mudamenulis-blog
mudamenulis-blog
Muda Menulis
18 posts
Komunitas yang bergerak di bidang pembinaan dan pemberdayaan literasi anak usia sekolah
Don't wanna be here? Send us removal request.
mudamenulis-blog · 7 years ago
Text
Doa dalam Aksara
Satu hari, Tuhan temukan kita pada ilusi Kau menyapaku perihal puisi Lantas imajinasiku menerka-nerka hal ini Lambat laun, kita semakin terbuai dalam ilusi atau hanya aku yang terbuai? Entah
Ingatkah setiap malam aku bercerita perihal fajar, senja, semesta dan isinya, lalu kau bercerita perihal politik, uang, dan negara Kau bercerita perihal jancuk juga sekutunya?
Bagaimana kabar langit di sana? Masih samakah seperti yang kuceritakan di sini? Lalu bagaimana pula kabar angina yang kau bilang kau tidak suka keduanya?
Semakin gila aku dalam ilusi fana Lantas kau selalu mengingatkan, “Jangan tenggelam dalam lamunan senja. Jangan terbuai pesona mega dan sekutunya.” Tapi aku tetap menggilainya
Bukankah aku menggilaimu juga dalam balutan rindu yang kerap kali menerpa? Bagaimana bisa? berjumpa pun kita tak pernah Apa mungkin Tuhan sengaja?
Namun, sekarang namamu bukan lagi daftar aksara yang kutulis hingga pagi Bukan lagi sesuatu yang kutakutkan pergi meski berkali-kali tetap hadir di mimpi
0 notes
mudamenulis-blog · 7 years ago
Text
Jilbab Itu Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban
Assalamualaikum... Halo.... guys kali ini gue bakal cerita awalnya gue pakai hijab,sebenernya gue juga pengen cerita sih awal gue hijrah #ciehijrah , wkwkwk. Tapi kali ini gue cerita tentang hijab dulu ya, soalnya gue akan menjawab kegundahan hati temen-temen yang masih ragu untuk berhijab. Nah, karena hijab juga merupakan kewajiban loh bagi setiap muslimah, ga percaya? Yuk simak firman Allah dalam Alquran berikut ini. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا“
Hai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu & istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tak diganggu. & Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Allah ta'ala berfirman,
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ ��ِخْوَٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ إِخْوَٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ أَخَوَٰتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ غَيْرِ أُو۟لِى ٱلْإِرْبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفْلِ ٱلَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا۟ عَلَىٰ عَوْرَٰتِ ٱلنِّسَآءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya,memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Nah ayat diatas merupakan salah satu ayat yang memerintahkan untuk wanita muslim mengenakan hijab. So, apalagi yang mengganggu fikiran kamu untuk tidak berhijab? Bukannya perintah ini datangnya langsung dari Allah dan sebagai seorang muslim kita wajib menaatinya? :)
Waktu TK,SD, SMP gue juga belum berhijab karena kurangnya pengetahuan gue tentang agama, pertama kali pake hijab itu naik-naikan kelas 3 SMP, awal pake hijab bukan karena gue tau tentang firman Allah. Tapi, karena janjian sama temen, jadi waktu kelas 1 SMP gue sama temen gue bilang kita pengen pake hijab pas kelas 2 SMP, terus pas kelas 2 SMP gue malah ga pake hijab, akhirnya gue berniat untuk pake hijab dikelas 3 SMP. Alhamdulillah naik kelas 3 gue udah berhijab, waktu itu di SMP gue, jarang banget yang pake hijab, paling yang pake hijab bisa dihitung pake jari. Dan itupun pas pake hijab, gue masih belum tau tentang firman Allah tentang hijab. Terus kapan nih gue tau tentang ayat diatas? Gue tau itu pas kelas 1 SMK, waktu itu ada keputrian dari kakak-kakak Rohis, terus anak kelas 1 itu wajib keputrian setiap jumat. Nah, pas pertama kali keputrian bahasannya tentang hijab, dan di situ gue baru tau kalo ternyata hijab itu wajib untuk setiap wanita muslimah, alhamdulillah gue udah berhijab. Dan temen gue yang belum berhijab, besoknya langsung berhijab, MasyaAllah pertolongan dan hidayah dari Allah datang dari mana aja, tinggal kita mau diambil ga tuh hidayah? :)
Setelah ada keputrian ini gue ngerasa beruntung banget bisa ikut acara ini, karena gue jadi tahu ternyata hijab itu wajib. Alhamdulillah
Guys, apa yang di perintahkan oleh Allah itu pasti semua ada kebaikannya dan ada tujuannya. Salah satunya ayat tentang berhijab dan menutup aurat bagi setiap muslimah. Gue ngerasain banget sekarang manfaatnya apa.
Salah satunya kalo kita berhijab, aurat kita jadi ga dinikmati dan dipandang oleh banyak orang dan mata para lelaki kecuali oleh mahram kita. Kalian rela ga sih kalo aurat kita ditampakan seenaknya dan siapa aja berhak memandangnya? Enggak kan? Maka dari itu, Allah ingin menjaga kita para wanita muslim dari pandangan jahil para lelaki. Selain itu, kita kalo dijalan ga digodain sama para lelaki jahil kaya misalnya "Cuit cuit neng mau kemana neng, sini abang anterin" atau "Bisa kali kenalan" atau bahkan ada yang pernah ngalamin sampe dicolek? Astagfirallahalazim jangan sampe ya. Nah, sedangkan kalo berhijab, pas ada lelaki jahil, paling dengan doa "Assalamualaikum neng" nah beda banget kan dengan yang tidak berhijab, terus kalo ada yang bilang gitu gimana? yaaa jawab aja "Waalaikumussalam" tapi gausah kenceng-kenceng, cukup telinga kita yang dengar, karena bukannya jawab salam itu wajib? Terus kalo masih digodain yang lebih parah lagi kaya misalnya sama dengan yang tidak berhijab gimana? Cek lagi tuh, berhijabnya udah bener belum? Udah menutupi dada belum? Pakaiannya gimana? Ketat atau tidak? Jangan sampe kita berhijab tapi tidak menutupi dada dan pakaiannya super ketat, naudzubillah.... kalo begitu kan sama aja masih menampakkan lekuk tubuh.
Terus apa lagi sih hal yang gue rasain dengan berhijab? Dengan berhijab kita sudah dikenal sebagai wanita muslimah. Terus wanita berhijab lebih dihormati, karena biasanya cowo itu ga berani deketin wanita berhijab hehe. Rambut juga lebih terjaga dari sinar matahari yang panas dan pastinya ga rusak dan lepek karena keringat, terus kalo berhijab tapi malah bikin rambut rusak dan lepek gimana? Cek lagi tuh, mungkin sampoannya jarang dan rambutnya ga dirawat plus ga dikasih vitamin.
Biasanya wanita sekarang takut berhijab karena nanti susah dapet jodoh,bener ga sih dengan berhijab kita susah dapat jodoh? BIG NO! Malah wanita berhijab jodohnya ya pasti lelaki baik dan insyaAllah sholeh, karena apa? Karena lelaki yang inyaAllah sholeh bakal nyari wanita yang berhijab, kenapa? Karena perintah Allah aja dilaksanain apalagi perintah dari suaminya? hehe
Nah, ada lagi nih fenomena zaman sekarang yang takut berhijab karena takut ga dapet kerjaan, bener ga sih dengan berhijab kita dapet kerjaan ? BIG NO! salah banget guys. 
Guys rejeki, jodoh, dan kematian udah diatur sama Allah. Apalagi urusan rejeki, udah diatur tuh sama Allah. kalo pun ada perusahaan atau toko yang melarang karyawannya untuk tidak berhijab atau melepaaskan hijabnya, gaausah pilih kerjaan di tempat itu. Ya iyalah, masa kita rela meninggalkan kewajiban dari Allah yang nanti urusannya akhirat daripada urusan dunia yang fana ini? 
Dan pasti Allah bakal gantiin kerjaan yang lebih baik, dan lebih bagus buat kalian, asal kita tetap ikhtiar,sabar dan shalat, jangan lupa berdoa :)
Waktu itu ada temen yang nanya ke gue, dia berhijab. Melihat gue yang hijabnya agak lebar dan agak panjang, terus dia bertanya, "Lu berhijab gini, ga takut ga dapet kerjaan?" Spontan gue agak kaget, soalnya gue liat dia juga berhijab, terus gue senyum. Gue bilang ke dia, "Sama sekali engga takut, soalnya banyak kok kerjaan yang lain, dan selama gue berhijab dan melihat wanita muslimah yang lain berhijab panjang, masih ada kok yang bertebaran kerja di kantor-kantor dan bahkan sukses."
Nah guys, jadi gausah takut ga dapet kerja ya, apalagi sampe disuruh untuk melepas hijab, naudzubillah...
Nah guys, apalagi yang menghalangi kamu untuk tidak berhijab? malu karena belum baik? bukankah memakai hijab adalah awal untuk menjadi baik?
Fenomena sekarang adalah yang katanya mau "jilbabin hati dulu deh, baru kepala" atau "Gue kan belum siap, kelakuan gue aja masih belum bener"
Jilbabin hati? emang hatinya bisa pake jilbab? guys balik lagi yaa, hijab atau jilbab itu kewajiban bagi setiap wanita muslim, itu perintah langsung dari Allah, Sang Pencipta. Memakai hijab juga langkah awal kita memulai menjadi lebih baik. engga ada tuh yang namnanya jilbabin hati dulu. Seiringnya waktu berjalan insyaAllah kalo kamu berhijab dulu, perilaku kamu akan mengikuti menjadi baik. InsyaAllah... banyakin belajar lagi ya kita.
"Gue kan belum siap, kelakuan aja masih belum bener"
Guys, mau nunggu sampe kapan kalo nunggu kelakuan ampe bener, nanti malah keburu meninggal duluan dan dikafanin duluan lagi, emang mau hijab pertama dan terakhir kita adalah kain kafan? naudzubillah.. jangan sampe guys.. ngeri banget.. kalo meninggal tapi selama di dunia kita belum berhijab.
"Kalo gue berhijab, nanti ga keliatan cantik lagi, atau nanti gaada cowo yang ngelirik gue, terus muka gue keliatan tua:(?
Hey hey... wanita sholeha kalo kita berhijab pastinya kita bakal keliatan lebih anggun dan mempunyai nilai cantik plus plus, cowo yang ngelirik? hmm coba deh niatnya, hatinya dilurusin. Yang ngelirik kamu nanti itu kalo berjhijab adalah lelaki yang baik-baik dan InsyaAllah sholeh, bukan dilirik lagi, bahkan bisa jadi kamu langsung dilamar hhehe
Sejatinya kecantikan kita hanya boleh diperlihatkan sama mahram kita termasuk suami kita nanti, kecantikan kita bukan untuk dikonsumsi banyak orang, dan mendapat likers ribuan bahkan jutaan di instagram atau lainnya, bukan untuk itu. kalo untuk itu, berarti aurat wanita murah banget ya bisa dikonsumsi banyak orang, ga mau kan? Gamau dong :)
Ada sabda Raulullah nih guys..
Aisyah r.a meriwayatkan, suatu waktu Asma binti Abu Bakar datang menemui Rasulullah SAW, dengan pakaian tipis. Tatkala melihatnya, Rasulullah SAW memalingkan wajahnya dari Asma, lalu bersabda..
"Wahai Asma, sesungguhnya wanita apabila sudah balig tidak boleh dilihat darinya kecuali ini dan ini." Beliau(Rasulullah) menunjuk ke muka dan telapak tangannya. (HR Abu Dawud)
Nah guys sekarang ubah pikiran kita yuk, bahwa dengan berhijab ga bakal buat kamu rugi dalam segi apapun, bahkan dalan hal prestasi sekalipun, sekarang banyak banget wanita berhijab yang berprestasi, coba tengok sekitarmu ada atau tidak? coba tengok di lingkungan kampusmu
Guys, sekian dari gue yaa, InsyaAllah gue bakal nulis tentang hijrah. Paparan di atas cuma pengalaman dan yang gue lihat saat ini, sebenernya masih banyak lagi :) tapi gue kira ini cukup untuk bahan renungan kita bersama. semoga kelak kita bisa bersama di surga Allah, semoga kamu yang belum berhijab langsung berhijab, dan yang sudah semoga di istiqomahkan :). Gue mohon maaf ya guys kalo ada tulisan dan kata yang salah, karena kebenaran hakikatnya hanya milik Allah semata, kalau pun ada kebenaran ditulisan ini, ini hanya datang dari Allah dan bantuan Allah. See you soon di tulisan selanjutnya :)
Gue izin pamit ya, akhir kata gue mau ngasih tau kalo wanita sholeha perhiasan dunia, dari hadis ini "Dunia itu perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholeha."(HR Muslim)
Wassalamualaikum...
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Si Tangan Mungil Meminta
Tuhan… Biarkan aku sedikit menuliskan cerita Biarlah aku mengisahkan suatu cerita Cerita nestapa di sudut kota
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Tangan mungilnya itu meminta belas kasih Kepada mereka si orang kaya
Tubuhnya yang kurus, Pakaian yang compang-camping Badan yang yang tak diurus juga tak digubrisnya
Jiwa mereka masih sangat kecil.. Masa permainan mereka kandas di tepi jalan Mereka harus merasakan kerasnya jalanan
Hai adik kecil penuh nestapa dan derita.. Janganlah engkau terus merasakan kerasnya kehidupan ini Janganlah engkau mengotori tangan mungilmu itu di sudut kota ini
Kembalilah nak.. Kembalilah ke masa kecilmu itu..yang penuh canda ria, suka cita
1 note · View note
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Untukmu, Malaikatku
Kutahu senyummu bukan berarti tanpa luka, hanya saja, aku lamban menyadarinya. Kutahu omelanmu adalah bentuk kepedulian,
hanya saja, telinga ini tak beradab seolah-olah mendengar makian.
Duhai Ibu..
Percayalah, walaupun aku tak terang akal bak Ibnu Sina, upayaku untuk membahagiakanmu tak pernah sirna.
1 note · View note
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Harapan Sedalam Luka
Wahai anak adam, harapan itu sedalam luka Jika dirimu terlalu berharap pada manusia Kupastikan dirimu akan digerutui duka Dan bersiaplah merasakan pedihnya
Jika kau tak ingin merasakan pedihnya Berharaplah pada Allah semata Karena harapan, tak seindah takdir-Nya Bahkan seindah-indah harapan manusia Hanya Allah yang tau apa yang terbaik bagi hamba-Nya
1 note · View note
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Mawar itu, Kau...
Mawar, itu gelarmu Elok karena citramu Indah mahkota tiada tara Dan kelopak yang penuh warna Merah, putih, oranye, biru Merekah di alam semesta Kau memukau Begitu didamba Karena harummu Menusuk saking sedapnya Tapi sejagat raya tahu, Tubuhmu terbalut duri Yang memeliharamu Dan menjadi kekhasan Bahwa itu kau, Yang disebut mawar.
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Langitpun Hanya Diam
Tikam gelap surya menapaki langit dalam tumpukan sekejap sunyi yang memecah hening dalam aroma wewangian kala itu.... saat kau rengguh aku dalam ratapan terkulai ku sejenak dalam diam rasa ironi yang memuncak dalam gelap itu ku bertanya pada langit apakah benar ini yang benar-benar kutemukan saaat ini ? langit bertaka dalam diam ! semua hembusan angin menerpa menujuku entah apa jawaban dari semua itu kembali ku merenung saat ku mengingat ratapan dan sennyuman yang engkau berikan inilah akhir semunya, kupastika kaulah yang dituju untuk kehadirannya
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Sampai berjumpa lagi
Keramaian kota mengundang kebisingan suara klakson mobil dan motor yang bersaut-sautan. Tukang gorengan, tukang nasi goreng, tukang sate padang, dan penjual lainnya juga turut meramaikan jalan di kota ini. Dan para pembeli yang tidak sabar untuk mendapatkan gilirannya.
Sarah mengamati keramaian kota dari dalam kendaraan roda empat. Yang penumpangnya hanya diriku dan seorang bapak-bapak yang membawa satu karung besar dan satu kantong plastik yang isinya seperti barang dagangan. Dan kendaraan ini dikendarai oleh supir yang sepertinya ia orang batak, terdengar ketika supir itu mengucapkan kata-kata kasar dengan nada tinggi dan intonasi khas batak pada pengendara sepeda motor yang hendak menyalip kendaraan yaang dikendarainya.
“Kiri, pak.” Sarah dan bapak tadi mengucapkan kata yang sama untuk berhenti. Sarah turun dari kendaraan itu dan membayar dengan sisa uang jajan Sarah dari Ibunya kepada supir. Disusul dengan Bapak tadi yang sekarang sedang mengeluarkan karungnya dan memegang kantong plastik. Merasa iba, Sarah menawarkan bantuan kepada bapak itu untuk membantu membawa kantong plastik yang isinya sarung tangan, masker dan beberapa aksesoris keselamatan berkendara di dalamnya.
“Maaf pak, kalau boleh tahu apa bapak ingin ke stasiun juga? Kalau iya biar saya bantu bapak membawa beberapa barang yang bapak bawa. Kebetulan saya juga ingin ke stasiun.” Sarah yang menawarkan diri untuk menolong bapak itu. “Oh terimakasih, dek. Bapak ingin melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Tidak usah repot-repot, dek.” Bapak itu menolak tawaran Sarah. “Tidak apa, Pak. Biar saya bantu bapak membawanya sampai ke bus tujuan bapak.” Sarah mengambil kantong plastik itu dari tangan kiri Bapak itu. Mereka berdua berjalan menuju bus tujuan Bapak yang berambut putih dan sedikit membungkuk itu. “Terima kasih yaa, dek. Semoga kamu jadi anak pintar yang membanggakan orang tua. Dan semoga panjang umur serta sehat.” Kata bapak yang berambut putih sedikit membungkuk itu. “Amin. Sama-sama, Pak. Semoga do’anya berbalik ke Bapak dan dikabul oleh-Nya.”
Sarah segera berjalan menuju ke stasiun yang tak terlalu jauh dari tempat terminal bus tadi. Stasiun ini berada di atas dan perlu menaiki kurang lebih 50 anak tangga. Sarah yang sudah berada di anak tangga ke 20, mempercepat langkahnya ke sesuatu yang ia lihat. Dengan segera ia memegang pergelangan tangan kiri nenek-nenek tua yang tangan kanan memegang tongkat jalan. Dan membantu nenek itu untuk jalan menuruni anak tangga. 
“Nenek mau pergi kemana setelah naik kereta?” tanya Sarah yang penasaran melihat nenek tua yang berkerudung dengan selendang berwarna coklat tua  dan berjalan menggunakan tongkat jalannya. “Nenek mau ke Ciseeng, Cu. Oh iya kalau mau ke Ciseeng Nenek naik angkot apa ya? Nenek lupa.” Tanya nenek itu dengan suara yang sangat pelan dan ringkih. “Oalaah Nenek, mau ke Ciseeng. Kalau kesana nenek bisa naik angkot 03 warna ungu tua.” Jawab Sarah. Melihat Nenek ini, ia mengingat Neneknya yang di kampung. Neneknya kadang pergi mengunjungi Sarah dan Ibunya seorang diri menggunakan transportasi umum. Bertemunya mereka juga sekedar membagi hasil panennya kepada Ibu dan melepas rindu kepada Cucunya. Sarah. ”Mau saya antar sampai angkot, Nek?” Sarah menawarkan bantuan kepada Nenek ini, karena ia juga membayangkan Neneknya yang kalau pergi mengunjunginya seorang diri. “Tidak usah, Cu. Biar Nenek jalan sendiri ke terminal. Lagi pula kamu juga harus segera pulang kan? Biar Nenek jalan sendiri saja.”  Nenek itu menolak tawaran Sarah. “Sampai bawah sini saja, Cu.” Kata Nenek itu. “Baiklah, Nek. Hati-hati ya.” Kata Sarah yang sedikit bersedih. “Iya. Terimakasih, Cu.” Nenek itu pergi menuju terminal.
Sarah memang anak yang baik dan suka menolong. Siapapun akan ia tolong. Termasuk ada seekor kucing di pinggir jalan dekat rumahnya. Ia beri makan karena kucing itu terlihat tidak sehat. Hidup hanya sekali, lakukan suatu kebaikan sekarang. Kita tidak tahu kalau setelah berbuat kebaikan Tuhan akan mencabut nyawa kita. Insyaallah kita meninggal dalam keadaan yang baik. Itulah Sarah.
Di dalam kereta yang penuh dengan orang yang pulang bekerja. Membuat Sarah harus berdiri di dekat pintu kereta yang sekarang sudah tertutup. Baru sebentar berjalan Sarah ditawarkan duduk oleh seorang laki-laki berbaju putih panjang semata kaki dan menggunakan peci putih di kepalanya. Kelihatannya laki-laki itu seumuran dengannya. Namun, laki-laki itu juga terlihat dewasa dan sholeh mengenakan pakaian seperti itu. Sarah terkesima melihatnya.” Astaghfirullah, Sarah.” Batin Sarah. “Terimakasih.” Kata Sarah sambil tersenyum yang sekarang sudah duduk di dekat pintu. Sedangkan laki-laki itu sekarang berdiri di tempat Sarah berdiri tadi.
Jarak rumah Sarah memang jauh dari sekolahnya. Sehingga setiap harinya Sarah harus menggunakan transportasi umum untuk mencari ilmu dan pelajaran di sekolah. Di sekolah Sarah juga anak yang pandai, ia memiliki banyak teman. Teman-temannya sayang sekali dengan Sarah. Karena Sarah selalu membantu teman-temannya yang bertanya jika kesulitan dalam pelajaran. Sarah mengajarkan teman-temannya dengan perlahan dan detail sehingga ilmu yang disampaikan Sarah terserap baik oleh teman-temannya. Kereta yang dinaiki Sarah sekarang sudah berada di stasiun ke lima. Tidak terlalu ramai sekarang. Dan sama semua kursi sudah penuh dengan penumpang. Dan laki-laki itu masih berada di tempat yang sama. Di stasiun ke lima ini, ternyata banyak penumpang yang turun dan banyak juga penumpang yang naik ke kereta ini. Terlihat seorang Ibu yang menggendong tas di bahunya dan memegang tangan anak kecil berjenis kelamin perempuan. Terlihat sangat manis juga anak kecil yang bentuk wajahnya bulat kecil dengan bibir dan hidung yang kecil serta bola mata yang bulat dengan alis mata yang sangat lentik. 
Sarah menawarkan tempat duduknya kepada Ibu dan anak kecil itu.��Bu, silakan duduk di bangku saya saja.” Sarah segera berdiri dan mempersilakan Ibu dan anak kecil itu duduk di tempatnya. “Terimakasih ya, Neng. Ayo Sarah bilang terimakasih ke Kakak ini.” Kata Ibu itu dan meminta anaknya untuk mengucap terimakasih kepada Sarah. Ternyata nama anak ini sama dengan namanya. Sarah. “Terimakasih, hmmm.” Kata anak kecil yang bernama Sarah itu yang sedikit kebingungan. Entah bingung karena apa. Sarah mensejajarkan dirinya dengan anak kecil itu dengan sedikit berjongkok. “Sama-sama, Sarah. Kenalin namaku sama dengan namamu. Sarah.” Sarah memperkenalkan diri dan menyodorkan tangan kanannya ke anak kecil berkerudung warna biru itu. Anak kecil itu menerima tangan Sarah dan mengucapkan “Namaku Sarah, kak sarah.” Lucunya anak kecil itu. Sarah sedikit mencubit pipi kiri anak itu dengan tangan kanannya. “Wah, namanya sama yah kayak Dedek Sarah.” Kata Ibu itu. “Oh iya Bu, sini tas Ibu biar saya taruh di atas saja. Biar Sarah bisa duduk dengan nyaman dipangkuan Ibu.” Melihat Sarah akan mengangkat tas Ibu itu, laki-laki yang tadi memberikan tempat duduknya kepada Sarah dengan cepat mengambil tas itu dari tangan Sarah dan menaruhnya di atas. “Terimakasih yaa, kamu sudah membantu saya dua kali.” Kata Sarah dan tersenyum kepada laki-laki itu.
Sarah memperhatikan anak kecil itu. Anak kecil itu  sekarang sedang memperhatikan tangan kanan Sarah yang menggunakan gelang dengan huruf “S”. “Sarah, kamu kenapa melihat tangan, Aku? Kamu tahu ini huruf ‘S’?” tanya Sarah. “Hmm” anak kecil itu mengangguk. “ ‘S’ itu untuk Sarah.” Kata anak kecil itu lagi. “Sarah ini diusia yang ke 4 tahun ini sudah bisa membaca, Kak Sarah.” Penjelasan dari Ibunya tentang Sarah anaknya. “Sarah mau gelang ini?” tanya Sarah. “Hmm” anak kecil itu menggeleng lagi. “Loh, nak. Ndak boleh gitu dong. Itu kan punya kak Sarah.” Kata Ibunya. Sarah melepaskan gelang berwarna coklat susu dengan gantungan huruf ‘S’ berwarna biru dari tangannya dan memakaikan gelang itu ke anak kecil itu. “Tidak apa, bu. Lagi pula gelang ini sudah terlalu kecil untuk tanganku. Lebih baik dipakai sama Sarah kecil yang lucu dan pintar ini.” Sarah tersenyum kepada Sarah saat memakaikan gelang itu. Sebenarnya, gelang itu pemberian dari almarhum sahabatnya Hafizh.
“Kak Sarah, kakak laki-laki yang berdiri di dekat pintu itu dari tadi memperhatikan kakak.” Kata Sarah yang sudah pandai berbicara dan tersenyum-senyum kepada Sarah. “Ah masa sih?” Sarah melihat laki-laki itu, dan laki-laki itu terlihat gugup saat Sarah melihatnya. “Laki-laki itu kenapa?” batin Sarah. Sarah memainkan matanya berkedip-kedip dan tersenyum manis kepada Sarah. Anak ini lucu sekali. Ingin rasanya Sarah segera sampai rumah dan menceritakan pertemuannya dengan Sarah kecil kepada Ibunya.
Di stasiun terakhir ini. Sarah berpamitan kepada Sarah kecil dan Ibunya. “Sarah, Kak Sarah turun disini. Sarah hati-hati yaa. Semoga kita bisa bertemu kembali.” Sarah memberikan senyum manis dan hangat itu kepada Sarah kecil. Sarah kecil bersalaman dan mencium pipi kanan Sarah. Sarah merasa senang dan bahagia karena dia menemuka Sarah kecil yang lucu itu. ”Apa aku seperti itu yah? Aku jadi kangen Ibu. Ingin segera memeluk Ibu dan menceritakan Sarah kecil kepada Ibu. Dan bertanya pada Ibu ‘Apa aku selucu itu ya? Hehe’.” Batin Sarah.
Ternyata laki-laki itu turun di stasiun yang sama dengan Sarah. Laki-laki itu sekarang mengikuti Sarah dari belakang. Melihat laki-laki itu seperti melihat almarhum sosok Hafizh sahabatnya yang sudah lama bersahabat dan sudah tiga tahun meninggalkan Sarah sendirian. “Laki-laki itu seperti almarhum Hafizh. Eh tapi dia terlihat lebih baik dari Hafizh sahabatnya. Astaghfirullah, Sarah bagaimanapun Hafizh adalah sahabat terbaik yang pernah kau punya.” Batin Sarah. Sarah tersenyum-senyum sendiri. Ingin segera sampai rumah bertemu Ibu dan menceritakan semua kejadian di kereta tadi. Sarah tertawa kecil.
Dan ketika berjalan hendak menyebrang dari stasiun ke sebrang jalan untuk membelikan makan malam untuk Ibu. “Bang, martabaknya rasa coklat kacang satu yah” Pinta Sarah kepada tukang martabak. “Siap, neng. Silakan duduk dibangku ini saja, neng.” Tukang martabak itu memberikan bangku plastik kepada Sarah untuk didudukinya. “Pasti Ibu senang aku bawakan martabak coklat kacang kesukaan ibu.” Batin Sarah.  Disebrang jalan sana, Sarah melihat laki-laki yang membantunya tadi hendak menyebrang. Dan dari arah barat Sarah melihat mobil yang melaju sangat cepat dan tidak terkontrol. Sarah segera bengkit dari bangku yang ia duduki dan akan menyelamatkan laki-laki itu.
BRUKK TIINNNNNNN. Sarah berhasil menyelamatkan laki-laki itu. Tapi, sayangnya Sarah tertabrak dan mental jauh ke jalan raya yang ramai itu. laki-laki itu berlari ke arah Sarah dengan gusar. Melihat keadaan sarah yang berdarah-darah, masih sedikit sadar. Sarah, yang sekarang terbujur berdarah-darah di tengah jalan raya dan dikerubungi orang banyak. Ia mengingat kejadian tiga tahun lalu, ketika sahabatnya Hafizh membelikan martabak coklat kacang untuk Ibunya Sarah. Dan ia menyebrang untuk menghampiri Sarah yang berada di sebrang jalan tukang martabak itu yang sedang membeli dua buah eskrim, satu vanila untuknya dan satu coklat untuk Hafizh. Disaat yang bersamaan mobil yang melaju cepat dan tidak terkontrol menghadang Hafizh. Dan disitulah perpisahan yang menyakitkan bagi Sarah. Sahabat terbaik yang ia punya pergi untuk selamanya meninggalkan Sarah.
Tukang martabak itu menghampiri Sarah dengan membawa martabak coklat kacang untuk Ibu Sarah. “Allahuakbar, Neng ini martabak eneng” tukang martabak itu histeris dan menangis melihat keadaan pelanggan setianya. Sarah kembali melihat laki-laki itu dan berkata dengan terbata-bata dan nafasnya sudah diujung kenggorokan, “Apa kamu Hafizh? Aku kangen Hafizh. Aku  senang. Kita akan bersama-sama lagi di surga.” Laki-laki itu menangis. “kenapa? Wanita ini kenapa? Kenapa dia mengetahui namaku?”. Laki-laki itu ternyata bernama Hafizh.
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
IBU
Ibu … 
Ketika aku tak bias berjalan Ketika aku tidak bias berbicara Engkaulah orang yang pertama kali menemaniku Yang selalu hadir disaat aku senang,sedih,dan susah
Ketika aku mulai besar Engkaulah yang selalu mengerti tentang hidupku Betapa sulitnya dulu waktu ibu melahirkanku Dan di saat ibu melahirkanku, ayahku selalu menemani ibuku Dan ayahku berkata “Yang kuat, Bu“
Semangat dan jerih payah yang ibu lakukan Serta keringat yang mulai jatuh berjatuhan Semuanya itu engkau lakukan demi diriku, Bu
Ketika aku tumbuh besar Engkaulah yang selalu mendoakan disetiap langkahku Agar kelak menjadi anak yang berbakti Dan bias membuat bangga keluarga Serta berguna untuk bangsa dan negara
Ibu adalah segalanya bagiku Karna ibu selamanya selalu di hatiku
Terimakasih, Ibu Pengorbananmu takkan pernah tergantikan dalam diriku
I Love You, Ibu ...
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
MengingatMu
Dikala sedih aku mengingatMu Dikala susah aku mengingatMu Dikala kehilangan aku mengingatMu
Oh Allah… Tapi kadang kala diri ini lupa Kadang kala diri ini lalai Saat aku merasas enang Saat aku mendapatkan sesuatu Tanpa aku sadari kalau semuanya itu dariMu
Oh Allah... Diri ini penuh dosa Diri ini penuh dengan aib Tapi karenaMu lah yang semua aib ini tertutupi
Oh Allah….. Terima kasih atas semua karuniaMu Terima kasih atas kasih dan cintaMu Terima kasih karena mengizinkan diri ini berada di bumiMu
Oh Allah...
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Detektif ala Upin dan Ipin
“Yaa.. begitu deh kalo jadi orang cantik alim dan selalu dilirik banyak orang” gerutu Rere yang menghampiri Tika yang sedang merapihkan buku-bukunya.
“Loh Re, lo kenapa? Dateng-dateng ngedumel gak jelas” kata Tika. “Eh, Tik. Dinda gak masuk? Lo duduk sendiri?” tanya Rere. “Yaa, gitu deh. Ayo ke kantin.”
“Lo tau gak sih? Dinda sama Afghan lagi ada masalah?” tanya Rere. “Lah mana gue tau? Emang ada masalah apa?” tanya Tika.
“Ih kesel, masa mereka ceritanya ke gue doang sih. Gak ke lo juga?”
“Cerita apaan emang?”
“Setiap mereka ada masalah selalu ceritanya ke gue. Si Afghan selalu cerita kalo dia gak suka sikap Dinda yang kekanakan gitu, si Dinda cerita kalo dia gak suka di atur ini itu sama Afghan.”
“Mungkin memang lo yang ada di tengah mereka berdua, Re. Dinda sahabat lo, Afghan temen sekelasnya sahabat SMP lo si Nathan. Terus tiba-tiba kita berlima deket. Dan kedekatan kita membuat mereka berdua bertemu dalam sebuah cinta.”
“Alah bocin amat lu, Tik.”
“Laa emang kan.” 
===*===
Makan malam yang mengenyangkan buat Rere, karena malam ini Papahnya membawakannya Pizza dari teman kantor Papahnya. Penuh canda dan tawa di ruang makan ini. Mas Deni yang suka bercerita tentang suka duka dia jadi ketua BEM di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ibu yang jago membuat pantun yang super duper kocak bikin seruangan makan pada ngakak termasuk Pizzanya juga loh. Hehe. 
Papah yang suka cerita tentang karyawan-karyawannya. Rere juga suka bercerita tentang semua teman-temannya seperti Tika, Dinda, Afghan, dan Nathan. Semua diceritakan Rere termasuk kejadian konyol yang dibuat Rere untuk mengerjai Tika yang sedang berulang tahun ke 16. Padahal rencananya mengerjai Tika di kamar mandi sekolah nyaris sempurna, tiba-tiba Pak Tatang petugas kebersihan toilet sekolah muncul dan brukkk semua adonan kue yang di buat Rere dan teman-teman menumpahi tubuh Pak Tatang. Dan akhirnya kami semua membersihkan baju Pak Tatang sekaligus membersihkan toilet.
Cerita ini sih gak seberapa, Rere juga menceritakan tentang teman barunya Afghan yang sekarang menjadi teman sahabatnya Rere si Nathan. Tentang cerita-ceritanya Afghan. Yang sedikit membuat Rere ragu dan orang tua Rere menyarankan untuk tidak terlalu dekat dengan Afghan.
===*===
“Rere, lu lagi ngapain?” Isi pesan BBM yang dikirim Afghan ke Rere.
“Lagi belajar. Kenapa lu?” Balas Rere.
“Re, lu taukan adik kelas gue waktu SMP. Si Ratu Fienny Fitrilya? Yang member JKT48 itu?” Tanya Afghan. Seperti itulah kebiasaan Rere setiap chattingan dialah orang tergercep membalas pesan.
“Iya tau karena dia, lu WOTA B G T T T. Yakan ? Kenapa?” Sudah ada tanda D berwarna biru dan langsung disusul tanda R warna hijau.
“gile ni anak yee gece banget, eh ngapain dia kirim VN?” batin Rere. Didengarkan VN dan ternyata si Afghan nyanyi lagu JKT48 yang soundtrack iklan Pocari Sweat. “ah nyesel gue buka Vnnya” batin Rere lagi.
“Ngapain lo ngirim VN? Suara jelek sok nyanyi-nyanyi!” Balas Rere.
“HaHa... Re, besok gue gak sekolah.” Melihat pesan ini dari Afghan, Rere berasa jadi guru. “Ngapain ni anak izin ke gue. Emang gue walikelasnya.” Gerutu Rere sambil mengunyah ciki Happytos kesukaannya.
“Kenapa lu? Bolos yee? Tadi si Dinda udah gak sekolah. Terus besok lu gak sekolah. Gitu aje terus.”  Balas Rere.
“Serius Dinda tadi gak sekolah?” Tanya Afghan. Rere bacanya, kayak lagi diintrogasi Afghan. Halah Rere mah lebay. Hehe.
“Iyee, dia sakit katanya. Lah kan lu pacarnya” Balas Rere.
“Bukan pacar-_- mana gua tau dia sakit” Balas Afghan lagi.
“Iya terserah TTMan mah.” Balas Rere yang sedikit greget chattingan sama Afghan. “Ni anak gatau apa gue juga lagi belajar.” Salah Rere juga sih yang gak bisa lepas dari Gedgetnya.
“Gua lagi break dulu sama dia. Besok gua mau ke Jogja sama Fienny.” Curhat Afghan.
“Yakkk terserah, hubungan lo sama dia inikan. Berdua aja?” Tanya Rere.
“Iya, gua bawa mobil nanti. Kemungkinan gue nginep sehotel sama dia” Yaa gini deh Afghan setelah curhat dia mau Rere mengetahui tentangnya. Padahal Rere udah tahu seluk beluk temannya yang satu ini. Selain tukang bohong Afghan juga tukang pamer.
“Kok, gue mencium bau-bau kebohongan lagi yak. Hemm” batin Rere.
“Oleh-oleh!!! Hati-hati lo berduaan disana.” Balas Rere.
“Insyaallah ya kalo gua inget lu, Re. BTW, jangan bilang ke Dinda ya kalau gue pergi berdua sama Fienny.” Balas Afghan.
“Iye” Singkat Rere.
“Eh, nih gue kasih pin BB nya Fienny biar lu kenal. 72E536B8.” Rere langsung invite pin BB Fienny. Melihat foto profil Fienny, memang ke-artis-an banget dari tampangnya. Status BBMnya nama Afghan. Sialan banget Afghan mainin sahabat Rere. Liat saja nanti. Rere bakal buat pembuktian kalau semua tentang Afghan adalah bohong dan ini salah satunya.
===*===
Suasana pagi yang sejuk  DPR (Di bawah Pohon Rindang) taman sekolah. Menyejukkan hati dan pikiran Rere. Dikesendiriannya duduk di sini sebenarnya Rere kebingungan mau dimulai dari mana untuk membuktikan bahwa Afghan itu tukang bohong. Dari kejauhan terlihat Dinda yang berada di gerbang sekolah sedang melambai-lambai tangan ke arah Rere.
“Rereee, gue mau curhat sama lo.” Kebiasaan Dinda yang kalau dateng bertemu Rere untuk mencurahkan isi hatinya. Karena menurut Dinda, Rere adalah penengah yang baik antara hubungannya dengan Afghan. “Yaampun mata lo bengep banget, Din. Lo nangis kenapa?” Rere langsung merangkul kepala Dinda dan mengusap-usap kepalanya. Memang Rere teman yang pengertian.
“Gue kecewa sama Afghan, Re. Dia deket sama adik kelasnya waktu SMP lagi. Gue marah, gue kesel, BBM dia gue Delete Contact. Gue mau ngomong sama dia hari ini. Tapi, katanya dia pergi keluar kota sama keluarganya.” Yap seperti itu kalau Dinda curhat dengan nada sedih dan dengan kecepatan super cepat. Kalau orang ngeliatnya dari kejauhan dikira Dinda lagi nge-rapp. “Duh, ceritain yang sebenarnya gak ya ke Dinda.” Batin Rere.
“Yah, Din. Kan udah gue bilangin juga dari awal. Jangan terlalu deket sama Afghan.”
“Gimana si lu, Re? Kan lu yang deketin gue sama dia. Sekarang lu nyalahin gue!” Dinda menangis sejadi-jadinya.
“Udah, udah jangan nangis lagi. Semakin lu nangis semakin lu emosi. Udah nanti ditanyain guru lagi. Dikira gue abis nge-bully lu ampe nangisn gini.” “Gila gregetan, untung lu sahabat gue, Din. Kalo gak udah gue caci-maki lu. Gak berterimakasih banget sama gue. Kalo bukan karna gue lu pulang sekolah sama siapa? Sakit hati Rere. Ngebantuin orang eh orangnya gak berterimakasih. Malah nyalahin Rere. Apa salah Rere Ya Allah?” Batin Rere yang sedang nge-batin juga.
“Untuk sekarang lu jangan kontakan dulu sama Afghan. Entar gue bilangin Afghan.”
Dinda mengusap air matanya. Dan Rere memberinya minum. Lalu mereka berdua beranjak pergi dari DPR menuju ke kelasnya masing-masing. Rere dan Dinda tidak sekelas. Dinda sekelas dengan Tika. Yaa Rere terpisah sendiri di kelas 10 MIA 2. Mereka bisa bersahabat karena saat MPLS mereka satu kelas.
===*===
Istirahat tiba, kebiasaan Rere yang langsung ngacir ke kelas 10 MIA 1. Untuk ke kantin membeli makan bersama Tika. Memang Dinda sendiri yang tidak pernah mau di ajak ke kantin. Irit. Iya irit, Dinda mah enak selalu dibawain makanan sama orang yang suka sama dia. Dia sering dibawain makan sama Afghan, Kak Doni, Kak Gerry. Pokoknya jadi Dinda enak selalu dibawain makanan. 
“Tik, beban gue kayak gini terus.” Sekarang Rere lah yang berkeluh kesah dengan Tika. 
“Kenapa lu, Re?” tanya Tika yang sedang memilih makanan di warung Umi Sal. “Umi, Tika mau makan nasi goreng kornet pedes aja sama es teh manisnya satu. Re, lu mau apa?” Tika yang sedang memesan makan siang. “Samain aja kayak lu, Tik. Eh, tapi gue gak pedes” pinta Rere. Tika dan Rere mencari-cari bangku yang kosong untuk mereka berdua makan siang. Mereka mendapati tempat duduk yang ada di ujung kantin dekat dengan read corner dan menghadap ke taman sekolah.
“Kemarin Afghan BBM gue, katanya dia hari ini mau ke Jogja sama Fienny. Gue juga dikasih pinnya Fienny.” Pembukaan satu untuk ceritanya Rere. “Hah, are you seriously? Lu punya pin Ratu Fienny Fitrilya anggota JKT48 itu?” Tika yang kaget mendengar cerita pembukaan satu dari Rere.
“Iya, sekarang gue bingung mau nge chat apa ke Fienny.” Kata Rere.
“Sini-sini hp lu. Gue chat dia.” Tika mengambil gedget Rere dari tangnnya.
“Halo Fienny, hati-hati yaa sama Kak Afghan” Itu isi chat pertama Rere dengan Fienny member JKT48.
“Parah lu, emang Afghan mau gigit dia apa? Eh itu langsung dibales.” Kata Rere.
“Haloo Kak Rere, temannya Kak Afghan. Kak Afghan suka cerita tentang kakak loh.” Balas Fienny.
“Ohya, hehe biasa aja Dek.”  Balasan Tika seperti itu, simpel dan bikin males untuk dibales. Tika memang anaknya cenderung cuek banget dan terlalu apa adanya.
“Ohiya kak, aku udah titipin sesuatu yaa buat kakak.” Balas Fienny.
“Re, dia mau ngasih sesuatu nih buat lu katanya udah di titipin ke Afghan.” Tika memberitahu Rere. “Wah, asik. Afghan gak ngelupain gua. Malah gua dapet sesuatu dari seorang Ratu Fienny.” Rere yang kegirangan mendengar kabar ini. “Udah gak usah dibales. Dia nitipin apa ya ke Afghan?” Tanya Tika. Umi Sal sudah menghidangkan dua nasi goreng di hadapan mereka berdua. Tika memulai makan siangnya. Beda dengan Rere yang masih asik dengan gedgetnya. “Re, kebiasaan deh. Lo mau makan nasi goreng atau gedget?”
“Eh liat Pmnya Fienny. Kok dia rada alay gitu yah. Dia nulis “Kak Afghan ganteng kalo lagi makan”, gue sedikit gak nafsu makan ngeliat PM dia.” Diwaktu yang bersamaan Rizqi juga menulis PM “Fienny gak mau disuapin”
===*===
Sore hari penuh dengan hiruk pikuk orang yang pulang kerja, pulang sekolah, berjualan di pinggir jalan, mengamen di dalam bis, dan polisi yang sedang menertibkan arus lalu lintas. Mereka berdua melihat kebisingan di luar dari dalem caffe yang berada tidak jauh dari sekolah.
“Sumpah loh, Re. Kok gue kayak lagi main FTV gitu yaa?’’ Sambil membayangkan sesuatu tentang Afghan dan meminum es coffie vanila yang di pesan Tika beberapa menit yang lalu.
“Hayalan lu, Tik.” Jawab Rere singkat yang sedang berkutik dengan gedgetnya.
“Gini, lu pikir aja. Terlalu banyak cerita Afghan yang gak masuk akal. Pertama, katanya si Afghan itu Juara Jurnalistik di Jerman, terus ngapain dia sekolah di sini? Kenapa gak lanjut sekolah di Jerman aja? Pasti orang yang kayak gitu dapet beasiswa kan?. Tapi, kebohongan dia yang ini diperkuat sama kepintaran dia Jago bahasa Jerman. Kedua, dia itu punya penyakit ginjal yakan. Eh pas kita mau jengukin dia ke RS. Fatmawati dia bilang dia udah di rumah. Kan songong. Kita udah panas-panasan tinggal naik angkot sekali lagi yakan. Eh pulang deh gak jadi jenguk. Yang ketiga dia jalan-jalan ke Jogja. Naik mobil sama anak kecil. Emang dia punya SIM? Halah dari awal gue sih gak srek sama Afghan.” Sekarang Tika menggerutukan tentang si Afgah.
“Bener juga sih. Eh, tapi itu prasangka lu aja.” Jawab singkatnya Rere yang menjengkelkan Tika. Tika mengambil gedget yang dipegang Rere.
“Kita buktiin yuk” Sambung Tika. “Mau ngapain lu, Tik?” tanya Rere.
Rere dan Tika memulai suatu misi untuk membuktikan bahwa Afghan bukanlah orang yang sebenarnya di katakan olehnya. Di mulai dari Ratu Fienny Fitrilya. Rere dan Tika mencari tahu tentang seorang member JKT48 yang katanya adik kelas Afghan saat SMP. Pencarian menggunakan akun instagram Rere tidak ditemukan di Followers Afghan, hanya ditemukan di Followingnya. Dibuka akun Fienny, wajahnya di instagram dengan foto profil BBM tidak sama. Yang kedua, mereka mulai mencari biodata Ratu Fienny Fitrilya member JKT48 di google. Ternyata Ratu Fienny Fitrilya hanyalah hayalan Afghan. Fienny umurnya bukan di bawah Afghan. Fienny kelahiran tahun 1997. Jelas dia lebih tua.
Sedikit kebohongan terbongkar. Akun BBM Fienny hanya buatan Afghan. Besok Afghan sudah masuk sekolah. Ini harus ditindaklanjuti.
“Gimana, Re? Besok Afghan sekolah. Besok dia bakal anter sesuatu buat lu.” Tanya Tika.
“Kita ikutin permainan Afghan aja. Pura-pura seneng dapet sesuatu dari seorang Ratu Fienny Fitrilya.” Rere yang sekarang sok jadi seorang detektif. Yak, mulai dari sekarang mereka berdua Detektif ala-ala detektif upin dan ipin. Hehe.
“Yasudah, pulang yuk. Sudah jam 7 malem, kita belum pulang ke rumah sejak sekolah.”
Rere dan Tika keluar dari caffe dekat sekolahnya. Sejak pulang sekolah mereka mencari tahu tentang Afghan. 
Satu kebohongan akan menimbulkan kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang pertama. Dan satu kebohongan terbongkar menandakan bahwa selama ini dia berbohong. 
===*===
Keesokan harinya, di jam istirahat Rere sesegera mungkin menghampiri Tika. “Din, Tika kemana?”. “Dia sudah ke kantin duluan.” Kata Dinda sambil merapihkan buku-buku pelajarannya dan mengambil bekal yang dibawanya.
“Oke, gue ke kantin. Lu mau ikut?”
“Nggak, gue bawa bekal.” Dinda meninggalkan Rere yang berdiri di depan mejanya menuju ke tempat teman-temannya yang membawa bekal juga. Suasana kantin yang ramai dan sumpek sudah menjadi hal yang biasa di kantin yang sebenarnya tidak terlalu luas ini. 
“Hei, Re. Lu kenapa sih?” Tanya Tika. “Gatau, gue lagi bingung aja sama Dinda. Dia kadang nyebelin, kadang nyusahin, kadang gue kasihan juga sama dia.” Kata Rere yang baru tiba di kantin dan duduk di kursi meja panjang depan Tika. Melihat Tika memakan bakso, Rere memesan bakso juga.  Tika menghiraukan perkataan Rere dan  fokus memakan sisa bakso terakhirnya. Di tengah keramaian kantin.
Ada sosok Afghan yang ingin menghampiri mereka, dan benar sekarang Afghan semakin dekat dengan membawa sesuatu di tangannya. 
“Hei, nih Re dari Fienny. Oleh-oleh dari Jogja kemarin.” Kata Afghan.
“Wah, terimakasih Afghan.” Rere langsung membuka isi plastik itu dan ternyata ada sekotak Bakpia Patok khas Jogja kesukaan Rere. Melihat Rere senang, Tika justru mengacuhkan mereka berdua. “Jangan terimakasih sama gue, bilang terimakasih aja sama Fienny.” Kata Afghan. “Bentar, gue foto aja nanti gue buat PM.” Kata Rere. Rere menulis PM “Terimakasih adik Fienny, oleh-olehnya sudah dikasih Afghan nih.” 
“Halah, Re, Re. Terserah lu deh.” Kata Afghan. “Bagi-bagi kali Re. Gue juga mau.” Tika mengambil satu bakpia dari Rere. “Ini dari Fienny beneran, Ghan?” Tanya Tika sedikit ketus.
“Ya, iyalah. Kan kemarin gue ke Jogjanya sama Fienny.” Afghan juga mencomot satu bakpia. 
“Makasih loh ghan, bakpianya. Eh, salam yah buat Fienny. Dari Tika. Tika nge-fans banget sama Fienny loh.” Tika ini lagi bohong, padahal Tika baru tau Fienny kemarin.
Kayaknya gak sekarang mereka mengintrogasi Afghan. Sekarang Afghan terlalu senang. Kasihan kalau langsung diintrogasi tentang Ratu Fienny Fitrilya. Akhirnya, Rere dan Tika setuju untuk melakukan penelitian lebih mendalam dulu. Sok-sok detektif banget mereka berdua.
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Kasmaran
Kau mencintaiku? Benarkah? Ah, aku senang mengetahuinya Meski tak kau  ungkapkan, tanpa Kata Tanpa suara
Cinta itu buta ? Benarkah ? Ah, aku pikir  tak hanya buta: bisu Dan tuli pula
Ah, mungkin karena aku Sedang kasmaran
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Kotak Bahagia
Ada sekotak bahagia dalam hatimu, merona merah bagai mekarnya kelopak mawar di antara fajar
Kotak bahagia yang ku ketuk dengan lembut di antara rindu yang mengalun di sepanjang harimu
Ada sekotak bahagia dalam jiwamu, tersimpan rapi merahasiakan rindu merahasiakan rindu, di antara jutaan warna-warni cahaya
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
HIJRAH
Terik matahari terus menyengat tubuh dua wanita yang berjalan di antara ratusan orang yang berjalan ke arah pintu keluar masjid Istiqlal, yaa masjid yang berada di Jakarta Pusat ini memang sering di kunjungi banyak orang di Jakarta, tempatnya yang luas dan nyaman sering di jadikan tempat untuk kajian Islam.
“Ya Allah Ta panas banget siang hari ini, udah panas banyak banget orang lagi, bikin gerah aja!” keluh Tiara sambil menhembuskan nafas menahan kesal.
“Sabar Ra, ini baru panas di dunia kamu ngeluh, gimana nanti di akhirat Ra panasnya api neraka itu 70 kali panas di dunia loh.”Jawab Qonita sambil memegang pundak Tiara.
“haaaaaah??? kaget Tiara, “70 kaliiii????” Tiara merespon dengan matanya yang membelalak ke arah Qonita.
“Yap” jawab singkat Qonita sambil mengangguk kearah Tiara.
Tiara diam dan terus jalan sambil memikirkan bagaimana nanti jika dia berada di neraka, pasti tersiksa banget. Mereka berdua berjalan terus ke arah pintu keluar diantara ratusan orang.
------
Tiara Sylviani dan Qonita Zahrani memang teman dekat semenjak pertama kali masuk SMA, mereka selalu berdua, Qonita selalu ada untuk Tiara jika Tiara sedang sedih dan menghiburnya, begitu juga dengan Tiara yang selalu nemenin Qonita. Mereka mempunyai perbedaan yang sangat jauh, Qonita yangmempunyai paras cantik, sabar, menyukai hal-hal yang berhubungan dengan agama, suka mengikuti kajian islam, dan ketua keputrian di ROHIS dan Tiara yang mempunyai paras manis tetapi  tidak sabar, dan tidak terlalu tertarik dengan hal- hal yang berbau agama. Tapi, Qonita tetap mau berteman dekat dengan Tiara tanpa melihat apapun dalam diri Tiara.
Ini pertama kalinya Tiara mengikuti kajian islam di Istiqlal, biasanya setiap kali diajak pasti Tiara selalu menolaknya, entah karena capek, entah karena mau istirahat karena di hari Minggu, atau alasan lainnya agar bisa menolak ajakan Qonita.
Beda dengan hari ini, sebelum Qonita mengajaknya, Tiara lebih dulu menanyakannya kepada Qonita, apakah ada kajian islam atau tidak di minggu ini.
----
“Ta, Setiap acara ini tuh pasti rame kaya gini yaaa, mau ke halte transjakarta aja mesti antri begini.” Tanya Tiara yang mengeluh lagi ketika melihat ini. “Iya Ra memang begini kalo ada kajian di istiqlal pasti selalu rame deh, orang-orang yang ikut kajian di sini juga engga dari Jakarta aja Ra, mereka ada yang dari Sumatera, Krawang, Bandung, Kuningan, dan luar daerah lainnya.” Jawab Qonita sambil tersenyum ke arah Tiara.
“Yaamppun, segitunya yaaa.”  Jawab singkat Tiara
Tiara dan Qonita menaiki tangga halte dengan pelan, bukan karena jalan mereka lama, tetapi memang menaiki tangganya harus antri karena memang banyak  orang yang berjalan melewati halte ini, entah karena mau naik transjakarta, entah karena mau naik kereta dari stasiun Djuanda atau karena ingin menyebrang lewat tangga penyeberangan agar sampai di seberang jalan. Ratusan orang yang terlihat dari tangga penyeberangan sangat indah, mereka semua berpakaian syar’i dan saling mengantri untuk menaiki tangga tanpa dorong-dorongan, inilah suasana yang indah dan tenang menurut Qonita, ia sangat senang jika melihat pemandangan seperti ini, pemandangan yang indah, melihat banyak orang berbondong-bondong datang dari jauh untuk belajar ilmu agama islam, sungguh pemandangan yang indah.
---
“hhfffft akhirnya sampai juga Ta di dalam halte transjakarta setelah antri panjang.” 
Tiara menghela nafas dan mengajak Qonita duduk sambil menunggu transjakarta datang.
Angin bertiup dengan damai mebuat udara disekitar menjadi sejuk, diikuti dengan awan yang indah di langit, udara yang sejuk membuat Tiara mengantuk tapi ia mencoba untuk menahannya. 
Tatapan Tiara beralih  ke arah teman dekatnya yang sudah di anggap sebagai sahabatnya yaitu Qonita yang mengenakan jilbab panjang berwarna biru muda dan di padukan dengan gamis berwarna hitam. Tiara menatap Qonita dari atas kepala sampai bawah kaki.
“Kamu kenapa ra?, kok ngelamun gitu ke arah aku?.” Tanya Qonita
“Hmm aku lagi mikir Ta, kapan ya aku bisa hijrah seperti kamu? Terus kapan yaa aku dapat hidayah kaya kamu ? Mulai berjilbab panjang, ngaji, berakhlak baik, sabar, dan taat kepada Allah.” Curhat Tiara kepada Qonita sambil menunduk malu.
Qonita tersenyum ke arah Tiara dan memegang pundak Tiara sambil menatapnya,
“Raa kamu jangan berlebihan menilai aku seperti itu, aku masih dalam proses belajar. Ra setiap manusia di berikan hidayah sama Allah, tinggal kitanya mau mencari hidayah itu atau tidak, hidayah bukan di tunggu Ra, tapi kita yang menjemputnya, InsyaAllah Ra  kamu segera Hijrah. ” jawab Qonita dengan senyum diwajahnya.
“Amin, InsyaAllah ya Ta”. Balas Tiara dengan senyuman juga diwajahnya Tak terasa bus transjakarta sudah ada di halte, Tiara dan Qonita bergegas untuk masuk ke dalam bus.
“Dahulukan yang keluar yaa!! dahulukan yang keluar yaa!!” teriak petugas transjakarta di depan pintu masuk bus.
Setelah tidak ada yang keluar lagi, penumpang yang lainnya segera masuk kedalam bus dan mencari setiap bangku yang kosong untuk duduk, Qonita dan Tiara tidak kebagian bangku, memang saat itu penumpang sangat banyak dan akhirnya mereka berdua berdiri di depan bagian khusus wanita, Suasana di jalan macet, Qonita memilih membaca Al-Quran melalui ponselnya, sedangkan Tiara lebih memilih menatap jalan yang macet, melihat mobil dan motor yang berbaris di tengah jalan dengan gerakan jalan yang lambat karena jalanan macet, tiba-tiba fikirannya terlintas memikirkan tentang ceramah di kajian tadi, yaa ceramah dan nasihat yang begitu menyadarkan Tiara , ceramah yang rasanya seperti tamparan yang keras bagi Tiara, ceramah mengenai zina dan menyinggung masalah pacaran di zaman sekarang, terus menghantui fikiran Tiara perasaan dosa tiba-tiba muncul dalam hati Tiara, lantunan kata-kata penceramah terus memasuki fikiran Tiara sampai dalam lamunannya.
---
“hfftt” Tiara menghelakan nafasnya “akhirnya sampai rumah juga” kata Tiara sambil berbaring diatas tempat tidurnya.
“drrrrttt drrrrtt drrrrttt” (bunyi getaran handphone)
“siapa siih?” kesal Tiara, karena ia baru saja ingin memejamkan matanya yang sudah menahan ngantuk dari tadi, ia membiarkan ponsel nya dan membiarkan terus bergetar tanpa melihat dan memperdulikan siapa yang mengirim pesan. Matanya bena-benar engga bisa menahan rasa ngantuk nya sampai akhirnya ia terlelap dalam mimpinya.
---
Waktu menunjukkan pukul 15:26, suara adzan Asar terdengar saut menyaut di setiap masjid dan musolah, suara yang sangat merdu, menandakan bahwa waktu shalat asar sudah tiba, menandakan segala aktivitas harus diberhentikan sejenak dan melaksanakan shalat dahulu.
Mata Tiara membuka secara perlahan, telinganya mendengar suara adzan dan ia bergegas segera bangun, untuk ke kamar mandi dan melaksanakan shalat.
Usai shalat ia mencari Al-Qur’annya untuk di baca, tapi ia lupa terakhir menaruhnya di mana, yaa wajar saja jika Tiara lupa, karena ia memang jarang membacanya, ia baca hanya seminggu sekali ketika malam jumat dan itu surat yasin. Tapi untuk kali ini ia sangat ingin membacanya.
“Astagfiraallah, aku taruh di mana yaa terakhir membaca?” tanya nya pada diri sendiri.
Tiara mencari di tempat buku, tidak ada, lalu lanjut mencarinya di meja belajar juga tidak ada, lanjut ia mencarinya di atas kasurnya, 
“yaaapp ketemuu” teriak Tiara senang. Al-Quran nya ternyata ada di kasurnya, ia baru inget waktu itu ia membacanya sampai ketiduran, dan tersimpan di bawah bantal.
Ia kembali duduk di tempat shalat dan perlahan membuka al-quran yang di pegangnya itu, berharap mendapatkan petunjuk dari kegelisahannya tadi di bus transjakarta.
Di bukanya al-quran secara perlahan, ia memejamkan matanya, takut melihat surat apa yang pertama kali kebuka. 
Ia perlahan mengintip dan membuka matanya melihat surat apa yang ke buka, Juz 18. 24. An-nur 
DEG! Jantungnya berdegup kencang, tangannya basah dan keringat mulai muncul secara tiba-tiba di keningnya, yang pertama kali ia buka yaitu juz 18 surat An-nur , percis sekali dengan surat yang di bahas di kajian tadi. Surat yang menjelaskan tentang zina antara perempuan dan laki-laki , dan hukumannya bagi yang melakukannya. 
“Allah sungguh Maha Mengetahui segala isi hati hambaNya” bisiknya pelan.
Ia membaca dengan pelan dan hati-hati dengan memperhatikan setiap tajwidnya dan membaca artinya dari setiap ayat al-quran yang di bacanya. Selesai ia membacanya ia tutup al-quran dan menaruh nya di meja belajarnya. Ia beranjak ke arah tempat tidurnya, dan duduk di atas kasur, memikirkan apa yang telah terjadi padanya hari ini.
“drrrrrtt drttttt” (bunyi getaran handphone)
Ia menoleh ke arah handphone nya, dan meraihnya melihat siapa yang dari tadi pagi menghubunginya. Terlihat di layar kaca handphone nya. 30 panggilan tak terjawab. 10 pesan masuk. Ia membuka nya , dan terlihat ternyata panggilan tak terjawab dari seseorang yang ia cintai nya sejak pertama masuk SMA. Raka Ardiansyah nama lengkapnya , Raka mempunyai paras yang tampan mempunyai hobi bermain basket ini menjadi idola wanita di sekolahnya, wanita di sekolahnya kadang iri dan kesal melihat Tiara dan Raka, tapi Tiara tidak memperdulikannya. Karena bagi Tiara tidak penting memikirkan seseorang yang tidak suka padanya. Raka yang menjadi pacar Tiara sejak kelas 1 SMA, seseorang yang telah banyak membantu Tiara, seseorang yang telah membuat Tiara bahagia dan tersenyum setiap harinya.(tapi, tidak tahu suatu saat nanti).
Tiara dan Raka sekarang kelas 2 SMA, ia beda kelas, Tiara kelas 2 IPS B, sedangkan Raka kelas 2 IPA A, Raka terkenal pintar dalam menghitung terutama dalam pelajaran matematika, ia sejak dulu sangat menyukai matematika, Tiara suka meminta Raka membantu mengerjakan tugas matematika dari gurunya.
Tiara segera membuka sepuluh pesan dari Raka
Selamat pagiiii Tiara 08:00 Jangan lupa sarapan yaa 08:02 Tiaraaaa, kamu belum bangun yaaa ?  08:30 Bangun raaaaa!!!08:31 Udah siang raaaa bangunnn!!!09:00 Tiara?10:00 Ra??10:30 Kamu marah?14:00 Bales dong Raaaa  .    16:00
Tiara tersenyum tipis di bibirnya melihat pesan dari Raka, Raka tidak tahu bahwa hari ini Tiara lagi pergi sama Qonita, memang dari tadi Tiara tidak mebuka handphone nya.
Tiara membalas singkat pesan Raka “maaf baru balas, aku baru lihat handphone.” 16:05
Belum lama Tiara mau menaruh handphone nya, Raka sudah membalas pesannya
“maafin engga yaaa??, haha, kamu bikin aku khawatir tau Ra.” 16:07 Raka dengan cepat membuka pesan dari Tiara,
“maaf.” Jawab singkat Tiara membalas pesan Raka.
Raka bingung dan bertanya-tanya Tiara tidak seperti biasanya, sikapnya yang cuek dan singkat-singkat membalas pesan dari Raka, biasanya Tiara bawel dan perhatian banget sama Raka.
Hari ini, hari Senin, Tiara masuk sekolah seperti biasanya, memulai hari dengan wajah lesuh, dan tidak bersemangat, ia masih memikirkan tentang hal yang kemarin.
“Assalamualaikum Tiaraaaa!” sapa Qonita sambil menepuk pundak Tiara.
“aaahh..!!” sontak kaget Tiara “waalaikumsalam” jawab Tiara dengan wajah lesuh.
“yaaahh Tiara aku minta maaf deh yaa kalo aku nepuknya kekencengan.” Memasang muka cemberut ke arah Tiara
“bukan gara-gara itu Ta” jawab Tiara
“Terus kamu kenapa? Cerita dong, siapa tahu aku bisa bantu kamu.” Senyum Qonita kearah Tiara.
“gara-gara materi kajian kemarin Ta, pulang sekolah aku cerita deh sama kamu.” Membalas senyum Qonita
“oh gara-gara ituu, okeee aku tunggu yaaa di masjid aja. Daaahh yaa aku ke kelas dulu, Assalamualaikum.” Kata Qonita sambil menyubit pipi Tiara dan pergi meninggalkannya.
“sip, waalaikumsalam” balas Tiara sambil memegang pipinya yang baru saja di cubit oleh sahabatnya.
Tiara memasuki kelas dengan sedikit senyuman, tak lama kemudian Raka ke kelas Tiara. Seperti biasanya Raka setiap pagi sebelum masuk ke kelas nya ia terlebih dahulu  ke kelas Tiara, hanya untuk melihat dan mengucapkan selamat pagi ke Tiara.
Tiara melihat Raka di depan pintu kelas, Tiara mulai deg-degan seperti biasanya dia engga bisa ngilangin rasa deg-degan nya itu dari kelas 1 SMA, setiap ketemu Raka dan ngelihat Raka pasti deg-degan, padahal ia udah lama kenal Raka, tapi masih aja deg-degan. Raka menghampiri tempat duduk Tiara.
“Selamat pagi Ra” dengan senyum manis di wajah Raka
“Pagi juga Ka.” Tiara membalas senyum Raka dengan penuh ceria diwajahnya Tiara memasang muka seperti biasanya kepada Raka , karena ia tidak ingin Raka bertanya-tanya kenapa Tiara, pikirnya nanti Raka malah nanya-nanya terus.
“Aku ke kelas dulu ya, kamu semangat belajarnya.” Raka menatap Tiara dengan senyuman dan meninggalkan kelasnya.
“sip, kamu juga.” Balas Tiara dengan ancungan jempol di tangannya. Tiara memandang Raka pergi meninggalkan kelas nya  dari tempat duduknya , ia mulai berfikir gimana nanti jika ia yang meninggalkan Raka, bukan dari kelasnya, tapi dari hatinya, bagaimana?
Bel pulang sekolah telah bunyi, seluruh murid keluar pergi meninggalkan kelas, ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang punya kegiatan setelah pulang sekolah seperti ekskul,OSIS. Sama halnya dengan Tiara yang tidak langsung pulang kerumah, kali ini ia harus cerita sama sahabatnya agar di berikan solusi sama Qonita, ia bergegas ke masjid agar Raka tidak melihatnya, sampai di masjid ia menunggu Tiara di dalam masjid , sambil menunggu waktu shalat asar, karena jam menunjukkan pukul 15:15, artinya sebentar lagi akan tiba adzan asar. 
“Assalamualaikum Ra.” Sapa Qonita dengan salam dan senyum kepada Tiara.
“Waalaikumsalam Ta” balas Tiara
“Maaf yaa aku baru dateng tadi abis ketemu adik-adik rohis sebentar.” 
“iya gapapa taa”
“kita wudhu dulu yu abis itu shalat, udah adzan tuh.” Ajak Qonita
“Yuk” balas Tiara dengan bergegas mengambil air wudhu. Setelah shalat Qonita dan Tiara bergegas merapihkan mukena, dan keluar dari tempat shalat, ia akhirnya memilih taman yang dekat masjid untuk curhat dengan Qonita, karena di dalam masjid masih banyak yang shalat, makanya mereka memilih tempat di taman dekat masjid. Ia memilih duduk di bawah pohon yang rindang karena tempatnya yang sejuk dan nyaman.
“Ta aku mau nanya sama kamu?” tanya Tiara dengan tatapan serius ke Qonita
“Tanya aja Ra, semoga aku bisa jawab.” Balas Qonita
“Pendapat mu.. tentang.... hm tentang...” Seketika Tiara menjadi gugup dan malu menanyakan hal ini kepada sahabatnya itu
“Tentang apa? Tentang pacaran?” Qonita memotong pembicaraan Tiara. Qonita tau Tiara pasti bakal menanyakan hal ini, dan Qonita tau Tiara gugup dan malu menanyakan nya.
“iih aku belum sempat ngomong, udah kamu potong.” Tiara cemberut kesal
“tapi emang bener kan?” balas Qonita
“iya sih” tunduk Tiara malu.
“menurut aku pacaran adalah hal yang membuang-buang waktu Ra, kamu fikir aja pacaran itu belum tentu dia jodoh kita, pacaran itu buang tenaga karena harus keluar dan jalan bareng sama orang yang belum jelas jodoh kita apa bukan, pacaran itu buang waktu juga, karena waktu kita yang tadinya untuk hal-hal yang bermanfaat malah kita buat untuk bermaksiat dan hal negatif, dan yang paling penting dalam islam tidak ada Ra yang namanya pacaran atau aktivitas sejenisnya karena pacaran awal dari zina.” Jawab Qonita dengan tenang
Tiara menelan ludah, kata-kata Qonita seperti menamparnya, apalagi kata terakhirnya yang menyebut zina
“Tapi Ra, kalo pacaran islami?” tanya Tiara belum puas
“haha, seperti apa Ra pacaran islami?” tanya Qonita dengan sedikit tertawa
“ya.. tidak melakukan zina, hm.. pacaran aku sama Raka pacaran islami kok Ta, kita tidak pernah sampai sekarang sentuhan tangan, terus kita seringnya kalo ketemu buat belajar, engga ada tuh yang menjurus ke hal-hal maksiat.” Jawab Tiara
Qonita menatap serius sahabatnya, ia tahu bahwa Tiara ingin mendapat jawaban atas pertanyaannya dengan sempurna, Tiara memang orang yang kritis jika sudah bertanya.
“Alhamdulillah kalo kamu belum pernah sentuhan selama pacaran, tetapi tidak ada Ra namanya pacaran islami, dalam islam tidak mengenal yang namanya pacaran, pacaran islami, karena segala jenis pacaran pasti awal dari zina, mulai berduaan dengan bukan mahram, tatap-tapan dengan bukan mahram, melanturkan kata-kata sayang, cinta sama orang yang belum tentu jodoh kita.” Qonita menjelaskan dengan sabar
“hm... terus kalo kita tidak pacaran, nanti kalo salah pilih orang gimana pas mau nikah? Kan kita tidak tahu dia siapa, terus dia bagaimana, kalo bukan pacaran, terus gimana Ta?” tanya Tiara yang mulai penasaran
“Kamu tenang aja Ra, Allah sudah mengatur semua itu, islam agama sempurna Ra, di islam ada yang namanya ta’aruf yaitu proses perkenalan antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram dengan di dampingi oleh wali dari perempuan, dan ta’aruf ini pasti sudah punya janji untuk menikahinya, proses ta’aruf beda sama pacaran, kalo pacaran banyak melakukan hal-hal yang negatif dan menjerumus ke maksiat, sedangkan taaruf tidak karena antara perempuan dan laki-laki di batasi komunikasinya, laki-laki menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan perempuan kepada wali perempuannya, jadi di taaruf tidak ada komunikasi antara perempuan dan laki-laki tanpa di dampingi oleh wali perempuan.” Jawab Qonita
Tiara terdiam melihat Qonita yang menjelaskan setiap pertanyaan Tiara dengan sabar.
“jadi gimana Ra, masih tertarik dengan pacaran?, oiya satu lagi, wanita di islam sangat istimewa Ra, sangking istimewanya dalam hal menutup aurat aja diatur dalam al-quran, karena untuk menjaga wanita agar terhindar dari pandangan yang bukan mahramnya.” Jelas Qonita.
Tiara berdiam . “hm.. doain Ta, aku segera dapat hidayah.” 
“Aamiin, jangan di tunggu ya Ra, tapi di jemput hidayahnya.” Senyum Qonita Tiara tersenyum kearah Qonita, dan mereka berdua segera pulang ke rumah masing-masing karena waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, pintu gerbang sekolah akan ditutup.
Sepanjang jalan ia tiba-tiba memikirkan Raka yang tidak menghubungi nya dari tadi pulang sekolah, sms atau pesan whatsapp pun tidak ada. Apa mungkin Raka tahu kalo aku sudah mulai berbeda? Bisik Tiara dalam hati
Sesampai di rumah Tiara memikirkan apa yang harus di katakan kepada Raka, ia sekarang mulai sadar bahwa selama ini hal yang ia lakukan adalah kesalahan besar, ia cinta sama Raka, tetapi cinta ia bukan cinta yang halal melainkan yang haram, sekarang ia bingung bagaimana menjelaskannya kepada Raka, apa yang harus ia katakan padanya, bagaimana kalo Raka tiba-tiba benci sama Tiara, karena tidak menerima keputusan Tiara, bagaimana jika Raka tiba-tiba menganggap Tiara musuhnya, karena sudah menyakiti Raka, pertanyaan itu  terus berputar-putar dalam fikiran Tiara. Astagfirallah.. Ia langsung bergegas dan bersiap-siap untuk melaksanakan shalat magrib karena adzan sudah terdengar di setiap masjid dan musholah.
Seusai shalat magrib ia lekas membaca Al-quran dan dilanjutkan dengan shalat isya , ia mulai berjanji setiap shalat akan membaca Al-quran dan menjaganya dengan baik tidak seperti dulu.
Selesai membaca Al-Quran ia merapihkan dan menaruhnya di meja belajarnya, ia mencari dan membuka ponselnya, ternyata tidak ada pesan sama sekali dari Raka, fikirannya mulai kembali cemas seperti biasanya, kemana Raka? Bisiknya pelan
Astagfiraallah.. kenapa aku seperti ini, bukankah ini yang aku mau? Bukan kah akan bagus jika Raka tidak menghubungi ku dengan begitu aku akan terbiasa dengan hal ini? Bisik Tiara pelan pada diri sendiri.
Tiara membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur , menatap atap-atap kamarnya, teringat –saat-saat bersama Raka, saat-saat belajar bareng, pulang sekolah bareng dan main basket bareng, senyum tipis Tiara terlihat di bibirnya. Lamunan itu membawa Tiara dalam tidurnya
Kriiiiiing.....kriiiiing....kriiiiiing... (bunyi alarm) Kriiiiiing.....kriiiiing....kriiiiiing...
Tangan Tiara meraih jam beker di sebelahnya dan mematikannya, waktu menunjukkan pukul dua malam, ia baru mengingatnya sebelum tidur, ia memasang alarm pukul dua malam, berharap bisa bangun untuk melaksanakan shalat malam.
Ia bangun dan duduk di tempat tidurnya yang nyaman itu, ia memelekkan matanya yang memaksanya untuk tidur kembali, berusaha agar matanya tidak ngantuk lagi.
Hatinya menarik untuk melihat ponsel yang ada di belahnya, ia lihat ponsel tersebut, berharap ada pesan dari Raka, ternyata nihil, Raka dari pulang sekolah tidak menghubungi nya, entah kemana Raka, Tiara sedikit bersyukur. Ia langsung bergegas mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat malam. Tiara memang sudah ada niat untuk melaksanakan shalat malam, ia ingin mengadukan semua rasa bingung dan memohon ampun kepada Allah atas dosa yang pernah ia lakukan, dan berharap bisa hijrah menjadi lebih baik. Usai shalat, ia berdoa dan mengadukan segala kesedihannya kepada Allah. Tiara berdoa dalam dalam dengan penuh harap, perasaan menyesal kini datang lagi ke hatinya, dalam keheningan malam Tiara tidak sadar air mata menetes membasahi kedua pipinya, isak tangis terus terdengar ketika ia memohon ampun atas dosanya, hatinya kini mulai yakin apa yang harus ia perbuat setelah ini. Udara malam terus menusuk kedalam tubuh Tiara, dalam doa kini hanya ada dia dan Allah. Hening, sunyi, dan tenang.
Setelah berdoa ia lanjutkan dengan membaca Al-Quran, kini hatinya terasa lebih nyaman. Usai baca, ia tutup al-quran, dan mengambil selembar kertas dan pulpen, kini ia sangat yakin apa yang harus di perbuat nya, ia memegang pupen ditangan kanannya, dan siap menulis surat untuk Raka Ardiansyah.
“Bismillahirrahmanirrahim” bisik Tiara pelan sebelum menulis
Teruntuk Raka Ardiansyah Raka, masih ingatkah ketika kita bertemu? Semoga kamu masih ingat. Kalo kamu tanya aku, pasti aku masih ingat, aku ingat pertama kali masuk SMA, kita satu kelompok ketika acara games di masa orientasi siswa, saat di lapangan aku sama kamu pertama bertemu dan kamu mengingatkan bahwa kunciran ku lepas satu, saat itu aku belum berjilbab. Lalu perkenalan kita berlanjut di SMS hingga aku sama kamu punya rasa yang sama, ya kita sama-sama suka.
Perasaan suka kita berlanjut dengan cinta, tidak terasa satu tahun telah kita lalui, tapi kamu masih sama, sikap yang sama, sejak awal kita bertemu. Dan satu tahun juga aku berdosa, karena telah melakukan hal yang salah. Raka, perlu kamu ketahui, aku cinta sama kamu. Tapi, aku gak mau rasa cinta aku menyebabkan aku sama kamu tenggelam dalam dosa dan maksiat. Raka, ketahuilah tidak ada yang salah sama cinta, cinta itu fitrah , cinta itu suci, aku gak mau menodainya dengan cinta yang belum halal. Raka, kini aku mulai sadar bahwa yang telah aku lakukan selama ini salah, aku sama sekali tidak menyesal karena mengenal mu , dari kamu Allah mengizinkan aku untuk belajar dari kesalahan ku.
Raka, semoga kelak Allah mengizinkan kita berjodoh, agar cinta ini segera halal.
Terimakasih Raka atas semuanya. Dari orang yang pernah hadir dihidupmu,
Tiara Sylviani.
Air mata Tiara membasahi pipinya, kini ia sama sekali tidak menyesal telah menulis itu, yang ia takutin jika Raka membencinya.
Ia lipat kertas itu dan disimpan dalam amplop , siap untuk dikasih ke Raka besok di sekolah.
Waktu menunjukkan pukul setengah empat malam, ia berbaring sebentar menunggu subuh.
Hari sudah pagi, burung-burung bernyanyi dengan merdu, seakan menyambut bahagia hari ini, ia bergegas berangkat ke sekolah dengan wajah ceria, ia lihat ponselnya , Raka sama sekali belum menghubunginya, akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Raka terlebih dahulu.
“Selamat pagi Raka, nanti pulang sekolah aku pengen ketemu, di taman sekolah ya. Sampai nanti.” Ketik singkat Tiara 
“Pagi juga Ra, maaf kemarin aku tidak menghubungi mu, aku ada kegiatan sepulang sekolah, oke aku juga mau ketemu.” Balas Raka DEG! Hati Tiara deg-degan memikirkan mau apa Raka bertemu juga. “sudahlah nanti juga aku tahu.” Bisik Tiara pelan
Bel pulang sekolah berbunyi, tanda segala aktivitas belajar di hentikan, dan berlanjut besok.
Tiara segera ke taman sekolah, sedikit berlari agar tidak keduluan Raka.
Sampai di taman sekolah, ia melihat Raka sudah duduk menunggunya, sekian kalinya Tiara kalah cepat dengan Raka, terlihat Raka duduk dengan memegang selembar kertas dan bunga ditangannya. 
Hati Tiara kembali deg-degan, fikirannya mulai tidak fokus, ia jalan dengan pelan menghampiri Raka.
“Hai Raka, kamu dari tadi?” tanya Tiara pelan
“Hai Ra, hm..enggak kok baru saja, belum lama.” Senyum Raka
“aku diri aja raka, engga usah duduk ya, aku Cuma sebentar kok.” Jelas Tiara tanpa ditanya
“sama Ra, aku juga Cuma mau ngasih ini sama kamu.” Balas Raka dengan memberikan selembar kertas dan setangkai bunga
Belum sempat Tiara bicara, Raka mulai bicara lagi, “Maaf Ra, kemarin aku gak sms, atau telfon kamu dari pulang sekolah, soalnya aku diajak Arsyad ketua rohis sekolah ini untuk ikut kegiatan rohis gabungan di seluruh jakarta, kamu mungkin agak kaget dengarnya Ra, karena aku tumbenan ikut kegiatan ini, karena kamu tahu sendiri aku engga pernah ikut kegiatan rohis, tapi waktu itu Arsyad nyamperin aku, minta aku untuk ikut kegiatan ini karena dari sekolah kita kekurangan orang, akhirnya aku mau, sebenernya aku pernah sekali ikut kegiatan rohis di luar sekolah karena diajak arsyad juga, tapi maaf aku belum sempat ngasih tau kamu, tapi, alhamdulillah Ra lewat acara rohis, sekaligus lewat Arsyad, Allah mengirimkan hidayahnya kepada ku.” Jelas Raka Tiara tersentak hatinya, matanya mulai berkaca-kaca tidak percaya.
Raka menarik nafas panjang, “Dan akhirnya aku tahu selama ini kita salah, hubungan kita engga benar Ra, karena islam tidak mengenal pacaran. Jadi aku minta maaf Ra, kita gak bisa berlanjut, bukan berlanjut untuk tidak kenal tapi untuk pacaran, kita masih bisa berteman Ra. Lebih baik kita sibuk memperbaiki diri, semoga kelak kita berjodoh.” Jelas Raka dengan perasaan yang tidak enak.
Tiara menarik nafas, menahan air mata, karena terharu dengan sikap Raka. Tiara membalas dengan senyuman, dan memberikan surat yang dia tulis di malam hari itu. Tiara langsung bergegas pergi dan meninggalkan Raka. Sesampainya di rumah ia buka surat dari Raka
Untuk Tiara Sylviani Maaf Ra, untuk satu tahun ini, aku telah salah mengajak kamu dalam kegiatan pacaran, kini aku sadar Ra, kita salah. Semoga Allah menghendaki kita berjodoh suatu hari nanti.
Dari orang yang menunggumu karena Allah Raka Ardiansyah
Air mata Tiara telah menetes di pipinya, ia sangat bersyukur karena Raka telah berubah dan mau berhijrah
Ia berharap juga gitu, semoga kelak di pertemukan kembali oleh Raka. “Semoga kita memang jodoh ya Raka.” Bisik pelan Tiara sambil tersenyum.
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Darah Biasa
Cercaan itu menggerogoti telingaku Dengung mendentum mendengkung merusak gendang telingaku
Andai saja daun telinga ini dapat mengatup, Mbok Akan kututup rapat ia agar aku dapat menjaga ciptaanNya
Mbok.. Kapan mulut yang terkunci ini terbuka Kapan lidah yang panjang ini menunjukan dirinya yang tak bertulang Kapan anggota gerak ini menunjukan kegarangannya
Kapan Mbok? Apa Tuhan hanya membolehkan darah biru yang bersuara? Sedang darah biasa hanya bisa menganggut
Aku rasa bila begitu Tuhan tak adil, Mbok..
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Senja
Senja Kamu tau senja ? Ya senja di kala itu sangat indah. Dimana matahari mulai terbenam Melihat nya dari pesisir laut, Di temani dengan desiran ombak, Serta udara segar yang melintas. Melihat pohon kelapa yang berdiri tegak, Melihat alam dari ciptaanNya Yang sangat indah di pandang mata.
Mengistirahatkan sejenak jiwa yang penat, Dari hiruk pikuk Ibukota. Bersama para sahabat, menikmati senja itu, Bersama sama buah buah kelapa, Dan mie instan yang hangat,dan siap untuk di santap. Sambil melihat gulungan ombak , Menatap langit, dan mendengar cuitan orang yang terdengar bergantian.
Senja itu bagiku indah, Matahari yang ingin terbenam,serta langit yang cerah. walau hanya sebentar,tetapi itu menawan. Tak lama adzan pun berkumandang, Maka senja itu pun mulai hilang,dengan diiringi suara adzan.
0 notes
mudamenulis-blog · 8 years ago
Text
Gerimis di Angkot
Senja pukul setengah lima Di jalan raya magonda Gemeritik air berjatuhan Menciptakan bau yg khas Pada aspal panas di jalan raya Cessh... seperti itulah bunyinya dan tau seperti apa aromanya?
Di dalam sini ku duduk berdempet-dempet Di angkot yang penuh oleh parakaryawan Yang baru pulang kerja Terlihat lesuh di wajahnya Dan berharap segera sampai rumah Tuk melepas penat itu
Turun satu penumpang Naik seorang ibu dengan menggendong bayi laki-lakinya Disusul seorang pengamen yang membawa okulele di selempangannya Dengan baju berwarna hitam, lusuh, rambut klimis Dan hemm... tercium bau parfum di tubuhnya yang semerbak Dan ia mulai memainkan satu lagu Jreng jreng jreng "ingat mati ingat sakit ingat lah saat kau sulit ingat ingat hidup cuma satu kali" jreng jreng jreng Seperti itulah pengamen di persimpangan Tugu Jam Depok Mencari secercah receh untuk menyambung hidupnya
Macet di jalan tole iskandar Menambah sumpek dan sesak Angkot pink Yang akan membawaku ke tempat tujuan Sempat berhenti sesaat Yaa karna macet ini Seorang bayi laki-laki merengek kepanasan Terlihat kasihan
Satu persatu pula penumpang turun dari angkot Tersisa diriku yang menjadi penumpang terjauh Dari terminal depok sampai gang H. Sain Saat turun di depan gang Wah, senja ini mengundang pelangi indah setengah lingkaran Yang sedikit memudar Dan masih terasa dinginnya udara saat gerimis Terimakasih abang angkot Berharap aku bukan penumpang terakhir Semoga di gang selanjutnya Masih ada penumpang yang akan menjadi penumpang terakhir Dan menambah sedikit penghasilanmu
0 notes