu konflik. Kenapa? Karena kita sering lupa bahwa kodrat yang dimiliki pria dan wanita memang berbeda.
39 notes
·
View notes
Text
seryus
“Love is about finding courage inside of you that you didn’t even know was there”
Waktu puber dulu, anggota keluarga yang senior sering mewanti-wanti kami yang remaja dengan larangan pacaran. Kalimat yang diulang, begitu khas sampai redaksinya masih menempel di ingatan. Bunyinya, “Jangan pacaran kalau enggak mau dikawinkan!”. Kami yang waktu itu masih maraton film kartun di ahad pagi dibuat bergidik dengan ancaman “dikawinkan” yang terdengar mengerikan.
Sebetulnya, nilai yang diperkenalkan lewat larangan pacaran mengandung prinsip yang mendasar, jangan main-main kalau belum bisa serius. Sementara anak-anak ingusan tadi tumbuh jadi muda-mudi yang mulai mengenal ketertarikan terhadap lawan jenis, watak main-main mereka masih terbawa sebagai bekal karakter untuk menghadapi banyak hal baru. “Why so serious? Pacaran kan enggak mesti nikah” pikirnya. Akhirnya pantangan pun terlanggar karena rasa penasaran untuk coba-coba mengalahkan kengerian terhadap larangan tadi.
Dimulailah masa dimana muda-mudi (termasuk saya waktu itu) menggelorakan cinta monyet. Masa dimana semua upaya dikerahkan supaya gelora asmara yang tengah bernyala makin kuat kobarannya. Duile. Tapi ya seindah-indahnya cinta monyet, banyak yang berakhir percuma karena sifat hubungan yang dijalin masih coba-coba dan penuh asas “siapa-tau”. Siapa tau awet, siapa tau cocok, siapa tau memang jodohnya - tanpa ada kesiapan apapun.
Jadi, harusnya enggak perlu senewen kalau mereka yang udah nikah memandang drama romantika cinta monyet yang begitu menyita pikiran, tenaga, uang dan waktu dengan sebelah mata. Enggak heran juga sebetulnya kalau dulu nasihat, “Jangan pacaran kalau enggak mau dikawinkan!” umumnya diucapkan oleh orang yang udah menikah karena mereka telah mengalami sendiri perbandingan antara berpacaran dengan berumahtangga yang bagaikan langit dan bumi.
Misal waktu seorang laki-laki menyatakan perasaan pada perempuan yang ingin dipacari dengan pertanyaan, “Kamu mau enggak jadi pacarku?”, maka pria yang ingin menikah menindaklanjuti keberaniannya kepada bapak dari perempuan idamannya dengan pertanyaan, “Permisi, pak. Apa sudah ada laki-laki yang melamar anak bapak sebelumnya?”.
Atau saat laki-laki yang ingin berpacaran mengemukakan perasaan, penyampaiannya dilakukan di hadapan pujaannya semata. Lain halnya dengan pria yang ingin berumahtangga, pengucapan ikrarnya harus dilakukan di hadapan orang tua, keluarga juga petugas KUA agar hubungannya bisa disahkan secara hukum. Di saat hakikat dari kasih sayang adalah menemukan keberanian, maka harusnya muda-mudi di luar sana menyalurkan keberanian yang ditemukan pada sebaik-baik muara hubungan.
Wejangan, “Jangan pacaran kalau enggak mau dikawinkan!” belasan taun lalu punya hikmah yang mendalam buat saya setelah berkeluarga. Ternyata, laki-laki dianggap serius menyayangi seorang perempuan dengan menikahinya dan bertanggung jawab dengan dunia-akhiratnya. Kalau ada yang mengaku sayang tapi enggak berani menikahi, jelas dia main-main. Sampai kapanpun, kata “pacaran” enggak pernah cocok disandingkan dengan kata “serius”. Lagipula, siapa yang mau disayangi dengan main-main?
Kalau ingin berkasihsayang secara utuh, dewasalah dan menikahlah. Romansa layar lebar paling indah sekalipun akan terasa picisan saat kita menjalani kisah rumahtangga sendiri yang tingkat keseruannya lebih menakjubkan.
Kalau bayangan suami atau istri teladan mutlak bersumber dari pengalaman pacaran, semua orang tua akan mewajibkan anak-anaknya untuk berpacaran sebelum menikah. Nyatanya, mereka yang enggak pernah pacaran sekalipun dan memilih untuk menjaga debar perasaannya sampai akhirnya menikah, juga bisa menjadi suami dan istri teladan karena enggak ada kaitan yang berarti antara pacaran dengan berumahtangga.
Hal sederhana ini penting untuk disampaikan seiring terus mewabahnya pemahaman yang salah tentang hakikat hubungan pra-menikah di kalangan anak muda. Dengan gambaran yang sama, di masa depan nanti, saya akan berbicara kepada anak-anak saya, “Waktu muda dulu, Ayah pernah nyoba pacaran dan nyeselnya luar biasa sampai Ayah enggak rela kamu ngulangin kesalahan yang sama. Jangan rugiin orang lain. Jangan main-main dengan perasaan sebelum kamu berani untuk serius. Hidupi hidupmu dan hidupkan mimpimu sebaik-baiknya selagi muda. Pengalaman pacaran enggak akan masuk CV, juga enggak akan layak disebut pencapaian apalagi dibanggakan”
608 notes
·
View notes
Text
Khadijah atau Aisyah?
17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua.
18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu
Yang mana? Khadijah atau Aisyah?
ada yg memilih Khadijah. Jadi yg memilih Khadijah, Seperti apa, Khadijah itu?
Lembut, Penyayang, Keibuan, Pegertian, Penuh dukungan, rela mengorbankan harta jiwa untuk menyokong perjuangan suami, terpercaya mengurus rumah ketika ditinggal suami pergi. LUAR BIASA.
“Mau yg begitu? mau ya??” - tanya ustadz salim
“Baik. saya doakan antum benar2 mendapatkan yg seperti Khadijah. YANG LEBIH TUA PUN TIDAK MASALAH :D” “ya Kalau minta sesuatu itu kan yg lengkap ya?!” tambahnya.
Atau mau seperti Aisyah?
Cantik, Cerdas, Pinter, Lincah, Imut2, Sporty..
Oiya, sporty, kenapa?
Cerita sama Khadijah, gak ada ceritanya Rasulullah lomba lari sama Khadijah, gak ada. Adanya lomba lari sama Aisyah. Pergi ke fitnes bareng gak ada itu ceritanya sama Khadijah, adanya sama Aisyah. Pergi nonton, gak ada ceritanya sama Khadijah, adanya sama Aisyah. Nonton tari tombak di masjid. Saling bersandaran menempelkan pipi sama pipi. berdua. (Jangan itu yg dibayangkan!!!)
Mau yg seperti Aisyah?
Saya do'akan. (Kok jd gak mau? “pasti belakang ada tapinya ini..”)
Iya. Siapkah dengan sifat pecemburunya Aisyah.
Banting piring di depan tamu. Oiya, bagaimana suatu ketika Rasulullah sedang menjamu tamuya dengan piring2, kemudian tamu itu baru makan, baru mengambil makanan di atas piring itu, tiba-tiba Aisyah datang, mengambil piring itu dibating di depan tamunya, “PRAKKKK….”
Siap-siap piring plastik kalau begitu.
Kenapa? Tapi antum bayangkan Rasulullah, ada orang sedang menerima tamu, datang istrinya membanting piring di depan tamu, biasanya ingin menyelamatkanharga dirinya sendiri dengan caranya memarahi istri. iya kan?Tapi Rasulullah apa yg dikatakan? Senyuuum aja sambil mengatakan “Maaf ya, ibu kalian sedang cemburu”.
CUMA BEGITU.
biasanya gak ada rumah tangga ikhwah yg istrinya mengatakan ke suaminya ,“Kamu itu cuma ngaku-ngaku ….(titik2) )
Tapi Aisyah, sampai membuat para ahli hadits bingung, karena ada di riwayat rumah tangga Rasulullah itu Aisyah pernah berkata kepada Nabi,
“Kamu itu cuma ngaku-ngaku Nabi!”
itu kan ulama bingung. Ini maksudnya bagaimana? Orang istri sendiri kok meragukan keNabi-an suami. Mana mungkin Aisyah meragukan kenabian Muhammad saw, suaminya. Maka untungnya dijelaskan oleh pakar psikologi kalau “Bahwa itu kalimat yg diringkas”. Jadi orang itu kalau marah kalimat aslinya bukan begitu. Kalimat Aisyah bunyinya adalah “Aku tau kamu Nabi, tapi kenapa hari ini aku tidak merasakan kasih sayang, cinta, keadilanmu, dan semua perilaku kebaikanmu yang mencerminkan bahwa kau Nabi. Knapa hari ini aku tidak merasakan itu?”
Nah, itu kalimat kalau buat marah kan kepanjangan.
Loh, kita ini kan cenderung suka meringkas ya. memang di dunia wanita kecenderungannya ada yg membuat kalimat tidak langsung yg diringkas. itu kadang2 berbahaya. kalau suaminya tidak faham. Tapi tenang saja Nabi waktu itu mengatakan, “maafkan aku.”
Nah, siap dengan Aisyah yg seperti itu? Saya doakan.
Nah, artinya apa teman-teman? saya ingin mengambil ibroh,
Nabi saja yg sempurna, laki-laki paling baik, mendapatkan istri yg juga tidak sempurna. Maka yg kita cari bukan yg sempurna, tp yg TEPAT.
Dan tepat itu tdk harus sama. “saya itu beda jauh sama dia. karakternya gak mungkin cocok kayaknya.”
Siapa yg bilang? Rumus kecocokan itu macam2. Ada rumus kecocokan itu kesamaan, memang ada. Ada yg kemudian disebut sebagai keseimbangan. Panas yg sangat tinggi ketemu dgn kebekuan yg sangat menggigilkan, jadinya kehangatan. itu namanya keseimbagan. Jadi anda jangan heran kalau ada “Ih..itu karakternya bumi dan langit lho. kok bisa ya nikah?” gitu. BISA SAJA.
atau ada juga yg beda, bukan beda berlawanan tp yg satu seperti hujan yg turun, yg satu seperti tanah yg subur. maka tumbuhlah buah2an. Itu kegenapan.
Bukalah ruang seluas-luasnya. Jadi jika anda jatuh cinta hari ini, jangan jatuh cinta pada satu orang tapi pada yg banyak sekalian.. :D
Jangan bilang “Aku tidak mungkin jatuh cinta pd org yg demikian!”
Kalau anda memang harus jatuh cinta, saya sendiri menyarankan anda untuk bangun. Tapi jika harus mengalami proses jatuh dulu, jatuhnya yg banyak sekalian..
jd ada yg tanya, “istikharah itu jawabannya pedomannya apa?”
saya juga tidak tau. “Apa mesti mimpi?”
Jadi kata Imam Syafi'i: selisihilah hawa nafsu.
Maksudnya apa?
Kalau memilih setelah istikharah, selisihilah hawa nafsu. Kalau ada biguung saking bingungnya selisihilah hawa nafsu.
disadur dari kajian pranikah ustad Salim A Fillah
458 notes
·
View notes
Text
Assalamu'alaikum wr wb.
*100 Perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an untuk kehidupan manusia sehari-hari:*
1. Jangan berkata kasar (QS 3 – Ali Imran : 159)
2. Tahanlah amarah (QS 3 – Ali Imran : 134)
3. Berbaiklah kepada orang lain (QS 4 – An Nisaa’ : 36)
4. Jangan sombong dan arogan (QS 7 – Al A’raaf : 13)
5. Maafkanlah kesalahan orang lain (QS 7 – Al A’raaf : 199)
6. Berbicaralah dengan nada halus (QS 20 – Thaahaa : 44)
7. Rendahkanlah suaramu (QS 31 - Luqman : 19)
8. Jangan mengejek orang lain (QS 49 – Al Hujuraat : 11)
9. Berbaktilah pada orang tua (QS 17 – Al Israa’ : 23)
10. Jangan mengeluarkan kata yang tidak menghormati orang tua (QS 17 – Al Israa’ : 23)
11. Jangan memasuki kamar pribadi orang tua tanpa ijin (QS 24 – An Nuur : 58)
12. Catatlah hutang-hutangmu (QS 2 – Al Baqarah : 282)
13. Jangan mengikuti orang secara membabi buta (QS 2 – Al Baqarah : 170)
14. Berikanlah perpanjangan waktu bila orang yang berhutang kepadamu dalam kesulitan (QS 2 – Al Baqarah : 280)
15. Jangan makan riba’/membungakan uang (QS 2 – Al Baqarah : l
16. Jangan melakukan penyuapan (QS 2 – Al Baqarah : 188)
17. Jangan ingkar atau melanggar janji (QS 2 – Al Baqarah : 177)
18. Jagalah kepercayaan orang lain kepadamu (QS 2 – Al Baqarah : 283)
19. Jangan campur adukan kebenaran dengan kebohongan (QS 2 – Al Baqarah : 42)
20. Berlakulah adil terhadap semua orang (QS 4 – An Nisaa’ : 58)
21. Tegakkanlah keadilan dengan tegas (QS 4 – An Nisaa’ : 135)
22. Harta yang meninggal harus dibagikan kepada anggota keluarga (QS 4 – An Nisaa’ : 7)
23. Wanita memiliki hak waris (QS 4 – An Nisaa’ : 7)
24. Jangan memakan harta para anak yatim (QS 4 – An Nisaa’ : 10)
25. Lindungi anak yatim (QS 2 – Al Baqarah : 220)
26. Jangan memboroskan harta dengan semena-mena (QS 4 – An Nisaa’ : 29)
27. Damaikanlah orang yang berselisih (QS 49 – Al Hujuraat : 9)
28. Hindari prasangka buruk (QS 49 – Al Hujuraat : 12)
29. Jangan memata-matai atau memfitnah orang (QS 2 – Al Baqarah : 283)
30. Jangan memata-matai atau memfitnah orang (QS 49 – Al Hujuraat : 12)
31. Gunakan harta untuk kegiatan sosial (QS 57 – Al Hadid : 7)
32. Biasakan memberi makan orang miskin (QS 107 – Al Maa’uun : 3)
33. Bantulah orang fakir yang berada di jalan Allah (QS 2 – Al Baqarah : 273)
34. Jangan menghabiskan uang untuk bermegah-megah (QS 17 – Al Israa’ : 29)
35. Jangan menyebut-nyebut tentang sedekahmu (QS 2 – Al Baqarah : 264)
36. Hormatilah tamu anda (QS 51 – Adz Dzaariyaat : 26)
37. Perintahkan kebajikan setelah kita melakukannya sendiri (QS 2 – Al Baqarah : 44)
38. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi (QS 2 – Al Baqarah : 60)
39. Jangan menghalangi orang datang ke masjid (QS 2 – Al Baqarah : 114)
40. Perangilah mereka yang memerangi mu (QS 2 – Al Baqarah : 190)
41. Jagalah etika perang (QS 2 – Al Baqarah : 191)
42. Jangan lari dari peperangan (QS 8 – Al Anfaal : 15)
43. Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam) (QS 2 – Al Baqarah : 256)
44. Berimanlah kepada para Nabi (QS 2 – Al Baqarah : 285)
45. Jangan melakukan hubungan badan saat haid (QS 2 – Al Baqarah : 222)
46. Susuilah anak-anakmu selama dua tahun penuh (QS 2 – Al Baqarah : 233)
47. Jauhilah hubungan badan diluar nikah (QS 17 – Al Israa’ : 32)
48. Choose rulers by their merit Pilihlah pemimpin berdasarkan ilmu dan jasanya (QS 2 – Al Baqarah : 247)
49. Jangan membebani orang di luar kesanggupannya (QS 2 – Al Baqarah : 286)
50. Jangan mau dipecah belah (QS 3 – Ali Imran : 103)
51. Renungkanlah keajaiban dan penciptaan alam semesta ini (QS 3 – Ali Imran 3 :191)
52. Lelaki maupun wanita mendapat imbalan yang sama sesuai perbuatannya (QS 3 – Ali Imran : 195)
53. Jangan menikahi mereka yang sedarah denganmu (QS 4 – An Nisaa’ : 23)
54. Keluarga harus di-imami oleh seorang laki-laki (QS 4 – An Nisaa’ : 34)
55. Jangan pelit (QS 4 – An Nisaa’ : 37)
56. Jangan iri hati (QS 4 – An Nisaa’ : 54)
57. Jangan saling membunuh (QS 4 – An Nisaa’ : 92)
58. Jangan membela ketidak jujuran atau kebohongan (QS 4 – An Nisaa’ : 105)
59. Jangan bekerja-sama dalam dosa dan kekerasan (QS 5 – Al Maa-idah : 2)
60. Bekerja samalah dalam kebenaran (QS 5 – Al Maa-idah : 2)
61. Mayoritas bukanlah merupakan kriteria kebenaran (QS 6 – Al An’aam : 116)
62. Berlaku adil (QS 5 – Al Maa-idah:8)
63. Berikan hukuman untuk setiap kejahatan (QS 5 – Al Maa-idah : 38) 64. Berjuanglah melawan perbuatan dosa dan melanggar hukum (QS 5 – Al Maa-idah : 63)
65. Dilarang memakan binatang mati, darah dan daging babi (QS 5 – Al Maa-idah : 3)
66. Hindari minum racun dan alkohol (QS 5 – Al Maa-idah : 90)
67. Jangan berjudi (QS 5 – Al Maa-idah : 90)
68. Jangan menghina keyakinan atau agama orang lain (QS 6 – Al An’aam : 108)
69. Jangan mengurangi timbangan untuk menipu (QS 6 – Al An’aam : 152)
70. Makan dan minumlah secukupnya (QS 7 – Al A’raaf : 31)
71. Kenakanlah pakaian yang bagus saat shalat (QS 7 – Al A’raaf : 31)
72. Lindungi dan bantulah mereka yang meminta perlindungan (QS 9 – At Taubah:6)
73. Jagalah kemurnian (QS 9 – At Taubah : 108)
74. Jangan pernah putus asa akan pertolongan Allah (QS 12 – Yusuf : 87)
75. Allah mengampuni orang yang berbuat dosa karena ketidak-tahuan (QS 16 – An Nahl : 119)
76. Berseru kepada jalan Allah dengan cara yang baik dan bijaksana (QS 16 – An Nahl : 125)
77. Tidak ada seorangpun yang menanggung dosa orang lain (QS 17 – Al Israa’ : 15)
78. Jangan membunuh anak-anakmu karena takut akan kemiskinan (QS 17 – Al Israa’ : 31)
79. Jangan mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki pengtahuan tentangnya (QS 17 – Al Israa’ : 36)
80. Jauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat (QS 23 – Al Mu’minuun : 3)
81. Jangan memasuki rumah orang lain tanpa ijin pemilik rumah (QS 24 – An Nuur : 27)
82. Allah menjamin imbalan kebaikan hanya kepada mereka yang percaya kepada Allah (QS 24 – An Nuur : 55)
83. Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati (QS 25 – Al Furqaan : 63)
84. Jangan melupakan kenikmatan dunia yang telah Allah berikan (QS 28 – Al Qashash : 77)
85. Jangan menyembah Tuhan selain Allah (QS 28 – Al Qashash:88)
86. Jangan terlibat dalam homosexualitas (QS 29 – Al ‘Ankabuut : 29)
87. Berbuat baik dan cegahlah perbuatan munkar (QS31 Luqman17)
88. Janganlah berjalan di muka bumi dgn sombong (QS31:Luqman: 18)
89. Wanita dilarang memamerkan diri (QS 33 – Al Ahzab : 33)
90. Allah mengampuni semua dosa-dosa kita (QS 39 – Az Zumar : 53)
91. Jangan berputus asa akan ampunan Allah (QS 39 – Az Zumar : 53)
92. Balaslah kejahatan dengan kebaikan (QS 41 – Fushshilat : 34)
93. Selesaikan pesoalan dengan bermusyawarah (QS 42 – Asy Syuura : 38)
94. Orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa (QS 49 – Al Hujuraat : 13)
95. Tidak ada dikenal biara dalam agama (Islam) (QS 57 – Al Hadid : 27)
96. Allah akan meninggikan derajat mereka yang berilmu (QS 58 – Al Mujaadilah : 11)
97. Perlakukan non-Muslim dengan baik dan adil (QS 60 - Al Mumtahanah : 8)
98. Hindari diri dari kekikiran (QS 64 – At Taghaabun : 16)
99. Mohon ampunan kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 73 – Al Muzzammil : 20)
100. Jangan menghardik orang yang meminta-minta (QS 93 – Adh Dhuhaa : 10)
Shadaqallahul adzim, Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya 🙏🙏🙏
437 notes
·
View notes
Text
Buat Apa Repot Banget Belajar Sekarang? Kayak Mau Nikah Besok Aja~
Hallo, generasi millenials! Apa kabar quarter life crisis? Semoga tidak menggalaukanmu sedemikian rupa, ya! Eh hmm, memangnya apa sih yang sering jadi sumber kegalauan anak muda zaman now? Apa lagi kalau bukan tentang masa depan? Tentu saja! Salah satunya adalah tentang pasangan hidup: siapa orangnya, bagaimana pertemuannya, kapan menikahnya, dan seterusnya. Tanpa disadari, kegalauan tentang masalah yang (di)besar(-besarkan) ini seringkali mengambil energi yang sangaaaaat besar. Padahal,
jauh dari pada kegalauan-kegalauan receh itu, ada lebih banyak hal yang lebih penting untuk digalaukan, seperti misalnya, “Apakah benar sudah siap menikah? Sudah siap menjadi pasangan? Sudah siap diamanahi Allah keturunan? Sudah siap menjadi orangtua?”
Sayang sekali, kebanyakan yang terjadi seolah seperti orang yang belajar berenang setelah langsung tenggelam ke air dan belajar setelah ujiannya memang ada, padahal semuanya akan lebih baik jika persiapan dan belajar dilakukan sebelum ujian. Begitupun dengan pernikahan dan pengasuhan, dimana kelak perempuan akan menjadi madrasah pertama sedangkan para lelaki akan menjadi kepala sekolahnya. Maka, laki-laki dan perempuan sama-sama perlu memahami persiapan pernikahan dan pengasuhan.
Mampu Menikah Bukan Sekadar Tentang Materi dan Finansial
Kepada para pemuda, Rasulullah berpesan untuk menikah jika memang telah mampu menikah. Tahukah kamu? Yang dimaksud dengan mampu dalam konteks ini bukanlah tentang kemampuan untuk bisa membayar kontrakan, cicilan kendaraan, atau biaya walimah besar-besaran. Bukan itu. Tapi, mampu disini juga berarti kesiapan mengasuh karena pernikahan berarti sebuah gerbang dimana nanti akan ada keturunan-keturunan yang dihasilkan.
Sebuah ayat pengingat dari Allah dalam Al-Qur’an pun telah membahas mengenai pentingnya kesiapan mengasuh ini untuk dipersiapkan, yaitu
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” - Q.S An-Nisa : 9
Nah tuh, hendaklah takut kepada Allah kalau meninggalkan keturunan yang lemah. Memangnya, lemah disini konteksnya apa, sih? Apakah tentang harta yang kurang cukup? Apakah tentang fisiknya yang sering sakit? Bukan, lemah disini adalah lemah dalam menghadapi tantangan zamannya.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Di ayat tersebut kita juga diperintahkan untuk berkata benar, yang ternyata tidak hanya mencakup perkataan, tapi juga perbuatan dan keputusan yang dibuat untuk anak, yang ketiganya haruslah benar. Ini berperan dalam praktik-praktik sederhana. Bagaimana kita bisa mengatakan apa yang benar kepada anak-anak kita sementara kita tidak mengetahui yang benar itu apa?
Mempelajari Ilmu Pra-Nikah Ternyata Belum Tentu Mempelajari Kesiapan Mengasuh
Pernikahan adalah tentang ibadah seumur hidup yang menghabiskan lebih dari setengah usia kita. Pasca menikah, tugas yang paling identik untuk diemban oleh sepasang suami isteri adalah mengasuh anak. Tapi, hal ini seringkali menjadi luput untuk menjadi perhatian anak-anak muda, seolah menikah selesai dengan urusan antarpasangan saja. Ini bukan sekedar asumsi atau cerita, karena data dari statistik pendaftar Parents Prouductive menggambarkan
62% anak muda mempelajari pra nikah, tapi ternyata, jumlah yang belajar dan mempersiapkan pengasuhan jauh lebih sedikit daripada itu, yaitu 21,6% saja.
Kesiapan mengasuh anak-anak muda zaman now ternyata rendah, hal ini didukung juga oleh fakta bahwa pengasuhan ini tidak ada sekolahnya. Tidak ada sekolah menjadi ibu atau ayah, padahal untuk profesi-profesi lain ada sekolahnya, bahkan untuk menjahit pun ada kursusnya. Nah, dengan akses belajar dan akses informasi yang saat ini meluas, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa membenarkan kita untuk menunda-nunda belajar dan mempersiapkan diri.
Belajar bisa dari mana saja, tapi masalahnya, apakah kita mau melakukannya dengan menginvestasikan waktu, tenaga, dan mungkin juga uang kita?
Silahkan ditanyakan kepada masing-masing hati :”)
Memangnya, Apa yang Membuat Kita Perlu Memiliki Kesiapan Mengasuh Sejak Dini? Engga Nanti Aja Kalau Sudah Dekat ke Akad atau Kalau (Istri) Sedang Hamil?
Pertama, karena kita tentu ingin nurut kepada Allah dan menhindarkan diri dari meninggalkan keturunan yang lemah seperti yang telah dibahas dalam Q.S An-Nisa ayat 9 tadi. Berkaitan dengan hal ini, dalam sebuah kesempatan, Ibu Elly Risman pernah menyampaikan,
“Kalau sama Allah aja kamu engga takut, terus kamu mau takut sama siapa?”
Kedua, karena kita kelak akan menga/suh generasi dengan tantangan zaman yang berbeda. Sebagai generasi Y (lahir di rentang tahun antara 1980 – 1994), disadari atau tidak, kita seolah dipaksakan orangtuanya untuk sekolah setinggi-tingginya dan mendapatkan pekerjaan yang bagus, akibatnya generasi Y dapat unggul secara akademik tapi tidak siap menjadi suami/isteri dan orangtua. Padahal, generasi Y ini mengemban amanah yang sangat besar di transisi generasi karena berada di masa peralihan antara 2 generasi yang sangat berbeda. Amanah apakah itu? Amanah mengasuh digital native, yaitu anak-anak yang sudah terpapar teknologi sejak lahir, bahkan sejak di dalam kandungan.
Persepsi masyarakat dalam mengasuh adalah learning by doing. Bahayanya, hal ini justru dekatnya dengan trial and error. Padahal, pengasuhan tidak bisa diulangi lagi dan akan ada banyak penyesalan yang terjadi setelahnya jika gagal. Kalau begitu, apa yang akan terjadi jika kita sebagai generasi Y ini mengasuh anak tanpa persiapan?
Kemungkinan paling mungkin adalah kita akan mengobservasi cara pengasuhan orangtua kita dulu dan dia menggunakannya lagi untuk mengasuh anak-anak kita, padahal zaman sudah berbeda.
Tidak hanya itu, parenting is all about wiring, bahaya kan kalau ada rantai pengasuhan yang salah yang kemudian kita tularkan lagi pada anak-anak kita?
Ketiga, kesalahan pengasuhan akan berakibat pada kondisi BLAST pada anak-anak, yaitu bored-lonely-afraid/angry-stress-tired, sehingga mereka akan rentan terhadap bullying, peer pressure, konten dan value yang tidak baik, sasaran empuk pebisnis pornografi, dan budaya hidup tidak sehat.
Ada sebanyak 87 juta anak Indonesia (yang saat ini berusia 0-19 tahun) yang akan mengisi posisi pemimpin negeri ini di tahun 2045 (di usia emas sebuah negara). Siapakah mereka? Mereka adalah anak-anak kita, yang dilahirkan dari generasi kita. Bayangkan bagaimana jika mereka BLAST? Padahal, generasi yang kelak memimpin negeri ini di 2045 haruslah menjadi generasi yang BEST (Behave-Empathy-Smart-Tough), yaitu yang berbudi pekerti baik, memiliki rasa kasih sayang, punya kecerdasan emosional, cerdas, dan tangguh sejak dari rumah karena di luar banyak sekali tantangan yang dihadapi.
Kalau Begitu, Apa yang Bisa Kita Lakukan Sekarang?
Pertama, kenali diri sendiri, pahami bahwa setiap orang terlahir unik, berdamailah dengan masa lalu dan terimalah bahwa seluruh kejadian di masa lalu itu adalah bagian dari diri kita, terima kekurangan dan kelebihan, jadilah diri sendiri.
Seseorang yang tidak kenal dirinya sendiri cenderung akan mencari-cari pasangan yang sempurna untuk menutupi kekurangan dirinya. Padahal, seperti yang dikatakan ustadz Salim A Fillah, jangan menikah dengan ekspektasi, tapi menikahlah dengan obsesi, yaitu tidak mencari pasangan yang sempurna tapi kita bertekad kuat untuk menjadikan dan mendidik pasangan kita sempurna di mata Allah. Maka, carilah yang di kepalanya ada ilmu, di hatinya ada takwa, dan di tangan ada kebaikan yang kelak akan kalian lakukan berdua.
Kedua, sadari bahwa kita kelak akan menjadi orangtua. Ketiga, pilihlah calon yang terbaik, karena hak pertama anak adalah dipilihkan ayah/ibu yang terbaik untuk kita (ikhtiar untuk menjadi suami/istri terbaik). Keempat, rumuskan tujuan pengasuhan, yaitu tentang mau jadi apa anak kita, bagaimana akan mengasuhnya, keluarga kita mau jadi apa, pasangan kita mau jadi apa, dan seterusnya.
Ikat Dulu Untamu, Lalu Bertawakkallah
Semua orang terinstall untuk bisa jadi orangtua, memang begitulah fitrahnya. Tapi, jangan kemudian berleha-leha. Ikat untamu dulu, usaha dulu, belajar dulu, bersiap dulu, baru setelahnya tawakkal kepada Allah.
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zamannya, bukan di zamanmu.” – Ali bin Abi Thalib
_____
Tulisan ini adalah resume materi Parents Prouductive sesi pertama yang diolah kembali agar lebih mudah untuk dicerna. Judul asli materi ini adalah “Menjemput Amanah Baru: Mengasah Asa, Menyemai Generasi” yang disampaikan oleh Ahmad Sa’ad Ibrahim, seorang inisiator NuParents dan edukator Parenting Era Digital.
Sampai bertemu di review-review selanjutnya. Untuk membaca tulisan parenting atau pra-nikah lainnya, klik disini.
791 notes
·
View notes
Text
Akrablah dengan Anak
Oleh : Abah Ihsan Baihaqi
Ingin anak anda berkurang perbuatan buruknya? Ingin anak menurut dan patuh pada kita? AKRABLAH DENGAN ANAK ANDA
Seorang ayah, dengan mimik sedih bercerita pada saya : “Abah, anak saya perempuan, kelas 2 SMA. Masuk sekolah favorit dan masuk kelas unggulan. Dia tidak bersemangat sekolah. Saya sangat susah mengorek apa yang terjadi. Saat masuk ke kamarnya, ibunya sering sekali menemukan handphone di bawah bantal.”
Saya wawancarai, saya korek. Lalu ujung-ujungnya saya bilang “Mulai sekarang, akrabi anak anda”
Setelah kira-kira dua tahun, ayah ini menelpon saya : “abah, terima kasih. Setelah konsultasi selama 2 tahun, anak saya memang berhenti sekolahnya. Tapi setelah saya mengakrabinya, saya jadi tahu yang dirasakannya. Ia memutuskan kejar paket dan bersemangat hidup lagi. Sekarang ia kuliah di perguruan tinggi sesuai keinginannya.”
Parents, coba periksa anak-anak bermasalah di sekitar anda. Wawancarai dan periksa bagaimana hubungan mereka dengan orangtuanya. Apakah mereka sering diajak ngomong orang tuanya setiap hari? Diajak ngomong, loh ya, bukan diomongin!
Wawancarai anaknya ya, bukan orang tuanya. Sebab sebagian orang tua dari anak bermasalah ini sering tidak menyadari bahwa mereka berkontribusi besar terhadap perilaku anaknya sehingga bermasalah meski mungkin tidak disengaja dan tidak disadari.
Ketika anaknya bermasalah, mereka terus saja mengatakan, “Apa yang kurang dari saya? Apa yang kurang? Handphone, mobil, motor, jalan-jalan ke luar negru, semua saya fasilitasi untuk anak saya! Apa lagi yang kurang dari saya?!”
Lalu, anda mungkin akan mengatakan, “yang dibutuhkan anak adalah teladan!” Coba deh, periksa orang-orang di sekitar anda. Tak sedikit anak yang ayahnya rajin shalat ke mesjid, anaknya begitu santai menunda-nunda shalat di rumah. Kurang teladan apa?
Anda lihat ke desa-desa. Sebagian ayah mereka bekerja keras di sawah atau ladang, sementara sebagian anaknya asyik Facebook-an. Kurang teladan apa?
Atau anda lihat anak pejabat, orang kaya, pengusaha sukses, ayahnya sukses jadi pejabat atau pengusaha, tetapi sebagian anaknya menghamburkan uang ayahnya, mengoleksi mobil atau motor balap, nongkrong di jalan, kongkow di kafe tiap hari menghabiskan uang orang tuanya. Kurang teladan apa?
Atau anda juga akan berkata, “kurang perhatian, kali!” Mereka juga tak akan kalah argumen. Sebagian akan berkata, “Apa? Kurang perhatian? Anda tahu tidak, saya sudah bosan menasihati anak saya. Saya nasihati anak saya tiap hari. Itu kan bentuk perhatian dan kasih sayang saya”
Bahwa teladan itu penting, saya setuju. Itu hal “wajib a'in” yang tak usah lagi diperdebatkan. Bahwa perhatian itu penting, saya juga setuju. Tapi apakah menasihati anak tiap hari akan diterima anak sebagai sebuah bentuk perhatian?
Coba tanya anak, siapa di antara mereka yag betah dinasihati tiap hari? Bagaimana dengan anda? Posisikan diri anda sebagai anak, apakah dinasihati tiap hari itu membuat anda merasa diperhatikan? Merasa dicintai dan disayangi? Mana yang membuat anda merasa disayangi orangtua anda : DIOMONGI orang tua tiap hari, atau DIAJAK NGOMONG orangtua tiap hari?
Ini hasil riset tidak langsung saya. Ini fakta yang dapat anda temukan di sekitar anda dan mungkin tidak anda sadari. Ini bukti nyata yang sangat mudah anda temukan. Lihat kiri kanan anda.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa di antara anda yang waktu remaja dahulu sering curhat pada orang tua? Dari sekian ribu yang ditanya, hanya sebagian kecil saja yang mengangkat tangan. Ciri akrab yang sederhana adalah sangat terbuka menceritakan masalah, mulai dari lawan jenis yang disukai, pelajaran, pertemanan, dll. Sering diajak ngomong orang tua, bukan hanya diomongin orang tua (beda, kan?)
2. Kepada yang akrab dengan orangtuanya ini, saya ajukan pertanyaan lagi : apakah anda merasa dekat dan lebih mudah mendengar nasihat orang tua plus jadi lebih menurut atau justru jadi lebih sering membantah orang tua? Jawaban mereka hampir kompak, “jadi lebih nurut dgn orang tua”
Banyak orang tua menyangka agar anak dapat dengan mudah dikuasai, agar anak patuh dan menurut, agar anak menghormati orang tua, adalah dengan mengedepankan hukuman fisik berupa kekerasan pada anak. Bahkan dari sekitar 70 kota di 22 propinsi yang sudah menyelenggarakan program pendidikan orang tua, kekerasan fisik pada anak adalah keniscayaan. Istilah “kalau tidak dipukul, anak akan kurang ajar”, masih saja ada yang meyakininya
Bahwa mencubit atau memukul supaya anak menjadi patuh, bisa jadi betul. Coba diingat-ingat kita yang pernah atau sering dicubit waktu kecil, apakah kepatuhan itu betul2 karena kesadaran atau karena TAKUT?
Kepatuhan karena keakraban sangat berbeda. Anak yang tanpa dipukul, tanpa dicubit, tanpa dibentak, ternyata lebih mudah dikuasai orang tuanya. Lebih mudah mendengar orangtuanya, lebih mudah patuh.
Bahkan saya ingin “memprovokasi” anda lebih keras lagi berkaitan dengan masalah keakraban ini. JANGAN PERNAH MENCOBA MENDISIPLINKAN ANAK JIKA ANDA TIDAK PERNAH MEMILIKI KEDEKATAN EMOSIONAL DENGAN ANAK.
Mendisiplinkan anak tanpa disertai kelengketan emosional hanya akan membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi hubungan yang kering, garing, atau hubungan tanpa makna dan tanpa jiwa. Hubungan seperti ini hanya akan menjadi seperti “komandan dan prajurit” yang formalitas dan minim ekspresi emosi
Fungsi pertama keakraban dengan anak adalah “penjaga kedamaian hati anak”. Ketika anda mendisiplinkan anak, ketika anda mencoba menghentikan perilaku buruk anak, maka suatu saat anda tidak dapat menghindari utk memberikan konsekuensi pada anak.
Ketika anak berlebihan main game atau nonton tv, misalnya, anda bisa jadi mencabut hak main game atau nonton tvnya. Lalu karena tidak nyaman, kemudian anak mencoba mengekspresikan ketidaknyamanannya kepada orgtua “Ayah jahat!” atau “Mama tidak sebaik nenek” atau “temanku tidak pernah dibatasi nonton, kenapa aku dibatasi?!”
Dengan menerapkan hukuman atau konsekuensi pada anak, suatu saat anda akan sampai pada suatu titik keraguan yang akan menggoda anda untuk tidak konsisten menjalankan ketegasan anda. Mungkin sebagian orang tua khawatir “Apakah saya ini akan dianggap anak sebagai ayah/ibu yang jahat dan tidak sayang anak?” Ada juga seorang ibu berkata dengan mimik sedih “Ya Allah..abah, anak saya ngomong saya jahat. Sedih betul saya!”
Saya akan katakan : TIDAK AKAN PERNAH! tidak akan pernah anak memiliki pemikiran dan perasaan bahwa anda adalah ayah atau ibu yang jahat meski mulutnya bicara spt itu. Tidak akan pernah anak memiliki pikiran orangtuanya jahat hanya karena anda memberikan konsekuensi pada anak.
Bahwa anak tidak nyaman saat diberi konsekuensi, itu benar! Namun, konsekuensi tidaklah pasti berarti akan membuat anak kemudian beranggapan bahwa orangtuanya tidak sayang padanya. Selama anda menjaha keakraban dengan anak. itu hanya EKSPRESI EMOSIONAL sesaat dari anak.
Fungsi kedua keakraban adalah “pemupuk kasih sayang”. Maksud saya begini. Orang tua yang akrab dengan anaknya adalah tanda bahwa mereka menyediakan sebagian tubuh, waktu, pikiran, dan perasaan mereka untuk anak. mereka memupuk cinta pada diri anak-anaknya. Tidak hanya sebatas merasa sayang dalam “pikiran”, tapi mengekspresikan kasih sayang itu secara konkret dalam tindakan nyata.
Maaf jika agak melebar sedikit. Pernah mendengar kisah nyata suami setia yang tidak pernah menikah lagi meski istrinya bertahun-tahun menderita penyakit? Pernah mendengar cerita cinta Habibie dan Ainun yang melankolis itu? Pernah mendengar cerita Muhammad sang Rasulullah yang ketika berumahtangga dengan Khadijah tidak melakukan poligami sama sekali?
Semua lelaki ini mungkin memiliki sejumlah alasan. Jauh hari sebelum sang istri sakir, jauh hari ketika sang Ainun meninggalkan dunia, jauh hari sebelum sang Rasulullah menjadi penguasa, para perempuan ini memiliki persamaan : mereka memberikan cinta terbaik mereka untuk suami mereka. Mereka membangun ikatan emosional dengan suami mereka. Menjalin keakraban.
Apa yang saya ingin ungkapkan adalah ketika kita merasa dicintai dengan sebenar-benarnya, ada perasaan tak nyaman jika kita menyakiti orang yang memberikan cinta itu. Semua lelaki, yang tak bersedia melakukan poligami di atas -meski mereka bisa melakukannya- bisa jadi karena memiliki perasaan tidak nyaman untuk melakukannya. Saking karena merasa sangat dicintai sang istri. Demikian pula anak-anak kita.
Sekarang, anda coba fokuskan pikiran. Bayangkan anda adalah remaja lelaki berusia 14 tahun. Bayangkan anda sering menghabiskan waktu utk kegiatan bersama ayah (walau tidak setiap hari). Atau setiap akhir pekan anda bersepeda atau main bulu tangkis dengan orangtua anda. Anda punya kegiatan insidental setiap bulan dengan orang tua. Dua bulan lalu kemping ke gunung, bulan lalu mancing di sungai. Pekan ini anda nonton bola di stadion bersama. Sementara musim liburan sekolah nanti, anda sudah bersepakat akan keluar kota selama 4 hari.
Kira-kira apa perasan yang muncul dalam benak anda? Lalu, apa yang akan anda berikan untuk orang tua anda?
Atau, bayangkan anda seorang anak perempuan, usia 13 tahun. Setiap hari anda bebas cerita masalah anda pada ibu anda di kasur, di meja makan, di sofa. Jika ada masalah, pasti anda akan meminta pendapat ibu anda. Ketika anda difitnah teman, anda menangis sesenggukan di pangkuan ibu. Lalu punggung anda diusap-usap ibu. Anda pun sering melakukam kegiatan bersama ibu. Bulan lalu, anda diajak kursus membuat brownies. Ibu anda selalu menyempatkan nonton pertandingan basket anda meski kadang terlambat datang. Kira-kira apa pula perasaan yang muncul dalam benak anda? Lalu apa yang ingin anda berikan untuk orang tua anda?
Apapun jawabannya, insya Allah yang positif kan? Mungkin sebagian anda akan rajin berdoa dan mendoakan orangtua “Ya Allah..aku sayang ayahku. Jaga ayahku, ya Allah. Bantu aku jadi anak yang menyenangkan orangtuaku, ya Allah”
Jadi, tidak berlebihan rasanya jika saya ingin mengatakan pada anda: ANDAIKAN SEMUA ORANGTUA DI DUNIA AKRAB DENGAN ANAKNYA, RASANYA KITA AKAN SULIT MENEMUKAN ANAK BERMASALAH DI DUNIA INI : terkena narkoba, hamil di luar nikah, tawuran, dsb
(Buku “7 kiat orang tua shalih menjadikan anak disiplin dan bahagia” karya Ihsan Baihaqi halaman 40-47)
299 notes
·
View notes
Text
At Pizza Hut
At Pizza Hut with Mutiara Nanda, Ismail Nico, Vita, and Ilham – See on Path.
0 notes
Photo
Diborong yuk tas, bajunyaaa 👗💼👛
0 notes
Text
Superb Articles : "Setahun Bersama Superb Mother" (04 Januari 2013-04 Januari 2014)
Dalam rangka milad Superb Mother yang pertama, Mom merangkum seluruh artikel (tidak termasuk quotes dan gambar) yang telah di post oleh admin-admin kami, baik di akun Tumblr (superbmother.tumblr.com) , Twitter (@SuperbMother), ataupun Facebook (Superb Mother) selama 1 tahun kebelakang. Selain untuk memudahkan Superb sekalian dalam membaca, ini juga sebagai sebuah hadiah milad kecil-kecilan, bentuk terima kasih kepada para followers yang telah mendukung keberlangsungan Superb Mother hingga saat ini dan (semoga) seterusnya. Total keseluruhan ada 78 judul artikel yang dikategorikan menjadi 5 kelompok besar.
Selamat Membaca, Dear. Semoga bermanfaat :)
Pernikahan dan Kehidupan Rumah Tangga
Mitos dan Fakta Seputar Pernikahan
Stres Menjelang Pernikahan
Menikah? Yes! Depresi? No!
Kedudukan Mahar dalam Akad Nikah
Tentang Nikah ( http://chirpstory.com/li/180684 )
Peran Istri dalam Keluarga
What A Wife Should Do?
Peaceful Mom, Peaceful World
Berdustanya Suami Kepada Istri
Empat Kunci Rumah Tangga Harmonis
Akhlak Bertetangga
3 Cara Menjadi “Bocah” di Depan Istri
Menciptakan Hubungan Komunikasi yang Baik dengan Pasangan
Manfaat Menikah ( http://chirpstory.com/li/46588 )
Kenali Bahasa Cinta-mu :) (http://chirpstory.com/li/180806)
Persiapan (Teknis) Menuju Nikah (http://chirpstory.com/li/180761)
3 Hal Penting dalam Berumah Tangga (http://chirpstory.com/li/180770)
Indikator Kebahagiaan dalam Hidup (http://chirpstory.com/li/180777)
Persiapan (Teknis) Menuju Nikah (http://chirpstory.com/li/180761)
Suami Siaga Saat Istri Hamil dan Melahirkan (http://chirpstory.com/li/180773)
Mendidik dan Merawat Anak
Rumah Seperti Neraka?
Pendidikan Rumah
Jika Anak Bertanya Tentang Allah
Mengurus Anak (1)
Mengurus Anak (2)
Mengurus Anak (3)
Mendidik Anak dengan Sabar, Senyum, dan Sentuh (3S)
Anak Gaul : Cara Ridwan Kamil Mendidik Anaknya
Qaulan Sadiidaa untuk Anak Kita
Empat Momen Spesial
Hipnosis Untuk Si Buah Hati
Empat Tipe Pengasuhan Anak
Tentang Anak (http://chirpstory.com/li/180781)
Mengajarkan Disiplin pada Anak ( http://chirpstory.com/li/180557)
Pola Interaksi dengan Anak (http://chirpstory.com/li/180808)
Working Parents (http://chirpstory.com/li/47249 )
Makna Tangisan Anak (http://chirpstory.com/li/180613 )
Part-Time Mother (http://chirpstory.com/li/180790)
Peran Ibu, Seberapa Pentingkah? (http://chirpstory.com/li/180785)
Perbedaan Anak Laki-Laki & Perempuan (http://chirpstory.com/li/180814)
Menjadi Pendengar yang Baik Untuk Anak (http://chirpstory.com/li/47550 )
Anak Pendiam dan Anak Emosional (http://chirpstory.com/li/180696 )
Kekuatan Doa dalam Pengasuhan Anak (http://chirpstory.com/li/180792)
“Labelling”, Apa Itu? (http://chirpstory.com/li/180772)
5 Tipe Kepribadian Bayi ( https://www.facebook.com/photo.php?fbid=363423663771487&set=a.329164667197387.79720.329143150532872&type=1&theater )
Stimulasi Dini pada Bayi (http://chirpstory.com/li/55356 )
Children Learn What They Live ( https://www.facebook.com/photo.php?fbid=336739863106534&set=a.329164667197387.79720.329143150532872&type=1&theater )
Hasil Riset
ASI Mampu Sembuhkan Gagap pada Anak
Anak Doyan Minuman Soda Cenderung Lebih Agresif
Menjadi Ibu Rumah Tangga Ternyata Lebih Bahagia
ASI Eksklusif Tingkatkan Status Sosial
Percaya Diri Kunci Kecantikan Alami
Persahabatan Para Bayi
Sudah Tau Melahirkan Itu Sakit, Tapi Kok Ibu Tetap Mau?
Kecerdasan Anak Berasal Dari Orang Tua
Feromon, Dari Hidung Turun Ke Hati (http://chirpstory.com/li/53032)
Pengaruh Dongeng Sebelum Tidur (http://chirpstory.com/li/52520)
Budaya Hamil di Jepang (http://chirpstory.com/li/180809)
Mengapa Kita Perlu Menangis (http://chirpstory.com/li/180795)
Keterampilan
15 Tips Mendesain Kamar Tidur
Resep Mini Beef Fajita Rollups
Memanage Rumah? Siapa Takut?
Tips Menentukan Prioritas ( http://chirpstory.com/li/180559
Resep : Es Melon Jeruk Nipis Ala SuperbMother (http://chirpstory.com/li/180801)
10 Langkah Awet Muda (http://chirpstory.com/li/180800)
Resep : Tom Yam Ala Superb Mother (http://chirpstory.com/li/180798)
Hikmah
WANITA
Menangis : Pertanda Lemah atau Masih Punya Rasa?
Track Record
MencariRidho Orangtua
3 Hakikat Perempuan
Reminder for You, Superb Mother (Wanna Be) (http://chirpstory.com/li/180675 )
KOMITMEN ( http://chirpstory.com/li/180560 )
Fitrah Pria & Wanita ( http://chirpstory.com/li/180710 )
Filosofi Angsa (http://chirpstory.com/li/180802)
Hati & Diri (http://chirpstory.com/li/180797)
Kemampuan Menangkap Hikmah (http://chirpstory.com/li/180794)
Metafora Ikatan Kimia dan Alveolus dalam Relationship (http://chirpstory.com/li/180767)
By the way, Yang manakah favoritmu ? :)
4K notes
·
View notes