Tumgik
martabakcoklat · 4 months
Text
Jadi Orang Tua Itu Harus Komit Sama Prioritas Pengasuhan dan Jangan Gampang Nyerah
Jadi orang tua itu harus bisa nerima realita bahwa jadi orang tua itu pasti capek.
Prioritas dalam mengasuh seorang anak itu harus menyeluruh. Gak bisa cuma fokus di salah satu aspek kayak cuma yang penting menyediakan makanan, pakaian, dan sekolah yang baik, tapi abai dengan aspek-aspek lain kayak disiplin jam tidur dan pola hidup anak di dalam rumah.
Prioritas orang tua dalam membesarkan anak itu harus seimbang dalam semua aspeknya. Kalau cuma beberapa aspek saja yang jadi prioritas kita, kasihan si anak nanti karena si anak itu butuh SEMUANYA, bukan cuma butuh pakaian saja, makanan saja, atau sekolah saja.
Semua aspek hidup anak kita harus diperhatikan. Jam tidurnya, jam bangunnya, jam makannya, jam mainnya, jam belajarnya, jam ibadahnya, juga kapan dia harus disapih—jika anaknya di umur 2 tahun, orang tua harus punya komitmen di sini. Gak bisa asal jalan saja dan terus nyerah kalau anaknya ‘susah’ diarahkan.
Misal, kalau dari awal jam tidurnya gak disiplin, ke depan ya bakal susah buat bikin anak punya jam tidur yang disiplin, tidur lebih awal, dan bangun lebih pagi. Saat anak sudah terbiasa tidur larut malam, orang tua yang baik harusnya ‘alarm’-nya nyala kalau ini tuh gak baik, gak baik buat pertumbuhannya dan gak baik buat habitnya karena pagi-pagi harus dibiasakan shalat subuh dan persiapan sekolah. Morning person itu dibentuk dari kecil.
Orang tua harus mengerti bahwa yang namanya mengubah kebiasaan buruk ya dengan membangun kebiasaan baru yang baik. Gak instan. Pelan-pelan tapi kontinyu. Misal buat memperbaiki jam tidur anak jadi lebih awal, ya orang tuanya harus konsisten setiap hari mempersiapkan anak agar tidur lebih cepat. Mulai dari sikat gigi anak, ganti pampers, sampai waktu skin care-an orang tua ya juga harus lebih cepat. Kalau orang tuanya gak disiplin, mau ngandelin siapa lagi? Anaknya kan belum bisa mengurus dirinya sendiri.
Masih soal contoh memperbaiki jam tidur anak, di malam pertama anak masih susah tidurnya, orang tua nunggu lama sekali sampai anak tertidur. Ya jangan nyerah. Hari kedua coba lagi. Ketiga coba lagi. Keempat coba lagi. Sampai jam tidurnya bener. Kalau nyerah sekali saja, ya gak akan bener tuh jam tidurnya.
Soal menyapih juga sama. Anak tuh kalau gak dikasih nyusu sama ibunya pasti nangis ngerengek minta nyusu. Kalau gak disetop ya bakal gitu terus. Nah ada orang yang mudah menyerah, bukannya gak tega, tapi gak tahan ngadepin anak rewel. Alhasil dikasihlah terus anaknya nyusu. Gagal terus menyapihnya.
Lihat apa penyebabnya? Orang tuanya gak komit dan gampang nyerah.
Kalau di dua contoh ini saja orang tua gagal membangun habit anaknya, apa gunanya hal-hal lain yang diprioritaskan kayak makanan dan sekolah yang baik tadi? Jadi gak optimal.
Orang tua itu harus menyeluh prioritasnya. Ibu adalah madrasah pertama seorang anak, maka jadilah sekolah yang mengajarkan nilai, akhlak, adab, habit, pengetahuan dan pemahaman. Ayah juga sama. Saling melengkapi.
Baik ibu dan ayah jangan sampai absen dalam membesarkan anak di semua aspek tadi. Prioritasnya juga sama. Jangan cuma fokus ke beberapa aspek saja. Bagi tugas dan jangan buang-buang waktu di dalam rumah.
Orang tua yang bekerja pasti capek. Makanya atur prioritas dan komitmen di situ. Pulang kerja sampai rumah JANGAN LANGSUNG TIDURAN SAMBIL MAIN HAPE. Kerjakan dulu sesuai prioritas ini.
Segera bersih-bersih diri.
Tunaikan dulu ibadah wajib seperti shalat di awal waktu. Jangan di akhir.
Urus kebutuhan anak seperti makan dan tidur tepat waktu.
Kerjakan tugas-tugas pokok di dalam rumah.
Sediakan waktu untuk ngobrol, bermain, atau mengajari anak sesuatu.
Baru istirahat, tidur, atau main hape.
Sebenarnya tidak masalah jika kita orang tua menyempatkan istirahat atau membuka hape di sela-sela aktivitas 1-5, hanya saja harus sadar diri untuk punya batas seperti maksimal 5 menit saja rebahan sambil buka hape, jangan sampai kebablasan. Kalau molor, dampaknya ke anak kita.
Anak itu sejatinya menunggu orang tua akan ‘meng-apakan’ dirinya. Jadi ya jangan ditunda-tunda atau diabaikan anaknya.
Hal yang sifatnya kebutuhan pribadi orang tua seperti istirahat, entertain, atau skin care bisa dikerjakan setelah anak tidur dan tertunaikan haknya. Jangan kebalik, bahkan jika beralasan: kalau saya nidurin anak dulu nanti saya ikut ketiduran jadi gak bisa skin care-an.
Ya salah sendiri ketiduran. Sebenarnya bisa saja dikerjakan di sela-sela aktivitas tadi, tapi jangan lelet.
Yakin deh, kalau disiplin mengerjakan poin 1 sampai 6 di atas tanpa buang-buang waktu di sela-selanya, orang tua akan punya banyak waktu setelahnya (baca: setelah anak tertidur).
Yang jadi masalah itu kalau habit orang tuanya gak disiplin, pulang kerja sampe rumah langsung rebahan sambil main hape 30 menit, sholat maghrib sengaja diakhirkan biar wudhunya bisa sekalian buat sholat isya, di sela-sela semuanya terus buka hape scroll sosmed dan bales-bales WA, gak sempet tilawah apalagi ngajarin anak sesuatu. Problem utamanya: orang tua yang procrastination dan gak disiplin sama prioritas pengasuhan.
Jadi orang tua itu memang capek. Jangan cengeng dan gampang nyerah. Gak usah banyak alasan. Perkara prioritas pengasuhan ini bukan hal yang butuh uang banyak, cuma butuh kemauan aja.
@taufikaulia
248 notes · View notes
martabakcoklat · 6 months
Text
Saatnya berbicara dengan anak dengan seni (Part 1)
Saya bukanlah seorang ibu yang palig sabar dan tenang. Tapi selama hampir 5 tahun ini, rasanya sudah harus mengesampingkan perasaan emosi berlebihan yang ingin dilampiaskan khususnya pada anak sendiri. Tidak adanya contoh pembelajaran di lingkungan terdekat, maka mari kita otodidak membaca buku! Buku yang menjadi plihan saya adalah karya Joanna Faber & Julie King yaitu Seni Berbicara pada Anak.
Point pertama dalam buku ini yaitu bagaimana kita bisa menghadirkan peralatan menangani emosi menjadi tools dasar dalam menyikapi permasalahan dalam hubungan anak-orang tua. Mengakui perasaan dengan kalimat adalah peralatan pertama, eits jangan lupa beberapa tindakan memang harus dibatasi ya meskipun semua perasaan dapat diterima. Langkah dalam mengakui perasaan si anak yaitu:
1. Kuatkan hati untuk menahan diri tidak membalas emosinya (saya tau ini susah sekali kalau orang tua sedang tertekan, but keep learning to be better)
2. Pikirkan emosi yang dirasakan.
3. Akui emosi itu dan masukkan dalam kalimat.
Memang benar sih, karna menurut pengalaman saya selama ini, Albee anak saya, akan lebih mudah meledak-ledak ketika saya diamkan atau hanya bilang, “Jangan marah dong” ketika dia marah. Dia lebih cepat tenang ketika saya mengusap air matanya dan berkata, “Albee sedih ya, ibu sibuk ya? Maaf ya kita main sebentar lagi”. Anak lebih mendengarkan ketika perasannya diakui, bahkan orang dewasa juga begitu ya khususnya wanita? Hehe.
Point lainnya dalam mengakui perasaan anak yaitu mengganti kata “tetapi”. Bayangkan ketika kita berbicara “Ibu tau kamu masih bermain, tapi kita harus jemput saudaramu dulu sekarang” rasanya seperti merampas hadiah. Kita bisa menggantinya dengan kalimat Masalahnya adalah yaitu, “Memang kesal harus jemput saudara kamu saat kamu lagi seru bermain, masalahnya adalah kakak sudah menunggu dan sendirian”. Bisa juga dengan kalimat Meski kamu tau, contoh kalimat adalah, “Meski kamu tau ini saatnya menjemput kaka, memang kesal kalau harus pergi saat kamu masih asyik bermain”. Kalimat ini memberi kesempatan anak untuk memahami masalah yang ada dan dia tau bahwa kita berempati dengan apa yang ia rasakan.
Masuk ke peralatan 2 mengakui perasaan dengan tulisan. Ini berguna saat anak yang suka merengek sesuatu ketika pergi berbelanja daripada menjelaskan kepada anak alasannya tidak perlu merengek. Lebih baik kita menulis daftar keinginannya. Hm, bukankah itu membuat anak mengira semua keinginannya akan dipenuhi? Nope, justru cara ini dapat mencegah anak mengamuk dengan mengakui perasaan anak tanpa memanjakannya. Misal saat ia melihat mainan baru di mall, kita bisa bilang, “Kamu ingin sekali robot itu ya, ayo kita tulis didaftar keinginan” sehingga tidak langsung ditolak keinginannya namun orangtuanya mau mendengar apa yang ia rasakan saat menginginkan sesuatu dan secara tidak langsung menunda keinginannya.
Mengakui perasaan dengan seni sebagai peralatan 3, karna terkadang peralatan 1 dan 2 tidak cukup. Misal, anak yang terobsesi dengan kereta api namun rel kereta apinya hancur berantakan, sebelum ia meledak, penulis tidak mengatakan, “Tidak apa-apa, kita bisa memperbaikinya” namun mengakui perasaannya dengan, “Ah, menjengkelkan sekali! Kamu pasti tidak mau keretamu berantakan” lalu menggunakan papan tulis untuk mengajak anak menggambar perasaannnya dengan gambar wajah sedih dan 1 tetes air mata sehingga sang anak merasa didengar bahkan ikut menggambar banyak tetes air mata yang besar seakan mengatakan ia sesedih itu sampai ia puas dan tersenyum kembali.
Tetap saja seorang anak menginginkan sesuatu yang tidak mungkin kita berikan. Biasanya saat kita menjelaskan mengapa kita tidak bisa memberikannya, anak akan marah dan tidak mau mendengar. Jadi mari gunakan peralatan 4; Berikan fantasi yang tak dapat kita berikan dalam realitas. Ketika seorang anak yang merengek dan marah karena tiba-tiba harus pindah kerumah baru, maka penjelasan sulit didengar sehingga kita bisa menggunakan fantasi setelah sebelumnya mengakui perasaan kalau ia benar-benar sedih harus pindah, lalu menanyakan apakah ia mau memilih rumah baru dan bagaimana rumah yang ia inginkan.
Dengan empat peralatan tadi saya jadi menyimpulkan, dalam mengakui perasaan anak agar ia dapat berkomunikasi dengan baik kepada orangtua tanpa meledak-ledak, maka kita harus menangkap emosinya, tidak memanipulasinya, dan memahaminya seperti kalimat “Yaampun, menyebalkan sekali! Hari ini parah sekali, semua orang menyudutkanmu”. Bahkan terkadang kita harus menahan keinginan untuk menanyai anak yang sedang jengkel khususnya ketika ia tidak tau alasan ia marah. Frasa-frasa semacam “Kamu tampak bersedih”, “Pasti terjadi sesuatu”, “Ada yang bikin kamu kecewa” akan memancing anak bercerita.
Peralatan terakhir di bab pertama yaitu akui perasaan dengan perhatian (yang hampir) tanpa suara. Cara ini mungkin tidak begitu menarik tapi efeknya besar. Cukup berempati dengan kata, “Wow, “Oh”, “Mmm”, atau “Wah”. Tentunya dibarengi dengan telinga kita yang mendengarkan mereka atau menggeram dengan simpati untuk memasuki perasaan anak. Tanpa perlu tiba-tiba memberi nasihat, pertnyaan ataupun koreksi supaya tidak mencegah mereka berproses. Karna yang paling penting dan perlu kita berikan pada mereka adalah perhatian penuh dan kepercayaan untuk melakukan semua itu.
Wow, saya akui satu bab saja seakan sudah mengajari kiat-kiat mengatasi 10 anak yang berbeda karena memang didalamnya mencontohkan beberapa kasus dan penanganan dengan peralatan yang berbeda-beda. Sepertinya buku ini akan tampak lusuh saking seringnya saya buka kembali untuk memberi petunjuk apakah tindakan dan respon saya dalam mengatasi komunikasi dengan anak sudah benar atau belum. Saya sakin masalah anak akan semakin bervariasi seiring umur, tentu satu bab tidak akan cukup! Jadi, tertarik untuk melanjutkan ke bagian berikutnya?
4 notes · View notes
martabakcoklat · 6 months
Text
Menikah itu nambah masalah
Menuju lima tahun pernikahan, tau-tau sudah mau berempat. Begitu cepat sekali waktu berlalu.
Dulu sebelum menikah, ada begitu banyak sekali kekhawatiran sehingga bisa mikir beribu kali untuk memutuskan menikah.
Memang benar kata seorang kawan "menikah itu nambah masalah"
Tapi ketenangannya juga bertambah, keberkahannya bertambah, rasa syukurnya bertambah dan kebahagiaannya pun bertambah.
Kadang bingung, waktu masih sendiri keresahannya banyak banget. Kok setelah menikah engga tau mau meresahkan apa lagi.
Mikirnya makin sederhana; jalani, jalani, jalani. Udah cuma gitu aja.
Yang mencukupi Allah, kenapa jadi kita yang bingung.
Satu ditambah satu logika manusia jawabannya dua. Tapi matematikanya Allah, jawabannya tak terhingga.
Memang benar, banyak tidak masuk akalnya. Tau-tau ada, tau-tau cukup, tau-tau bisa, tau-tau mampu melewatinya.
Kalau ada yang bilang menikah itu melelahkan, iya memang engga salah. Betul melelahkan.
Tapi ketika sudah sampai di rumah, capeknya hilang dan lupa sama lelahnya.
Menikah itu menjalani kesadaran.
Sadar sama-sama saling membutuhkan. Sadar sama-sama punya kekurangan. Sadar sama-sama punya kesalahan.
Kuncinya, jangan keluar jalur.
Ibarat melakukan sebuah perjalanan. Jika suami itu sopir, fokus dan pegang kendali. Karena penumpang di belakang engga peduli ngantuknya kamu.
Mereka cuma mau tau sampai di tujuan. Melencengnya kamu sana sini, membahayakan mereka.
Kamu ke luar jalur, celaka mereka.
Begitupun penumpang, tetap tenang. Jangan melompat atau pindah kendaraan lain, karena ada kendaraan yang lebih bagus.
Karena percuma sopir sampai di tujuan sendiri.
Dan belum tentu juga dengan pindah kendaraan yang lebih bagus, bisa bikin kamu lebih cepat sampai di tujuanmu.
Iya kalau sampai, kalau malah tersesat?
Karena tujuannya dari menikah ya cuma satu, yaitu membawa pernikahanmu selamat.
—ibnufir
571 notes · View notes
martabakcoklat · 7 months
Text
Ya Allah, betapa banyak hal yang seharusnya aku pelajari untuk menjalani peran ibu, betapa banyak hingga aku sendiri merasa tak sanggup. Maka dari itu ya Allah, aku ‘serahkan’ pendidikan anakku kepda-Mu dengan tanpa menghilangkan ikhtiar yang harus aku lakukan.
Dan bila kemudian hari anakku bisa menjadi pribadi yg sholih, taat, baik, lagi sehat; maka aku tahu bahwa itu semua adalah karena-Mu… Sebab aku hanyalah hamba-Mu, dan segala kuasa hanyalah milik-Mu.
Dan aku berlindung dari segala malas yg mungkin sebenarnya menjadi dalih atas kekuranku…
(07/12/23)
54 notes · View notes
martabakcoklat · 8 months
Text
Dahulu para Sahabat Nabi tidak mengenal 'ilmu parenting' untuk mendidik anak-anak mereka dan tidak pula menyibukan diri dengan itu.
Akan tetapi, yang mereka kenal adalah ilmu untuk memperbaiki diri dan mereka pun sibuk dengan memperbaiki diri.
Sehingga tatkala diri mereka telah baik maka Allaah meperbaiki keadaan istri-istri mereka dan juga anak-anak mereka.
Ustaz Mochammad Hilman Alfiqhy
(Ceramah Syaikh Sholah Ghanim) via Ustaz Azdi Nawawi @azdinawawi
62 notes · View notes
martabakcoklat · 9 months
Text
Ternyata yang melelahkan itu bukan saat beribadah, tapi saat jauh dari Allah.
Bandung, 15 Oktober 2023.
47 notes · View notes
martabakcoklat · 10 months
Text
UNTUK ANAK KAMI.........
Dear Fatih...
Nak,
Kamu tidak bertanggung jawab pada KEBAHAGIAAN Ayah dan Ibu mu ini.
Kami... yang perlu bertanggung jawab pada KEBAHAGIAAN diri kami sendiri.
Kami perlu 'kenyang' terlebih dahulu sebelum hadirnya kamu dalam hidup kami.
Agar kami... tidak menitipkan mimpi kami yang belum usai pada dirimu.
Agar kami... tidak memberatkan langkahmu untuk mencari dirimu sendiri.
Justru... kami yang perlu membersamaimu,menemani langkahmu untuk mengoptimalkan potensimu.
Karena kamu... adalah titipan yang paling berharga, yang perlu kami jaga dengan tidak menyia-nyiakan.
Kamu... tidak pelu meneruskan mimpi kami, karena kami yang bertanggung jawab dan perlu menerima kenyataan bahwa kami tak dapat meraihnya.
Kami yang perlu berbesar hati dan berlapang dada menerima kenyataan sebagai orang dewasa.
Bukan justru terbalik, kamu yang jadi mengurus kami, menambal mimpi kami.
Memuasakan ego kami... akan mimpi yang akhirnya diwujudkan oleh ^mini me^.
Karena... ketika kamu terus menerus harus menyuapi ego kami.
Kamu semakin jauh dengan kesempatan untuk mengenal dirimu sendiri.
Kami... yang perlu mendampingimu agar kamu dapat mengetahui dan mengenal siapa dirimu ini.
Apa yang menjadi tujuan hidupmu. Dan bagaimana cara meraih tujuan itu.
Agar kamu dapat ringan menjalani hidupmu.
Agar kamu justru dapat memberi manfaat untuk dirimu dan sekitarmu.
Menjalani hidupmu dengan utuh.
Yang justru dengan melihat itu... membuat kamu bahagia.
Sehingga... kamu tidak perlu menjadi yang terbaik dalam segala hal.
Hanya untuk memuaskan ego kami agar dipandang sebagai orang tua teladan.
Dan bisa jadi, kamu berakhir dengan menjadi individu yang gamang.
Terlihat sukses dan berprestasi, tapi tidak tahu untuk apa. Tidak tahu arah dan tujuan hidup. Tidak punya gairah dalam menjalani hidup.
Sehingga.... Tidak,! Kami tidak ingin memberatkan lanngkahmu dengan segala beban yang tidak semestinya kamu pikul.
Kamu... berhak menjalani hidupmu dengan seutuhnya,nak.
Semoga... kami selalu mengingat hal itu.
Do'a kami selalu di nadimu..
Karawang, 22 September 2022
21 : 56
Love,
Ayah Ibu
8 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Photo
Tumblr media
Sukaaa banget baca tulisan ini… CUMA EMAK YANG TAU RASANYA…!!!
By: Amalia Sinta
1. Hujan deres, udara dingin, cocok dah buat bikin indomie kasih telor plus cabe rawit yang banyaaak.. Siap saji panas-panas di mangkok, emm.. udah kebayang nikmatnya..
Kok ya paaas mau suapan pertama, “Eeeeaaaa..”. si bayi nangis..
Ya udahlah nenenin bayi sampe tidur dulu. Eh emaknya ikut bablas merem juga. Akhirnya makan indomie adem bin melar yang udah keserep semua kuahnya.
Udah ga selera lagi donk ya? Jelass!! Tapi terpaksa ditelen karena darurat perut keroncongan. 😢😅
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
2. Emak semangat masak sehat buat keluarga tercinta. Ga suka dapur, dibetah-betahin. Ga bisa masak, rajin googling resep.
Setelah menu lengkap tersaji cantik di meja makan, anak cuma ngelirik. Mulut rapet, nyobain ajah ga mau.
Trus hape bunyi, suami ngabarin siang ini ditraktir temen ultah jadi gak makan di rumah.
Maka emak duduk termenung seorang diri di kursi makan, sambil mulut kunyah-telan sebanyak yang mampu ditampung perut. Mencoba membuktikan teori bahwa ‘kenyang bikin bahagia’ 😂😣
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
3. Emak seneng banget saat anak lahap, segala yang di piring mau dimakan. Tapi baru habis separo, bau super duper sedap menyeruak dari diapersnya.
Emak pun galau tingkat dewa. Mau langsung dicebokin tapi resiko anak ga mau lanjutin makannya lagi karena mood nya kepotong; atau terusin nyuapin sambil nahan napass.. 😑😣
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
4. Tetiba perut emak mules pengen BAB. Si bocil nempel mulu di gendongan. Ya udahlah nyalain TV bentaran gpp. Anak duduk tenang, emak langsung ngacir ke toilet.
Eh baruu juga dua tiga menitan, anak udah di depan pintu kamar mandi ajah. Gedor-gedor sambil teriak histeris kaya ditinggal emaknya ke galaksi lain..
Duh Gustii, begini banget yak.. 😨😵
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
5. Tiga hari berturut-turut ujan-mendung-ujan. Ga ada panas sama sekali. Suasana gelap kelabu seperti hati istri yang merasa gak pernah dimengerti suami sendiri #eh
Hari keempat matahari udah gak malu-malu kucing. Panaas, teriik.. Emak teriak hepi sambil buru-buru jemurin tiga ember baju yang udah lepek.
Sepanjang hari hati berdebar. Berharap cemas biar panasnya lama. Sorenya angkatin jemuran dengan hati lega, muka berseri-seri puass kaya abis menang lotre 100 jeti. 😍😎
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
6. Emak habis lahiran, banyak tamu dateng. Eh tapi kok soal waktu berkunjungnya mereka yang tentukan, tanpa bertanya kapan selow nya si nyonya rumah.
Langsung ajah gitu, ngabarin mau dateng. Emak tetiba jadi menguasai jurus bayangan. Wuz wuuuzz dalam setengah jam ngebut beresin rumah.
Rapi jali. Kalem dah.
Tapinyaaa, saat para tamu udah mulai masuk halaman, si kakak nuang semua isi box mainannya ke lantai. Dan seketika rumah persis seperti sedia kala, seperti saat belum dibereskan. 😱😭
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
7. Emak barusan selesai ngepel, lantai kinclong plus wangi. Si kakak ngambil kotak mainan pasir kinetik nya dan si adek ngambil susu coklat dengan satu tangan dan gelas miring-miring.
Saat itu juga emak pengen pencet tombol “Freeze’ biar keduanya diam tak bergerak dan mencegah mereka menodai lantai lagi.
Tapi sayang oh sayang, secepat kilat segala tumpahan mengucur. Dan emak cuma bisa melongo ajah melihat kejadian beginian. Dimarahin pun ga bikin lantai sim salabim jadi bersih lagi.. 😵😑
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
8. Emak kepengen banget rutin pake produk kecantikan buat muka, SK II kek, serum ageLOC NU Skin kek; Luluran pake Body Scrub nya The Bodyshop saat mandi; Atau sering Hair Spa di salon. Biar awet muda n kinclong kaya artes Korea.
Tapi kenyataannya, bisa mandi 2x sehari ajah udah bersyukur banget. Itu krim pagi-malem mahall disimpen-simpen ajah ampe expired. Mandi sempet sabunan bersih ajah udah hepi, bisa keramas teratur ajah udah seneng banget. 😂😁
Cuma emak yang tahu rasanya…
♧♧♧
9. Weekend emak girang jalan-jalan, kepengen refreshing di mall. Dah planning beli baju yang modelnya lagi kekinian. Tapi boro-boro sempet nyobain baju di butik, baru ngelirik etalasenya ajah si bocah udah lari-lari deketin eskalator.
Bubaaar rencana beli bajunya.. 😖😴
Cuma emak yang tahu rasanya…
♧♧♧
10. Anak tantrum di mall. Emak berusaha tegas gak beliin mainan yang persis sama yang udah anak miliki di rumah. Sekuat hati bersabar liat anak gulang-guling di lantai mall.
Tiap orang yang lewat, liatin anaknya kaya tontonan. Ditambah lagi tatapan nyinyir ke orangtuanya yang seolah berkata : "Tuh anak elu urusin yang bener dong” “iiih nangis-nangis gitu kok didiemin aja sih. Ga sayang anak banget!” …edabra..edebre… 😈😡
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
11. Emak ultah. Ditanya suami pengen kado apa. Sebetulnya udah punya barang inceran yang lagi dibutuhkan, eh tapi agak mahal. Nilainya lebih dari harga sekarung beras paling enak. Ngerasa gak enak sendiri, takut dianggap boros buang-buang duit suami,
Akhirnya jawab : “Ga usah Pah, Mama lagi gak pengen apa-apa kok”
Tapii langsung pengen nangis saat suaminya jawab : “Oh ya udah kalo gitu Mah” 😯😭
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
12. Emak udah baca sgala teori parenting, udah ninggalin makanan gak sehat sejak hamil, udah jadi ibu siaga sepanjang hari, minggu, bulan dan taun.
Lalu ternyata pertumbuhan anak gak semulus anak lain. Jalan agak lama, atau ngomong belum jelas, atau badan kurus, atau sakit melulu.
Udahlah pusing mikirin anak, ditambah lagi komen nyinyir dari emak lain. Bertubi-tubi menyalahkan, melabeli sebagai emak gak becus, merasa gagal jadi seorang ibu. 😭😭
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
13. Anak sakit. Sebetulnya gak gawat. Cuma demam atau batuk pilek ajah. Emak berusaha telatenin tanpa obat.
Ternyata capeknya urus anak rewel gak seberapa dibanding capeknya jawabin komentar suami, ortu, mertua atopun tetangga yang belum paham.
Pengen banget bisa cuek saat ditanya: “kok gak dibawa ke dokter?” “udah minum obat?” “anak sakit kok dibiarin ajah?” …edabra..edebre… 😐😷
Cuma emak yang tau rasanya…
♧♧♧
Apalagi ya Maak?
Ayolah tambahin apa yang kita rasa… Mumpung curhat masih gratis Mak.. Gratiiss 😂😁
26 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Tumblr media
Bila bertemu dengan orang orang yang perkataannya sering inkonsisten. Mengeluh tentang perbuatan orang lain kepadanya, tapi di sisi lain ia melakukan hal yang sama ke orang terdekatnya. Sekali dua kali gemas rasanya, tapi kalau sudah berkali kali ajaibnya rasanya "ya udahlah". Males berdebat, malas konflik, perasaan perasaan yang muncul sebelumnya seperti merasa-tidak-dihargai berubah jadi sesuatu yang "biasa aja", karena toh inkonsistensi itu sadar atau tidak merugikan dirinya sendiri. Kita sebagai orang luar cuma bisa nontonin aja. Semoga kerugian yang tercipta ga beririsan sama urusan kita, karena malas kalau udah berurusan sama orang yang inkonsisten plus merasa benar sendiri pula. Seolah kesabaran di dunia tercipta hanya untuk ngadepin dirinya.
Ada yang relate di sini? :)
49 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Sekarang kalo banyak orang yang salah paham males banget melakukan pembelaan. Kayak yang udahlah biarin ini dia mau melabeli gue kaya apa, males jelasin, percuma kalo di mata orang udah salah bakal dicari terus kesalahannya.
44 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Dalam kehidupan ini, ada hal yang tidak bisa kita pilih tetapi harus kita terima. Salah satunya dilahirkan di keluarga seperti apa dan memiliki orang tua siapa dan seperti apa.
Barangkali diantara kita ada yang pernah menyesal harus berada di keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang justru menyudutkan, dan keluarga yang tidak supportif. Barangkali diantara kita ada yang sudah jengah dengan nada tinggi yang memenuhi langit-langit rumahnya. Adapula yang diam-diam air matanya turun ketika melihat kejadian meyakitkan itu di depan matanya atau teringat masa lalu yang menyayat hatinya. Kalau bisa didengar suara hatinya, dia ingin sekali berteriak sekencang mungkin sambil mempertanyakannya kepada-Nya. Namun, tangisnya mana mungkin pecah ketika di depan banyak orang, seringkali dia menangis diam-diam, dalam sepi, ketika tengah berbincang dengan tuhan-Nya.
Doa dan harapan memiliki keluarga sakinah, mawaddah, rahmah sering dirinya panjatkan dalam setiap untaian doa, berharap suatu saat nada tinggi itu berubah menjadi nada ramah, lembut dan penuh kasing sayang. Berharap hati-hati yang saling keras itu kembali lembut dan saling mencintai. Berharap tangan-tangan itu memeluknya dengan kehangatan. Berharap ada komunikasi yang tidak lagi dingin.
Hatinya patah, terluka, menjerit seakan tidak terima akan takdir-Nya. Kalimat-kalimat positif itu tidak mampu lagi dia terima. Mana mungkin dia bisa percaya pada janji-Nya terutama saat kondisi keluarga berhimpitan dengan tuntutan kehidupan yang memeras fisik dan hatinya.
Barangkali hal ini terjadi pada banyak orang di sekitar kita. Cerita yang muncul di permukaan hanyalan sebagian kecil. Lebih banyak lagi yang memilih diam, tidak menceritakannya namun perlahan hal itu melukai hati dan dirinya. Banyak jiwa-jiwa yang terluka. Banyak jiwa yang mencari pertolongan entah kemana.
Kadangkala yang mereka butuhkan hanyalah telinga yang siap mendengarkan semua cerita. Mereka butuh didukung untuk bisa melaluinya.
Kita harus lebih peka pada setiap orang di sekitar kita dan support mereka dapat melalui masa-masa sulitnya. Jangan sampai mereka mencari jalan keluar yang salah dan lebih bahaya lagi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dear kamu, yang ternyata menjadi salah satu orang yang mengalami hal tersebut.
Tidak perlu berlari dari semuanya kawan. Kadang kamu perlu menerima kondisinya bahwa keluargamu memang tidak baik-baik saja. Jangan pernah sekalipun kehilangan harapan. Jangan pernah sekalipun bosan mendoakan mereka. Meminta Allah melembutkan hati. Meminta Allah menguatkanmu.
Salah satu pesan di kajian bersama Ustadz Jundi membahas perempuan seterik siang (perempuan yang di siang harinya melalui berbagai macam ujian yang berat) tetapi di malam harinya menjadi perempuan setenang malam (perempuan yang mendekat kepada Allah, bangun tengah malam dan doa apa yang hari ini menjadi masalah, tidak pernah lelah mendoakan keluarganya).
Rumahku surgaku dimulai dari kita, bagaimana kehadiran kita bisa menjadi hidayah bagi anggota keluarga yang lain.
Pesan penutupnya
"Andai hari ini rumahmu surgamu tidak kamu dapatkan maka jadikanlah hatimu surgamu"
12.12.2021
12 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Ngobrol ke diri sendiri
"Lagi sulit ya? Lagi berat ya?"
"Iya, ngadepin manusianya, yang kebanyakannya rumit, kebanyakan pahit, saling mencela, saling menyudut, saling menyikut, kayak sekarang lagi di titik seolah-olah kehilangan banyak orang baik"
"Jika kamu berada di titik itu, sekarang saatnya kamu mengerti bahwa kamu tidak bisa mengendalikan manusia, mau sebaik apa pun kamu, kapasitasmu hanya mampu mendoakannya, lalu mengontrol ekspektasimu ke mereka, jika kamu merasa kehilangan orang baik, jadikanlah dirimu salah satu orang baik, yang tidak pernah mengharap feedback atas kebaikannya. Kamu bisa kan?"
175 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Kita ini ya, sama diri sendiri aja kadang berdebat.
Apalagi sama orang lain?
Sekalipun itu orang terdekat kita, orangtua kita, bahkan suami/istri kita. Pasti ada saja beda pendapat. Banyak.
Wajar!
Yang nggak wajar, kalau debatnya setiap hari, setiap saat.
Dan nggak ada itikad untuk memperbaiki hubungan lewat komunikasi. Nggak punya niatan mengevaluasi sikap diri sendiri.
Apalagi, nggak pernah berani minta maaf duluan. Gengsi.
Ya Allah, berilah kami kekuatan....
Biarlah perdebatan2 kecil lestari di rumah tangga kami, jika itu menyuburkan..
Namun kami mohon, jauhkan perdebatan yang remeh namun dibesar2kan..
Sebab itu membuat mata hati kami gelap.. Sampai sulit melihat begitu banyak kebaikan dalam bahtera ini..
32 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Nak..nanti kalau kalian tumbuh besar, mulai kenal hingar bingar dunia... Tolong ingat2 pesan mama yang ini ya.
Selalu utamakan ketenangan, bukan kesenangan.
Karena kesenangan cenderung bikin kita lalai. Sedangkan ketenangan... Bisa bikin kita stabil dalam menghadapi situasi apapun.
Senang atau sedih, suka atau duka, marah, atau kecewa sekalipun.. kalau dasarnya hati kita udah tenang, respons kita pun akan lebih baik.
Nah PR-nya, nyari ketenangan itu harus terus menerus diusahakan. DAN terpenting, harus dari sumber yang benar.
Berat? Pasti. Apalagi dengan semua godaan akhir zaman ini. Ketika melakukan yang benar dianggap kuno, saat berusaha taat dianggap berlebihan....
Makanya mama selalu berdoa, semoga kita senantiasa dimudahkan oleh-Nya agar hanya memperoleh ketenangan dari sumber yang Hakiki. Diringankan langkah kaki kita, digerakkan tangan2 kita, untuk menjemput ketenangan itu. Lagi dan lagi.
Biarlah lelah sedikit, atau banyak sekalipun. Karena sekedar lelah tak akan berarti apa2 jika hati kita tenang.... Tertaut pada Dia Yang Satu... Bergantung pada Dia Yang Maha Mengurus Makhluknya...
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram Qs. ar-Ra’du: 28
Ps. Hati manusia, pada fitrahnya, akan peka pada sesuatu yang menenangkan dan menggelisahkan. Jadi, biasakan dengar hatimu. Jangan sampai, saking tak pernahnya kita berlatih mendengar kata hati, kita sampai tak pernah mendengar bisikan lembut-Nya dari dalam sana.
84 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Nak, ingat selalu. Di saat posisimu meminta tolong untuk melakukan sesuatu. Harus lebih dulu banyak tahu.
Tahu diri.
Tahu tempat.
Tahu waktu.
Karena terkadang ketidaktahuan itu yang banyak memicu timbulnya prasangka buruk. Ketika kita inginnya selalu yang terbaik, justru dapatnya yang terbalik.
Tahu diri.
Karena tidak selalu orang lain menjadikan kita sebagai prioritas.
Tahu tempat.
Karena tidak semua orang bisa untuk segala sesuatunya. Banyak kekurangan, baik dari segi kualitas maupun kuantintas.
Tahu waktu, karena sesungguhnya mengganggu waktu istirahat orang lain adalah attitude yang tidak pantas.
Dan tahu malu.
Selagi bisa mengupayakannya sendiri, tidak baik selalu mengandalkan orang lain demi kepentingan diri.
@azurazie
60 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Nanti...
Kalau kau jadi seorang ibu, jangan pilih kasih. Anak pertama, kedua, ketiga, pun yang bungsu sama-sama anakmu. Kasih sayang yang dibagi harus adil, jangan menyalahkan karena salah satunya tidak sesukses yang lain. Dukung dengan cara dan porsi yang sama, bahkan ketika gagalpun kau sebagai ibu harus tetap memujinya. Puji usahanya, karena anak-anak juga bisa terluka, hanya tak pernah menunjukkannya secara langsung...
37 notes · View notes
martabakcoklat · 1 year
Text
Meskipun belum menjadi seorang ibu, tapi hari ini aku tau rasanya ingin selalu sehat supaya tetap bisa menjaga orang-orang terkasih. Bukan karena egois sampai memikirkan kesehatan sendiri tapi lebih kepada supaya bisa terus menjaganya, melayani kebutuhannya, memastikan gizi terbaik untuknya setiap hari, dan menghiburnya supaya tetap semangat dan lekas sembuh.
Actually, it's hard enough. Karena harus melebur banyak perasaan menjadi satu. Sedih, khawatir, tapi harus siap siaga, memastikan untuk tetap bisa berpikir jernih, juga berpura-pura baik-baik saja sekaligus berusaha menghibur. Lagi sedih kok menghibur wkwkwkwk logika yang agak nggak masuk, tapi harus dijalani.
Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan :) aamiin
5 notes · View notes