Dan tidak semua bisa aku katakan, aku lebih suka menulisnya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Bagaimanapun engkau tetaplah rumah. Rumah terbaik, ternyaman, dan tak pernah sekalipun ingin aku tinggalkan, meski sedikit lama aku tak berkunjung.
Bagaimanapun engkau tetaplah tempat. Tempat terindah, terteduh, dan tak pernah sekalipun aku tak menjadi diri sendiri, meski kadang ceritaku hanya itu-itu saja.
Banyak waktu, banyak hal, banyak cerita. Menulis tanpa ada yang menghakimi, tanpa ada yang mengomentari, ternyata aku senang berbagi cerita dengan banyak orang yang tidak mengenaliku, membuatku terus tumbuh, berproses, dan terus bermekaran. Semoga aku tetap menjadi aku. Yang di perjalanan setiap waktu ini, masih suka meninggalkan jejak cinta, dengan tulisan-tulisanku.
Masih terlalu dini hari, 27 September 2024
1 note
·
View note
Text
"JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN"
Sebagai renungan atas kejadian bunuh diri kakak beradik di Bandung. Kedua korban menderita gangguan jiwa setelah ibunya meninggal dunia.
SUATU SAAT KITA AKAN MENINGGALKAN MEREKA JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)
Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .
Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.
ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,
Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.
#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".
#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".
#Tali sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".
#Kecipratan sedikit minyak
"Sudah sini, Mama aja yang masak".
Kapan anaknya bisa?
Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,
Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?
Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.
Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!
Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.
Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.
Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?
Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.
Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.
,
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.
AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT
Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?
Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.
So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...
Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.
Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.
Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?
Bisa2 anak anda ikut mati.
Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.
Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.
Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.
_Selamat berjuang untuk mencetak pribadi yg kokoh dan mandiri_
455 notes
·
View notes
Text
Hujan sudah mulai turun, jangan lupa untuk sering berdoa, ya. Untuk masa depanmu dan juga harapan terdekatmu. Andai ada gemuruh dan kegelisahan di hatimu, luapkan saja dengan doa yang tulus pada setiap hujan yang turun. Tanpa perlu orang lain tahu, hanya kamu dan Tuhanmu. Selembut gerimis tapi terasa ke hati.
@jndmmsyhd
775 notes
·
View notes
Text
Pikirannya Lelaki
Beberapa hal yang dipikirkan laki-laki (dalam hal ini aku), dan mungkin lelaki di sekitarmu juga sama :
Apa yang diinginkan oleh perempuannya, hal yang kemudian di ucapkan, itu bakal bikin lelaki kepikiran terus. Kalau ia belum kunjung berhasil mewujudkannya, rasanya itu kayak beban karena merasa ingin sekali mewujudkan itu.
Takut sekali kehilangan pekerjaan, sebenarnya lebih kepada kemampuan untuk memberi nafkah. Entah karena kehilangan pekerjaan atau kemampuan untuk bekerja sehingga membebani perempuannya untuk ikut bekerja atau bahkan menanggungnya. Itu runtuh-tuh harga dirinya, kepercayaan dirinya.
Kesulitan untuk menerjemahkan apa yang dirasa oleh perempuannya karena mungkin emang dari sananya laki-laki begitu, dan perempuan begitu, memulai hard-conversation bukanlah hal yang mudah bagi laki-laki, karena takut melukai perempuannya.
Meninggal duluan tapi tidak meninggalkan apapun di dunia yang bisa membuat hidup perempuan dan anak-anaknya cukup bahagia dan terjamin secara materi, tidak harus bersusah payah. Kelihatannya duniawi sekali, tapi memang kepikiran. Coba nanti sesekali tanyakan kepada lelakimu, apa yang dia khawatirkan saat itu, saat bersamamu, saat hidup yang sebentar ini ingin ia wujudkan yang terbaik buatmu. Redakan rasa khawatirnya dengan rasa syukur dan cukup, cukup untuk kalian berdua. -kurniawangunadi
856 notes
·
View notes
Text
Parenting Online
Sekarang lagi musim "parenting online" Sejak pandemi kemarin banyak motivator-motivator karbitan yang ambil segmen ini.
Parenting, emak-emak dan anak, adalah pasar yang paling sedap. Segemen pasarnya selalu luas. Tak aneh jika bisnis di bidang parenting online adalah bisnis yg fantastis.
Sebenarnya aing gak mau bahas bisnisnya.
**
Aing ingin sedikit cerita, beberapa minggu lalu ada calon clien, seorang motivator dibidang parenting (spesial cara mendidik anak).
Pengikutnya udah banyak.
Udah sering bikin kelas online.
Pun kelas offline.
Udah mayan terkenal, follower IG nya juga banyak.
Singkat cerita dia mau dibuatkan buku. Dan sudah pasti "buku parenting". Tentu kami menyanggupinya, buku apapun kami berusaha menyanggupinya.^^
Singkat cerita (lagi)
Kami meeting ke dua terkait pembuatan rancangan brainstorming buku yg akan dibuat.
Tanpa disangka, tiba-tiba dia poporongos, marah dengan nada tinggi.
Lah, ini kan baru brainstorming, lagi diskusi, dia malah marah-marah. Bukunya aja blm dibuat, dia juga belum bayar DP.
Kalau memang kami ada yang salah, toh tidak merugikan dia.
Naskah belum jadi
Duit belum bayar
Kalau memang ada yg salah dari pihak kami, padahal tinggal kasih tau (karena konteksnya lagi diskusi, bukan sedang mengerjakan tugas/projek).
Atau kalau memang tidak cocok dg pelayanan kami, dia gak usah order. Batalkan aja, gak usah pakai jasa kami. Kami gak pernah maksa.
Gak usah marah-marah kali boss!
**
Saya gak habis pikir, seseorang publik figur, dan pengajar parenting anak, kelakuanannya marah-marah kayak gitu.
Sangat merendahkan kami, (yang kami rasakan)
Seolah-olah dia paling kaya raya, dan dengan duitnya bisa bayar seorang penulis.
Gak punya adab
Gak pernah bilang "terima kasih"
**
Hm, gak habis pikir.
Saya hanya ingin berpesan, ketika teman-teman menemukan ilmu parenting online cara mengurus anak di media sosial. Dengan konsep potongan video 30-60 detik.
Baiknya tidak dilahap mentah-mentah. Apalagi asal main sebarkan.
Orang yg membuat video tsb, belum tentu memiliki anak, dan belum tentu dia paham apa yg dia sampaikan.
Bisa jadi kontennya buatan Content Creator, atau ebooknya buatan Ghost Writer.
Mereka hanya mengambil segmen pasar.
Bisnis belaka!
**
Kitalah orang tua yang tau karakter anak masing-masing.
Jadi, didiklah dengan versi kita masing-masing. :)
Setiap "anak yang dilahirkan" memiliki karakter yang berbeda-beda. Tutorial ngusurnya gak mungkin 100% sama.
81 notes
·
View notes
Text
Karena untuk memahami, kita hanya perlu mengalami.
Hujan, 8 Februari 2023
2 notes
·
View notes
Text
TIDAK BENAR-BENAR TAHU
Hari ini pergi ke minimarket untuk membeli beberapa keperluan. Tidak seperti biasanya memakai motor matic kesayangan karena dipakai suami. Jadi pakai yang ga matic. Spedometernya masih oke kecuali kilometernya udah muter-muter, lalu mau belok kanan dan nyalain lampu sein, dari belakang diteriakan mbak-mbak "woy reting (nyalain lampu sein)". Setelah parkir coba nyalain lagi lampu seinnya, ternyata yang di spedometer nyala, lampunya yang ga nyala, ya maaf atuh mba, gatau kalau lampunya ga nyala soalnya gapernah pakai.
Kalau aku lihat orang ga nyalain lampu sein, aku juga akan marah, tapi kalau memang mendadak banget sih beloknya, tadi aku ga mendadak kok, dari 100 meter udah minggir kanan dan gada celah buat motor apalagi mobil buat nyalip dari sebelah kanan. Tapi ya kembali lagi orang kan beda-beda. Dari situ aku jadi belajar.
Kita ga pernah tahu sebenar-benarnya keadaan seseorang, pun orang terdekat sekalipun. Tapi kita berani judge, berani berkomentar, berani mendeskripsikan panjang lebar untuk sesuatu yang benar-benar belum atau bahkan tidak kita ketahui. Pun si mbak-mbak tadi mana tahu kalau aku juga ga tahu kalau lampu seinnya mati. Akupun juga sudah merasa nyalain lampu sein. Ya begitulah ternyata hidup, sering disalahpahami. Gapapa, yang penting jangan sampai menyakiti orang lain, dan kita tidak sadar kalau sedang menyakiti orang itu. Selamat bertumbuh pemahaman baiknya.
-Za
8 Februari 2023
0 notes
Text
BAHAGIA itu MENULAR
Terima kasihnya seseorang, ternyata yang membuat hati kita bahagia.
Kemarin memutuskan untuk jalan-jalan ke Jogja, naik kereta ngajakin bayik 1 tahun yang sudah beranjak toddler. Di sepanjang jalan Malioboro ga henti bapak² becak nawarin jasanya. Karena belum perlu dan masih mau jalan² ya lewat aja. Terus habis makan udah kerasa malasnya, yg tadinya ga berniat beli oleh², setelah ditawari si bapak mau dianter ke pusat oleh² dengan harga 5ribu seperti yg ditawarkan bapak ke kami, ya kita nurut aja walopun sebelumnya suami sempat mlongo dengan harga segitu dan jarak yang agak lumayan, mana becaknya masih dikayuh, bukan yg bentor. Di perjalanan si bapak nanya tujuan berikutnya kemana, dan memang kami mau langsung menuju stasiun mau pulang, si bapak bilang mau nunggu. Oke gapapa ditungguin. Satset beli-beli terus kita naik becak lagi. Sesampainya di depan stasiun tugu kami turun, sebelumnya kami sepakat mau memberi bapak uang berapa. Setelah turun suami tanya ke bapak bayarnya berapa, dan bapak bilang "monggo mas mriku (silahkan mas berapa aja)", yang artinya manut kita mau dibayar berapa, lalu suami memberi uang ke bapak, responnya masyaaAllah. Si Bapak kaget dan terima kasih yang berulang, bener² diulang terima kasihnya sampai 4×. Disitu kami senyum, seneng, langit Jogja yang panas tiba² sejuk. Bahagia sekali melihat orang lain bahagia. Kami tidak tahu sudah berapa penumpang yang sudah si bapak angkut, atau bahkan belum ada samasekali. Rezeki si bapak yang diberi Allah, melalui kami. Walau tidak seberapa, bahagianya si bapak, ternyata membuat kami bahagia dan tenang. Semoga banyak kebaikan-kebaikan muncul untuk membahagiakan orang lain, aamiin.
Jogjakarta, 5 Februari 2023
2 notes
·
View notes
Text
Noted!
Membingungkannya Orang Dewasa
Ada sebuah hal yang kalau sampai ada dalam diri kita, mudah-mudahan itu bisa ilang. Salah satunya adalah memiliki pikiran “paling benar”, itu justru adalah hal yang bisa berakibat fatal.
Kehilangan relasi, kehilangan teman, kehilangan kepercayaan, dan banyak sekali yang akan hilang. Apalagi jika pikiran paling benar itu muncul dari asumsi, bukan data. Datang dari pikiran sendiri, bukan dari hasil diskusi. Disimpulkan sendiri, tidak dikonfirmasi.
Hal-hal yang selama ini menjadi hambatan terbesar dalam sebuah relasi adalah pikiran tersebut. Rasanya semua kesalahan itu ada di orang lain, bukan salah kita, bahkan kita tidak merasa memiliki kontribusi pada kesalahan yang terjadi. Lupa untuk mengevaluasi diri sendiri. Apalagi dalam pernikahan, ini adalah pikiran yang bisa menghancurkan pernikahan tersebut.
Itulah kenapa seringkali kita menemukan nasihat; lemesin ego, belajar minta maaf meski gak salah, mengalah, dan banyak hal lainnya sebelum kita menikah.
Karena, meski benar, belum tentu lawan bicara kita tahu bahwa dia salah. Menyalahkan orang lain yang tidak tahu salahnya apa dan tidak juga menjelaskan dengan baik di mana salahnya di momen yang tidak tepat itu sama juga kita berkontribusi salah. Memang, seni dalam berkomunikasi itu sesuatu yang perlu untuk kita pelajari seumur hidup.
Selebihnya, kelapangan hati untuk menerima salah dan khilafnya orang lain. Apalagi jika itu sesuatu yang bisa diperbaiki bersama. Untuk kebaikan bersama adalah hal yang mungkin sudah jarang saat ini.
Jadilah orang yang dihatinya memiliki ruang yang cukup untuk melihat kesalahan sebagai sebuah tanda bahwa “ini akan bertumbuh”. Artinya akan ada perbaikan, artinya akan ada sesuatu yang lebih bermanfaat lagi ke depan, artinya akan semakin baik lagi dengan evaluasi yang dilakukan.
Ini adalah nasihat yang selalu kepegang setiap kali bertemu masalah,”Tenang! Ini pertanda akan bertumbuh jika kita berhasil menyelesaikan masalah ini. Jangan khawatir, hadapi saja.” Bukan justru pergi dan menghindarinya. ©kurniawangunadi
443 notes
·
View notes
Text
Aku : "Yah, di SMP 5 lagi butuh guru, negeri lho"
Suami : "Bahasa Indonesia? Kenapa? Mau daftar?"
Aku : "Iya, bahasa Indo. Mmmmmmm, endak yah"
Suami : (Tersenyum)
Pengen sebenarnya, apalagi di negeri. Setidaknya ada jenjang karier walaupun kalau memang bukan PNS gaji tidak seberapa. Tapi ternyata, berat di Aufa. Berat ninggalin kalau misal kerja lagi di usianya yang masih kecil. Karier bisa nanti pun kalau tidak samasekali, setidaknya aku lega bahagia bisa membersamainya. Meski belum maksimal apalagi sempurna, tapi aku bisa merekam cerita kelak saat dia dewasa. Semoga Aufa bangga punya ibu seperti ibuk ya nak. Ibuk sangat menyayangimu anakku :)
Rabu, 28 Desember 2022
0 notes
Text
Terkadang, untuk menuntaskan kekecewaan pun penyesalan di masa lalu, yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri agar menerima, kemudian yakin bahwa segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang kita hadapi, pun yang akan datang nanti adalah takdir terbaik dari Allah. Karena dengan begitu kita akan selalu merasa cukup dan tidak mudah menyalahkan siapapun.
-za
Sabtu, 9 Desember 2022
0 notes
Text
Bahkan saat tersedihpun, terkadang manusia belum tentu bisa menceritakan riuhnya kepada seseorang yang paling ia percaya. atau sekadar menulis dengan detail perihal apa yang dia rasakan. Barangkali dengan diam, mengambil jeda, mengatur nafas, hanya diam tanpa memikirkan apapun, sesekali menangis, adalah cara dia untuk bertahan hidup. Tidak semua kesedihan menemukan temannya. Namun satu yang pasti, Allaah tahu bahwa hatimu sedang rapuh, sekalipun hanya kau pendam sendiri tanpa mengatakannya.
Namun bukan itu sayang, jangan hanya dia saja. Alangkah lebih melegakan kala kau menceritakan semua sesak itu padaNya. Sekalipun hanya air mata yang jatuh. Sebab itu menunjukkan betapa engkau butuh pertolongan Allaah. Butuh agar Allaah menolong dan mengangkat kesedihanmu.
Jadi, alih-alih ingin terlihat kuat, sesungguhnya tidak benar-benar demikian. Maka cukup, sudahi ya. Tak apa menangis, menangis lah kala meminta kepadaNya. Sujudlah dan katakan semuanya padaNya. Sebab Allaah ada lebih dari apapun. Itu yang harus kamu ingat lekat-lekat.
299 notes
·
View notes
Text
275 notes
·
View notes
Text
Orang kadang pengen jadi orang lain. Padahal jadi selain dirinya sendiri itu susah.
12 notes
·
View notes
Text
Kapan hari aku ngobrol sama suami. Gimana ya kalau kita iri sama capaian orang lain? Pernah nggak dia demikian?
Dijawab gini, kamu irinya kenapa? Coba analisis konteksnya. Misalnya kamu lagi iri sama si A, apa yg di-irikan? Terus analisis di diri kamu, kira-kira apa itu salah satu hal yang pengen kamu raih? Kalau iya, apa yang bisa kamu usahakan?
Orang beda-beda rezekinya, starting point, supporting system, bahkan ya gabisa dinalar kadang itu udah rezekinya dia aja. Mungkin kalau kita mengusahakan hal yang sama, bisa jadi lebih lama mencapainya. Bisa jadi juga ga bakal tercapai karena bukan rezekinya.
Iri jangan sama orangnya, iri sama konteksnya lalu refleksi : udah sesuai sama tujuanmu belum? Kalau nggak sesuai ya terus buat apa gitu di-iri-in? Ya kita kadang cuma "ih enak ya dia blablabla, ih dia kok bisa sih begini. Blablabla" Tanpa tahu usahanya.
Ketika kita iri, coba lihat apa yang kita punya? Ada banyak hal yg bisa kita syukuri, hal yang sudah Allah anugerahkan. Apa yang jadi potensi kita?
Dan terakhir, apa yang bisa kita maksimalkan? Kita nggak bisa kontrol orang lain (kadang dia nyebelin juga, merendah utk meroket, pengen bgt ditanyain soal pencapaiannya) tapi kita bisa kontrol diri kita. Kita bisa kontrol respon kita.
Akuin aja kalau lagi iri, pahami konteks apa yang kita harapkan dari kejadian tsb. Kendalikan diri.. rezeki nggak akan tertukar, ranah kita adalah tawakkal dan ikhtiar 😊
Sedang terus menerus melatih diri melihat orang lain senang dan melihat diri ini juga menyenangkan dengan segala pemberianNya.
Rencana Allah pasti indaaah banget buat masing-masing hambaNya yang berupaya, berserah, dan bersabar🥰 #refleksidiri hehehe
1K notes
·
View notes
Text
IBUK
Kemarin pulang sekolah mampir ke rumah uti (ibuku) trus mas (kakak laki-lakiku) cerita kalau pagi motornya ada di bawah, ternyata dipakai uti buat motoran. Aku sedikit kaget karena uti udah lamaaaaaa banget ga naik motor, uti dulu belajar pakai motor gigi, jadi malah belum biaa pakai matic, mungkin terakhir naik motor sendiri dulu pas aku SD yang artinya udah 17-an tahun lalu, dan tiba-tiba naik motor lagi. Kemudian sisi (kakak perempuanku) yang juga lagi di rumah uti tiba-tiba cerita.
Sisi : Teu, uti ki pengen besok yen kamu lahiran, bisa motoran sendiri ke rumahmu, gamau nyusahin aku atau om buat nganter, padahal tak anter yo gapapa.
Aku : (kaget dan berkaca-kaca) utiiiii, yo tetep aku gaetuk to misal mau naik motor sendiri, jalannya sekarang rame.
Sisi : lha iyo, aku yo ga bolehin lah
(uti tiba-tiba ikut nimbrung)
Aku : uti besok yen mau ke rumah, dianter sisi sorenya atau mas, yen mantuk pagi dianter om (suamiku), gaboleh naik motor sendiri.
Uti : hehehehe
Utiiiiiiiii, makasi ya tiiiii, sehat terus tiiii, semoga Allah selalu jaga uti, ayafluuu ibuku ❤️
0 notes