Teruntuk setiap hati yang tersakiti, percayalah itu hanya karena Allah ingin kita lebih dekat dengan-Nya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Jakarta, Bekasi, Depok menjadi tempat hidup saya selama 28 tahun dari lahir hingga hari ini. Hingar bingar yg diciptakannya jujur membuat hidup saya lebih berwarna. Penghuninya yang bermacam-macam, mulai dari mereka yang lahir dan besar disini hingga mereka yang kesini pas udah gede. Dari mereka yang pertama kali menginjakkan kaki disini kaget mulai terbiasa sampai terkontaminasi.
Semuanya begitu ramai. Kota-kota ini seperti tidak pernah mati 24 jam, ya ada-ada aja ceritanya. Kota-kota ini masih menjadi tujuan beberapa dari mereka yang ingin "mencari kehidupan". Itulah kenapa orang aslinya udah menipis eh ga juga ya, dari yg lebaran dulu kosong bgt jalanan eh sekarang kok jadi macet...
Terlepas dari itu semua, kadang saya terpikir "seru kali ya mudik, punya kampung" hingga ketika saya punya kesempatan untuk mengunjungi daerah-daerah di luar jabodetabek, seneeengg bgt sih rasanya (Jogja dan Bandung masih jadi tempat favorit yg gak pernah nolak utk berkunjung kesana berulang kali).
"Kalo gw ninggalin jabodetabek, gimana ya?" kemudian dijawab sama teman sewaktu saya cerita ke dia, "emang lo udah siap kalo dibawa kesana? Gw gak yakin lo betah jauh dari jakarta, Lu"
Langsung diem dan mikir, ya juga ya. 28 tahun hidup di jabodetabek, saya terbentuk disini, keluarga semua disini, terus terpikir maunya pasangan yg bukan orang sini tuh emang bikin orang-orang terdekat saya jadi ragu dgn pilihan saya. Terlebih, selama 28 tahun itu memang gak pernah merantau sama sekali. Tau lah ya kenapa saya seperti saya yang kayak sekarang?
Tapi saya juga belajar dari teman-teman saya yang merantau. Meninggalkan kota kelahiran bukan untuk lari dari keribetan didalamnya, tapi untuk senantiasa selalu merasa punya tempat pulang di dunia, selalu ada yang dituju dan dinanti untuk didatangi.
Ya begitulah ketidakjelasan curhatan ini wkwk
0 notes
Text
Entah kenapa, hari ini udah lebih dari 3 orang membahas perihal "sopan santun" terlebih hal itu lg menjadi concern saya pribadi beberapa hari terakhir, yang ternyata saya kena sindir juga soal sopan santun.
Sesimpel,
😌 eh Lu, kamu belum bales wa"
🥲 wa yg mana ya?
😌 yg tadi pagi
🥲 Ohiyaaa aku udah baca sih tapi belum ku bales aja (di momen yg sama, temen saya jg kena sindir krn sama2 belum bales)
😌 parahsi kalian tuh gak sopan tau gak
🥲 (yha.. ketampar lagi)
Kemudian jadilah bahas membahas soal sopan santun yg lainnya.
Memang tingkat kesopanan orang itu beda2, apalagi untuk hal-hal yang tidak ada aturan tertulisnya.
0 notes
Text
Sewaktu saya cerita tentang rasa penasaran saya terhadap sesuatu, saya dapati nasihat dari teman yang saya gak pernah nyangka bahwa itu yang akan pertama kali keluar dari mulutnya ketika selesai mendengarkan saya cerita pxl, "kalau memang iya mau kesana, emang siap?" terus saya bertanya-tanya kenapa dia tanya gitu, lalu saya disadarkan ternyata ada hal-hal yang tertutup akibat euforia yang berlebih.
Yaa.. memang nasihat yang harus dicari adalah nasihat dari mereka yg sudah pernah merasakannya. Bukan, bukan berarti harus sama dgn apa yg mereka alami. Tapi mereka bisa kasih rasionalitas yg gatau kenapa langsung bisa kita terima.
0 notes
Text
"Dulu aku menyangka aku tuh deket banget sama lulu, tapi ternyata lulu deket sama semua orang" ; "Lu, intinya sih satu. Mereka gak suka ngeliat lu bahagia" ; "Aku kira kerja di Jakarta orang2nya menyeramkan, sampai di awal2 ketemu kamu, aku syok ternyata ada orang seperhatian ini di Jakarta" ; "apa yg lu lakuin, beneran membekas loh Lu"
Beberapa feedback yg saya dapat saat nostalgia tadi sepulang nonton Petualangan Sherina.
Yang baik itu Allah ges, dititipkan-Nya lewat aku untuk kalian sbg perantara.
Terucapkan terima kasih yang sangat banyak kepada orang-orang turut berjasa membuat saya terbentuk, atas izin-Nya, seperti sekarang ini.
Saya tumbuh di lingkungan yg membuat saya harus peduli satu sama lain, bahwa sering2 menanyakan kabar ke teman itu memberikan dampak yg cukup besar, bertanya "ada apa", juga menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan dan bercerita, serta memberi hadiah kepada saudara itu salah satu bentuk cinta kita kepada mereka.
Tapi seiring bertambahnya umur dan berkurangnya waktu hidup, saya cukup kelelahan. Hingga akhirnya ditanya, "emang kamu melakukan itu untuk siapa si sekarang?"
Dan ya, orientasi niat saya perlahan berubah. Terbentuk oleh lingkungan atau memang niat saya saja yang berubah, kadang oportunis.
Memang. Apa-apa yg dilakukan karena Allah rasanya melegakan. Tapi apa-apa yang dilakukan bukan karena-Nya akan terasa melelahkan.
1 note
·
View note
Text
Dunia ini seringnya menyimpan hal-hal yang diluar dugaan. Makin kesini penghuninya juga makin banyak yg jahat.
Mulai dari hal-hal yang menurut kita tida, tapi iya. Hal-hal yang menurut kita iya, ternyata tidak.
Kita diminta untuk membentuk opini sendiri, bebas berekspresi. Hingga pusing sendiri.
Ada orang-orang yang terlihat polos nan penuh keramahan, nyatanya hanya orang yang berani main belakang tidak berani terang-terangan. Penuh intrik dan disimpan dgn rapi. Rapi.
Ada orang-orang yang terlihat penuh intrik dan dikerubungi kecurigaan tiap mata yang mengintai, nyatanya cuma orang yang ingin membantu.
Penuh. Sesak. Dunia ini benar-benar hampir penuh dengan kepura-puraan.
0 notes
Text
Pada akhirnya kesimpulan-kesimpulan yg ada hanya berlandaskan prasangka-prasangka yg kita buat sendiri dan tidak tau kebenarannya. Kita punya kesempatan untuk membuktikan, tapi ternyata kita tidak cukup dekat untuk saling bertanya dan menjawab sebagaimana mestinya.
Silakan membiarkan prasangka yg mendominasi. Prasangka yg selamanya hanya akan jadi prasangka, sampai kebenarannya kita temui sendiri.
0 notes
Text
Kita bisa menjadi pendengar yang baik bersama orang yg membutuhkannya. Kita bisa menjadi pembawa cerita yang mahir bersama mereka yang mau mendengarkannya.
Kita diberikan kenyamanan bersama orang-orang tertentu sesuai dgn kapasitas kita ketika bersama masing-masing dari mereka.
Entah kenapa ketika bersama beberapa, aku rasanya malas mendengarkan. Tapi bersama beberapa yang lain, aku lebih suka mendengar dibanding bercerita.
Tapi kalau sama kamu, aku memilih untuk bersedia jadi keduanya; pendengar yang baik jg pembawa cerita yang mahir. Aku berharap kamu juga bersedia untuk jadi keduanya.
Semoga aku segera bertemu kamu yg tepat dan kamu segera bertemu aku yg tepat. Selamat mencari dan menemukan.
0 notes
Text
Kemarin, obrolan saat senja.
Bersama teman yang kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Sedangkan aku, sama tidak baiknya.
Kita sama-sama bicara soal urgensi. Urgensi dari setiap pilihan yang kita ambil.
Pada nyatanya, dewasa tidak menjamin kepiawaian dalam memilih. Sesulit itu memang ketika dihadapkan pada sebuah pilihan.
Long short story...
Kita sampai pada simpulan bahwa ada banyak hal yang menguras energi kita yang sudah habis from 8 to 5;
1. Tentang pilihan yang tidak memikirkan urgensi dan tentang hubungan yang tidak ada urgensinya sama sekali.
2. Tentang menakar apa yang menurut kita baik, padahal mengaburkan yang sebenarnya beneran baik.
3. Tentang mengendalikan ego agar tidak luber dan melampaui kapasitas diri.
Dan tentang apa-apa yang orang dewasa pikirkan.
Kita tidak saling bertukar solusi. Kita hanya saling mengurai rasa. Kita hanya sama-sama 'misuh'. Bukan dunia yang gak adil, tapi penghuninya saja yang suka gak tau diri.
Rasanya energiku saat itu sudah tinggal sedikit tapi kenapa obrolan senja kemarin malah menambah energiku yg hampir habis, ya?
0 notes
Text
Ternyata aku dan kamu tidak cukup dekat untuk saling bertanya bahkan memberikan jawaban yang semestinya.
0 notes
Text
Fiersa Besari bilang, "fase terbaik manusia adalah saat kita sudah bisa menertawakan masa lalu yang menyakitkan".
Kita dibentuk sama masa lalu, ya.
0 notes
Text
Aku ingin banyak bercengkrama. Aku ingin banyak bercanda.
Aku ingin banyak bertanya. Aku ingin banyak menulismu.
Tapi aku tidak tahan dengan banyaknya omongan di luar sana atau bahkan dalam hatimu.
Aku ini siapa? Aku ini kenapa?
Memangnya, aku harus jadi apa untuk bisa banyak menulis tentangmu?
0 notes
Text
"Sesuatu yang sudah dijauhkan oleh Tuhan jangan lagi dipertanyakan."
3 notes
·
View notes
Text
Sebenarnya, kecewa yang kita rasakan adalah karena kita terlalu berekspektasi pada dunia, karena kita salah menaruh ekspektasi. Taruh semua sesuai posisinya. Jangan ketinggian, biar kalau jatuh ya gak sakit-sakit amat dan bisa bangkit lagi, sendiri.
0 notes
Text
Allah mampu mengubah situasi paling terpurukmu menjadi momen terbaik dalam hidupmu. Dan ya, aku nungguin itu ya Allah
0 notes
Text
0 notes
Text
Jadi kemarin rapat notulennya pake notion buat mencatat simpulan rapat. Terus ada temen yg tanya perihal app tsb dan ku jawab "itu mirip2 tumblr sih tp lebih informatif dan banyak fiturnya jg. Tp aku blm explore lebih lanjut sih br pernah nyoba sesekali, masih pake tumblr buat nulis2" dan dia syok "hah? Masih pake tumblr, mba?"
Ahaha mungkin bagi sebagian orang tumblr dah jadul ya. Tapi gak tau kenapa saya masih seneng pake tumblr utk nulis kegalauan dan sejenisnya. Oh mungkin krn rekan-rekan saya gak ada yg main tumblr, jadi saya tetap bertahan disini kayak lebih pede aja untuk menyampaikan pikiran saya yg gak seberapa ini, soalnya gak bakal ada yg baca😆
0 notes
Text
Q = Kepada siapa kamu sering berbohong?
A = Kepada diri sendiri.
0 notes