mita686
لاحولاولاقوة الابالله
6 posts
just let the lessons neverlasting
Don't wanna be here? Send us removal request.
mita686 · 3 years ago
Text
Daughter Rara
Nak, terimakasih telah hadir dalam hidup kami. Telah menjadi wasilah kebahagian kami.
4 notes · View notes
mita686 · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Many happy return of the day... . . .discount 50% #scraftmurah #scrapboxsurabaya #scrapbook #scrapframemurah #scrapboxmurah #scrap #surabayascrap #kadovalentine #kadowisuda #kadoweddingmurah #kadowisudamurah #kadounikmurah #kadoelegan #kadomahal #kadopacar https://www.instagram.com/p/Bt6_ZFjHBor/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1dhq5ar0ymp13
2 notes · View notes
mita686 · 8 years ago
Quote
Cukupkan dalam shalatmu, dalam heningnya sepertiga malammu untuk mengadukan dan memohonkan semua pada Nya. Hingga tak ada sedikitpun ketertarikanmu untuk mengeluh di hadapan manusia.
Stay strong, stay cool, stay on iman! :)
Semangat perempuan! Wanita yang katanya muslimah dambaan syurga ❤
(via menyapamentari)
463 notes · View notes
mita686 · 8 years ago
Text
BAGAIMANA MAKSIAT MEMASUKI DIRI SEORANG HAMBA?
Kebanyakan, maksiat memasuki diri seorang hamba melalui empat pintu, di antaranya:
PERTAMA: PANDANGAN.
Pandangan merupakan pemandu dan utusan syahwat. Menjaga pandangan merupakan tindakan utama dalam menjaga kemaluan. Barang siapa mengumbar pandangannya, maka dia telah menggiring dirinya kepada kebinasaan.
Pandangan merupakan pangkal dari segala bencana yang menimpa manusia. Sebab, pandangan akan melahirkan getaran hati, diikuti dengan angan-angan membangkitkan syahwat dan keinginan yang semakin menguat dan akhirnya membulatkan tekad, hingga terjadilah perbuatan itu secara pasti, selama tidak ada penghalang yang menghalanginya. Dalam hal ini ada yang berkata: “Kesabaran dalam menundukkan pandangan masih lebih ringan daripada kesabaran dalam menanggung akibatnya.”
KEDUA: BISIKAN JIWA.
Adapun bisikan jiwa, permasalahannya lebih rumit karena ia merupakan pintu (pembuka) kebaikan dan keburukan. Bisikan jiwa akan melahirkan keinginan dan tekad. Oleh sebab itu, siapa yang menjaga bisikan jiwanya niscaya mampu mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsunya. Sebaliknya, siapa yang dikalahkan oleh bisikan jiwanya pasti akan tunduk kepada jiwa dan hawa nafsunya.
Bahkan, barang siapa yang meremehkan bisikan jiwanya maka bisikan tersebut akan menggiringnya secara paksa menuju kebinasaan. Sungguh, bisikan akan senantiasa mendatangi hati sehingga menjadi angan-angan semu.
KETIGA: UCAPAN.
Menjaga ucapan dilakukan dengan tidak mengeluarkan perkataan sia-sia, yaitu tidak berbicara tentang perkara yang tidak bermanfaat dan berfaedah dalam agama. Jika hendak berbicara, maka timbanglah terlebih dahulu, apakah di dalamnya terdapat manfaat dan faedah ataukah tidak? Jika tidak, maka tahanlah pembicaraan tersebut. Jika mengandung kemaslahatan, maka dilihat lagi, apakah ada kalimat yang lebih baik atau tidak? Dengan begitu, kalimat yang bermanfaat tadi tidak tersia-siakan akibat kalimat yang tidak jelas.
Jika kamu ingin mengetahui apa ynag tersembunyi dalam hati, maka lihatlah apa yang dikatakan. Lisan menunjukkan apa yang terdapat dalam hati, baik pemiliknya suka ataupun tidak.
Yahya Bin Mu'adz berkata: “Hati ibarat periuk yang isinya mendidih. Sementara yang menjadi ciduknya adalah lisan. Maka perhatikanlah baik-baik ketika seseorang berbicara, karena lisannya menciduk apa yang ada dalam hatinya: manis, asam, tawar, asin, dan sebagainya. Ciduk lisannya menjelaskan kepadamu perasaan dalam hatinya.” [Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (X/63)]
KEEMPAT: LANGKAH KAKI.
Menjaga langkah kaki dilakukan dengan tidak melangkahkan kakinya kecuali untuk perkara yang diharapkan pahalanya. Jika pada langkah kaki itu tidak terdapat tambahan pahala, maka duduk itu lebih baik baginya.
Seseorang juga dapat keluar melangkahkan kaki untuk setiap perkara yang mubah, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus meniatkannya karena Allah, sehingga langkah kakinya pun bernilai ibadah.
___ (Kitab Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, hlm 337-358)
74 notes · View notes
mita686 · 8 years ago
Text
Tentang Kebahagiaan yang Kamu Miliki, Tak Melulu Semua Orang Harus Tahu
Ada hati yang harus dijaga setiap kali kamu hendak menceritakan kebahagiaanmu kepada orang lain, yaitu hati orang-orang yang mendengarkan. Ada hati yang harus diperhatikan setiap kali kamu hendak menuliskan atau mempublikasikan kebahagiaanmu di media sosial, yaitu hati orang-orang yang membacanya.
Mengapa?
Tak semua orang bisa lulus tepat waktu. Tak semua orang mudah mencapai wisuda. Tak semua orang mampu makan di tempat ternama. Tak semua orang cepat mendapat pekerjaan. Tak semua orang berkesempatan melanjutkan pendidikan. Tak semua orang cepat bertemu jodohnya. Tak semua orang berlebih rezekinya. Tak semua orang bisa mendapat beasiswa, dan seterusnya. Itulah mengapa kamu tidak boleh sembarangan dalam menyiarkan kebahagiaan. 
Bukan berarti kebahagiaan itu tidak boleh dibagikan. Tapi, alih-alih sesumbar, bukankah lebih baik jika didahului dengan mengedepankan empati? Kebahagiaan bukanlah tarikan langit yang lantas menjadikan hatimu meninggi. Sebaliknya, kebahagiaan mengajarimu untuk cerdas bersyukur dan berempati. 
Bayangkan, apa perasaan orang lain yang mendengar cerita kebahagiaan-kebahagiaanmu ketika disaat yang sama dia sedang kesulitan atau belum mendapatkan sesuatu seperti apa yang sudah kamu dapatkan? Bagaimana kalau ternyata ia menjadi kecil hatinya? Apakah kamu akan tetap bahagia jika ternyata kebahagiaan itu justru mengecilkan hati orang lain?
Kebahagiaanmu itu, tak melulu semua orang harus tahu. Jangan mudah mempublikasikannya di ruang-ruang publik, karena disana ada orang-orang yang mungkin tanpa sadar tidak kamu jaga perasaannya. Tentang menceritakan kebahagiaan, semua ada seninya: cerdaslah berempati, bersyukurlah tanpa tapi dan jangan mempublikasikannya tanpa filtrasi.
153 notes · View notes
mita686 · 8 years ago
Text
Kita sekarang ini barangkali hidup di tengah-tengah level eksisme yang begitu tinggi. Kita tidak sadar bahwa kita senantiasa “berjuang” agar dikenali orang, ingin terlihat menjadi begitu independen, tampak ceria dan dihargai seluruh dunia. Sesederhananya lewat media sosial ini, kita ingin selalu menunjukkan diri, tak henti unjuk gigi, mempercantik tampilan diri, dan menikmati panggung besar ini sendiri. Dunia ini milik kita bukan? Meski kadang kita tahu ini ironi, kita terkenal di dunia maya dengan sejuta polesannya, namun justru tak dikenal di dunia nyata yang penuh dengan realitasnya.
Pada akhirnya, suatu kali kitapun sadar dan mendamba untuk hidup apa adanya di dunia nyata. Kita tahu bahwa kadang angan yang terlalu tinggi itu menyakitkan. Mengetahui perhatian orang tak melulu lurus dengan keinginan, bisa saja membuat diri ini berlaku diluar batas kemampuan.
Suatu kali, diluar dunia maya yang begitu hiruk-pikuk ini, kita kelelahan dan mendamba kesederhanaan. Kita sudah penat dan mencapai saturasi, kiranya sudah bukan ini mau kita lagi. Beranjak dewasa, justru hal-hal yang sederhana akan begitu berharga.
Bila nanti di masa depan, ingin rasanya mendamba kesederhanaan.
Betapa menyenangkan misalnya apabila melihat istri-istri yang menyambut suaminya pulang kerja dengan senyum yang lebar, menghadiahinya hari itu dengan masakan terlezat dan merekapun makan bersama dengan bahagia. Bukankah itu sederhana? Betapa mengharukan misalnya apabila melihat suami-suami yang taat ibadah, bangun diawal pagi sambil membangun istri, hingga pamit takzim untuk pergi ke masjid berjalan kaki menembus dinginnya pagi. Bukankah itu sederhana? Betapa membahagiakannya pula melihat perkembangan buah hati yang nanti hadir, ketika kedua orangtuanya senantiasa ada di pinggir, membersamainya hingga masuk fase remaja akhir. Bukankah itu sederhana?
Begitupun momen-momen berkumpul dengan keluarga besar, saling sapa dan tertawa bersama-sama. Tak ada yang fokus pada layar dunia maya, semua hanya saling tatap dan berbicara dengan terbuka. Bukankah itu sederhana?
Tanpa seluruh dunia harus tahu. Tanpa repot-repot posting segala sesuatu. Tanpa harus mengakhirinya dengan update dan komentar dari orang-orang yang hanya berlalu. Tanpa harus bilang ke seluruh dunia, bahwa seakan-akan kita adalah orang yang paling berbahagia. Kesederhanaan yang mungkin kita dambakan, karena kebahagiaan yang kita miliki tak melulu semua orang harus tahu.
298 notes · View notes