Text
Menyiapkan ruang kecewa tuh memang hampir selalu penting untuk dilakukan sih ternyata
1 note
·
View note
Text
Ibu, hari ini usiaku 22.
Selepas shalat subuh dan mengaji barang dua halaman pagi ini, aku memaksakan diri untuk tidur. Dalam mimpiku, Ibu duduk dan menangis di meja makan; hanya aku dan nenek yang sebetulnya tidak tinggal bersama kami yang bisa melihat keberadaan beliau. Ibu tampak sedih; tidak tega; matanya kuyu melihat kami menangisi kepergian beliau.
Di mimpi itu, kupeluk ibu erat-erat sambil menangis. Ia kemudian menepuk-nepuk punggungku sambil menenangkan pelan-pelan, "lho, kamu kenapa malah menangis?", dan air mataku bertambah deras.
"Ibu, ibu gapapa?", sayangnya, dari ribuan hal yang ingin kusampaikan; hanya pertanyaan konyol itu yang mampu keluar.
"Ngga apa-apa, Ibu ngga kenapa-kenapa",
Dan kami berdua menangis dalam peluk.
Ibu, kalau memang ibu yang datang di mimpiku pagi tadi, ini adalah kado ulang tahun terbaik sepanjang masa.
al-fatihah
3 notes
·
View notes
Text
Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang Maha Mengurusi Semua Makhluk, dengan kasih sayang-Mu aku memohon pertolongan.
Perbaikilah semua urusanku, janganlah tinggalkan aku untuk mengurusi urusanku sendirian walau sekejap mata, selama-lamanya.
488 notes
·
View notes
Text
Dulu suka bingung dan nyalahin diri sendiri kalau ada teman lama yang dulunya super akrab tiba-tiba jadi sulit dihubungi. Padahal sebelumnya kami jelas baik-baik saja, tidak ada perselisihan, salah paham, atau bentrokan. Setiap kali lihat update instastorynya di instagram rasa asing jadi hadir lagi, mencoba refleksi dan berkali-kali memperbaiki relasi, tapi yang dituju tetap enggak menunjukkan ketertarikan untuk membalas. Kadang jadi sedih sendiri.
Dulu kami seolah nggak bisa dilepaskan, setiap kali ada yang menjahatiku; dia barisan paling depan untuk membela. Setiap ada yang berusaha menjatuhkannya; aku yang protes paling pertama. Dia mengenalkanku dengan dunianya yang banyak warna. Kalau selama hidupku aku tidak mengerti ekspresi, maka dia yang mengajarkan pertama kali. Enggak pernah sekalipun aku terpikir kita bakal berakhir seasing ini. Hidup kami enggak mudah, tapi kami bisa saling ada dan membantu. Kami sama-sama suka menyanyi, menulis, dan membaca. Kami sama-sama pribadi yang kompleks, sama-sama sulit dipahami dan punya dunia sendiri. Kesamaan-kesamaan yang bikin kami jadi lebih mudah pula untuk saling mengerti. Kalau boleh berharap, aku ngga akan ragu untuk minta Tuhan supaya kami bisa dekat dan seperti dulu lagi. Namun melihatnya tersenyum lebar hari ini bikin aku sadar kalau hidupnya setidaknya sudah tidak semengerikan dulu — atau setidaknya itu yang aku lihat dan bisa rasakan.
Aku jadi ikut sadar kalau barangkali melepas semua yang ada di masa lalunya itu caranya untuk bangkit dari keterpurukan yang ia ingin lupakan di masa lalu. Mungkin saja itu bukan salahku, mungkin memang tidak ada yang salah. Mungkin ini memang hanya caranya untuk mendapat kebahagiaan yang ia mau. Mungkin menyingkirkan segalanya dari masa yang kelam lagi menyebalkan adalah caranya bisa hidup dalam damai dan tenang.
Aku tidak jadi sedih. Hari ini tidurku akan nyenyak.
6 Agustus 2023
2 notes
·
View notes
Text
Besok hari-hari akan jauh lebih baik
Ada hari-hari dimana segalanya seperti akan berjalan baik-baik saja. Hari-hari penuh dengan semangat yang nyala dan keoptimisan yang penuh. Hari-hari tanpa khawatir dan rasa takut. Hari-hari penuh bunga.
Ada hari-hari dimana hidup seperti akan berakhir dalam dua kedipan mata. Hari-hari putus asa, hari-hari gelisah dan lelah. Hari-hari kepala serupa benang semerawut, tidak nyaman, muak.
Ada hari-hari dimana sedih atau bahagia tidak lagi ada bedanya, segalanya terasa hampa.
0 notes
Text
Mengapa Aku Tidak Suka Merasa Gagal
Buat saya penyesalan ga akan bawa saya kemana-mana kecuali kepada kesedihan dan keterpurukan.
Saya kerap kali jadi menyalahkan diri sendiri sebab tidak mengambil oportuniti yang bisa saja saya tekuni. Hari-hari menjadi menyeramkan dan isi kepala menjadi semakin tidak terurai sebab di dalamnya hanya ada saya dan ketakutan akan gagal.
Penyesalan selalu mengantarkan saya kepada rasa gagal. Dan sama sepertinya, kegagalan yang saya rasakan tidak membawa saya kemana-mana kecuali perasaan gagal itu sendiri.
Tumbuh besar hingga kini, saya tidak merasa gagal membuat saya menghargai proses, menikmati hidup, atau menjadi lebih aware akan diri sendiri. Kegagalan engga pernah manis dan begitulah kenyataannya. Saya juga engga suka memanipulasi perasaan gagal yang saya rasakan. Saya engga suka mencoba mengambil sisi baik dari hal-hal buruk yang terjadi kepada saya.
Saat merasa gagal, saya hanya ingin sibuk meratapi kegagalan. Saya ingin sepenuhnya hadir dengan perasaan yang saya rasakan.
Sebab saya tidak suka merasa gagal, saya tidak akan meromantisasinya menjadi kalimat-kalimat semangat atau kumulasi rasa syukur.
Saya tidak ingin terkurung di dalamnya, saya ingin keluar. Saya tidak ingin alam bawah sadar saya mengasosiasikan rasa gagal sebagai hal yang berharga atau patut saya syukuri.
Sebab saya tidak suka gagal, saya akan merasakannya hanya sebagai kegagalan.
8 notes
·
View notes
Text
siri how to live my life forever with my boyfriend
3 notes
·
View notes
Text
Aku dan Kopi
Kata Ibu, saat disapih dari asi aku menolak minum susu formula. Alternatifnya, aku diberi kopi karena hobi mencicip kopi hitam Bapak saat setengah hangat. Setelahnya, aku makin keranjingan dengan kopi hitam, semakin keranjingannya aku hingga kopi tidak lagi mampu menahan kantuk, kopi seperti pengganti air putih. Aku tidak ingat kapan dan pada momen apa aku akhirnya mengurangi asupan kopi, mungkin saat mempersiapkan Ujian Nasional sekolah dasar, mungkin juga saat akhirnya harus bersekolah di jogja dan jauh dari kopi buatan ibu. Aku tidak ingat.
Lama kelamaan aku tidak lagi akrab dengan kopi. Pada akhirnya aku tidak lagi mengonsumsi kopi, dan pada suatu titik tertentu, menyecap kopi membuatku mual, pusing, dan terjaga untuk waktu yang lama. Aku tidak lagi mengonsumsi kopi.
Pandemi membuat aku harus bertahan di rumah bersama keluarga untuk waktu yang lama. Aku dan seisi rumah memiliki tugas masing-masing dalam merawat rumah. Ada satu hal yang tidak pernah mau aku lakukan, membuatkan kopi untuk Bapak atau Ibu, atau membuatkan teh, atau memasak, atau melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan meracik kudapan. Aku enggan, takut, dan selalu gelisah. Tugas membuat kopi atau teh pada akhirnya selalu dilakukan Kakak atau Ibu; aku jauh lebih terima dimaki-maki, dibentak, atau disumpah-serapahi daripada harus melakukannya. Rasanya takut, mencekam, terancam. Saat aku mencoba untuk mengurai rasa takutnya menjadi satu-dua, aku teringat potongan-potongan memori Elva kecil yang naif.
Elva kecil hanya punya tiga kegemaran, bukan menggambar, belajar, atau bermain boneka; Elva kecil gemar membaca, menulis, dan mengamati. Elva kecil sering mendengar pujian dari orang tua untuk kakaknya setelah kakaknya membuatkan kopi untuk Bapak atau Ibu, katanya kakaknya pintar dan kopi buatannya enak. Elva kecil yang gemar mengamati mencatatnya di kepala. Saat akhirnya Elva kecil diminta membuat kopi, Elva kecil girang bukan kepalang, pikirnya ia akan dapat respons dan perlakuan yang sama dengan apa yang pernah dicatatnya di kepala. Saat kopinya sudah jadi, Elva kecil harus berlari ke kamar mandi dan pura-pura buang air besar agar bisa menangis lebih lama.
Respons yang Elva kecil dengar tidak sama dengan respons kepada kakaknya yang pernah ia dengar dan nanti-nantikan. Elva yang masih kecil teriris hatinya karena katanya kopi buatannya tidak enak, entah kurang atau terlalu pahit Elva kecil tidak ingin mematrinya di kepala. Yang Elva kecil bisa ingat adalah kopi yang ia buat dibuang di halaman depan setelah dibiarkan dingin begitu saja. Sebab kopinya tidak enak, Bapak dan Ibu meminta Kakaknya untuk membuat kopi yang jauh lebih enak. Elva kecil menangis diam-diam. Yang Elva kecil tidak tahu, perasaannya yang demikian berkembang sampai usianya sudah duapuluh satu sekarang, Elva kecil tidak tahu kalau sekarang ia masih takut. Parahnya perasaan takutnya tidak hanya berhenti pada takut membuat kopi hitam atau teh, perasaan takutnya berkembang dan membesar.
Ingatan mengenai kopi hitam saat itu tiba-tiba saja mengantarkanku kepada ingatan-ingatan yang lain, ingatan saat Elva kecil ditertawai ketika menunjukkan kebolehan Qiroah yang Elva kecil bisa, juga ingatan-ingatan menyesakkan lainnya. Hebatnya, Elva kecil berhasil menggaet beberapa piala Qiroah sejak kelas tiga SD, Elva kecil hanya tidak mau menunjukkan kemampuannya Qiroah di depan Ibu, Bapak, atau Kakaknya. Elva kecil sedemikian takut akan ditertawai lagi sebagaimana saat ia diminta berqiroah di depan Ibu dan Kakaknya pada malam sebelum tidur di kamar yang sama. Elva kecil kerap mendapat pujian dari pengajar Qiroahnya, tetapi tidak pernah mendengar yang serupa dari keluarganya. Elva kecil tumbuh menjadi remaja yang takut akan penolakan. Elva kecil tidak pernah mengkomunikasikan kebutuhannya kepada orang tua karena takut respons menyakitkan akan kembali ia terima. Elva kecil tumbuh dengan pemahaman bahwa ia harus selalu membela dirinya di depan siapa saja. Elva kecil tumbuh dengan membaca banyak suasana sebagai ancaman yang akan menyakitinya. Elva kecil tumbuh menjadi si defensif yang punya mode otomatis melindungi harga dirinya. Elva kecil tumbuh menjadi mandiri dan tidak butuh bantuan siapa-siapa. Elva kecil yang naif berubah menjadi pemarah saat dewasa.
Saat ini Elva yang telah lebih dewasa masih terus melawan ketakutannya. Elva masih enggan membuat kopi atau teh untuk siapapun. Elva masing takut akan penolakan dan masih berada dalam mode melindungi harga dirinya. Elva kecil masih ada di dalam diri Elva dewasa. Elva masih terus menjadi pribadi yang dingin di depan keluarga. Elva dewasa tidak lagi suka membaca, menulis, atau megamati. Elva dewasa lebih suka berbicara, itu satu-satunya waktu di mana Elva kecil di dalam tubuh dewasanya merasa didengar. Sampai saat ini, Elva kecil di dalam dirinya masih berusaha belajar menerima dan lupa. Elva masih belajar mencintai dirinya.
4 notes
·
View notes
Text
Aku dan Pembicaraan tentang Ketakutan.
Tepat kemarin, aku menemui usia 21 tahun. aku rasa, ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan yang mengubahku beberapa waktu ke belakang.
sejak kecil, pembicaraan tentang masa depan adalah topik yang paling aku suka, orang bilang, masa depanku sudah pasti cerah karena aku mampu membicarakannya dengan ciamik. aku tidak pernah terlihat ragu dalam menginginkan sesuatu. juga tidak pernah terlihat kesulitan untuk mencapai sesuatu.
sejak kecil, aku terbiasa mengungkapkan segalanya dengan kata-kata, aku mahir dan lihai merangkainya. orang-orang jadi kerap mempercayaiku untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan berbicara. aku jadi mulai dipercaya untuk melakukan banyak hal. aku jadi mulai banyak belajar dan semakin lihai membicarakan masa depan. aku jadi akrab dengan kekuatan dan mempengaruhi orang. aku jadi makin akrab dengan kekuasaan. tetapi, dari seluruh kekuasaan yang aku dapat, aku paling suka dengan kekuasaan atas diri sendiri. aku paling suka dengan caraku menguasai diri sendiri. aku lihai, cerdik, dan ciamik.
tetapi itu dulu. sekarang pembicaraan tentang masa depan membuatku takut, enggan, dan menghindar. aku tidak suka, tidak nyaman, dan tidak mau membicarakan masa depan. aku berubah menjadi figur yang tidak memiliki kekuatan.
setiap hari, aku dipenuhi perasaan ragu, tidak yakin, takut, bingung, gundah, tidak nyaman, dan hilang arah. aku dipenuhi dengan perasaan-perasaan yang dulunya mudah kusingkirkan, perasaan-perasaan yang dulunya bukan aku. perasaan-perasaan yang sedemikian menyakitkan. aku tumbuh jadi figur yang kebingungan. aku dewasa sendirian. jenis pendewasaan yang mengerdilkan. jenis pendewasaan yang melelahkan, jenis pendewasaan yang serba tidak menyenangkan.
aku mulai menghindar, menarik diri, dan senantiasa ketakutan.
alih-alih menyadari hal-hal tersebut, aku terus-terusan menyangkal.
sebab aku sudah 21 tahun, aku tidak lagi akan menyangkal. aku tidak lagi akan menghindar. aku akan pelan-pelan bangkit dan menjadi versiku yang telah mati dua tahun ke belakang, dengan dan atau tanpa siapapun.
aku akan hidup dengan lebih baik, dengan versi yang lebih menyenangkan, dengan versi yang lebih “aku”. aku akan jadi aku.
7 notes
·
View notes
Text
why are you making me feel so lonely today, and why is it today.
2 notes
·
View notes
Text
Sadar Yang Lain
Kayaknya saya mulai sadar, seringkali saya tidak bisa lepas dari hal-hal yang akrab di telinga saya sendiri.
Hal-hal yang berlainan dari itu, mulai terlihat aneh dan bikin nggak nyaman,
mungkin benar kata mbak halimah dulu, katanya, “Elva, kamu itu paling payah soal ngadepin perubahan” kali ini pernyataan beliau ga akan saya sangkal.
Tapi ternyata menyeramkan, ya? saya nggak seharusnya masih terjebak pada masa lampau. saya harus berjalan dan belajar untuk melupakan segala hal yang selama ini kerap masih saya asosiasikan dengan kebiasaan-kebiasaan jaman dulu. Dunia ternyata memang semengagetkan ini.
Untuk segala hal yang sudah berjalan, semoga senantiasa lancar, senantiasa dilapangkan, senantiasi diberi kemudahan.
Doa baik untuk semua orang <3
5 notes
·
View notes
Text
Maaf ya, karena aku anak tengah yang terbiasa gak dianggap dan diakui di keluarga, aku jadi sosok yang haus validasi sama pujian kamu. Maaf aku selalu minta pengakuan kalo aku ini hebat terus.
11 notes
·
View notes
Text
Nasihat untuk Diri Sendiri
Elva,
Sama seperti nasihat-nasihat yang kerap kamu lontarkan untuk orang lain, “Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal yang tidak.” Aku bersyukur kamu memahami hal itu jauh lebih baik dibanding pada usia-usia sebelumnya.Tapi Elva, ada hal yang luput kamu ingat dan sadari, hal itu juga berlaku pada cinta dan kasih sayang.
Cinta dan kasih sayang dari orang tua,
Cinta dan kasih sayang dari saudara,
Cinta dan kasih sayang dari teman-teman yang jumlahnya kurang dari total jari kedua tangan kamu,
Cinta dan kasih sayang dari kekasih,
Cinta dan kasih sayang dari sesiapa yang pernah kamu sapa eksistensinya.
Satu-satunya yang bisa kamu andalkan hanya cinta dan kasih sayang dari diri kamu sendiri, satu-satunya bentuk cinta dan kasih sayang yang bisa kamu sesuaikan dengan bentuk cinta dan kasih sayang mana yang ingin kamu terima, satu-satunya bentuk cinta dan kasih sayang yang bisa kamu pertahankan kadarnya, satu-satunya bentuk cinta dan kasih sayang yang bisa selalu kamu rasakan bentuknya.
Elva, cinta dan sayangi diri lebih serius lagi ya, lebih baik lagi, lebih cantik lagi. Kamu nggak sendiri, kamu ada bersama cinta-cinta yang kamu bangun dan tanam dalam diri kamu sendiri.
2 notes
·
View notes
Text
9K notes
·
View notes
Text
The fact that you are proud of me means that i’m proud of you, let’s be proud of each other -jk
1 note
·
View note
Text
A Question
one day, i asked my self,
“Elva, isn’t it hurts?”
something inside me answered,
“it is”
so i asked me again
“how do you cope? how do you survive? how do you gather all your strength? how can you continue to live? how can you ended up like this?”
something inside me, coldly answered;
“i just stop thinking about anything”
i cried my self.
0 notes