mocopal
moco pal
14 posts
Budayakan membaca yo rek!!!
Don't wanna be here? Send us removal request.
mocopal · 5 months ago
Text
Mahasiswa KPI UINSA Surabaya Sukses Jalani Magang MBKM di Dinas Pendidikan Kota Surabaya
Tumblr media
Surabaya (06/06) - Dua mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Naufal Azmi dan Riska Nur Hasanah jalankan program magang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) pertama kali di Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya. Magang tersebut berlangsung mulai tanggal 13 Februari 2024 hingga 31 Mei 2024. Tujuan program magang MBKM tersebut adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.
Naufal Azmi ditempatkan di bidang Sekolah Menengah (Sekmen) yang menangani tentang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Adapun tugas wajib yang diberikan bidang Sekmen kepada Naufal adalah memastikan Kartu Identitas Anak tersebar pada siswa siswi SMP se-Kota Surabaya. Selain itu, Naufal Azmi juga sering dilibatkan pada acara-acara SMP sebagai pemantau, fotografer, dan videografer.
“Pada awal masuk magang saya sudah diberikan tanggung jawab untuk menyebarkan Kartu Identitas Anak kepada siswa siswi dari beragam Sekolah Menengah Pertama di Surabaya. Terkadang juga saya dilibatkan untuk memantau acara-acara (SMP) dan mendokumentasikannya lalu diunggah di laman resmi Dinas Pendidikan Kota Surabaya,” ujarnya.
Berbeda dengan Naufal Azmi, Riska Nur Hasanah ditempatkan di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non Formal (PNF). Pekerjaan yang dilakukan Riska sehari-harinya adalah membantu staf untuk menyiapkan berkas SPJ (Surat Pertanggung Jawaban), menjaga daftar hadir acara, dan mendokumentasikan rapat atau pertemuan.
“Keseharian saya selama magang di Dinas Pendidikan Kota Surabaya, khususnya di bidang PAUD dan PNF adalah membantu staf menyiapkan berkas SPJ, entah itu SPJ Panjar atau SPJ Makanan dan Minuman. Saya juga sering dipekerjakan untuk menjaga daftar hadir ketika acara atau pertemuan, mendokumentasikan acara juga,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwasannya ia sangat senang dapat berkontribusi menulis berita yang diunggah di website resmi Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan caption untuk postingan Instagram @dispendiksby.
“Untuk relevansi pekerjaan di Dinas Pendidikan dengan program studi yang saya ambil, yakni KPI atau Komunikasi dan Penyiaran Islam, saya sangat senang ketika masa magang ini bisa berkontribusi untuk menulis berita acara yang diunggah di website resmi Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Selain itu, saya juga berkontribusi untuk menulis caption di postingan Instagram Dinas Pendidikan Kota Surabaya,” imbuhnya.
Rahmatul Kholidiyah, salah satu staf bidang PAUD dan PNF Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyampaikan bahwa mahasiswa magang dari KPI UINSA proaktif dalam kegiatan, aktif mengikuti arahan para pimpinan dan staf, memiliki sikap, serta bahasa yang baik, sopan santun yang bagus dalam pelayanan publik, dan mampu mengerjakan tugas dengan cepat dan tepat.
“Untuk mahasiswa magang dari KPI UINSA, proaktif dalam kegiatan, aktif dalam mengikuti arahan para pimpinan dan staf. Dalam menjaga sikap, attitude, bahasa yang disampaikan, sopan santun dan sebagainya itu bagus dalam pelayanan publik. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan itu cepat nangkap, cepat selesai,” ujarnya.
Ia berharap agar mahasiswa yang mengikuti magang di Dinas Pendidikan Kota Surabaya selanjutnya bisa mengambil pengalaman dan ilmu yang didapat dari magang di Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
“Harapannya semoga mahasiswa yang mengikuti magang di Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk selanjutnya bisa mengambil pengalaman dan ilmu yang didapat dari magang di Dispendik Kota Surabaya,” pungkasnya. (pal/ica)
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
Kiat-Kiat Menjauh dari Model Dakwah yang Membosankan: Hadits Riwayat Muslim No. 5047
Tumblr media
Naufal Azmi
NIM. 04020121059
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KELAS A2
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Abstrak: Tulisan ini mengkaji mengenai kiat-kiat seorang da’i untuk menghindari model ceramah atau dakwah yang membuat mad’u bosan. Rumusan masalah pada artikel ini bagaimana kiat-kiat seorang da’i untuk menghindari berceramah yang membuat mad’u bosan serta ditinjau langsung pada relevansi hadits riwayat Muslim nomor 5047. Pembahasan yang disampaikan pada artikel ini berupa kandungan hadits riwayat Muslim nomor 5047 dan kiat-kiat da’I dalam menghindari model dakwah yang membuat mad’u bosan. Artikel ini menghasilkan kesimpulan bahwa hadits ini berisi sebuah anjuran Rasulullah untuk membuat orang yang sedang menunggu kita, tidak jenuh. Dalam konteks artikel singkat ini dapat dikaitkan terhadap materi dakwah seorang da’I tentunya tidak boleh membosankan mad’u.
Kata kunci: Kiat-kiat, Dakwah Nabi Muhammad, Hadits Riwayat Muslim No. 5047
Pendahuluan
Dakwah merupakan suatu aktifitas yang menyerukan kebaikan serta ketauhidan yang didasarkan pada nilai-nilai amar ma’ruf nahi mungkar pada  Al Qur’an dan As-Sunnah.[1] Pada kegiatan berdakwah, terdapat subjek dan objek di dalamnya. Subjek dakwah yakni Da’I yang bertugas memberikan ceramah atau yang menyampaikan isi, kandungan, dan pesan dakwah kepada objek dakwah. Objek dakwah disebut mad’u yakni manusia penerima dakwah, dalam skala individu maupun kelompok.[2]
Rasulullah merupakan sosok figur yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan nilai-nilai moral keislaman. Tentunya penyebaran nilai-nilai kebaikan tersebut, harus melalui beragam metode dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan sepenuhnya oleh para mad’u. Penyampaian yang lihai maka akan cepat pula menumbuhkan kepercayaan para mad’u.
Pengertian metode secara istilah yakni kiat-kiat dalam mencapai tujuan. Beragam usaha dapat tercapai jika memiliki kiat-kiat untuk mencapainya. Metode juga dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dipergunakan dalam suatu penelitian.[3] Jadi, metode dakwah adalah kiat-kiat yang dilakukan oleh da’I kepada mad’u untuk mencapai tujuan.
Rasulullah pun mencerminkan suatu metode agar bisa terhindar dari model dakwah yang membosankan. Hal ini tercantum pada hadits riwayat Muslim nomor 5047.
صحيح مسلم ٥٠٤٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ بَابِ عَبْدِ اللَّهِ نَنْتَظِرُهُ فَمَرَّ بِنَا يَزِيدُ بْنُ مُعَاوِيَةَ النَّخَعِيُّ فَقُلْنَا أَعْلِمْهُ بِمَكَانِنَا فَدَخَلَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ خَرَجَ عَلَيْنَا عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَ إِنِّي أُخْبَرُ بِمَكَانِكُمْ فَمَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ ح و حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَزَادَ مِنْجَابٌ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ ابْنِ مُسْهِرٍ قَالَ الْأَعْمَشُ وَحَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ مِثْلَهُ
Shahih Muslim 5047: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abu Mu'awiyah. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan teks hadits miliknya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Syaqiq berkata: Kami duduk di dekat pintu Abdullah seraya menantinya, lalu Yazid bin Mu'awiyah An Nakha'i melewati kami, kami berkata padanya: Beritahukan keberadaan kami padanya. Ia masuk, tidak lama kemudian Abdullah keluar lalu berkata: Aku telah diberitahu keberadaan kalian dan tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian kecuali karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengatur (penyampaian) nasehat bagi kami dalam beberapa hari karena khawatir kami jemu. Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al Asyuj telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris. Telah menceritakan kepada kami Minjab bin Al Harits At Taimi telah menceritakan kepada kami ibnu Mushir. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ali bin Khaysram keduanya berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Isa bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan, semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini dengan matan serupa. Minjab menambahkan dalam riwayatnya: Dari Ibnu Mushir. Al A'masy berkata: Telah menceritakan kepadaku Amru bin Murrah dari Syaqiq dari Abdullah sepertinya.
Kandungan Hadits Riwayat Muslim Nomor 5047 Beserta Relevansinya terhadap Kiat Dakwah Da’I
Pada hadits ini, Rasulullah menyampaikan sebuah nasehat eksplisit kepada umat Islam bahwasannya jangan sampai membuat orang yang menunggumu menjadi jenuh atau bosan. Melalui nasehat tersebut, jika direlevansikan pada dakwah seorang da’I maka tentunya seorang da’I sebisa mungkin harus memberikan ceramah atau model dakwah yang tidak membosankan mad’u. Disisi lain, agar pesan dakwahnya dapat tersampaikan dengan baik.
Bahkan pada penuturan hadits tersebut, Rasulullah menyiapkan materi jauh-jauh hari agar sasaran dakwahnya tidak bosan dan juga pesan dakwahnya tersampaikan. Hal ini bisa diambil contoh oleh para da’I untuk menyiapkan segala opsi materi atau bentuk gaya bahasa agar mad’u tidak bosan dengan penyampaiannya serta pesan dakwah yang disampaikan bisa tersampaikan ke mad’u.
Kesimpulan
Hadits riwayat Muslim nomor 5047 ternyata membuahkan sebuah cerminan berupa perilaku Rasulullah SAW ketika menyampaikan dakwahnya kepada jamaah. Melalui perilaku Rasulullah tersebut, dapat ditemukan adanya sebuah kiat dakwah kepada mad’unya (jamaah). Melalui penyiapan materi dakwah yang matang, tentunya lebih bisa memantapkan mad’u saat menerima pesan dakwahnya. Melalui perilakunya tersebut, dapat diambil contoh oleh umatnya khususnya bagi da’I agar pesan dakwahnya dapat tersampaikan kepada mad’u tanpa ada kebosanan sedikitpun yang dialami oleh mad’u.
Daftar Pustaka
Hafniati. "Interaksi Da'i dan Mad'u Tentang Penguasaan Media dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil dan Tujuan Dakwah." Liwaul Dakwah, 2020: 95.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sakareeya, Bungo. "Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural." Dakwah Tabligh, 2014: 212.
[1] Bungo Sakareeya, “Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural,” Dakwah Tabligh (Vol 15, Nomer 02, Tahun 2014), 212.
[2] Hafniati, “Interaksi Da ’i Dan Mad ’u Tentang Penguasaan Media Dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil Dan Tujuan Dakwah” Liwaul Dakwah (Vol. 10, No 02 Tahun 2020), 95.
[3] Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 24.
7 notes · View notes
mocopal · 2 years ago
Text
Refleksi Hadits Riwayat Bukhari No. 88 Terhadap Satu Bentuk Metode Dakwah Rasulullah SAW
Tumblr media
Naufal Azmi
NIM. 04020121059
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KELAS A2
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Abstrak: Tulisan ini mengkaji mengenai refleksi hadits riwayat Bukhari nomor 88 sebagai satu bentuk metode dakwah Rasulullah SAW. Rumusan masalah pada artikel ini bagaimana metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW pada hadits riwayat Bukhari nomor 88. Pembahasan yang disampaikan pada artikel ini berupa kandungan hadits riwayat Bukhari nomor 88 dan refleksi terhadap metode dakwah Nabi Muhammad SAW. Artikel ini menghasilkan kesimpulan bahwa hadits ini mencerminkan ketegasan Rasulullah ketika berdakwah agar memberikan kenyamanan terhadap jamaahnya dan menginterpretasikan sebuah bentuk metode dakwah yakni bil lisan.
Kata kunci: Refleksi, Dakwah Nabi Muhammad, Hadits Riwayat Bukhari Nomor 88
Pendahuluan
Dakwah merupakan suatu aktifitas yang menyerukan kebaikan serta ketauhidan yang didasarkan pada nilai-nilai amar ma’ruf nahi mungkar pada  Al Qur’an dan As-Sunnah.[1] Pada kegiatan berdakwah, terdapat subjek dan objek di dalamnya. Subjek dakwah yakni Da’I yang bertugas memberikan ceramah atau yang menyampaikan isi, kandungan, dan pesan dakwah kepada objek dakwah. Objek dakwah disebut mad’u yakni manusia penerima dakwah, dalam skala individu maupun kelompok.[2]
Rasulullah merupakan sosok figur yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan nilai-nilai moral keislaman. Tentunya penyebaran nilai-nilai kebaikan tersebut, harus melalui beragam metode dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan sepenuhnya oleh para mad’u. Penyampaian yang lihai maka akan cepat pula menumbuhkan kepercayaan para mad’u.
Pengertian metode secara istilah yakni kiat-kiat dalam mencapai tujuan. Beragam usaha dapat tercapai jika memiliki kiat-kiat untuk mencapainya. Metode juga dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dipergunakan dalam suatu penelitian.[3] Jadi, metode dakwah adalah kiat-kiat yang dilakukan oleh da’I kepada mad’u untuk mencapai tujuan.
Rasulullah pun mencerminkan suatu metode dalam berdakwah, yakni secara bil lisan. Hal ini tercantum pada hadits riwayat Bukhari no. 88.
صحيح البخاري ٨٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلَاةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلَانٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الْمَرِيضَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
Shahih Bukhari 88: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata: telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ibnu Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Abu Al Mas'ud Al Anshari berkata:
Seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang." Maka aku belum pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: "Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka, barangsiapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah. Karena diantara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan."
Kandungan Hadits Riwayat Bukhari Nomor 88
Pada hadits ini, Rasulullah menyampaikan sebuah keringanan kepada orang sakit, lemah dan yang sedang ada keperluan untuk mempercepat “menyegerakan untuk usai atau tidak berlama-lama” dalam melakukan ritual ibadah “shalat”. Bahkan, Rasulullah mengingatkannya dengan nada cukup tinggi hingga terkesan marah. Hal itu, dilakukan Rasulullah agar para jamaah dapat sama-sama merasakan ketenangan atau kenyamanan dalam beribadah serta terdapat pesan spiritual pada hadits tersebut, yakni jangan terlalu berlebihan dalam “beribadah”.
Diksi kata “lari menjauh” merupakan diksi kata yang bermakna ganda, dapat berupa ketidaknyamanan atau bahkan menjauhi. Pada konteks hadits tersebut, Rasulullah menyampaikan dakwahnya dengan tegas, agar para jamaah dapat merasakan kenyamanan dalam beribadah.
Refleksi Hadits Riwayat Bukhari No. 88 Terhadap Metode Dakwah Nabi Muhammad
Refleksi secara etimologi bermakna cerminan atau gambaran. Maka, hadits riwayat Bukhari No. 88 merupakan salah satu bentuk gambaran metode dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad melalui bil lisan atau melalui ucapan. Dengan tegas, Rasulullah menyampaikan dakwahnya mengenai keringanan sholat bagi jamaah yang sakit, lemah dan sedang ada keperluan. Melalui ucapan Rasulullah tersebut, dapat menimbulkan sebuah kenyamanan pada setiap jamaah dan juga dapat menarik perhatian jamaah untuk shalat berjamaah.
Dapat diketahui, bahwasannya melalui hadits tersebut, dicerminkan sebuah metode dakwah Rasulullah yakni, bil lisan. Oleh karena itu, hadits ini merupakan refleksi dari sebuah metode Rasulullah dalam berdakwah.
Kesimpulan
Hadits riwayat Bukhari No. 88 ternyata membuahkan sebuah cerminan berupa perilaku Rasulullah SAW ketika menyampaikan dakwahnya kepada jamaah. Melalui perilaku Rasulullah tersebut, dapat ditemukan adanya sebuah kiat dakwah kepada mad’unya (jamaah). Melalui penyampaian dakwahnya yang tegas, didapatkan sebuah efek yang signifikan pada aturan shalat bagi orang yang sakit, lemah, dan sedang ada keperluan. Melalui dakwahnya pula, Rasulullah membeberkan pemikirannya agar jangan terlalu berlebihan dalam beribadah (berlama-lama dalam melakukan shalat).
Daftar Pustaka
Hafniati. "Interaksi Da'i dan Mad'u Tentang Penguasaan Media dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil dan Tujuan Dakwah." Liwaul Dakwah, 2020: 95.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sakareeya, Bungo. "Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural." Dakwah Tabligh, 2014: 212.
Catatan Kaki
[1] Bungo Sakareeya, “Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural,” Dakwah Tabligh (Vol 15, Nomer 02, Tahun 2014), 212.
[2] Hafniati, “Interaksi Da ’i Dan Mad ’u Tentang Penguasaan Media Dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil Dan Tujuan Dakwah” Liwaul Dakwah (Vol. 10, No 02 Tahun 2020), 95.
[3] Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 24.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
Implikasi Dakwah Nabi Muhammad di Arafah terhadap Ketentuan Ihram: Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1710
Tumblr media
Naufal Azmi
NIM. 04020121059
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KELAS A2 (Semester 3)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Abstrak: Tulisan ini mengkaji mengenai implikasi dakwah Nabi Muhammad di Arafah terhadap ketentuan ihram berdasarkan hadits riwayat Bukhari nomor 1710. Rumusan masalah pada artikel ini ialah, apakah ada keterkaitan antara dakwah Nabi Muhammad di Arafah terhadap ketentuan ihram yang mengacu pada keringanan memakai khuf dan celana saat ihram. Pembahasan yang disampaikan pada artikel ini berupa kandungan hadits riwayat Bukhari nomor 1710 dan implikasi dakwah Nabi Muhammad terhadap ketentuan ihram. Artikel ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan (implikasi) antara dakwah Nabi Muhammad di Arafah terhadap ketentuan ihram.
Kata kunci: Implikasi, Dakwah Nabi Muhammad, Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1710
Pendahuluan
Dakwah merupakan suatu aktifitas yang menyerukan kebaikan serta ketauhidan yang didasarkan pada nilai-nilai amar ma’ruf  nahi mungkar pada  Al Qur’an dan As-Sunnah.[1] Pada kegiatan berdakwah, terdapat subjek dan objek di dalamnya. Subjek dakwah yakni Da’I yang bertugas memberikan ceramah atau yang menyampaikan isi, kandungan, dan pesan dakwah kepada objek dakwah. Objek dakwah disebut mad’u yakni manusia penerima dakwah, dalam skala individu maupun kelompok.[2]
Aktifitas dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad terhadap kalangan manusia merupakan salah satu contoh proses dalam berdakwah. Proses dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua periode yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Klasifikasi periode ini didasarkan pada karakteristik dakwah Rasulullah ketika di dua tempat tersebut.
Pada periode Mekkah (610-622 M) Nabi Muhammad melakukan proses dakwah dimulai dengan pendekatan kekeluargaan yang senyap. Hal ini dikarenakan terdapat pertentangan dari masyarakat sekitar bahkan dari keluarga Rasulullah sendiri. Namun, setelah dirasa sukses, lambat laun proses dakwah gerilya ini berubah menjadi dakwah yang terbuka.[3]
Berbeda dengan proses dakwah di Mekkah. Di Madinah, Rasulullah melakukan dakwahnya melalui bil hal yakni dengan membangun masjid sebagai tempat shalat dan juga sebagai tempat untuk memecahkan konflik suku atau tempat untuk musyawarah.[4] Hal ini didasari pada seringnya konflik suku di Madinah.
Terlepas dari kedua periode dakwah  Nabi Muhammad di kedua tempat tersebut. Nabi Muhammad juga menyebarkan dakwahnya secara spesifik pada tempat-tempat atau dalam kondisi-kondisi tertentu. Seperti halnya, saat di Padang Arafah, Rasulullah pernah menyerukan mengenai ketentuan-ketentuan ihram. Hal ini, disandarkan pada hadits yang disampaikan oleh Imam Bukhari pada kitab Hajji:
صحيح البخاري ١٧١٠: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ زَيْدٍ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ بِعَرَفَاتٍ مَنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ الْخُفَّيْنِ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ إِزَارًا فَلْيَلْبَسْ سَرَاوِيلَ لِلْمُحْرِمِ
Artinya: Shahih Bukhari 1710: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata: telah mengabarkan kepada saya 'Amru bin Dinar: aku mendengar Jabir bin Zaid: Aku mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata:
Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkhuthbah di 'Arafah: "Barangsiapa yang tidak memiliki sepasang sandal hendaklah dia memakai sepatunya. Dan barangsiapa yang tidak memiliki kain sarung hendaklah dia memakai celana untuk ihram".
Kandungan Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1710
Pada hadits ini, Rasulullah memberikan ketentuan-ketentuan ihram. Salah satu yang disebutkan pada hadits riwayat Bukhari nomor 1710 yakni orang yang tidak memiliki sandal, maka dia diperbolehkan (diberi keringanan) untuk memakai kaos kaki dari kulit (khuf). Lalu, orang yang tidak memiliki kain sarung yang tidak berjahit, maka diperbolehkan untuk memakai celana untuk ihram.
Para ulama memiliki dua pendapat yang berbeda mengenai permasalahan ini. Perbedaan tersebut terletak pada dikenakan fidyah atau tidak, orang yang mengenakan celana dan khuf, jika orang tersebut tidak memiliki sandal atau sarung yang tidak berjahit.
Pendapat pertama mengatakan, bahwasannya mereka yang melakukan rukhsoh disamping itu juga membayar fidyah. Pendapat tersebut disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal atau dikenal dengan Imam Hambali.
Pendapat kedua yang disampaikan oleh jumhur ulama dan disandarkan pada penafsiran tekstual hadits dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas yakni tidak perlu membayar fidyah. Pendapat ini banyak dipakai dan dianggap benar, karena melalui rukshoh sudah menunjukkan hilangnya denda.
Implikasi Dakwah Nabi Muhammad di Arafah terhadap Ketentuan Ihram Berdasarkan Hadits Riwayat Bukhari Nomor 1710
Implikasi merupakan suasana terlibat atau keterlibatan. Keterlibatan Nabi Muhammad dalam berdakwah di Arafah ternyata memiliki dampak signifikan terhadap beragam ketentuan ihram. Salah satu ketentuan Nabi Muhammad terhadap ihram termaktub pada hadits riwayat Bukhari nomor 1710. Jika Rasulullah SAW, tidak berdakwah saat itu, kemungkinan terdapatnya rukhsoh itu tidak ada, dikarenakan Rasulullah tidak pernah bilang demikian.
Dapat diketahui bahwasannya hadirnya Rasulullah dalam prosesi dakwah di Arafah merupakan suatu hubungan sebab akibat terjadinya suatu ketentuan. Oleh karena itu, menurut Hadits riwayat Bukhari nomor 1710 membuktikan adanya implikasi dakwah Nabi Muhammad terhadap ketentuan ihram.
Kesimpulan
Keterlibatan Rasulullah dalam berdakwah di Arafah memiliki efek yang futuristik terhadap perkembangan fikih (khususnya ihram). Hal ini sesuai terhadap hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari nomor 1710 “Barangsiapa yang tidak memiliki sepasang sandal, hendaklah dia memakai sepatunya. Dan barangsiapa yang tidak memiliki kain sarung hendaklah dia memakai celana untuk ihram”.  
Melalui dakwah Rasulullah di Arafah, maka terdapat rukhsoh bagi orang-orang yang tidak memiliki sandal dan kain sarung. Oleh karena itu, melalui pencerminan sikap yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, diharapkan untuk generasi setelahnya agar bisa menyampaikan dakwah untuk memberikan tips agar terbebas dari kesulitan yang diderita mad’u.
Daftar Pustaka
Hafniati. "Interaksi Da'i dan Mad'u Tentang Penguasaan Media dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil dan Tujuan Dakwah." Liwaul Dakwah, 2020: 95.
Mubarakfury, Al. Batsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati Was-Salam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Pulungan, Suyuthi. Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandangan Al Gur'an. Jakarta: Raja Grafindo Persana, 1996.
Sakareeya, Bungo. "Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural." Dakwah Tabligh, 2014: 212.
Catatan Kaki
[1] Bungo Sakareeya, “Pendekatan Dakwah Kultural Dalam Masyarakat Plural,” Dakwah Tabligh (Vol 15, Nomer 02, Tahun 2014), 212.
[2] Hafniati, “Interaksi Da ’i Dan Mad ’u Tentang Penguasaan Media Dan Metode Dakwah Dalam Mencapai Hasil Dan Tujuan Dakwah” Liwaul Dakwah (Vol. 10, No 02 Tahun 2020), 95.
[3] Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip pemerintahan dalam piagam Madinah : Ditinjau dari pandangan Al-Quran (Jakarta: Raja Grafindo Persana, 1996, Cet. 6), 27.
[4] Al-Mubarakfury, S. S. R. A.-R. M. (2003). Batsun Fis-Sirah An- Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish-Shalati Was-Salam. PenerjemahKathur Suhardi, “ Sirah Nabawiyah” (Jakarta: PustakaAl-Kautsar, 2003, Cet. 13), 248.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
TAKHRIJ HADITS: TENTANG BERDAKWAH SESUAI DENGAN KEMAMPUAN
Tumblr media
Contoh teks hadits dan terjemahannya:
صحيح مسلم ٤٣٤٨: حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَسَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ قَالَا كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ وَهُوَ مَنْصُورُ بْنُ سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ أَخْبَرَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ سَوَاءً حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ يَعْنِي الْحِزَامِيَّ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ح و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ كُلُّهُمْ قَالَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ وَفِي حَدِيثِ هَمَّامٍ مَا تُرِكْتُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ثُمَّ ذَكَرُوا نَحْوَ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدٍ وَأَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
 Artinya: Shahih Muslim 4348: Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi: Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb: Telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab: Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin 'Abdur Rahman dan Sa'id bin Al Musayyab keduanya berkata: Abu Hurairah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa yang kuperintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak tanya, dan sering berselisih dengan para Nabi mereka." Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf: Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah yaitu Manshur bin Salamah Al Khuza'i: Telah mengabarkan kepada kami Laits dari yazid bin Al Had dari Ibnu Syihab melalui jalur ini dengan Hadits yang serupa. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib keduanya Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair: Telah menceritakan kepada kami Bapakku seluruhnya dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Al Mughirah yaitu Al Hizami: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Umar: Telah menceritakan kepada kami Sufyan seluruhnya dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakannya kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz: Telah menceritakan kepada kami Bapakku Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Muhammad bin Ziyad dia mendengar Abu Hurairah: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi': Telah menceritakan kepada kami 'Abdur Razzaq: Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Minabbih dari Abu Hurairah seluruhnya dia berkata dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sabda: 'Tinggalkanlah oleh kalian apa yang telah aku larang…sedangkan di dalam Hadits Hammam dengan lafazh 'Turiktum', (yang telah aku suruh untuk meninggalkannya) karena celakanya umat sebelum kalian dikarenakan…-kemudian mereka menyebutkan Hadits yang serupa dengan Hadits Az Zuhri dari Sa'id dari Abu Salamah dari Abu Hurairah.-
 Terdapat juga beberapa hadits yang memiliki keserupaan makna seperti hadits di atas, diantaranya:
 1.      Contoh teks hadits dari Sunan Ibnu Majah beserta terjemahannya:
 سنن ابن ماجه ��: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
 Artinya: Sunan Ibnu Majah 1: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah berkata: telah menceritakan kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 "Apa yang aku perintahkan maka ambillah, dan apa yang aku larang maka tinggalkanlah."
 2.    Contoh teks hadits dari Imam Ahmad beserta terjemahannya:
  مسند أحمد ٨٣١٠: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
 Artinya: Musnad Ahmad 8310: Telah menceritakan kepada kami Aswad bin 'Amir telah menceritakan kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apa-apa yang aku larang maka jauhilah, dan apa-apa yang aku perintahkan maka laksankanlah semampu kalian."
 Dari ketiga hadits yang dikutip diatas, hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh tiga mukharij yaitu Imam Muslim, Sunan Ibnu Majah, dan Imam Ahmad. Walaupun terlihat ada beberapa perbedaan susunan redaksi ( teks ) matan dari hadits tersebut, tetapi masih dalam satu makna, hal ini biasa terjadi karena :
Sahabat yang menerima hadits tersebut lebih dari satu.
Hadits tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayah bi al ma’na),jadi perbedaan itu masih dapat ditoleransi.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KESIMPULAN
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim pada kitab Syarh Shahih Muslim halaman 1337  ini jika dilihat dari susunan sanadnya yang bersambung dan berkaitan, maka dapat disimpulkan hadits tersebut shahih. Begitupun pada hadits karya Sunan Ibnu Majah  yang termaktub pada kitab Maktabah Al Ma’arif Riyadl halaman 1 dan juga pada hadits karya Imam Ahmad pada kitabnya Muasasah Ar Risalah halaman 8664. Meskipun terdapat perbedaan redaksi kata pada setiap hadits, pemaknaan setiap hadits tetap pada satu kondisi yang sama yakni berdakwah sesuai dengan kemampuan.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
TAKHRIJ HADITS: TENTANG ORANG YANG MENGAJAK KEBAIKAN AKAN MENDAPAT PAHALA DARI ALLAH
Tumblr media
Contoh teks hadits dan terjemahannya:
صحيح مسلم ٣٥٠٩: و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كُرَيْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أُبْدِعَ بِي فَاحْمِلْنِي فَقَالَ مَا عِنْدِي فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ ح و حَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
Artinya: Shahih Muslim 3509: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dan Ibnu Abu Umar dan ini adalah lafadz Abu Kuraib, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu 'Amru As Syaibani dari Abu Mas'ud Al Anshari dia berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Wahai Rasulullah, jalan kami telah terputus karena hewan tungganganku telah mati, oleh karena itu bawalah saya dengan hewan tunggangan yang lain." Maka beliau bersabda: "Saya tidak memiliki (hewan tunggangan yang lain)." Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berkata: "Wahai Rasulullah, saya dapat menunjukkan seseorang yang dapat membawanya (memperoleh penggantinya)." Maka beliau bersabda: "Barangsiapa dapat menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya."
Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Bisyr bin Khalid telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Sufyan semuanya dari Al A'masy dengan sanad ini."
Terdapat juga beberapa hadits yang memiliki keserupaan makna seperti hadits di atas, diantaranya:
Contoh teks hadits dari Sunan Abu Daud beserta terjemahannya:
سنن أبي داوود ٤٤٦٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُبْدِعَ بِي فَاحْمِلْنِي قَالَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكَ عَلَيْهِ وَلَكِنْ ائْتِ فُلَانًا فَلَع��لَّهُ أَنْ يَحْمِلَكَ فَأَتَاهُ فَحَمَلَهُ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya: Sunan Abu Daud 4464: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata: telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abu Amru Asy Syaibani dari Abu Mas'ud Al Anshari ia berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah diterlantarkan, maka bawalah aku." Beliau menjawab: "Aku tidak mendapati kendaraan yang dapat membawamu, silahkah kamu temui si fulan, semoga ia bisa membawamu." Laki-laki itu lalu mendatanginya dan ia pun dibawa. Laki-laki itu kemudian mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan hal itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya."
Contoh teks hadits dari Sunan At Tirmidzi beserta terjemahannya:
سنن الترمذي ٢٥٩٥: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ قَال سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحْمِلُهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَدْ أُبْدِعَ بِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ائْتِ فُلَانًا فَأَتَاهُ فَحَمَلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ أَوْ قَالَ عَامِلِهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو عَمْرٍو الشَّيْبَانِيُّ اسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إِيَاسٍ وَأَبُو مَسْعُودٍ الْبَدْرِيُّ اسْمُهُ عُقْبَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ وَقَالَ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ وَلَمْ يَشُكَّ فِيهِ
Artinya: Sunan Tirmidzi 2595: Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Abu Dawud telah memberitakan kepada kami Syu'bah dari al A'masy dia berkata: aku mendengar Abu Amru asy Syaibani menceritakan dari Abu Mas'ud al Badri: bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kendaraan dari beliau (untuk mengangkut), seraya dia berkata: 'Sesungguhnya perjalananku terhenti (karena kendaraanku mati) '. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Datanglah kepada fulan." Maka dia mendatanginya, lalu dia memberinya kendaraan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka dia mendapatkan seperti pahala pelakunya, atau orang yang mengerjakannya'." Abu Isa berkata: 'Ini hadits hasan shahih, dan nama Abu Amru asy Syaibani adalah Sa'ad bin 'Iyas, sedangkan nama Abu Mas'ud al Badri adalah Uqbah bin Amru. Telah menceritakan kepada kami al Hasan bin Ali al Khallal telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari al A'masy dari Abu Amru asy Syaibani dari Abu Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semisalnya, seraya berkata: "Seperti pahala pelakunya." Dan dia tidak ragu sama sekali padanya.
Dari ketiga hadits yang dikutip diatas, hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh tiga mukharij yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad. Walaupun terlihat ada beberapa perbedaan susunan redaksi ( teks ) matan dari hadits tersebut, tetapi masih dalam satu makna, hal ini biasa terjadi karena :
Sahabat yang menerima hadits tersebut lebih dari satu.
Hadits tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayah bi al ma’na ),jadi perbedaan itu masih dapat ditoleransi.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KESIMPULAN
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim pada kitab Syarh Shahih Muslim halaman 1893  ini jika dilihat dari susunan sanadnya yang bersambung, maka dapat disimpulkan hadits tersebut shahih. Begitupun pada hadits karya Sunan Abu Daud  yang termaktub pada kitab Baitul Afkar Ad Dauliah halaman 5129 dan juga pada hadits karya Sunan At Tirmidzi pada kitabnya Maktabah Al Ma’arif Riyadl halaman 2671. Meskipun terdapat perbedaan redaksi kata pada setiap hadits, pemaknaan setiap hadits tetap pada satu kondisi yang sama yakni orang yang mengajak kebaikan akan mendapat pahala dari Allah.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
TAKHRIJ HADITS: TENTANG KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN DAKWAH KEPADA YANG BELUM MENGETAHUINYA
Tumblr media
Contoh teks hadits dan terjemahannya:
صحيح البخاري ٦٥: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا بِشْرٌ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ ذَكَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ أَوْ بِزِمَامِهِ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِذِي الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ
Artinya: Shahih Bukhari 65: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: telah menceritakan kepada kami Bisyir berkata: telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Aun dari Ibnu Sirin dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari bapaknya, dia menuturkan, bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk diatas untanya sementara orang-orang memegangi tali kekang unta tersebut. Beliau berkata: "Hari apakah ini?" Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama hari yang sudah dikenal. Beliau berkata: "Bukankah hari ini hari Nahar?" Kami menjawab: "Benar." Beliau bertanya: "Bulan apakah ini?" Kami semua terdiam dan menyangka bahwa Beliau akan menamakan nama lain selain nama bulan yang sudah dikenal. Beliau berkata: "Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?" Kami menjawab: "Benar" Beliau bersabda: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian sesama kalian haram sebagaimana haramnya hari kalian ini, bulan kalian ini dan tanah kalian ini. (Maka) hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena orang yang hadir semoga dapat menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya."
Terdapat juga beberapa hadits yang memiliki keserupaan makna seperti hadits di atas, diantaranya:
Contoh teks hadits dari Imam Muslim beserta terjemahannya:
صحيح مسلم ٣١٨٠: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَوْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
لَمَّا كَانَ ذَلِكَ الْيَوْمُ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ وَأَخَذَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ فَقَالَ أَتَدْرُونَ أَيَّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ بِيَوْمِ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَلَيْسَ بِذِي الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ بِالْبَلْدَةِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ قَالَ ثُمَّ انْكَفَأَ إِلَى كَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ فَذَبَحَهُمَا وَإِلَى جُزَيْعَةٍ مِنْ الْغَنَمِ فَقَسَمَهَا بَيْنَنَا
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ مَسْعَدَةَ عَنْ ابْنِ عَوْنٍ قَالَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا كَانَ ذَلِكَ الْيَوْمُ جَلَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى بَعِيرٍ قَالَ وَرَجُلٌ آخِذٌ بِزِمَامِهِ أَوْ قَالَ بِخِطَامِهِ فَذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ زُرَيْعٍ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ وَعَنْ رَجُلٍ آخَرَ هُوَ فِي نَفْسِي أَفْضَلُ مِنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ��َمْرِو بْنِ جَبَلَةَ وَأَحْمَدُ بْنُ خِرَاشٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا قُرَّةُ بِإِسْنَادِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ وَسَمَّى الرَّجُلَ حُمَيْدَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ فَقَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا وَسَاقُوا الْحَدِيثَ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ عَوْنٍ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَذْكُرُ وَأَعْرَاضَكُمْ وَلَا يَذْكُرُ ثُمَّ انْكَفَأَ إِلَى كَبْشَيْنِ وَمَا بَعْدَهُ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ
Artinya: Shahih Muslim 3180: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Abdullah bin 'Aun dari Muhammad bin Sirin dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya dia berkata: "Di hari itu beliau pernah duduk di atas keledainya, lalu ada seseorang yang memegang tali kekangnya, beliau bersabada: "Tahukah kalian, hari apakah ini?" mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Hingga kami semua mengira bahwa beliau akan menyebutnya dengan nama yang lain, lalu beliau bersabda: "Tidakkah hari ini adalah hari nahr (Kurban)?" mereka menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bertanya lagi: "Bulan apakah ini?" mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Tidakkah sekarang bulan Dzul Hijjah?" kami menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Kemudian beliau bertanya: "Negeri apakah ini?" kami menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih tahu." Abu Bakrah melanjutkan, "Hingga kami menduga bahwa beliau akan menyebutnya dengan selain namanya." Beliau bersabda: "Bukankah ini Baldah?" Kami menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian dan kehormatan kalian adalah haram atas diri kalian, seperti haramnya hari kalian sekarang ini, dan di bulan ini, di negeri kalian ini. Hendaknya orang yang hadir pada saat ini menyampaikan kepada orang yang tidak hadir!" Abu Bakrah melanjutkan, "Kemudian beliau pergi menuju (tempat penyembelihan) dua ekor domba putih, dan menyembelihnya. Setelah itu beliau menuju beberapa ekor kambing dan membagikannya kepada kami." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Hammad bin Mas'adah dari Ibnu 'Aun dia berkata: Muhammad berkata: Abdurrahman bin Abu Bakrah berkata: dari Ayahnya dia berkata: "Ketika hari itu beliau duduk di atas keledainya, Abu Bakrah berkata: "Lalu ada seorang laki-laki memegangi tali kekang keledainya -atau mengatakan: tali kekangnya-." Selanjutnya dia menyebutkan seperti hadits Yazid bin Zurai'. Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Qurrah bin Khalid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sirin dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dan dari seorang laki-laki yang menurutku dia lebih utama dari Abdurrahman bin Abu Bakrah." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amru bin Jabalah dan Ahmad bin Hirasy keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Abdul Malik bin 'Amru telah menceritakan kepada kami Qurrah -dengan sanadnya Yahya bin Sa'id, dan ia menamakan laki-laki itu dengan- Humaid bin Abdurrahman dari Abu Bakrah dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah ketika hari raya kurban, sabdanya: "Hari apakah ini?" lalu dia melanjutkan hadits tersebut seperti halnya hadits Ibnu 'Aun. Hanya saja ia tidak menyebutkan, "Kehormatan kalian." Tidak menyebutkan, "Kemudian beliau pergi menuju dua ekor domba dan seterusnya." Dan dalam hadits tersebut hanya di sebutkan, "Sebagaimana kesucian hari kalian ini, dalam bulan kalian ini dan di negeri kalian ini sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian. Tidakkah aku telah menyampaikan?" Mereka menjawab, "Ya, tentu." Beliau bersabda lagi: "Ya Allah, saksikanlah."
Contoh teks hadits dari Musnad Ahmad beserta terjemahannya:
مسند أحمد ١٣٨٤٦: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ أَيُّ يَوْمٍ أَعْظَمُ حُرْمَةً قَالُوا يَوْمُنَا هَذَا قَالَ فَأَيُّ شَهْرٍ أَعْظَمُ حُرْمَةً قَالُوا شَهْرُنَا هَذَا قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ أَعْظَمُ حُرْمَةً قَالُوا بَلَدُنَا هَذَا قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Artinya: Musnad Ahmad 13846: Telah bercerita kepada kami Abu Mu'awiyah telah bercerita kepada kami Al 'A'masy dari Abu Sholih dari Jabir Radliyallahu'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hajinya, "Hari apa yang paling agung kehormatannya?" mereka berkata: hari ini. (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Bulan apa yang paling agung kehormatannya?" mereka menjawab, Bulan ini, (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bertanya, "Kota mana yang paling agung kehormatannya?" mereka berkata: kota ini. (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian itu haram atas kalian (wajib dihormati bagi kalian) sebagaimana haramnya (kehormatan) hari kalian ini pada bulan kalian ini dalam kota kalian ini".
Dari ketiga hadits yang dikutip diatas, hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh tiga mukharij yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad. Walaupun terlihat ada beberapa perbedaan susunan redaksi ( teks ) matan dari hadits tersebut, tetapi masih dalam satu makna, hal ini biasa terjadi karena :
Sahabat yang menerima hadits tersebut lebih dari satu.
Hadits tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayah bi al ma’na ),jadi perbedaan itu masih dapat ditoleransi.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KESIMPULAN
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab Fathul Bari halaman 67 ini jika dilihat dari susunan sanadnya yang bersambung, maka dapat disimpulkan hadits tersebut shahih. Begitupun pada hadits karya Imam Muslim yang termaktub pada kitab Syarh Shahih Muslim halaman 1679 dan juga pada hadits karya Imam Ahmad pada kitabnya Muasasah Ar Risalah halaman 14365. Meskipun terdapat perbedaan redaksi kata pada setiap hadits, pemaknaan setiap hadits tetap pada satu kondisi yang sama yakni kewajiban menyampaikan dakwah kepada yang belum mengetahuinya.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
TAKHRIJ HADITS TENTANG KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN WALAUPUN DI DEPAN PENGUASA
Tumblr media
Contoh teks hadits dan terjemahannya:
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Artinya: Sunan Nasa'i 4138: Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Manshur, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari 'Alqamah bin Martsad dari Thariq bin Syihab bahwa seorang laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia telah meletakkan kakinya di batang kayu yang ditancapkan di tanah: jihad apakah yang paling utama? Beliau bersabda: "Perkataan yang benar dihadapan penguasa yang zhalim."
Terdapat juga beberapa hadits yang memiliki keserupaan makna seperti hadits di atas, diantaranya:
Contoh teks hadits dari Sunan Abu Daud beserta terjemahannya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
Artinya: Sunan Abu Daud 3781: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubadah Al Wasithi berkata: telah menceritakan kepada kami Yazid -makasudnya Yazid bin Harun- berkata: telah mengabarkan kepada kami Isra'il berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhadah dari Athiyah Al 'Aufi dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang dhalim, atau pemimpin yang dhalim."
Contoh teks hadits dari Musnad Ahmad beserta terjemahannya:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ إِمَامٍ جَائِرٍ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ إِمَامٍ جَائِرٍ
Artinya: Musnad Ahmad 18074: Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Alqamah dari Thariq ia berkata: Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya, "Jihad manakah yang paling utama?" beliau menjawab: "Yaitu (mengungkapkan) kalimat yang benar (haq) di hadapan penguasa yang zhalim."
Dari ketiga hadits yang dikutip diatas, hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh tiga mukharij yaitu Sunan An Nasa’i, Abu Daud, dan Imam Ahmad. Walaupun terlihat ada beberapa perbedaan susunan redaksi ( teks ) matan dari hadits tersebut, tetapi masih dalam satu makna, hal ini biasa terjadi karena :
Sahabat yang menerima hadits tersebut lebih dari satu.
Hadits tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayah bi al ma’na ),jadi perbedaan itu masih dapat ditoleransi.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KESIMPULAN
Hadist yang diriwayatkan oleh Sunan An Nasa’i pada kitab Maktabah Al Ma’arif Riyadl  halaman 4209 ini terbagi dua argumentasi keshahihannya ada ulama yang mengatakan bahwa hadits ini shahih namun ada juga yang mengatakan bahwa hadits tersebut hasan. Selanjutnya, hadits karya Sunan Abu Daud pada kitabnya yang berjudul Baitul Afkar Ad Dauliah halaman 4344 ada dua versi pendapat Ulama’. Pertama, menurut M. Nashiruddin Al Albani hadits tersebut shahih lalu versi yang kedua, menurut Abu Thahir Zubair ‘Ali Zai hadits tersebut hasan. Hadits karya Imam Ahmad pada kitabnya Muasasah Ar Risalah halaman 18828 dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwasannya sanadnya shahih, rijalnya tsiqah rijal syaikhain.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
TAKHRIJ HADITS TENTANG TABLIGH WALAU SATU AYAT
Tumblr media
Contoh teks hadits dan terjemahannya:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Artinya: Shahih Bukhari 3202: Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah bercerita kepada kami Hassan bin 'Athiyyah dari Abi Kabsyah dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak mengapa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka."
Terdapat juga beberapa hadits yang memiliki keserupaan makna seperti hadits di atas, diantaranya:
Contoh teks hadits dari Sunan Abu Daud beserta terjemahannya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ
Artinya: Sunan Abu Daud 3177: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ceritakanlah riwayat dari Bani Israil, dan itu tidak mengapa."
Contoh teks hadits dari Musnad Ahmad beserta terjemahannya:
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي يَقُولُ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي يَقُولُ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Artinya: Musnad Ahmad 6198: Telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah mengabarkan kepada kami Al Auza'i telah menceritakan kepadaku Hassan bin Athiyyah telah menceritakan kepadaku Abu Kasybah As Saluli bahwa Abdullah bin Amru bin Ash telah menceritakan kepadanya, dia mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat, dan ceritakanlah oleh kalian tentang Bani Israil dan hal itu tidaklah mengapa. Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaklah ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka."
Dari ketiga hadits yang dikutip diatas, hadits tersebut hanya diriwayatkan oleh tiga mukharij yaitu Imam Bukhari, Abu Daud, dan Imam Ahmad. Walaupun terlihat ada beberapa perbedaan susunan redaksi ( teks ) matan dari hadits tersebut, tetapi masih dalam satu makna, hal ini biasa terjadi karena :
Sahabat yang menerima hadits tersebut lebih dari satu.
Hadits tersebut telah diriwayatkan secara makna (riwayah bi al ma’na ),jadi perbedaan itu masih dapat ditoleransi.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
KESIMPULAN
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab Fathul Bari halaman 3461 ini menurut ijma’ Ulama dikatakan Shahih. Namun, hadits karya Sunan Abu Daud pada kitabnya yang berjudul Baitul Afkar Ad Dauliah halaman 3662 ada dua versi pendapat Ulama’. Pertama, menurut M. Nashiruddin Al Albani hadits tersebut shahih lalu versi yang kedua, menurut Abu Thahir Zubair ‘Ali Zai hadits tersebut hasan. Hadits karya Sunan At Tirmidzi pada kitabnya Muasasah Ar Risalah halaman 6486 dikatakan shahih oleh sebagian Ulama karena memenuhi syarat Bukhari.
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
STUDI FENOMENA SOSIAL KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM: JURNAL ONLINE BUKTI NYATA TEORI MODERNITAS
Tumblr media
Abstrak: Modernisasi sangat terasa pada sebuah fenomena sosial peng-upload-an jurnal secara daring. Bagi generasi millennial yang sangat tidak asing dengan dunia gadget tentunya akan terasa mudah, namun tidak seperti generasi terdahulunya yang belum seberapa mengenal gadget. Tentunya hal tersebut akan menjadi sebuah adaptasi sosial. Terlepas dari itu, konsep modernitas terhadap jurnal online akan menimbulkan kontroversi bagi mereka yang awam terhadap pembaharuan sosial.
Kata kunci: Modernitas, Jurnal online
Pendahuluan
Modernisasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, Karena modernisasi merupakan salah satu perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Masyarakat tidak bisa menghindarinya karena setiap masyarakat manusia terus berubah dan mereka ingin berubah terus-menerus kehidupan berubah. Masyarakat adalah fenomena sosial yang alami karena setiap orang memiliki minat yang tak terbatas.
Perubahan sosial adalah proses yang memunculkannya perubahan struktur dan fungsi sistem sosial. Ada tiga tahap utama dalam proses perubahan, yaitu mungkin dimulai dengan penciptaan atau kelahiran sesuatu apa yang diinginkan atau apa yang dibutuhkan kemudian menjadi ide baru. Jika ide digulung seperti gasing yang berputar menjadi abu mereka, dibagikan di antara anggota masyarakat, proses transformasi sudah memasuki tahap kedua. Fase berikutnya sebagai fase ketiga disebut result (hasil, akibat), yaitu perubahan yang terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan sebagai akibat dari menerima atau menolak inovasi.[1]
Jika inovasi diterima maka orang untuk menolak, maka tindakan seperti itu disebut mengangkat. Jadi ada invasi yang diterima dan terus digunakan dan yang lainnya tidak.[2]
Penerbitan jurnal dari masa ke masa pun mengalami perubahan pada media yang dipakainya. Dahulu, jurnal diterbitkan dalam sebuah buku fisik. Namun, saat ini hal itu telah berubah dikarenakan telah adanya inovasi baru berupa website. Melalui website mahasiswa dan dosen millennial dapat dengan mudah mengakses serta meng-upload sebuah jurnal pada laman dan membagikannya melalui sosial media. Lalu, publik dapat melihat jurnal yang diupload secara bebas atau terbatas sesuai dengan kebijakan privacy yang ditetapkan. Dengan begitu, telah terasa bahwasannya efek dari konsep modernitas atau perubahan sosial telah terasa pada sebuah penerbitan jurnal.
Isi
Gagasan modernisasi pada dasarnya melibatkan transformasi keseluruhan dari kehidupan bersama tradisional dan pra-modern dalam hal teknologi dan organisasi sosial menjadi norma-norma ekonomi dan politik yang menjadi ciri negara-negara Barat yang tetap.[3]
Modernisasi adalah proses modernisasi yang secara etimologis berasal dari kata latin “modernus”, yang berarti “sekarang”. Modernisme sering dipahami sebagai sesuatu yang terletak pada tataran konseptual (ideologi), sedangkan modernisme terletak pada tataran realitas praktis atau konkretisasinya.[4]
Secara historis, modernisasi merupakan proses perubahan tipe sistem sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang pesat di Eropa Barat dan Amerika Utara sejak abad ke-17 hingga abad ke-19. Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Seringkali dalam bentuk perubahan sosial yang ditargetkan berdasarkan perencanaan sering disebut sebagai perencanaan sosial. [5]
Modernisasi merupakan masalah yang harus dihadapi masyarakat, karena prosesnya meliputi wilayah yang sangat luas, proses disorganisasi, masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatan perubahan, dan sebagainya.
Sebagaimana dijelaskan di atas, disorganisasi adalah proses hilangnya dan melemahnya moralitas dan nilai-nilai sosial melalui perubahan. Wujud nyata dari disorganisasi adalah munculnya masalah-masalah sosial. Masalah sosial dapat muncul sebagai penyimpangan dari aturan masyarakat, yang merupakan masalah bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, masalah yang berkaitan erat dengan penerbitan jurnal secara online. Banyak pihak yang merasa kurang paham terhadap sistematika peng-upload-an jurnal akan bingung dan merasa kesusahan.[6]
Selain itu, tentu saja mungkin ada penolakan terhadap perubahan sebagai akibat dari modernisasi. Keyakinan yang kuat akan kebenaran tradisi, sikap intoleran terhadap penyimpangan, keterlambatan pendidikan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang sangat mempengaruhi diterima atau ditolaknya modernisasi, terutama sikap dan nilai-nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur-unsur baru dan kesesuaiannya dengan unsur-unsur budaya.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, dan karena itu proses ini tidak mengarah pada keinginan yang baik. Di sisi lain, modernisasi harus mampu mencerminkan perkembangan yang ada di masyarakat di masa yang akan datang.[7]
Syarat-syarat modernisasi adalah sebagai berikut.
Cara berpikir ilmiah yang dilembagakan oleh kelas penguasa dan masyarakat. Untuk itu diperlukan sistem pendidikan dan pembelajaran yang terencana dan terencana dengan baik.
Sistem ketatanegaraan yang baik, yang benar-benar terdiri dari birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan dan pemusatan data yang baik dan teratur pada suatu instansi atau kantor tertentu.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat pasca modernisasi dengan menggunakan alat komunikasi massa.
Tingkat organisasi yang tinggi berarti disiplin di satu sisi, dan pembatasan kebebasan di sisi lain.
Sentralisasi kekuasaan dalam pelaksanaan perencanaan sosial.[8]
Penutup
Perubahan teknologi selalu lebih cepat perubahan budaya, karena perubahan budaya terutama perubahan dalam berpikir, sementara perubahan teknologi mungkin tidak selalu membutuhkan perubahan dalam berpikir terlebih dahulu. Untuk perubahan masyarakat kemudian dapat mengubah masyarakat yang progresif kebutuhan mental untuk mendorong perkembangan sosial. Sebelum masyarakat manusia yang berkembang sudah terkenal ada kecenderungan untuk berkembang, tetapi sebagai perangkat dan kurangnya sumber daya sulit untuk diperbaiki lakukan atau lanjutkan. Perubahan sosial Ini dapat dengan mudah terjadi jika masyarakat terpengaruh terbuka untuk objek baru sebagai elemen, keduanya luar dan dalam.
Mahasiswa dan dosen harus bisa beradaptasi dengan kondisi (jurnal online) perubahan akibat modernisasi. Perubahan yang sifatnya positif harus disambut baik tangan terbuka. Upaya untuk mengatasi perubahan negatif dimungkinkan.
[1] Bahreint T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 55.
[2] Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan Mencari Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 77.
[3] Moore, Wibert E., Sociale Verandering dalam Social Change, diterjemahkan oleh A. Basoski, Prisma Boeken, (Antwepen: Utrecht, 1965), hal. 129
[4] J.W Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta, 2009, hal. 1
[5] Ibid, hal. 120
[6] Wilbert, E., Moore, op. cit., hal. 131-132
[7] William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociologi, edisi ke 4, A feffer dan Simons Internasional University Edition, 1964, hal. 758
[8] Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Depok: Rajawali Pers, 2019), hal. 304
0 notes
mocopal · 2 years ago
Text
Modernisasi Sosial
Tumblr media
Pendahuluan
Modernisasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, Karena modernisasi merupakan salah satu perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Masyarakat tidak bisa menghindarinya karena setiap masyarakat manusia terus berubah dan mereka ingin berubah terus-menerus kehidupan berubah. Masyarakat adalah fenomena sosial yang alami karena setiap orang memiliki minat yang tak terbatas.
Perubahan sosial adalah proses yang memunculkannya perubahan struktur dan fungsi sistem sosial. Ada tiga tahap utama dalam proses perubahan, yaitu mungkin dimulai dengan penciptaan atau kelahiran sesuatu apa yang diinginkan atau apa yang dibutuhkan kemudian menjadi ide baru. Jika ide digulung seperti gasing yang berputar menjadi abu mereka, dibagikan di antara anggota masyarakat, proses transformasi sudah memasuki tahap kedua. Fase berikutnya sebagai fase ketiga disebut result (hasil, akibat), yaitu perubahan yang terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan sebagai akibat dari menerima atau menolak inovasi.[1]
Jika inovasi diterima maka orang untuk menolak, maka tindakan seperti itu disebut mengangkat. Jadi ada invasi yang diterima dan terus digunakan dan yang lainnya tidak.[2]
Pembahasan
Pengertian
Gagasan modernisasi pada dasarnya melibatkan transformasi keseluruhan dari kehidupan bersama tradisional dan pra-modern dalam hal teknologi dan organisasi sosial menjadi norma-norma ekonomi dan politik yang menjadi ciri negara-negara Barat yang tetap.[3]
Modernisasi adalah proses modernisasi yang secara etimologis berasal dari kata latin “modernus”, yang berarti “sekarang”. Modernisme sering dipahami sebagai sesuatu yang terletak pada tataran konseptual (ideologi), sedangkan modernisme terletak pada tataran realitas praktis atau konkretisasinya.[4]
Secara historis, modernisasi merupakan proses perubahan tipe sistem sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang pesat di Eropa Barat dan Amerika Utara sejak abad ke-17 hingga abad ke-19. Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Seringkali dalam bentuk perubahan sosial yang ditargetkan berdasarkan perencanaan sering disebut sebagai perencanaan sosial. [5]
Modernisasi merupakan masalah yang harus dihadapi masyarakat, karena prosesnya meliputi wilayah yang sangat luas, proses disorganisasi, masalah sosial, konflik antar kelompok, hambatan perubahan, dan sebagainya.
Proses dalam Modernisasi
Sebagaimana dijelaskan di atas, disorganisasi adalah proses hilangnya dan melemahnya moralitas dan nilai-nilai sosial melalui perubahan. Wujud nyata dari disorganisasi adalah munculnya masalah-masalah sosial. Masalah sosial dapat muncul sebagai penyimpangan dari aturan masyarakat, yang merupakan masalah bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, masalah yang berkaitan erat dengan organisasi masyarakat, pembagian kerja, kegiatan kekosongan, dll. Pada awal proses modernisasi, biasanya dalam bentuk industrialisasi.[6]
Selain itu, tentu saja mungkin ada penolakan terhadap perubahan sebagai akibat dari modernisasi. Keyakinan yang kuat akan kebenaran tradisi, sikap intoleran terhadap penyimpangan, keterlambatan pendidikan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang sangat mempengaruhi diterima atau ditolaknya modernisasi, terutama sikap dan nilai-nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur-unsur baru dan kesesuaiannya dengan unsur-unsur budaya.
Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi terutama menempati banyak bidang. Di era perubahan sosial ini, suka atau tidak suka, masyarakat harus menghadapi modernisasi. Bidang prioritas masyarakat tergantung pada kebijaksanaan kepala yang memimpin masyarakat. Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor rehabilitasi.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, dan karena itu proses ini tidak mengarah pada keinginan yang baik. Di sisi lain, modernisasi harus mampu mencerminkan perkembangan yang ada di masyarakat di masa yang akan datang.[7]
Syarat-syarat modernisasi adalah sebagai berikut.
Cara berpikir ilmiah yang dilembagakan oleh kelas penguasa dan masyarakat. Untuk itu diperlukan sistem pendidikan dan pembelajaran yang terencana dan terencana dengan baik.
Sistem ketatanegaraan yang baik, yang benar-benar terdiri dari birokrasi.
Adanya sistem pengumpulan dan pemusatan data yang baik dan teratur pada suatu instansi atau kantor tertentu.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat pasca modernisasi dengan menggunakan alat komunikasi massa.
Tingkat organisasi yang tinggi berarti disiplin di satu sisi, dan pembatasan kebebasan di sisi lain.
Sentralisasi kekuasaan dalam pelaksanaan perencanaan sosial.[8]
Kesimpulan
Perubahan teknologi selalu lebih cepat perubahan budaya, karena perubahan budaya terutama perubahan dalam berpikir, sementara perubahan teknologi mungkin tidak selalu membutuhkan perubahan dalam berpikir terlebih dahulu. Untuk perubahan masyarakat kemudian dapat mengubah masyarakat yang progresif kebutuhan mental untuk mendorong perkembangan sosial. Sebelum masyarakat manusia yang berkembang sudah terkenal ada kecenderungan untuk berkembang, tetapi sebagai perangkat dan kurangnya sumber daya sulit untuk diperbaiki lakukan atau lanjutkan. Perubahan sosial Ini dapat dengan mudah terjadi jika masyarakat terpengaruh terbuka untuk objek baru sebagai elemen, keduanya luar dan dalam.
Masyarakat harus bisa beradaptasi dengan mereka perubahan akibat modernisasi. Perubahan yang sifatnya positif harus disambut baik tangan terbuka. Sementara sosial budaya berubah merugikan nilai-nilai budaya masyarakat dan negara mengharapkan. Upaya untuk mengatasi perubahan negatif dimungkinkan Hal ini dilakukan dengan mendukung pendidikan moral dan agama. Keduanya dapat memimpin orang untuk tampil ada sebagai masyarakat dengan budaya nilai-nilai luhur dan religius yang dapat dijadikan landasan masalah dengan perilaku masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Leibo, J. (1995). Sosiologi Pedesaan Mencari Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda. Yogyakarta: Andi Offset.
Moore, W. E. (1965). Sociale Verandering dalam Social Change, diterjemahkan oleh A. Basoski, Prisma Boeken. Antwepen: Utrecht.
Nimkoff, W. F. (1964). Sociologi. A feffer dan Simons Internasional University Edition.
Schoorl, J. (2009). Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. Jakarta: PT. Gramedia.
Soekanto, S. (2019). Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Pers.
Sugihen, B. T. (1997). Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Footnote
[1] Bahreint T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 55.
[2] Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan Mencari Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 77.
[3] Moore, Wibert E., Sociale Verandering dalam Social Change, diterjemahkan oleh A. Basoski, Prisma Boeken, (Antwepen: Utrecht, 1965), hal. 129
[4] J.W Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta, 2009, hal. 1
[5] Ibid, hal. 120
[6] Wilbert, E., Moore, op. cit., hal. 131-132
[7] William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociologi, edisi ke 4, A feffer dan Simons Internasional University Edition, 1964, hal. 758
[8] Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Depok: Rajawali Pers, 2019), hal. 304
1 note · View note
mocopal · 3 years ago
Text
Serba Serbi Metodologi Sosial
Tumblr media
Definisi Metode Sosiologi
Metode penelitian dalam sosiologi menurut Paul B. Horton yakni berisi:
Studi cross-sectional dan longitudinal
          Studi cross-sectional merupakan suatu pengamatan yang mencakup suatu wilayah yang luas dan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan, studi longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu dan memvisualisasikan suatu kecenderungan atau sederet pengamatan sebelum dan setelahnya.
Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Lapangan
          Dalam penelitian dengan uji coba laboratorium, subjek manusia dikumpulkan dalam suatu tempat atau “laboratorium ” kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diharapkan peneliti, lalu dicatat kesimpulan-kesimpulannya. Sedangkan, penelitian eksperimen lapangan dalam pengamatan berada di luar laboratorium yang dalam hal ini peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati hasilnya.
Penelitian Pengamatan
          Penelitian pengamatan hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian ini kita tidak memengaruhi terjadinya suatu kejadian.[1]
Metode sosiologi dapat diartikan pula sebagai sebuah langkah-langkah ilmiah yang diterapkan peneliti dalam sebuah penelitian ilmu sosial.
Jenis Metode Sosiologi
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi: Suatu Pengantar terdapat dua metode dasar
yang digunakan dalam sosiologi, yakni:[2]
1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode yang mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak walaupun bahan-bahan tersebut secara nyata ada dalam masyarakat. Dalam metode kualitatif ini, terdapat beberapa jenis metode, antara lain:
Metode historis
yaitu metode yang menggunakan analisis atas peristiwa yang terjadi di masa lampau untuk menghasilkan prinsip-prinsip umum dari pola-pola sosial, proses, dan perubahannya;
Metode komparatif  
yaitu metode yang mementingkan perbandingan antara berbagai jenis masyarakat beserta bidangbidangnya, tujuannya untuk menghasilkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan serta sebab dan akibat-akibatnya.
Metode studi kasus
yaitu metode pengamatan tentang suatu keadaan kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, maupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus antara lain: wawancara (interview), daftar pertanyaan (questionnare), dan participant observer technique (pengamat terlibat dan ikut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat) yang diamati.
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan bahanbahan penelitian ber upa angka-angka sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala, neraca, indeks, tabel, dan formula, termasuk dalam hal ini adalah metode statistik, yaitu gejala masyarakat sebelum diteliti dikuantifikasi lebih dahulu. Berikut terlampir beberapa metode yang termasuk kedalam metode kuantitatif.
Metode statistik
       yaitu metode penelitian yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisis fenomena sosial melalui data statistik. Penggunaan data statistik menjadi kunci penelitian jenis ini. Peneliti dapat menggunakan data set yang sudah tersedia atau mengumpulkan sendiri melalui survey.
Metode sosiometri
       yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis pola hubungan, relasi atau jaringan sosial antar individu atau kelompok. Metode sosiometri sering disebut juga analisis jejaring sosial atau dalam bahasa Inggris social network analysis. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jejaring sosial antarmanusia sebagai bagian dari atau pembentuk fenomena sosial.
Metode induktif
merupakan metode sosiologi yang penerapannya dimulai dengan pencarian data lapangan, kemudian diolah, dianalisis, sampai disimpulkan menjadi teori-teori yang umum. Proses penelitiannya bersifat induktif, artinya gejala-gejala sosial yang khusus dan muncul dilapangan dirangkai sedemikian rupa hingga mencapai kesimpulan umum dan menghasilkan teori.
Metode deduktif
merupakan metode sosiologi yang penerapannya dimulai dari teori yang berada di kepala peneliti, kemudian teori tersebut digunakan untuk memandu proses analisis data yang diperoleh di lapangan. Metode ini boleh dibilang kebalikan dari metode induktif. Peneliti memiliki teori yang berasal dari hasil penelitian sebelumnya. Teori tersebut kemudian diuji dengan kenyataan (data) di lapangan.
Metode empiris
merupakan metode sosiologi yang digunakan untuk mencari data objektif di lapangan. Data objektif tersebut bersifat empiris artinya berasal dari realitas di lapangan tanpa intervensi kepentingan peneliti. Peneliti adalah manusia yang dalam ilmu sosial memiliki kemampuan menginterpretasi realitas sesuai kepentingannya. Metode empiris berupaya menjaga data agar steril dari kepentingan subjektif peneliti.[3]
Tahapan Metode Sosiologi
Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian terdiri dari langkah-langkah berikut.
Menentukan masalah yang akan diteliti. Masalahyang diteliti adalah masalah yang dapat memotivasi seseorang untuk segera melaksanakan penelitian. Selain itu, data tentang suatu masalahyang akan diteliti harus cukup tersedia di lapangan.
Studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan untuk mencari informasi yang diperlukan peneliti agar masalahnya menjadi jelas serta menjajaki kemungkinan diteruskan atau tidaknya suatu penelitian
Merumuskan masalah. Apabila dari studi pendahuluan, informasi tentang masalah yang akan diteliti sudah cukup jelas, peneliti harus membuat rumusan masalah. Hal ini dapat memperjelas dari mana penelitian harus memulai, ke mana harus pergi, dan sarana apa yang harus digunakan.
Merumuskan anggapan dasar. Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai tempat berpijak dalam melaksanakan penelitian. Contohnya, penelitian tentang peranan orang tua terhadap pilihan profesi anak SMA. Anggapan dasar yang dapat dirumuskan dalam topik penelitian tersebut antara lain, hubungan antara anak dan orang tua cukup erat, anak mengetahui latar belakang orang tuanya (pendidikan, pekerjaan, cita-cita orang tua terhadap anak). Setelah anggapan dasar ada dan memungkinkan kita untuk mengadakan penelitian, kita dapat merumuskan hipotesis, yaitu kebenaran sementara yang harus dibuktikan melalui penelitian.
Memilih pendekatan. Pendekatan adalah metode atau cara yang akan dipakai dalam melaksanakan penelitian. Penentuan pendekatan ini sangat berpengaruh terhadap penentuan variabel objek penelitian, subjek penelitian, serta sumber perolehan data.
          Secara umum, ada dua pendekatan dalam penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
            •    Pendekatan kuantitatif digunakan jika data yang hendak dikumpulkan adalah data kuantitatif (data berbentuk angka). Oleh karena itu, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode statistika.
            •    Pendekatan kualitatif digunakan jika data yang hendak dikumpulkan adalah data kualitatif (data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat). Pendekatan kualitatif mengutamakan kualitas data. Oleh karena itu, penelitian kualitatif tidak menggunakan analisis statistika.
6.  Menentukan jenis dan sumber data. Langkah ini menjawab pertanyaan apa yang akan diteliti dan dari mana data diperoleh. Kedua hal ini, harus diidentifikasik dengan jelas agar kita dapat menentukan alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data.
Pelaksanaan Penelitian
Berikut merupakan langkah-langkah dari pelaksanaan penelitian:
Menentukan dan menyusun instrumen. Instrumen ini sangat tergantung pada jenis dan dari mana data diperoleh. Contohnya, apabila kita akan meneliti pengaruh metode bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara anak usia dini, data dapat kita dapatkan dari siswa PAUD, guru, dan orang tua dengan cara mengadakan survei menggunakan kuesioner atau angket.
Mengumpulkan data. Mengumpulkan data dan kemudian mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan ketekunan. Apabila data yang didapatkan salah atau tidak sesuai, hasilnya pun akan salah atau tidak memenuhi persyaratan data yang sahih atau benar. Akibatnya, terjadi pengulangan pengumpulan data.
Analisis data. Dalam menganalisis data, dibutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data sehingga mudah untuk dipertanggungjawabkan.
Menarik kesimpulan. Langkah ini merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Pada tahap ini, kegiatan penelitian telah selesai dan tinggal mencocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Jika hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis, bukan berarti bahwa penelitian yang dilakukan salah atau gagal, melainkan hipotesis tersebut mungkin tidak berlaku dalam penelitian yang telah dijalankan.
Penyusunan Laporan Penelitian
Membuat laporan penelitian adalah proses menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan.
Dalam penulisan laporan penelitian ilmiah, struktur penulisannya secara umum adalah sebagai berikut:
      1. Pendahuluan
          Bagian ini berisi:
          a. latar belakang masalah;
          b. identifikasi masalah;
          c. pembatasan masalah;
          d. perumusan masalah;
          e. tujuan penelitian secara umum;
          f.  kegunaan penelitian.
      2. Penyusunan kerangka teoretis dan perumusan hipotesis
          Bagian ini berisi:
          a. pengkajian teori yang dipergunakan;
          b. pembahasan penelitian;
          c. penyusunan kerangka berpikir;
          d. perumusan hipotesis.
      3. Metodologi penelitian 
          Bagian ini berisi:
          a. tujuan penelitian secara operasional;
          b. tempat dan waktu penelitian;
          c. metode penelitian;
                I. penentuan unit analisis
               II. subjek penelitian
              III. teknik pengambilan sampel (contoh)
              IV. teknik pengumpulan data
               V. teknik analisis data.
         d. pendekatan penelitian;
         e. jenis penelitian.
     4. Hasil penelitian
         Bagian ini berisi:
         a. variabel yang diteliti;
         b. teknik analisis;
         c. kesimpulan analisis data;
         d. penafsiran kesimpulan analisis data
         e. kesimpulan pengujian hipotesis.
     5. Kesimpulan dan saran
         Bagian ini berisi:
         a. deskripsi singkat mengenai masalah hipotesis dan hasil penelitian;
         b. kesimpulan penelitian dari seluruh aspek tersebut;
         c. pengajuan saran
     6. Laporan penelitian dapat pula ditambahi dengan daftar pustaka dan lampiran - lampiran.[4]
Pengaplikasian Metode Sosiologi
Metode sosiologi dapat diaplikasikan dalam beragam penelitian sosial dan tentunya dilakukan dengan mengikuti alur struktural sebuah penelitian. Dengan dilakukan secara terstrukrur maka dapat dengan mudah sebuah penelitian menghasilkan objek penelitian yang lebih beragam dan kredibel.
Sumber Referensi
“Metode Sosiologi: Pengertian, Jenis, Contoh”. Dalam Sosiologis.com, 03 May 2018 atau http://sosiologis.com/metodesosiologi#:~:text=Metode%20sosiologi%20merupakan%20langkah-langkah,posisi%20disiplin%20sosiologi%20sebagai%20metodologi.
Pras. “PROSEDUR DAN TAHAPAN PENELITIAN SOSIAL”. Dalam https://www.sosiologimudah.com/2020/11/prosedur-dan-tahapan-penelitian-sosial.html
Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Soekanto, Soerjono. 1985. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
[1] Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 65.
[2] Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: CV. Rajawali, 1985),  39—42.
[3] “Metode Sosiologi: Pengertian, Jenis, Contoh”. Dalam Sosiologis.com, 03 May 2018 atau http://sosiologis.com/metode-sosiologi#:~:text=Metode%20sosiologi%20merupakan%20langkah-langkah,posisi%20disiplin%20sosiologi%20sebagai%20metodologi.
[4] Pras. “PROSEDUR DAN TAHAPAN PENELITIAN SOSIAL”. Dalam https://www.sosiologimudah.com/2020/11/prosedur-dan-tahapan-penelitian-sosial.html
1 note · View note
mocopal · 3 years ago
Text
Beragam Cabang Sosiologi
Tumblr media
Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat dari sudut pandang agama secara universal. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian. Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan. Pendekatan sosiologi agama cenderung menggunakan kelebihan dan kekurangan pada suatu agama sebagai objek kajian. Objek kajian utama dalam sosiologi agama ialah hubungan antarindividu dan antarkelompok di dalam organisasi keagamaan serta hubungan antara suatu organisasi keagamaan dengan organisasi keagamaan lainnya. Dalam sosiologi agama, keyakinan kerohanian merupakan struktur sosial yang menciptakan integrasi sosial pada individu-individu di dalam masyarakat.
Sosiologi Perkotaan
Sosiologi perkotaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari tentang gejala sosial akibat dari interaksi sosial yang terjadi di dalam kawasan perkotaan. Objek kajian utama dalam sosiologi perkotaan adalah interaksi yang terjadi pada masyarakat perkotaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kota. Kajian tentang sosiologi perkotaan mulai dibahas pertama kali oleh Chicago School dalam buku pedoman tentang ekologi manusia. Pada tahun 1950, Chicago School kemudian menerbitkan buku pedoman tentang sosiologi urban. Kajian dalam sosiologi perkotaan melingkupi keterangan umum tentang perkotaan, urbanisasi, pembagian kawasan perkotaan, masyarakat perkotaan, permasalahan urban, dan struktur sosial.
Sosiologi Pedesaan
Sosiologi pedesaan merupakan bagian dari ilmu sosiologi terapan yang ditujukan bagi masyarakat pedesaan. Pada masa klasik sosiologi pedesaan diartikan sebagai keadaan sosial dari desa-desa di Eropa yang menggambarkan perbedaannya secara jelas bila dibandingkan dengan keadaan kota. Pada masa modern, sosiologi pedesaan diartikan sebagai cara masyarakat pedesaan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kapitalisme yang mempengaruhi pertanian. Perkembangan ilmu sosiologi pedesaan berlangsung pesat di Amerika Serikat melalui karya tulis ilmiah T. Lynn Smith dan Paul E. Zopf pada tahun 1970 serta pada tahun 1972 melalui karya tulis ilmiah Galeski.
Sosiologi Pembangunan
Sosiologi pembangunan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Dalam proses pembangunan, masyarakat menjadi penyebab terjadinya pembangunan sekaligus penerima dampak dari pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dianggap sebagai cara untuk melakukan humanisasi terhadap masyarakat. Konsep dasar dari sosiologi pembangunan dibentuk oleh Karl Marx, Max Weber, dan Durkheim.
Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi merupakan salah satu cabang sosiologi yang membahas tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam sosiologi ekonomi, fenomena ekonomi yang terjadi dijelaskan dengan pendekatan sosiologi. Fenomena ekonomi yang dikaji berupa proses produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kesejahteraan. Pendekatan sosiologis yang digunakan guna mengamati fenomena ekonomi meliputi kerangka acuan, variabel, indikator, serta model sosiologi dalam menjelaskan fenomena sosial di dalam masyarakat.
Sosiologi Kesehatan
Sosiologi kesehatan merupakan salah satu cabang sosiologi yang berawal dari perkembangan sosiologi kedokteran. Penyebab dibentuknya sosiologi kedokteran adalah diperlukannya faktor-faktor sosial yang menentukan pola penyebaran penyakit. Setelah terjadi perubahan sudut pandang dari penyebaran penyakit menjadi pencegahan penyakit, maka sosiologi kesehatan pun dibentuk dan terpisah dari sosiologi kedokteran. Dalam sosiologi kesehatan, pengelolaan masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan sosiologi.
Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari hubungan antara manusia dalam pendidikan melalui pendekatan sosial dan menggunakan metode ilmiah. Penggunaan istilah sosiologi pendidikan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1899 oleh John Dewey dalam bukunya yang berjudul School and Society. Konsep awal dari sosiologi pendidikan yaitu peran lembaga pendidikan sebagai pranata sosial. Konsep ini kemudian dikembangkan lagi oleh Ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pendidikan dan ilmu sosial yaitu A. W. Small, E. A.Kirkpatrick, C. A. Elwood, Alvin Good, dan S. T. Dutton. Pengembangan konsep berkaitan dengan peranan sosiologi bagi pendidikan, terutama pendidikan anak oleh keluarga dan masyarakat. Konsep sosiologi pendidikan mengalami perkembangan lebih lanjut setelah John Dewey kembali menerbitkan buku pada tahun 1916 yang berjudul Democracy and Education.
Sumber Referensi
Jamaludin, A. N. (2016). Sosiologi Pembangunan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Murdiyanto, E. (2008). Sosiologi Perdesaan: Pengantar untuk Memahami Masyarakat Desa. Yogyakarta: Wimaya Press.
Haryanto, Sindung (2015). Sosiologi Agama: Dari Klasik hingga Postmodern . Sleman: Ar-Ruzz Media.
Pramono, M. F. (2017). Sosiologi Agama dalam Konteks Indonesia . Ponorogo: Unida Gontor Press.
Pandaleke, Alfien (2015). Sosiologi Perkotaan. Bogor: Maxindo Internasional.
Rosmalia, D., dan Sriani, Y. (2017). Sosiologi Kesehatan . Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Zaitun (2016). Sosiologi Pendidikan (Teori dan Aplikasinya) . Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Zid, M., dan Alkhudri, A.T. (2016). Sosiologi Pedesaan: Teoritisasi dan Perkembangan Kajian Pedesaan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1 note · View note
mocopal · 3 years ago
Text
Paradigma Perilaku Sosial
Tumblr media
Definisi Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma perilaku sosial menurut George Ritzer adalah cara berpikir yang memusatkan perhatian pada tingkah laku dan pengulangan tingkah laku tertentu sebagai pokok persoalan. Pada paradigma ini, perilaku manusia dalam interaksi sosial itu dilihat sebagai respons atau tanggapan yang muncul dalam interaksi tersebut. Jadi pada paradigma ini, pelaku sosial adalah objek utama, karena dapat diamati dan dipelajari secara empiris.
 Teori-Teori yang Termasuk ke Dalam Paradigma Perilaku Sosial
Teori pertama yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial adalah teori Behavioral Sociology. Teori ini merupakan sebuah teori yang memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep yang mendasari teori ini adalah reinforcement atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah ganjaran (akibat). Tidak ada sesuatu yang melekat pada objek yang dapat menimbulkan ganjaran.
Yang kedua adalah teori exchange. Teori yang dikemukakan oleh George Homan ini dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial atas dasar itu pula George Homan menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga pandangannya, yakni pandangannya tentang emergence, pandangannya tentang psikologi, dan metode penjelasan dari Durkheim.
 Metode yang Digunakan Oleh Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma ini menggunakan metode yang dipergunakan oleh paradigma yang lain seperti kuisioner, interviu, dan observasi. Namun demikian paradigma ini lebih banyak mempergunakan metode eksperimen dalam penelitiannya. Keutamaan dari metode eksperimen ini adalah memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol dengan ketat objek dan kondisi di sekitarnya.
 Contoh Kasus pada Paradigma Perilaku Sosial
Makanan dapat dikatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat untuk melepas rasa lapar. Dalam suatu kasus jika seseorang tidak lapar maka makanan tidak akan dimakan. Lalu, apakah sebenarnya yang menentukan? Apakah ganjaran yang diperoleh itu yang menyebabkan perulangan tingkah laku? Bila aktor (manusia) telah kehabisan makanan, maka ia akan lapar dan makanan akan berfungsi sebagai pemaksa. Sebaliknya jika ia baru saja makan, tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak lagi menjadi pemaksa yang efektif terhadap perulangan tingkahlaku. Dalam contoh ini mengandung unsur kerugian dari psikologis. Bila kita meniadakan unsur manusia, makanan, seks, air, atau udara, maka semua akan menjadi pemaksa yang potensial.
 Sumber Referensi
Ritzer, George. (2014). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.
Wirawan, I.B. (2012). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta: Prenadamedia Group.
0 notes