matchachi
matchachi
echicus
102 posts
tentang rasa yang tak mampu ku ucap di depan mu
Don't wanna be here? Send us removal request.
matchachi · 4 years ago
Text
“Kau hanya meminjam hatiku. Tak benar-benar menginginkannya. Seperti sekedar istirahat dari lelahnya kau berjuang memperjuangkan orang lain. Lain kali, tolong ajari aku untuk bisa seperti itu.”
— (via mbeeer)
2K notes · View notes
matchachi · 4 years ago
Text
Anak kecil yang akan kamu hadapi, sewaktu-waktu, salah satunya bisa jadi adalah aku. Di saat begitu, aku bahkan taktahu jelas mauku. Semua akan salah, kecuali kesabaranmu.
301 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
Kadang heran dengan anak-anak muda yang mau berkorban untuk banyak orang, tetapi bukan untuk mendapat banyak uang.
Turun ke masyarakat, membuat taman baca, hingga menjadi guru yang seringkali gaji terbesarnya adalah "terima kasih ibu guru".
Tentu saja mereka harus berkorban waktu, menuntaskan ragu juga harus mempertaruhkan mimpi mereka yang disimpan sejak dulu.
Tapi begitulah cinta bekerja. Tak lagi memandang untung ataupun rugi, tetapi apa yang membuat nyaman dihati.
Anak-anak muda yang hatinya sudah terisi dengan makna hidup dibumi. Langkah dan mimpinya pasti akan tertuju supaya kebaikan tetap menyala membumi.
198 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Tak ada yg lebih menyakitkan ketimbang tidak dipilih padahal selalu ada. Tidak dijadikan pilihan padahal selalu menjaga. Ditinggal pergi, oleh apa yg selalu dipertahankan sepenuh hati.”
— (via mbeeer)
2K notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Jika keadaan tak mengizinkan aku menjadi yang terbaik bagimu, setidaknya kau tak perlu izin untuk mengingatku sebagai seseorang yang pernah begitu baik mencintaimu.”
— (via mbeeer)
339 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
Hujan di Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Seperti rintik rintik kecil yang tak lelah menunggu di angkasa, tentang waktu yang tepat untuk turun ke bumi. Seperti langkah yang tertahan akan luapan air, yang pada akhirnya, ia sejenak mengalah, sembari melihat rintik yang menderas. Seakan tak peduli laksana rintik yang memilih menjatuhkan diri, walau dirinya yang mungil harus terhempas angin yang kencang, melawan kliat yang menyambar, bahkan jatuh di tempat yang tak pasti. Ada rahasia yang terpendam bertahun lamanya, yang bahkan ia sendiri tak mampu berbicara kepada pohon yang berbunga itu, bahkan untuk sekedar jatuh di dekatnya. 
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Seperti hujan yang turun tanpa keraguan, menghapus jejak jejak ketidakyakinan tanpa kompromi. Adalah waktu yang pada akhirnya perlahan menyadarkan. Adalah munajat yang pada akhirnya menghujankan. Untuk melebur segala ragu dengan air mata kasih dan ketulusan. Mengisyaratkan kepastian yang harus jua diungkapkan, walau gugup masih meradang. 
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Seperti awan, yang tak semuanya berjatuhan menjadi hujan. Seperti rasa yang tak seluruhnya harus diungkapkan. Ada yang harus tetap dipendam agar rindu tetap terjaga. Ada pula yang kelak dikatakan agar semakin menentramkan. Ada yang bahkan harus dilupakan agar fokus menatap masa depan. Barangkali inilah cara agar hujan tetap datang, memberi rintik kehidupan pada bunga yang bermekaran. 
14 Juni 2020, 21.02 Ceritanya, udah lama gak bikin interpretasi puisi, dan menulis model hiperbolis metafora kayak gini XD. 
Mushonnifun Faiz Sugihartanto | 16 Juni 2020 | 00.10
248 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
Tak usahlah bertanya kapan hujan disaat terang dan kapan reda disaat hujan.
Toh setiap masa ada ceritanya dan setiap cerita ada masanya.
Bisa jadi, yang kita tidak inginkan saat ini, justru paling akan dirindukan suatu hari nanti.
Begitupula yang amat dirindukan saat ini, bisa jadi yang paling kita benci suatu hari nanti.
141 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
Surga tak pernah menungguku, aku yang harus datang, mengetuk pintu ampunan Tuhan, menguntai kebaikan demi kebaikan, sampai aku lelah, sampai aku tak mampu lagi, sampai Tuhan berkata, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.”
— 19 Ramadan 1441
927 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Terima kasih telah pergi. Aku bersumpah selang beberapa tahun dari sekarang, kau akan melihat aku berbeda. Hadirmu tak lagi menggangguku, senyummu tak lagi merusak hariku, sapaanmu tak lebih dari angin lalu. Aku akan bahagia. Aku akan menemukan seseorang yang lebih darimu. Yang aku cintai lebih dari caraku mencintaimu, yang lebih mencintaiku lebih dari caramu mencintaiku dulu. Dan aku bersumpah, melihatku bahagia adalah sesal yang perlahan tumbuh di sudut hatimu karena pernah memutuskan melepas aku dulu.”
— (via mbeeer)
3K notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
Rindu ini menyiksa batin,
menahan sesak,
namun berhasil ku redam
Kucoba tuk bebaskan puing rindu
yang membelenggu
Ku sapu pandanganku
mengitari penjuru lapangan
Mencarimu di barisan orang-orang yang tampak sama
Dewi fortuna memihak diri ini,
setelah lama bersahabat dengan baskara
Kita bertatap dari jarak ini
Berbincang berdua sebentar lagi
Lengkungan sabit ku dapati di wajahmu
Memandangku dengan penuh malu
Menghapus jarak antara rindu dan waktu
3 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
ada jarak yang dapat ku tempuh ada rindu yang tak mampu dibendung ada kamu yang belum bisa kumiliki
3 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Seperti emas, dia tidak ditemukan dari kedalaman tanah dalam bentuk kepingan apalagi batangan. Ia hanyalah butiran halus yang bercampur dengan beragam material. Ia harus melalui beragam proses pembersihan, penghancuran, hingga yang tersisa hanya tinggal emasnya. Saat itulah nilai terbaik darinya nampak. Begitu juga diri kita. Segala bentuk ujian adalah cara untuk membersihkan dan menghancurkan material tidak bermanfaat dalam hidup kita: amarah, kesombongan, egoisme, prasangka buruk kepada Tuhan. Jika kita belajar untuk melepaskan mereka, sabar melalui prosesnya, pada akhirnya yang tersisa adalah hikmah, kebijaksanaan. Maka bersabarlah dan belajarlah bersama ujian yang menghampirimu.”
871 notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Apakah tidak ada hal lain yang lebih berharga dan layak untuk diperjuangkan selain ingin menjadi seperti orang lain?”
— Kurniawan Gunadi
1K notes · View notes
matchachi · 5 years ago
Text
“Jikalau semua perkara yang seseorang lakukan hanyalah untuk melihat wajah Allaah, niscaya dia tidak akan hasad dengan kebahagiaan orang lain. Karena dia tahu, semua telah ada pembagiannya”
— “…Barangsiapa yang ridha dengan pemberian dari Allaah, Allaah akan memberkahinya dan melapangkannya…”
308 notes · View notes
matchachi · 6 years ago
Text
“Pada titik tertentu, aku tidak melawan diriku sendiri untuk merindukanmu. Aku lepaskan semua, membiarkan diriku sendiri bersimpuh berharap bertemu lagi, membiarkan harga diri itu pergi hanya untuk tersakiti melihat kabarmu sekali lagi. Dan ya, sekarang pun, aku rindu kamu.”
428 notes · View notes
matchachi · 6 years ago
Text
“Walau pada akhirnya kita harus berakhir seperti ini. Setidaknya aku berharap ada waktu di mana kita bisa saling jujur tentang semua yang kita rasa kemarin. Aku tak ingin kau menjadi seperti yang lainnya; yang pergi dengan meninggalkan tanda tanya besar di kepala.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes
matchachi · 6 years ago
Text
“Apabila niatanmu hanya mencari teman di kala kesepian, tak usah membawaku pada tempat-tempat dan suasana di mana aku merasa diistimewakan.”
— (via mbeeer)
1K notes · View notes