Tumgik
marthapubu-blog · 7 years
Text
Maternity of Nurses
Tumblr media
Ibu Hamil Dengan Hepatitis
A.   Definisi Hepatitis
Hepatitis viral adalah kelompok virus patogenik, dikenal dengan huruf A sampai G. Sementara hepatitis A biasanya disebarkan melalui vekal-oral yang lainnya disebarkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh dan dapat ditularkan secara seksual. Hepatitis viral kronis dan akut sering memengaruhi perempuan yang sedang hamil dan janinnya. Masalah yang harus dipertimbangkan adalah kapan menguji hepatitis, apakah faktor resiko dan gejalanya, srategi penatalaksaan. Hepatitis juga dapat akibat infeksi umum dan virus lain, termasuk sitomegalovirus, virus epstein-barr, virus herpes simplek, virus campak. Penyebab non-virus infeksi hati termasuk sepsis bakteri dan sifilis. Hepatitis juga dapat secara kimia diinduksi oleh konsumsi alkhohol kronis/pengobatan seperti aspirin, tylenol, dilantin, INH, rifampin. (varney dan Helen, 2006)
Penatalaksanaan hepatitis pada ibu hamil menurut Wikjosastro(2007) :
1.    Istirahat dan nutrisi yang cukup
2.    Isolasi cairan lambung dan cairan dari bagian tubuh lainnya
3.    Pemeriksaan HbsAg
4.    Kontrol kadar bilirubin dan SGOT
5.    Cegah penggunaan obat yang bersifat hepatotoxit
6.    Tindakan seperti SC akan memperburuk progbosis ibu
7.    Bayi yang baru lahir 2X24 jam diberi suntikan anti hepatitis serum
B.    Hepatitis A
Pengertian  :
Hepatitis A adalah, bentuk hepatitis yang paling di kenal di dunia dan umumnya terjadi lebih sering pada populasi miskin, dimana sulit mempertahankan praktek hygiene yang baik. Penularannya biasanya melalui rute fekal- oral.Air yang terkontaminasi dan makanan (biasanya kerang), merupakan sumber umum infeksi virus hepatitis A (HAV).
Tanda gejala :
Tanda dan gejla hepatitis A mirip “flu” dan termasuk awitan anoreksia tiba-tiba, malaise, keletihan, kelemahan, mual dan demam derajat rendah.Tanda dan gejala yang jarang seperti, urtikaria, arthritis, atralgia, dan mialgia.ikterus mungkin ada bersamaan dengan nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas, hati yang membesar dan nyeri tekan, pruritus, splenomegali, nyeri otot dan kehilangan berat badan. Hepatitis  memiliki fase akut singkat 10 sampai 15 hari, dengan gejalayang mereda dalam 2 bulan, walaupun 10 sampai 15 % orang simtomatik penyakitnya memanjang/ kambuh yang berlangsung sampai 6 bulan. Peyakit tidak berakibat keadaan kronis atau karier. Jika berkontraksi selama kehamilan, tidak di ketahui resikonya pada bayi baru lahir.
Pengobatan :
Sembiln puluh Sembilan persen individu yang terinveksi hepatitis A akan sembuh tanpa pengobatan. Diantara 11 dan 12 persen orang dengan hepatitis A dihospitalisasi dan orang dewasa yang sakit kehilangan rata- rata 27 hari kerja.
Kehamilan dan laktasi :
Infeksi hepatitis A tidak lebih parah pada wanita hamil daripada individu yang tidak hamil. Inveksi HAV maternal selama kehamilan tidak dihubungkan dengan kehilangan janin atau ketidaknormalan perkembangan. Tidak menujnjukkan penularan vertical dari ibu ke anak. Infeksi virus hepatitis A maternal pada trimester terakhir atau selama menyusui bukan merupakan kontraindikasi untuk vaksinasi, virus yang tidak teraktivasi tidak akan memengaruhi keamanan asi.
Pencegahan :
Sejak tahun 1995, dua vaksi HAV berlisensi yang tidak aktif- telah tersediadi Amerika Srikat. ACIP (Advisory Commttee on Immunization Praktices ) merekomendasikan selain kepada mereka yang beresiko terpajang, harus ada vaksin rutin. Vaksi HAV  adalah virus yang tidak aktif yang aman digunakan pada wanita hamil.
 C.   Hepatitis B
Pengertian :
Hepatitis B ditularkan melalui darah, produk darah, jarum yang terkontaminasi, saliva, sekresi,vagina dan semen. Infeksi hepatitis B (HBV) dapat berakibat pada keadaan kronis atau karier, dengan peningkatan risiko untuk hepatitis aktif kronis, sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler.
Diagnosis :
Hepatitis B biasanya muncul dalam darah orang yang terinfeksi dari 1 sampai 10 minggu setelah pajanan akut HBV, sebelum awita gejala klinis atau peningkatan enzim hati alanine aminotransferase (ALT) serum. Selama kehamilan, hal itu dikaitkan dengan angka penularan vertical yang lebih tinggi.
Pengobatan :
Hepatitis B akut tidak responsive terhadap pengobatan apapun dan harus mengikuti perjalanan alaminya.
 Kehamilan dan laktasi :
Inveksi HBV pada hamil tidak begitu parah daripada individu yang tidak hamil. Carrier HBV kronis biasanya mengalami kehamilan normal, kecuali jika terdapat hepatitis kronis parah atau sirosis sekunder dan komplikasi yang berhubungan. Penularan hepatitis B ibu-bayi dapat terjadi pada saat pelahiran melalui kontak dengan darah ibu yang terinfeksi, atau selama kontak dekat ibu-bayi baru lahir dalam periode pascamelahirkan. Penularan dapat terjadi memperhatikan rute pelahiran. Wanita yang HBsAg positif dan anti gen hepatitis B positif memiliki 90 persen kesempatan menularkan penyakit mereka pada bayi mereka. Bayi terinfeksi, 90 persen akan menjadi carrier, 25 persen akhirnya akan meninggal karena gagal hati dan sirosis karsinoma hepatoselular primer. Bayi dari ibu yang potensial terinfeksi diobati dengan HBV human hyperimmune globulin (HBIG) dalam 12 jam kelahiran dan juga disuntik dengan injeksi pertama dari 3 injeksi vaksi HBV sebelum pemulangan dari rumah sakit.
Menyusui bukan kontraindikasi. Dengan program pengobatan HBIG dan suntikan pertama dengan vaksin HBV tidak ada peningkatan insidensi infeksi HBV  pada janin dari ibu menyusui yang terinveksi kronis. Vaksinasi pada ibu bukan merupakan kontraindikasi selama kehamilan atau ketika menyusui.
Pencegahan :
Wanita yang uji HBsAg negative harus diberi vaksin jika mereka sebelumnya belum di vaksinasi. Jika wanita yang rentan belum pernah divaksinasi untuk hepatitis A da B, sekarang tersedia vaksin kombinasi ( TWINRIX), yang diberikan dalam jadwal 3 dosis yang akan member imunitas terhadap kedua virus.
 D.   Hepatitis C (HCV)
Biasa dikenal dengan hepatitis Non A-non B adalah penyebab utama hepatitis pascatranfusi dan diidentifikasi sebagai virus hepatitis C. Hepatitis C ditemukan konsentrasi tertinggi dalam darah dan secara primer ditularkan melalui rute darah. Periode inkubasi rata-rata 6-7 miinggu
Diagnosis:
Diagnosis infeksi HCV dibuat dengan deteksi antibody enzyme immunoassay (EIA) serum terhadap hepatitis C
Pengobatan:
Pengobatan untuk hepatitis klinis adalah perawatan paliatif. Tetapi ribavirin tidak cocok untu perempuan yang sedang hamil dan menginginkan kehamilan karena obat tersebut adalah obat teratogenik (kategori X)
Kehamilan dan Laktsi:
Penularan virus C perinatal pda masa anak-anak, dengan tidak adanya koinfeksi dengan HIV. Menyusui bukan merupakan kontraindikasi pada ibu dengan infeksi hepatitis C kronis
Pencegahan
Tidak ada vaksin untuk pencegahan hepatitis C. Pencegahan berfokus pada pendidikan dan penghindaran pilihan gaya hidup.
 E.    Hepatitis D
Virus ini yang juga disebut hepatitis delta, adalah suatu virus RNA cacat yang merupakan partikel hibrid (gabungan) dengan lapisan antigen permukaan hepatitis B dan inti delta. Virus harus melakukan infeksi nbersama (ko-infeksi) dengan virus hepatitis B dan tidak dapat menetap diserum lebih lama daripada virus hrpatitis B. Penularan serupa dengan hepatitis Binfeksi kronik oleh hepatitis B dan D menimbulkan penyakit yang lebih parah dan sampai 75% dari mereka yang terjangkit akan mengalami sirosis.
 F.    Hepatitis E
Ini adalah suatu virus RNA yang disebarkan melalui air danditularkan secara enterik. Secara epidemiologis, infeksi virus ini mirip dengan hepatitis A sebagai contoh virus ini menyebabkan ledakan-ledakan kasus di negara berkembang. Saat ini pembuktian serologis belum tersedia secara luas. Sebagian besar kasus ditularkan melalui kontak ke orang. Bukti-bukti awal yang diperoleh dari wanita hamil terinfeksi mengisyaratkan bahwa insiden transmisi vertikal termasuk transplasenta-tinggi (khuroo dkk,1995). Terdapat bukti bahwa penyakit ini lebih parah pada terutama apabila timbul belakangan. (baker, 2000)
 G.   Hepatitis G
         Infeksi melalui daraholeh virus RNA mirip flavirus ini biasanya terjadi bersama infeksi, dan walaupun dapat menyebabkan infeksi kronik, konstribusinya pada penyakit hati akut atau kronik masih perlu di perjelas (Dienstag dan usselbacher, 1998) dalam sebuah penelitian di skotlandia, 0.08 persen dari lebih 180.000 donor darah tak bernomor serotipositif (jarvis dkk, 1996). Penularan pada bayi pernahn dilaporkan oleh fauth(1996) dan inaba (1997) dkk.
   H.   Hepatitis Kronik
         Ini adalah penyakit yang etiologinya bervariasi dan ditandai oleh nekrosis hati berkelanjutan, inflamasi aktif, dan fibrosis yang dapat menyebabiankan sirosis dan akhirnya gagal hati. Baru pada dekade terakhir disadari banyaknya penyakit hati kronik yang disebabkan oleh virus akut. Sejauh ini, sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi kronik autoimun yang ditandai oleh tingginya titer antibodi antinukleus homogen di dalam serum. pada  kedua bentuk, terdapat bukti bahwa reaksi imun selular berinteraksi dengan suhu predisposisi genetik.
 I.     Hepatitis Kronik dan kehamilan
         Kehamilan jarang terjadi apabila penyakitnya parah karena sering anovulasi, namun sebagian besar wanita muda sering tidak memperlihatkan gejala serotipositif asimtomatik, biasanya tidak ada masalah dengan kehamilan, pada hepatitis aktif kronik yang nyata (asimtomatik), interaksi aktif kronik yang akan tergantung terutama pada intensitas penyakit dan apakah terdapat hipertensi portal (lee, 1992). Beberapa wanita yang kami tangani memperhatikan hasil yang baik, tetapi karena prognosis jangka panjangnya buruk, mereka sebaliknya mendapat penyuluhan tentang abortus dan sterilisasi. Seperti dibahas di halaman 1284, locateli dkk. (1999) mendapati lebih tingginya insiden ikterus kolestatik pada wanita seropositif hepatitis C (16 persen). Pada wanita dengan hepatitis kronik autoimun, kortikosteroid din berikan tersenderi atau dikombinasikan dengan anti azatioprin meningkatkan fertilisasi juga tergantung pada keparahan penyakit (levine, 2000).
J.    Sirosis
         Sirosis hati ditandai oleh cedera pikiran hati kronik irreversible di sertai fibrosis luas dan nodul-nodul regenerasi. Pada semua pasien, sirosis akibat dari pejanan kronik trhadap alkohol merupakan kausa tersering.namun, pada sebagian besar wanita hamil, sirosis pascakronik akibat hepatitis virus B dan C kronik merupakanpenyebab tersering. Kausa lain adalah sirosi bililaris akibat obstruksi berkepanjangan dan sirosis jantung akibat gagal jantung dan kanan kronik. Fung dan Li (1999) melaporkan seorang wanita hamil dengan sirosis merupakan jalur bersama terkhir bebagai cedera hati, namun gambaran klinis tidak dapat dibedakan gambaran tersebut mencakup ikterus, edema, koagulopati, kelainan metabolisme, hipertensi portal bersama dengan skuelenya yang varises gastroesofagus dan splenomegali.
 K.    Sirosis dan Kehamilan
         Wanita dengaan sirosis besar kemungkinan tidak subur. Umumnya kematian perinatal prognosis ibu buruk. Varises esovagus mudah mengalami perdarahan yang dapat mengakibatkan kematian. Schyer dkk. (1992) mempelajari 68 kehamilan dan 60 wanita dengan sirosis tanpa pirau dan 28 k3hamilan pada 23 wanita lain dengan sirosis yang pernah menjalani pirau dekompresi portal. Perdarahan varises yang portal meningkat tujuh kali lipat pada wanita yang tidak menjalani pirau dibanding pada wanita yang menjalani tindakan tersebu. (24 versus3 persen). Pajor dan Lehochky (1994) merawat 11 wanita sirosis selama kehamilan. Walaupun semuaa selamat, namun gagal hati transien terjadi pada enam pasien, perdarahan varises pada enam, 6 dan 12 bayi mengalami hambatan pertumbuhan. Aggarwal dkk. (1999) melaporkan sembilan kehamilan pada tujuh wanita dengan sirosis. Separuh melahirkan paterm, dan satu wanita meninggal.
L.    Penyebab gangguan fungsi hati pada berbagai masa kehamilan ( menurut huchzermeyer, 1986 ):
1.    Trimester pertama
Hepatitis virus akut, hiperemesis gravidarum, kerusakan akibat pengobatan toksik
2.    Trimester kedua
Hepatitis virus akut, hepatitis kronis dan sirosis hepatis kolelititis, pielonefritis akut
3.    Trimester ketiga
Kolestasis kehamilan intrahepatik , hepatitis virus akut, toksemia, hepatitis kronis dan sirosis hepatis, koletilitasis, perlemahan hati akut karena kehamilan, pielonefritis akut
 M.   Beberapa dari bayi dengan hiperbilirubinemia.
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil.
Akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah yang ditandai dengan jaundice pada kulit, sclera mukosa, dan urine.
Pembagian ikterus yang terjadi pada bayi dengan hiperbilirubin :
1.    Ikterus fisiologis.
2.    Ikterus patologis.
 1.    Etiologi
a)    Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia.
b)   Produksi bilirubin berlebih
c)    Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit
d)   Gagalnya proses konjugasi dalammikrosom hepar
e)    Gangguan dalam ekskresi
f)     Peningkatan reabsopsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik)
2.    Manifestasi klinis
a)    Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia.
b)   Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan akan timbul kuning.
c)    Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
d)   Bilirubin indirak ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
e)    Bayi menjadi lesu.
f)     Bayi menjadi malas minum.
3.    Pemeriksaan penunjang.
a)    Tes comb pada tali pusat bayi yang baru lahir.
b)   Golongan darah bayi dan ibu : untuk mengidentifikasi inkomtabilitas ABO.
c)    Bilirubin total : kadar direk dan kadar indirek.
d)   Protein serum total.
e)    Hitung darah lengkap.
f)     Glukosa.
g)   Daya ikat karbondioksida.
h)   Meter ikterik transkutan.
i)     Jumlah retikulosit.
j)     Tes betkle-kleihaur.
4.    Komplikasi
a)    Komplikasi yang bisa terjadi adalah sebagai berikut.
b)   Ikterik ASI
c)    Kernik ikterus (bilirubin ensafalitis)
d)   Indikasi transfuse untuk mengganti darah bayi dapat dilakukan pada keadaan berikut ini.
e)    Hidrops.
f)     Adanya riwayat penyakit berat.
g)   Ada riwayat sensitisasi.
h)   Tujuan dilakukan transfusi adalah sebagai berikut.
i)     Mengoreksi anemia.
j)     Menghentikan hemolisis.
k)    Mencegah peningkatan bilirubin.
 Asuhan keperawatan
1.    Pengkajian
a)    Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat pada bayi dengan hiperbilirubinemia.
b)   Biodata bayi dan ibuk.
c)    Riwayat kesehatan keluarga.
d)   Riwayat kesehatan dahulu.
e)    Riwayat kesehatan sekarang.
f)     Pemeriksaan fisik
g)   Keadaan umum.
h)   Tanda-tanda vital.
i)     Kesadaran apatis sampai koma.
j)     Daerah kepala dan leher.
k)    Pernapasan.
l)     Abdomen.
m)  Genitalia.
n)   Eliminasi.
o)   Ekstermitas.
p)   System integument.
2.    Diagnose keperawatan
a)    Resiko cedera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi berkenaan dengan fototerapi.
b)   Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang tidak tampak kasat mata serta dehidrasi dan fototerapi.
c)    Gangguan interaksi orang tua dan bayi karena fototerapi.
3.    Perencanaan.
a)    Diagnose keperawatan 1 : risiko cedera yang berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi yang berkenaan dengan fototerapi.
Tujuan : tidak terjadi cidera dengan criteria hasil kadar bilirubin indirek kurang dari 12 mg/dl pada bayi cukup bulan.
Intervensi
1)   Perhatikan adanya perkembangan bilirubin dan obstruksi usus.
2)   Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluoresen dengan menggunakan fotometer.
3)   Berikan penutup untuk menutup mata, inspeksi mata setiap 24 jam bila penutup mata dilepas untuk pemberian makanan, dan sering pantau potensi penutup mata.
4)   Ubah posisi bayi dengan sering, sedikitnya 2 jam.
b)   Diagnose keperawatan 2 : risiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan air tidak tampak oleh mata dan dehidrasi dari fototerapi.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan criteria hasil berat badan tetap atau bertambah.
Intervensi
1)   Timbang berat badan bayi setiap hari tanpa pakaian dan timbang juga sebelum makan.
2)   Pantau masukan dan keluaran cairan.
 c)    Diagnose keperawatan 3 : gangguan interaksi orang tua dan bayi karena fototerapi.
Tujuan : agar orang tua ikut berpartisipasi terhadap perkembangan kesehatan bayi.
Intervensi :
1)   Jelaskan perlunya member masukan cairan yang adekuat.
2)   Anjurkan orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
3)   Tinjau ulang perawatan bayi dengan hiperbiliru
4)   Binemia
0 notes