Tumgik
mbakhariani · 4 months
Text
Oke, setelah bikin ini, gue kepikiran mbak ojol!reader x Simon, so here it is. Kalo pada demen, bikin part 2?
Tumblr media
Kamu menghentikan sepeda motor di depan titik penjemputan. Orang yang menghampiri motormu adalah seorang laki-laki tinggi besar dengan rambut pirang dan tengah mengenakan masker.
“Simon?” tanyamu.
Untuk pertama kalinya sejak ia tiba beberapa hari lalu, Simon cukup senang akhirnya ada orang yang menyebut namanya dengan benar.
Namun, kalau pun kamu tidak menyebut namanya dengan benar, ia tidak akan membenarkan pengucapanmu. Sejujurnya, karena ia cukup terkejut kalau pengemudi yang ia dapat kali ini adalah wanita.
“Yes,” balas Simon.
“Here’s your helmet,” katamu sambil memberikan helm kepada si penumpang.
“You speak English,” Simon tidak dapat menahan diri dari mengeluarkan kata-kata tersebut sambil mengambil helm.
Kamu mengeluarkan kekehan sopan.
“Most people here do. At least a few words,” balasmu.
“Well… a few words sounds right,” Simon mengangguk. “Anyway, should I get another driver?”
“Beacuse I’m a woman?” kamu mempertanyakan.
“I mean, no, but, uh,” Simon mengedikkan bahu, memberi gestur pada dirinya dan kamu secara bergantian.
“Trust me, sir, I may be smaller than you, but I drive better than you,” kamu menjelaskan. “Besides, most people here are smaller than you. If you don’t have a problem with other drivers, you won’t have a problem with me.”
Merasa sedikit skeptik, Simon sempat ragu-ragu, tetapi baru kali ini ia merasa agak lebih aman karena ada orang yang berbicara bahasa yang ia pahami sepenuhnya.
“Right, sure. If you say so,” kata Simon.
Dengan itu, Simon menaiki motor dengan kamu mengantarnya ke destinasinya.
Percakapan ringan terjadi di antara kalian selama perjalanan. Pada saat itulah kamu mempelajari kalau dia di sini untuk berlibur dan satu-satunya cara agar liburannya tidak diganggu adalah dengan berlibur ke negara asing. Dia akan berada di sini setidaknya seminggu lagi sebelum pulang ke Inggris. Awalnya, kamu menebak kalau dia atlet atau semacamnya, tetapi Simon akhirnya memberitahu kamu kalau dia sebenarnya anggota militer.
Ketika tiba di tujuan, Simon menuruni motor dan melepas helm, tetapi tidak langsung mengembalikan helm keada kamu.
“By the way, would it be alright if I save your number and give you a call if I need rides?” tanya Simon.
“Sure,” balasmu.
“I mean, I’ll still pay, it’s just nice to have someone who can take me places and can actually communicate with me is all,” Simon menjelaskan.
“Of course, sir. I’m at your service,” kekehmu.
“Alright. Thank you so much, by the way,” Simon akhirnya mengembalikan helm. “Have a great day.”
“No worries, sir, you have a great day as well,” balasmu, meletakkan helm di gantungan.
Kamu akhirnya meninggalkan tempat sebelum berhenti di mana Simon tidak lagi terlihat. Ketika kamu hendak mengambil pesanan lain, dapat terlihat dalam pemberitahuan kalau Simon memberikan tip yang cukup besar untukmu.
Langsung setelah itu, terdapat nomor asing yang mengirimi pesan ke WhatsApp-mu. Pesan tersebut berisi, This is Simon, it’s nice meeting you.
26 notes · View notes
mbakhariani · 10 months
Text
[Ketika Y/N dalam hubungan "rahasia" dengan Soap]. Ghost: Where's the other sergeants? Gaz: Um... Y/N lagi sabunan. Ghost: Maksud lo? Gaz: Ya, gimana ya? Sabunan. You know. "Sabun". Soap. Ghost: *menyesali setiap detik kehidupannya*.
11 notes · View notes
mbakhariani · 10 months
Text
Kamu menemukan Soap di aula makan. Ia sedang sarapan bersama rekan-rekan timnya yang selama beberapa minggu belakangan ini bekerja dengan timmu.
Dengan mulut penuh nasi uduk dan semur jengkol, Soap menyapamu dengan anggukan sopan. Kamu mengangguk balik sebelum menduduki kursi yang ada di sampingnya.
“Pulang hari ini?” tanyamu.
“Yeah,” balas Soap. “Jangan kangen.”
“Fuck you,” kekehmu.
“What? I’ll miss you,” kata Soap.
“Kalau gitu… pinjem dulu seratus, deh,” katamu.
Soap menaikkan salah satu alisnya.
“Seratus apa?” tanya Soap.
“Seratus ribu,” jawabmu.
“Seratus ribu apa?” balas Soap.
Agak frustasi, kamu menghela napas.
“Give me your damn wallet,” kamu membuka tangan.
“What? You’re robbing me now?” respon Soap dengan sedikit kegelian di matanya.
“Just give it to me,” paksamu.
Dengan itu, Soap mengeluarkan dompetnya dan meletakkannya di tanganmu. Kamu membuka dompet Soap dan agak bersyukur melihat selembar uang berwarna merah. 
Kamu mengambil selembar pecahan 100.000 rupiah sebelum mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya.
“I’m borrowing this money,” katamu, menggoyangkan uang tersebut di depan wajah Soap.
“Borrow? You can keep it,” balas Soap.
“That’s not the point!” omelmu. “Nih… gue pinjem seratus. Kan duit gede, tuh.”
Soap mengangguk, menunggumu untuk lanjut berbicara.
“Ya, mau gak mau nanti lo mau seratusnya balik, dong?” balasmu.
“Well, if you really need it—”
“Oh, my God, Soap! Just play along,” potongmu.
“I… fine. Yeah. I’d want it back, and?” Soap mengangguk.
“Then, you get in touch with me,” katamu sambil menaikkan bahu.
Soap hanya menatapmu selama sekian detik sebelum ia memahami maksudmu.
“I see… boleh juga,” angguk Soap sebelum mengeluarkan kekehan lemah dilanjutkan dengannya meledek, “Pinjam dulu seratus.”
“Yeah, that’s how you maintain relationship here,” ledekmu.
“Love, you got my number, telpon kan bisa, anjir,” kata Soap.
“Ya, kan, kalo ada utang seratus jadi punya alesan buat nelpon,” kamu menjelaskan.
“Bodo amat. Serah lo,” balas Soap.
Mengantongi uang seratus ribu Soap, kamu berdiri dan menepuk pundak Soap.
“Call me,” katamu.
“Everyday,” janji Soap.
11 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Text
Pagi ini kamu dibanguni oleh suamimu dengan tepukan pelan di lenganmu. Mengingat pagi ini kamu akan bangun di suatu resort mewah dalam rangka bulan madu, kamu berharap Chris membangunimu dengan sarapan siap disajikan.
Sayangnya, ketika kamu membuka mata, Chris memberimu senyum yang sedikit memohon maaf. Dia mencium keningmu sambil mengelus pipimu sebelum melangkah menjauh dari kasur.
“Breakfast?” tanyamu.
“I tried. I went down and found bioweapons walking around,” jawab Chris.
“Hah?” adalah yang dapat kamu katakan.
Chris membuka salah satu kopernya.
“Zombies,” kata Chris.
“Oh, my God,” kamu hela dengan penuh kekecewaan.
“Get dressed. Maybe wash your face. No time for shower,” kata Chris sebelum ia mengeluarkan sebuah pistol dari kopernya.
“Chris,” katamu dengan sedikit tersinggung. “Kamu bawa pistol? To our honeymoon?!”
“Sedia ‘Umbrella’ sebelum hujan, babe,” kata Chris sebelum mengeluarkan satu pistol lagi. “Saya bawa untuk kamu juga.”
Untuk sesaat, kamu hanya tercengang menatap Chris.
“Coba telpon be-es-a-a,” balasmu, akhirnya mengupas diri dari kasur.
“Tidak perlu. Kita be-es-a-a,” kata Chris. “Kita di sini.”
Kamu hanya mendengus selagi kamu memasang setelah pakaian pertama yang dapat kamu jangkau.
“Kayaknya kamu kualat sama Leon,” komentarmu.
“Koala saya sama Leon?” Chris bilang, terdengar ia tengah mempersiapkan pistolnya.
“Kualat,” ejamu, sedikit tergelitik dengan apa yang baru saja Chris katakan.
“What’s… I don’t know that word,” Chris mengakui.
Pada saat ini, kamu telah berpakaian dan berdiri di samping suamimu. Ia memberimu salah satu dari dua pistol.
Kamu sendiri mengheningkan cipta selama sesaat untuk mempertimbangkan bagaimana cara menjelaskan kata kualat pada laki-laki Amerika ini.
“Bad karma, I think is the closest thing I could think of to the meaning of it,” katamu pada akhirnya.
Chris hanya menatapmu tanpa mengatakan apa-apa. Ia kemudian menepuk ujung hidungmu dengan telunjuknya.
“Let’s go. These people need help,” kata Chris dengan senyum tipis.
Kamu meraih ponselmu, mengekori Chris.
“We need help,” katamu sebelum melakukan panggilan darurat pada salah satu orang penting dalam Aliansi Asesmen Keamanan Bioterorisme.
8 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Text
Melihat Soap asyik dengan ponselnya tanpa melihat ke mana ia berjalan, kamu menghela napas.
"Soap, you're gonna trip," kamu mengaba-aba.
"What?" balas Soap sambil menoleh ke arahmu tepat sebelum ia tergelincir ke lantai.
"Kan," katamu sebelum menjemput Soap dan membantunya berdiri.
Sudah dua hari ini Task Force 141 meringkuk di Bandung. Sudah dua hari ini pula, Soap beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Soap memiliki kemampuan adaptasi yang sangat dapat diidamkan.
Contohnya adalah  misi kalian di Las Almas. Soap dengan mudah memahami bahasa setempat seakan ia terlahir untuk menguasai bahasa tersebut. Di sini tidak berbeda. Yah, setidaknya tidak sepenuhnya berbeda.
"The fuck does that mean? Everyone's been sayin' that to me ever since I got here. At least after I fucked something up," balas Soap. "I'm just assuming people are calling me a cunt."
"No, we definitely have different words for that. Like… multiple different words," katamu dengan sedikit kekehan.
"Teach me some," ujar Soap.
"I told you already, the bad words that you'll need is just… anjing at the end of your sentence. Intonasinya aja yang dibedain di beda-beda situasi," helamu. "As well as all the other variations."
Soap hanya memandangmu selama beberapa detik. Ada cengiran jahil di wajahnya.
"Kasep pisan aing, euy, anying," katanya dengan kepercayaan diri setinggi langit.
"Terserah lo, deh, ya," katamu.
Soap tertawa singkat.
"Still haven't answered my question. What's that word mean? Kan?" tanya Soap.
"Gak ada terjemahannya. Cuma kayak… I told you so," kamu menjelaskan. "After you warn someone, for example. The tone is always like that. Kadang-kadang ditambahin jadi; nah, kan."
"So if I say to you… hati-hati, nanti kamu jatuh cinta sama aku and you fell in love so hard with me, I say the word?" Soap mengibaratkan.
Awalnya kamu hanya terkejut mendengar ucapannya, tetapi lama-lama tidak bisa menahan tawa singkat.
"No one nowadays really says jatuh cinta on the daily basis. You use it in a song or in a fiction or something," kamu menjelaskan.
"It's like old English?" tanya Soap.
"Not really, but that's just something rather formal," jawabmu.
"Still… awas jatuh cinta sama aku," kata Soap.
"Gak ada ceritanya gue jatuh cinta sama lo ever," katamu.
"Liat nanti," kekeh Soap.
Dengan dengus pelan, kamu siap melanjutkan aktivitasmu pagi ini dan meninggalkan Soap di tempatnya berdiri. Namun, di ujung lorong, Ghost baru saja keluar salah satu ruangan. Ia memegang secangkir sesuatu dan hendak meminumnya.
"Ghost, your mask," katamu, memberitahu dengan sedikit panik.
Sayangnya, peringatanmu terlambat dan Ghost telah menuangkan sebagian minumannya ke masker dan seragamnya. Ia menatap ke arahmu dan Soap tanpa bergerak.
"Kan," kata Soap.
"Nah, gitu," komentarmu. "That's how you use the word."
"Aing pinter pisan, anying," kata Soap dengan bangga, meninju pelan pundakmu.
"Dahlah," katamu. "'serah lo."
40 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Note
imagine anaknya simon manggilnya bukan papa/dad tapi bapak KJSKSJ terus dia nyahutnya "apa sayang?" (yes, i was inspired by that one hamish daud video with his daughter)
I’m putting English translation under the cut because I wrote something cute and I want everybody to enjoy it. ALSO PLS SEND ME THE HAMISH DAUD VIDEO I NEED TO SEE IT RN.
Tumblr media
Hari ini hanya ada Simon dan anaknya di rumah. Sekali-sekali sepertinya membiarkan kamu pergi dengan teman-teman tidak ada buruknya. Lagipula, Simon bisa benar-benar fokus menghabiskan waktunya dengan si bocil.
Setelah beberapa jam diam di rumah, Simon akhirnya mengajak anaknya pergi keluar. Awalnya, rencana Simon adalah untuk mengajak anaknya beli es krim naik mobil, tetapi anaknya punya rencana lain.
“Bapak,” panggil si anak.
Simon menoleh ke anaknya yang ia gendong di satu lengannya.
“Apa, sayang?” balas Simon.
“‘tepeda,” si anak menunjuk ke arah sepedamu yang punya keranjang besar di depannya.
“Bicycle,” Simon mengangguk.
“Mau naik ‘tepeda,” kata si anak.
“You do?” tanya Simon.
“Naik bitycle,” si anak mengangguk sebelum melanjutkan dengan aksen persis seperti aksen bapaknya, “I’ll sit in the basket. Bapak gowes.”
“It’s faster with the car,” kata Simon.
“Mm-mm,” si anak menggelengkan kepala. “Bitycle.”
Simon akhirnya menghela napas dan mengantungi kunci mobilnya.
“Alright,” kata Simon. “You’ll buckle up, you hear me? So you don’t fall off.”
Si anak mengagguk girang dengan cengiran di wajahnya.
Tumblr media
It was only Simon and the child at home today. Letting you hang out with your friends did no harm after all you had done for them, anyway. Besides, Simon got to focus on spending time with his child.
After hours of sitting ducks at home, Simon finally decided to take the kid out. At first, he was planning to go on a drive to get ice cream, but the kid had other ideas.
“Dad,” the kid called.
Simon turns to the kid who he had in one arm.
“What, sweetheart?” Simon asked.
“Bitycle,” the kid pointed at your bike that had a big basket in front of it.
“Bicycle,” Simon nodded.
“Wanna use the bitycle,” the kid said.
“You do?” Simon asked.
“Ride bitycle,” the child nodded. “I’ll sit in the basket. You paddle.”
“It’s faster with the car,” Simon reasoned.
“Mm-mm,” the kid denied. “Bitycle.”
Simon exhaled in the end and shoved the car key into his pocket.
“Alright,” Simon said. “You’ll buckle up, you hear me? So you don’t fall off.”
The child nodded excitedly with a grin.
56 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Text
Simon menunggu anak laki-lakinya pulang dari masjid setelah salat tarawih. Ia duduk di teras dan menyalakan rokok. Sewaktu anak laki-laki itu tiba, Simon mematikan rokoknya di asbak.
“Bambang,” Simon memanggil si anak yang langsung menoleh ke arahnya.
Dengan satu tangan, Simon menyuruh putranya untuk duduk di sampingnya.
“Marbot telepon saya. He said you’re in this… sarung thing or something,” mulai Simon.
Segera setelah Simon mendapat telepon itu, ia langsung melakukan sedikit riset mengenai perang sarung. Kelihatannya bahasa dan meskipun ia percaya bahwa hal-hal berbahaya dapat mengembangkan karakter, ia akan lebih senang kalau anaknya jauh-jauh dari hal-hal berbahaya. Demi kamu.
Jadi, di sini lah dia, berbicara dengan anaknya untuk memikirkan ulang tindakannya
“We’re just playing,” jawab si buyung.
“Well, still—”
“Father,” potong.si anak berumur dua belas tahun dengan satu jari dinaikkan, “This is culture.”
“To hell with culture,” kata Simon. “This is—”
“Oh, kalo mama tau you said that, kita bisa-bisa makan nasi, tempe, tahu sama sambel doang sampe lebaran and you’ll be shitting blood every night,” si putra terkekeh pelan di akhir.
Simon menautkan alisnya, melihat anaknya dengan tampang tersinggung.
“Anyway, this is not your culture, dad, so you won’t get it,” tambah si anak sambil berdiri. “This is my culture. Just let me do what I was born to do. This is my culture, okay? What if I told you to stop drinking tea or eating something without flavour?”
“Son, there are consequences,” kata Simon.
“At worse, I’m gonna get whipped. Lagipula, gak mungkin ada yang di-ban dari masjid,” si anak bilang. “Atau mungkin you want me to teach you some moves? In case you and uncle Soap wanna do this in the fut—”
“You little shit,” kata Simon, benar-benar tidak tahan dengan anak laki-laki ini.
Si buyung telah melangkah menjauh dari Simon.
“If you tell mum, I will tell her about what you said earlier,” kekeh si anak sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. “Night, dad!”
Selama beberapa lama, Simon hanya terduduk diam, terkejut lebih dari apapun. Entah ia harus menjitak anak laki-lakinya atau menepuk pundaknya.
Note to self, pikir Simon, don’t let him spend too much time with Soap.
59 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Text
“Mon? Simon?”
Terkadang dia kesal kalau dipanggil Simon alih-alih Saimen. Namun, suamimu menganggap itu sebagai nama panggilan kesayangan dari kamu dan terima-terima saja.
Simon menoleh ke arahmu sambil menancapkan sisa rokoknya ke asbak.
“Udah malem, kamu gak laper?” tanyamu seraya mengalungkan lenganmu ke lehernya dari belakang.
Merasakan lengannya yang dingin terselimuti angin malam, kamu pindahkan tanganmu untuk menggosok-gosok lengannya.
“In a bit,” kata Simon.
Setelah bertahun-tahun, Simon sudah dengan mudah memahamimu ketika berbicara dengan bahasamu. Namun, lidahnya seringkali terlalu kaku untuk membalasmu dengan bahasa yang sama. 
Ingin rasanya Simon meminjam lidahmu supaya ia bisa mengekspresikan perasaannya padamu tanpa terhambat penerjemahan. Namun, ia sadar bahwa ia bukan milik bahasamu. Ia milik bahasanya sendiri. Selama kalian dapat memahami satu sama lain, ia tidak menganggap itu masalah.
“Aku masakin telor dadar mau? Atau mau makan yang lain? Martabak enak kayaknya,” usulmu.
Simon menarikmu ke depan dengan lembut dan menepuk pangkuannya. Dengan senang hati, kamu duduk di pangkuannya. Lengan Simon langsung memeluk pinggangmu.
“You want that?” tanya Simon.
Dengan senyuman tipis, kamu mengangguk.
“Should we order it online or do you want the one in the corner?” tanya Simon.
“Let’s go get the one in the corner,” balasmu.
“You just stay here, love, I’ll go,” kata Simon. “Maybe boil some water for tea?”
“Okeh,” anggukmu.
Simon memberimu senyum tipis sebelum membenamkan wajahnya di lehermu.
“Saya sayang kamu,” katanya.
“I love you, too,” balasmu.
70 notes · View notes
mbakhariani · 1 year
Text
Daftar Isi
English? Go here.
Simon 'Ghost' Riley
Martabak Bambang Bapak Simon
Johnny 'Soap' Mactavish
Anying
10 notes · View notes