Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Akhir-akhir ini merasa takut untuk menulis lagi karena takut akan menimbulkan kesalahpahaman dari apa yang saya tulis. Tapi karena sudah beberapa bulan ini tidak mereview buku bacaan, jadi mari mulai menulis lagi.
Sebelum saya mereview buku ini, saya ingin cerita sedikit alasan akhirnya memutuskan untuk beli buku ini. Awalnya tertarik ketika membaca judulnya. Sebagai orang yang memiliki sisi perfeksionis (yang kadang suka muncul) waktu itu saya pikir barangkali buku ini sangat cocok untuk saya. Dan setelah saya selesai baca buku ini saya menemukan banyak hal, tentang bagaimana cara memandang sebuah ketidaksempurnaan (seperti; kegagalan atau hal-hal yang memang terjadi diluar kendali kita).
Wabi sabi adalah sebuah estetika tradisonal dari Jepang yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Wabi memiliki arti yaitu menemukan keindahan dalam kesederhanaan sedangkan Sabi dapat diartikan dengan keindahan yang datang seiring dengan berjalannya waktu, serta bagaimana pelapukan, kepudaran, dan penuaan dapat mengubah sifat visual semua itu. Filosofi wabi sabi ini juga dapat ditemukan dalam seremoni minum teh di Jepang. Bagaimana peralatan yang digunakan dalam seremoni seringkali terlihat sederhana. Seperti; hagi-yaki, dalam bentuknya yang tidak terlalu simetris, serta warna atau tekstur yang tampak menekankan bentuk alami yang autentik. Kesederhanaan juga terlihat dari ruang seremoni minum teh itu sendiri yang tidak terlalu banyak menghadirkan ornamen sehingga orang-orang bisa saling menikmati momen seremoni minum teh satu sama lain.
Saat ini, konsep wabi sabi seringkali diterapkan dalam gaya interior sebuah hunian. Bagaimana peran Wabi dalam mengatur sebuah ruangan agar terlihat sederhana kemudian diberikan sentuhan Sabi, (semisal; kayu rustic atau tekstur dinding yang dibiarkan tidak merata, apa adanya, dan membiarkan warna aslinya) untuk dapat menampilkan ketidaksempurnaan pada sebuah ruangan tersebut sehingga kita bisa melihat ternyata kita dapat menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan.
Di buku ini, Beth Kempton tidak akan banyak cerita tentang bagaimana cara menerapkan wabi sabi dalam sebuah hunian. tetapi lebih mengajak pembaca untuk memahami lebih dalam makna wabi sabi di kehidupan sehari-hari. Beth Kempton bukanlah orang Jepang tetapi selama lebih dari dua dasawarsa, filosofi dan estetika wabi sabi telah melekat di hidupnya. Di buku ini akan seringkali menemukan cerita pengalaman Beth Kempton mengeksplorasi tempat-tempat serta bertemu warga lokal Jepang untuk mencari makna wabi sabi hingga pada akhirnya membawanya pada berbagai pelajaran hidup. Dan pelajaran hidup yang dapat diajarkan wabi sabi berakar pada gagasan-gagasan berikut:
Dunia terlihat sangat berbeda ketika kita belajar melihat dan merasakannya dari dalam hati.
Segalanya, termasuk hidup itu sendiri, adalah fana, tak utuh, dan tak sempurna. Karenanya, kesempurnaan itu mustahil dan ketaksempurnaan adalah kondisi alami segala sesuatu.
Ada keindahan, nilai, dan kenyamanan yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan.
Setiap manusia pasti selalu ingin berusaha untuk lebih baik tetapi ketika kita meletakkan kesempurnaan dalam segala aspek kehidupan kita itu akan sangat melelahkan. Bukan berarti kita tidak boleh menaruh harapan di setiap hidup kita. Hanya saja kita berusaha sebaik mungkin dari apa yang bisa kita lakukan. Karena ketika kita terlalu fokus mengejar kesempurnaan yang sebenarnya sulit dijangkau, pada akhirnya membuat kita luput untuk mensyukuri momen atau hal-hal kecil yang ada di sekeliling kita. Disinilah wabi sabi hadir untuk memberikan jeda. Sehingga kita lebih bisa menghargai setiap momen yang ada.
Dari sekian tempat yang didatangi oleh Beth Kempton, ada salah satu tempat menarik bagi saya yaitu ketika Beth Kempton ke sebuah guesthouse untuk meditasi yang berada di Tokamachi, Niigata, yang disebut ’House of Light’ . Jadi sesuai dengan namanya, House of Light adalah sebuah karya James Turrell, seorang seniman asal Amerika yang berfokus pada cahaya dan ruang pada karyanya. Setelah membaca buku 'In Praise of Shadows' yang ditulis oleh Junichiro Tanizaki, James Turrell memutuskan untuk membuat rumah dengan cara arsitektur tradisional di wilayah tersebut. Seperti yang ditulis Junichiro Tanizaki dalam bukunya, “sebagai ruang dimana seseorang dapat merasakan hidup dalam cahaya, dengan menghubungkan cahaya di dalam dengan cahaya di luar.”
Salah satu yang menjadi favorit di House of Light ini yaitu memiliki atap geser sehingga orang-orang bisa melihat pemandangan langit melalui atap geser yang terbuka. Pada siang hari orang-orang dapat memandang langit dengan cahaya alami. Sedangkan di malam hari orang-orang akan disuguhkan pemandangan langit yang di bingkai oleh langit-langit atap dimana orang-orang bisa melihat pertunjukan cahaya karya James Turrell. Disinilah Beth Kempton menemukan makna wabi sabi dalam sebuah kegagalan. House of Light mengajarkan Beth Kempton bagaimana seharusnya memandang sebuah kegagalan. Setiap kali batasan berubah dari satu warna ke warna lain, langit persegi empat di dalamnya juga berubah. Ketika kita terjebak dalam sesuatu, itu ibarat kita hanya melihat satu versi langit saja. Kita lupa bahwa kita bisa melihat banyak versi yang berbeda seandainya saja kita mengubah bingkainya. Ketika kita gagal, bukan berarti kita harus mengingkari atau berlari, tetapi justru mengetahui bahwa kita dapat mengubah pandangan terhadap apa yang telah terjadi. Intinya kunci menerapkan wabi sabi adalah bukan semata apa yang kita lihat tetapi lebih kepada bagaimana cara kita melihat.
Ada salah satu kutipan favorit saya dalam buku ini yaitu, ”Tidak ada kata utuh, selesai, atau sempurna dalam pembelajaran. Yang ada hanya belajar.”
youtube
0 notes
Photo
0 notes
Photo
0 notes
Photo
0 notes
Photo
0 notes
Photo
Masih dalam masa lockdown, jadi mulai menilik kembali buku-buku yang belum sempat terbaca. Dan buku ini salah satunya. Berisi tentang kisah 51 perempuan inspiratif di Indonesia dengan berbagai macam profesi. Mulai dari seorang penulis, aktivis, jurnalis, menteri, hingga ilmuwan. Saya selalu kagum ketika melihat perempuan yang sangat passionate terhadap apa yang mereka kerjakan dan bisa memberikan impact kepada banyak orang. Dan menariknya, dari 51 perempuan ini hanya segelintir yang saya tahu namanya. Saya pikir, buku ini bisa jadi salah satu bentuk apresiasi terhadap perempuan-perempuan Indonesia. Bagi saya, perempuan yang hebat adalah perempuan yang bisa menginspirasi perempuan lain.
0 notes
Text
UNTUK PEREMPUAN
Untuk perempuan yang sedang mencari jati diri.
Tak masalah jika harus mencoba banyak hal,
Teruslah belajar dan berproses,
Karena makna tidak hadir dalam pencapaian atau hasil akhir,
Makna ditemukan di setiap perjalanan.
Untuk perempuan yang sedang mengalami kegagalan.
Takut gagal adalah hal yang wajar,
Tetapi ketika takut untuk mengambil langkah lagi
bukanlah pilihan yang tepat,
Kadang ketakutan muncul untuk menghadirkan keberanian,
Keberanian untuk melangkah lagi.
Untuk perempuan yang sedang mengejar mimpinya.
Tak apa jika mimpimu terlalu tinggi,
Tak apa jika mimpimu masih terlihat terlalu jauh,
Selagi kamu masih percaya akan mimpi-mimpimu
Maka disitulah masih ada nyawa yang hidup di dalam mimpi-mimpimu.
Dan untuk perempuan-perempuan yang lain,
Jangan lupa untuk berterimakasih kepada diri sendiri,
Selamat hari perempuan sedunia ♥️
0 notes
Photo
1 note
·
View note