Don't wanna be here? Send us removal request.
Quote
write your ideas.. never let it trapped inside.. be professional reporter while studying is rare opportunity!
Limass
1 note
·
View note
Text
Kemeja Bercorak, Dianggap Tabu Sekarang Digemari
0 notes
Text
Ramadhan ala Mahasiswa, Meraup Rupiah dari Bagasi Mobil
RAMADHAN bulan penuh berkah. Jargon ini benar memberikan berkah bagi individu kreatif. Terutama bagi mahasiswa yang terpacu menjadi pedagang 'dadakan' demi meraup pundi-pundi rupiah atau sekadar mengisi waktu luangnya. Tanpa rasa gengsi, mereka menggelar lapak dagangan dari bagasi mobil di beberapa pusat keramaian Kota Palembang.
Seperti pantauan kru Limass Sripo di kawasan TVRI yang ramai dengan penjual, baik sandang maupun pangan. Ternyata banyak dari pedagang tersebut merupakan anak kuliahan. Seperti Enda dan Rendy, yang tecatat sebagai mahasiswa Universitas Sriwijaya. Hadirnya bulan ramdhan bukanlah menjadi satu alasan bagi Enda dan Rendy untuk bermalas-malasan. Dua mahasiswa ini menjual es buah hanya selama bulan Ramadhan berlangsung."Kita baru mulai jualan beberapa hari yang lalu dan memilih berjualan pake mobil karena lebih banyak barang yang bisa dibawa dan juga praktis," tutur keduanya. Enda juga memaparkan bahwa modal awal mereka untuk membuka lapak ini hanya 140ribu dan hasilnya mengntungkan. "Es buahnya dijual lima ribu rupiah, jadi keuntungannya bisa 20 persen," tambahnya. Walaupun banyak pedagang lain yang menjajakan dagangan yang sama, bagi mereka yang penting bisa mendapatkan pengalaman mencari uang sendiri. “Selain buat ngisi waktu luang selama bulan puasa, kita juga kepengen dapet pengalaman gimana nyari uang sendiri," ujar keduanya. Enda dan Rendy juga tidak pernah merasa tersaingi dengan pedagang lainnya. Karena bagi mereka setiap manusia punya rezekinya masing-masing. Terobosan positif dalam memanfaatkan bulan puasa ini sudah sepatutnya dijadikan panutan oleh rekan mahasiswa lainnya. Keberhasilan dalam memanfaatkan bulan puasa ini bukan hanya dirasakan Enda dan Rendy. Tanpa malu, mereka juga mampu memanfaatkan bulan puasa untuk menambah penghasilan mereka. Berbeda dengan Enda dan Rendy yang menjajakan makanan, Randy Fernando berjualan baju khusus kawula muda. Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya ini juga lebih memilih bagasi mobilnya sebagai alternatif berjualan baju. Sependapat dengan Enda, Randy juga merasa lebih praktis dan irit berjualan menggunakan bagasi mobil pribadinya. “Disini kita cuma bayar uang parkir, jadi kita gak perlu nyewa tempat. Selain itu, pake mobil juga lebih praktis buat dagang," ujar Randy seraya mengatakan keuntungan dari berjualan disini bisa buat nambah uang jajannya. Selain untuk menambah penghasilan, berjualan selama bulan puasa juga buat mengisi waktu luang. “Keuntungan per hari berkisar antara 100-150ribu rupiah. Setiap ada waktu senggang selama bulan puasa, kita manfaatin buat berjualan disini,” ungkap mahasiswa Polsri semester lima ini. Tidak semua alasan membuka lapak hanya untuk mengisi waktu luang dan mencari penghasilan tambahan. Fery, partner wirausaha Randy ini menuturkan bahwa, alasannya berjualan selama bulan puasa ini karena senang bisa berkumpul bersama teman-teman. “Senangnya jualan seperti ini karena banyak temen, jadi bisa sekalian kumpul buat ngabuburit. Inspirasi berjualan selama bulan puasa itu juga dateng dari temen,” ujar mahasiswa Universitas PGRI Palembang ini. Maraknya perdagangan melalui bagasi mobil memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mencari berbagai barang. Randy dan teman-temannya hanya bagian kecil dari banyaknya mahasiswa yang telah berani berwirausaha. Kegiatan positif ini disambut baik oleh konsumen. Salah satunya Ulfi, mahasiswi Politeknik Negeri Sriwijaya ini mengaku dimudahkan dengan adanya bagasi-bagasi mobil yang penuh dengan barang dagangan selama bulan suci ramadhan. “Enak banget ngeliat banyak makanan yang dijual pas bulan puasa gini. Kita jadi gak susah buat nyari ‘bukoan’. Apalagi yang jualan di mobil seperti ini. Kita sebagai pembeli merasa terjamin, karena mereka yang dagang disini bersih, terus teratur. Makanan yang dijual selain terjangkau juga bervariatif,” ujarnya. (adh, art, gbs, cml)
0 notes
Text
Melatih Kemandirian
MARAKNYA mahasiswa yang mengambil peluang saat bulan ramadhan dengan berjualan merupakan hal positif dan kreatif ungkap mahasiswi berprestasi satu ini, Siti Fadhillah. Gadis manis ini menungkapkan bahwa kegiatan berjualan saat ramadhan dapat melatih kemandirian agar tidak selalu bergantung pada orang tua. “Kita sebagai mahasiswa harus kreatif dan pintar dalam mencari peluang. Berjualan saat ramadhan dapat melatih kita untuk mandiri, jangan sampai hanya bermalas-malasan di rumah”, imbuhnya.
Gadis hijaber ini mengaku kalau dirinya sering membuka stan bersama teman organisasi koperasinya untuk berjualan. Tidak sedikit pula dari temannya berjualan dengan memanfaatkan mobil mereka. “Ada teman saya yang menggunakan mobil mereka untuk berjualan. Hal ini menurut saya kreatif dan patut diacungi jempol, karena mereka sudah bisa mengalahkan ego mereka sendiri. Bisa dikatakan mereka dari golongan menegah, tetapi mereka tidak malu untuk berjualan”, tutur gadis yang akrab disapa Dilla ini.
Gadis yang hobi membaca ini pun berharap agar mahasiswa tidak hanya berjualan saat ramadhan tetapi kebiasaan ini dapat dikembangkan untuk kedepannya. Menurutnya dalam mejalankan usaha dengan kreatif dan inovatif akan memberikan dampak positif bagi banyak elemen. Hal ini dikarenakan mahasiswa secara tidak langsung dapat mengurangi beban pemerintah dalam upaya meningkatkan wirausaha di Indonesia dan pastinya akan berdampak pada kesejahteraan bangsa Indonesia.(acy/ama)
0 notes
Text
Tiga Mitos Salah Selama Berpuasa
JADWAL kuliah yang padat, dan cuaca yang tak menentu bukanlah penghalang bagi Limasscious untuk beraktivitas di bulan puasa seperti sekarang. Tentu diperlukan kebiasaan yang benar agar ibadah puasa kalian tetap lancar. Agar tidak salah kaprah, sebaiknya Limasscious cari tahu dulu kebiasaan yang dilakukan selama ini termasuk fakta atau sekedar mitos!
1. Tak perlu olahraga
Jangan meninggalkan kebiasaan olahraga selama bulan puasa! Karena gerakan dalam olahraga akan merangsang keluarnya hormon antiinsulin, yang berfungsi melepaskan gula darah dari 'pabriknya'. Jika selama bulan puasa tubuh kurang gerak, maka Limasscious akan merasa lemas akibat kadar gula dibiarkan menurun drastis. Berolahragalah saat menjelang berbuka puasa atau dua hingga tiga jam sesudahnya ya!
2. Sahur Tetap Membuat Lapar
Sahur sama kedudukannya dengan sarapan lebih dini. Jika sahur dilakukan dengan benar, jangan takut kelaparan di siang hari. Tanpa sahur, kadar normal gula darah hanya sanggup bertahan beberapa jam sejak bangun tidur. Setelah itu, simpanan sumber tenaga Limasscious mulai menurun drastis. Namun, jangan makan berlebihan saat sahur ya! Batasi asupan makanan yang mengandung gula, yang bisa menyebabkan perut cepat terasa lapar. jaga Jaga pola makan yang seimbang dengan asupan sumber karbohidrat, protein, sayuran dan buah-buahan.
3. Puasa Bisa Bikin Sakit
Gejala 'mirip' orang sakit, seperti badan lemas, kepala pusing memang sering kita alami saat berpuasa. Tapi,sebaiknya Limasscious jangan langsung menyerah dan langsung membatalkan puasa!. Ya, karena sebenarnya yang dialami itu adalah cara tubuh beradaptasi dengan pola makan yang berbeda dari biasanya. Dengan berpuasa tubuh akan tetap sehat dan aman selama masih mempunyai cukup cadangan energi. Dengan mengistirahatkan proses mencerna selama berpuasa, maka tubuh mempunyai energi untuk mengerjakan hal lain yaitu membersihkan tubuh dari toksin atau racun-racun yang menumpuk di dalam tubuh. Setalah minggu pertama gejala sakit akan mereda, tubuh pun terbiasa dengan aktivitas puasa. (bim)
0 notes
Text
Pembekalan Calon Ahli Konstruksi
SEBAGAI bentuk pembekalan bidang konstruksi kepada para calon alumni jurusan teknik sipil Politeknik Negeri Sriwijaya (POLSRI), pada Senin-Selasa (15-16/7) diadakan kegiatan Pembekalan dan Uji Kompetensi Bidang Konstruksi di Aula KPA POLSRI.
Kegiatan yang dilakukan antaralain, pemberian materi mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan undang-undang jasa konstruksi oleh para ahli konstruksi yang didatangkan langsung dari Bandung. Selainitu, setelah pemberian materi diadakan pula tes pemahaman materi, kunjungan lapangan, pembuatan laporan, dan kegiatan seminar.
Para mahasiswa mengaku jika kegiatan semacam ini sangat penting untuk diadakan, “Adanya kegiatan K3 ini bisa membantu untuk nantinya dapat bersaing di tingkat nasional. Apalagi mengingat pada 2015 nanti akan dibuat budaya K3,”jelas Anggik Darmayanti, mahasiswi jurusan teknik sipil POLSRI. (ra2/cml)
0 notes
Text
The Power of Rupiah Universitas Sriwijaya
Oleh Robinson Sinurat
The Power of Rupiah adalah gerakan kampanye dan edukasi yang dirancang untuk menciptakan budaya memberi di kalangan masyarakat. Gerakan ini mendorongmasyarakat khususnya pemuda untuk menyisihkan sejumlah uang kecil yang terkadang dianggap tidak bernilai secara teratur dan bahkan setiap hari, untuk membantu anak-anak kurang beruntung.
Gerakan ini telah dilakukan oleh beberapa kampus di Jakarta dan ini kali pertamanya di luar pulau Jawa tepatnya di Palembang oleh anggota GPYC Universitas Sriwijaya. Hal ini bertujuan menciptakan kesadaran akan sifat kepedulian terhadap orang yang membutuhkan bantuan sehingga mendorong kebiasaan merawat dan membantu orang lain.
Tepatnya Senin Pagi (1/7), dilaksanakan kunjungan ke panti asuhan Aisyah di daerah Suka Bangun II Palembang. Disini tim U-Gen melakukan kegiatan sosial berupa senam pagi bersama, sarapan bersama, bermain bersama dan membagikan hadiah.
Pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB, tim U-Gen melakukan kunjungan ke Panti Jompo Werdha yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Panti Asuhan Aisyah. Kunjungan kedua ini melaksanakan beberapa kegiatan seperti bernyayi dan menari bersama, heart to heart,serta membentuk tim yang terdiri dari tim U-Gen dan kakek/nenek sehingga semua yang hadir dapat menjadi satu keluarga.
Saling berbagi dan hidup untuk orang banyak merupakan hal yang penting untuk ditanamkan di dalam hati generasi muda. Motto dari kegiatan ini adalah aksi kecil harapan besar. Gerakan the Power of Rupiah ini diharapkan akan menjadi titik awal bagi orang-orang yang terlibat didalamnya untuk terus melanjutkan kebaikan dalam masyarakat.
#limass#limassripo#limass sripo#sriwijaya post#artikel#juli#palembang#universitas#universitas sriwijaya#gpyc#gpyc unsri#gpyc universitas sriwijaya
0 notes
Text
Produk Branded Palsu, Kualitas Tak Masalah Yang Penting Merek
Setiap tahun dunia fashion selalu menjadi topik hangat untuk diperbincangkan. Fesyen selalu berubah mengikuti tren dunia atau bahkan musim yang sedang berlangsung. Mulai dari fesyen baju sampai gaya rambut. Karena eratnya fesyen dengan penampilan setiap orang sehari-hari, maka wajar saja jika setiap orang memiliki pandangan tersendiri soal gaya. Ada diantara mereka yang suka hunting barang-barang KW (kualitas) merek-merek mendunia sampai mereka yang hobi mengoleksi label kurang ternama.
Pada umumnya kaum hawa yang rela mengeluarkan uang hingga ratusan ribu hanya untuk mengoleksi barang kesukaannya demi melengkapi gaya mereka setiap hari. Tapi sayangnya kebutuhan mendesak ini membuat mereka terkadang mengambil jalan pintas dengan membeli barang replika alias palsu.
Seperti banyak beredar di pasaran, label berkelas asal Paris pun bisa didapat hanya dengan harga ratusan ribu, sedang harga aslinya mencapai jutaan rupiah. "Cuma ada beberapa sih. Kebanyakan tas punya aku gak branded, tapi untuk tas berkelas yang palsu, di pasar kan banyak tuh yang harganya cuma ratusan ribu, jadi aku pernah beli juga," ujar Linda, mahasiswi Universitas PGRI. Terlepas dari rasa malu atau nggak, yang pasti orang sekitar nggak terlalu peduli kalau barang yang dipakai asli atau tidak. "Walaupun aku tahu itu palsu, tapi kan orang yang ngeliat nggak tahu dan nggak peduli itu palsu atau nggak, jadi aku pribadi nyaman-nyaman aja makenya," tambah Linda.
Meski begitu, ada juga dari mereka yang lebih memilih memakai tas tanpa merek. "Dari dulu sih aku emang suka ngoleksi tas, mulai dari tas ransel ampe tas tangan. Kebanyakan dari mereka emang merek yang kurang terkenal", tutur Endang Harliani, mahasiswi IAIN Raden Fatah Palembang. Selain alasan buget yang emang gede, merek yang sudah punya nama emang cukup menguras kantong. Untuk menyiasati hal ini Endang lebih lanjut mengungkapkan, "Bagi aku merek emang penting. Tapi mikir-mikir juga kalo harus beli tas harganya jutaan. Mending make merek biasa aja yang penting modis dan nyambung sama gaya”. Selain masalah gengsi, rasa kesadaran emang terkadang jadi faktor mengapa kebanyakan orang mending memakai merek standar. Menanggapi hal ini lebih lanjut Endang berkomentar, "Yah, selera orang beda-beda. Kalo aku mending make merek standar ketimbang KW. Kasian lah sama yang rela beli ke Official Store dengan harga melambung. Eh, kitanya cuman beli harga ratusan dengan merek yang sama."
Tidak hanya tas branded yang menjadi incaran untuk gaya. Kaos sepak bola (jersey) yang baru-baru ini booming pun menjadi style pilihan. Penggemar salah satu club terkenal asal Spanyol, Ramadhansyah mengutarakan "Kemaren aku beli sama temen K.W super. Kebetulan emang suka sama clubnya. Masalah bahan, emang susah dibedain mana yang original atau KW." Selain memang masalah biaya yang cukup signifikan, mereka percaya kalo official jersey memang hanya untuk pemain sepak bola. Lebih lanjut Ramadhan mengungkapkan, "Kemarin kalo budget ada, nggak masalah beli yang original. Tapi bagi aku jersey asli hanya yang dipakai pemain", tutur mahasiswa Universitas Sriwijaya ini.
Kesempatan semakin berkembangnya dunia fashion ini pun tidak dilewatkan oleh para pedagang untuk meraup keuntungan. Para pengusaha barang branded baik impor maupun lokal mulai mengambil peluang. Harga barang yang ditawarkan pun beraneka ragam mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Alfitrah Satriadi, mahasiswa sekaligus entrepreneur muda ini mengatakan bahwa kecenderungan masyarakat dalam membeli dan menggunakan barang original dan bermerek saat ini mulai meningkat. Ini semua tidak terlepas dari kualitas bahan original yang memang bagus. Lebih lanjut Alfitrah mengutarakan, "Contohnya saja jam tangan. Secara kasat mata, jam tangan original tampak lebih detail dan indah, dan biasanya lebih berat. Selain itu, jam asli pada umumnya tahan air dan tidak menimbulkan alergi pada kulit sensitif”, ucap Alfitrah menambahkan.
Dalam akun sosialnya LapakArloji Alfitrah mengaku kalo lapaknya semakin diminati oleh berbagai kalangan. Itu karena dia menyediakan jam-jam bermerk dan original dengan harga yang cukup rendah dibandingkan harga-harga yang ada di toko. Menanggapi masalah harga, lebih lanjut Alfitrah menuturkan, "Saat ini para konsumen, baik itu pegawai maupun mahasiswa sudah lebih pandai memilih barang berkualitas yang tidak membebani kantong mereka. Kisaran harga jam yang diminati pelanggan berkisar antara Rp 300ribu - Rp 700ribu bahkan hingga jutaan rupiah pun masih diminati."
Try Dina, salah satu mahasiswi IAIN Raden Fatah mengaku sangat suka memakai jam tangan hingga rela merogoh uang yang cukup banyak. Baginya jam tangan bukan sekedar fashion, tapi yang terpenting nyaman dipakai dan cukup awet dibandingkan jam biasa lainnya.
Penampilan memang menjadi hal cukup penting dalam menunjang rasa percaya diri. Sedang pilihan berbusana pun menjadi hak permasing-masing individu. Kesadaran akan penghargaan karya cipta seseorang akan selalu dibutuhkan untuk kelestarian fashion taste yang tinggi. Pada akhirnya semua berbalik pada kebijakan si pengguna. (acy/mu2/ra2)
0 notes
Text
Jaminan Kualitas
BARANG branded yang original tentu memiliki kualitas yang jauh lebih baik ketimbang duplikasinya. Hal ini diamini oleh mahasiswi berprestasi satu ini, Nurdinawati Kudus, dia mengaku kalau barang branded yang original itu memiliki jaminan kualitas yang baik. “Barang branded itu jaminannya kualitas, kalo sudah branded biasanya kualitasnya juga oke”, ujarnya.
Dara manis yang satu ini mengungkapkan bahwa dirinya bukan termasuk konsumen yang tergila-gila dengan barang bermerek original. “Pertama kali yang aku liat itu modelnya dulu, pas nggak buat aku. Kalau barangnya branded, jutru itu jadi nilai plusnya. Percuma kalo barangnya branded, tapi kita yang make nggak pede”, tutur finalis Gadis Kampus Sumsel 2013 ini.
Walaupun banyak sebagian mahasiswa yang rela mengeluarkan kocek jutaan untuk membeli barang branded, mahasiswi yang akrab disapa Dina ini mengaku tidak mementingkan prestise. Baginya, prestasi tetap nomor satu. Terbukti dengan berbagai pencapaian prestasinya baik di bidang akademik maupun non akademik, terutama dalam bidang bahasa inggris.(adh)
BIODATA
Nama: Nurdinawati Kudus
TTL: 9 Juli 1992
Perguruan Tinggi: Universitas Sriwijaya
Jurusan: FKIP Pendidikan Matematika 2010
Facebook,twitter: Nurdinawati kudus, @dinakudus
Prestasi:
Penerima Djarum Beasiswa Plus 2012/2013
Juara II lomba debat MTQ Bahasa Inggris tingkat Universitas tahun 2013
Juara Harapan II Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas tahun 2013
Finalis Gadis Kampus Sumatera Selatan tahun 2013
Juara III lomba Debat Bahasa Inggris tingkat Universitas tahun 2013
Panelist adjudicator di Sriwijaya Debating Championship 2012
Trainee adjudicator di Asia English Olympic 2013
#sripo#limass#sriwijaya post#palembang#potret#mahasiswa#juli#inspirasi#prestasi#kudus#nurdinawati kudus#universitas sriwijaya#unsri
0 notes
Text
Guru Terbesarku
Aku berjalan menuju meja belajar yang tertata rapi di kamar ku. Ku raih pena dan kertas putih, kata demi kata tergores hingga tertuang dalam sebuah kalimat bernada ilmiah. Besok pagi aku akan mengikuti olimpiade sains tingkat sekolah dasar di desa ku.
Segala persiapan telah ku lakukan sejak satu bulan sebelum lomba itu tiba, wali kelas yang menunjuk ku untuk mewakili sekolah membimbing ku dengan tekun dan sabar. Seharusnya aku ditantang untuk melakukan 5 praktek sains, namun karena keterbatasan alat dan kemampuan wali kelas ku dalam menguasai materi, terpaksa aku hanya melakukan satu praktek sains. Wali kelas ku yang akrab ku sapa pak Yatiman itu berkata “Sudahlah tidak apa-apa, kita hanya diminta untuk mempraktekkan salah satu dari kelima percobaan itu nak.” Aku yang masih polos dan lugu hanya mengangguk dan meng-iyakan. Sehari sebelum perlombaan, aku bersama ayah mencari bahan-bahan yang akan digunakan dalam lomba. Setelah mendapatkannya, aku kembali mempraktekkannya. Sambil terus merangkai kalimat di depan cermin, aku tampak semangat. Ibu ku yang biasanya sibuk memanggil ku untuk melaksanakan tugas rumah ku, yaitu menyapu halaman rumah, kali ini hanya tersenyum dan memberi ku kebebasan.
Hari perlombaan tiba, aku bersama adik kelas ku yang mewakili kelasnya untuk olimpiade sains berangkat bersama dengan dibonceng wali kelas ku. Sesampainya di lokasi olimpiade, kami di hidangkan sarapan pagi. Seusai sarapan, kami bergiliran maju satu per satu sesuai susunan absen panitia. Aku maju ketiga. “Bismillahirrahmanirrahim…” Ucap ku dalam hati. Dengan hati-hati dan sambil mendeskripsikan percobaan, aku terus melakukan tantangan dengan yakin. Setelah selesai, tiba-tiba salah satu juri berkata “Kok cuma satu prakteknya, nak?” Dengan polos aku memberikan alasannya “ Wali kelas cuma memberikan materi ini untuk praktek, pak.” Wali kelas ku yang berdiri di belakang juri menundukkan kepala sambil berlalu meninggalkan ruangan. Disusul aku yang juga segera keluar dari ruangan tersebut, karena tidak bisa melanjutkan tugas ku. “Bagaimana pak, kemarin bapak bilang hanya salah satu yang di minta panitia untuk dipraktekkan. Terus bapak juga hanya member materi ini untuk di ikutkan dalam olimpiade ini.” Tanya ku membuka percakapan. “Iya nak, setahu bapak ya cuma praktek amilum itu.” Jawabnya sambil menunjukkan muka kusamnya. Aku yang hanya bisa menerima kenyataan pun menunduk lesu. Harapan ku untuk bisa melaju ke tingkat selanjutnya terpaksa harus di ikhlaskan. Dan sejak saat itu, aku yang sedang menunggu adik kelas ku selesai praktek sains serasa ingin berlari dan kembali ke rumah. Saat itulah, kesabaran dan keikhlasan ku muncul. “Aku tak boleh melakukan itu! Aku harus kuat dan tegar menerima ini. Aku yakin, masih ada kesempatan lain.” Ucap ku lirih.
Setelah pengumuman tiba, aku tidak bisa melanjutkan eikut sertaan ku dalam olimpiade sains itu ke tingkat kecamatan. Aku sedih, kecewa, dan menyesal. Tapi aku tidak bisa mengelaknya, yang bisa aku lakukan hanya sabar dan tegar. Lain halnya dengan adik kelas ku, ia berhasil mendapat kesempatan untuk melanjutkan olimpiade itu ke tingkat selanjutnya. Sejak saat itu ia mendapat pujian dan dibangga-banggakan oleh guru-guru dan teman-teman di sekolah. Sedangkan aku hanya menjadi buah bibir mereka karena kegagalan ku, aku dituduh yang salah dalam kegagalan olimpiade itu. Tapi aku tetap mencoba untuk ikhlas dan sabar mengadapi semua itu. Hingga timbul dendam dalam hati ku, dendam itu memotivasi ku. “Lihat saja nanti, aku bisa melakukan yang lebih dari kalian. Dan kalian akan bangga.”
Kegagalan itu membuat ku terus belajar dan belajar. Hingga aku kembali mendapatkan prestasi gemilang dan di percaya untuk mengikuti lomba siswa berprestasi tingkat sekolah hingga kabupaten di kota ku. Kali ini aku benar-benar mewujudkan impian ku. Walau hanya masuk enam besar dan hanya sampai di tingkat kabupaten, tapi setidaknya aku berhasil membuktikan pada mereka. Mereka yang meremehkan dan menyalahkan ku. Sejak saat itu aku menjadi kebanggaan mereka. Setelah menamatkan pendidikan sekolah dasar ku, aku melanjutkan ke sekolah menegah pertama di kecamatan ku. Dalam menenpuh pendidikan menengah pertama ku, aku kembali meraih prestasi gemilang. Dan dari sana aku di beri kepercayaan untuk mewakili sekolah dalam lomba siswa berprestasi bidang biologi. Lagi-lagi aku dipertemukan dengan kegagalan, wali kelas ku memilih siswi lain untuk mengikut sertakan kelas kami dalam lomba tersebut. Karena ia menilai siswi pilihannya lebih layak d ikut sertakan dalam lomba tersebut ketimbang aku. Padahal siswi yang tak lain adalah teman akrab ku itu telah mengikuti perlombaan yang sama dalam bidang agama, dan sekolah meminta satu orang satu. Namun aku memang harus kembali bersabar.
Selama tiga tahun menimba ilmu tingkat menengah pertama di sekolah kebanggaan ku, aku yang memang telah tertarik dengan dunia jurnalis mulai melebarkan sayap. Memasuki jenjang pendidikan menengah atas, aku dipertemukan dengan kakak kelas yang memang bergelut dalam bidang kejurnalisan. Namun ia tetap tergolong dalam kelas eksak, ia adalah kak Dhika.Ia lah yang memberi ku pemahaman mengenai jurnalistik, dan ia merupakan jurnalis pelajar di salah satu koran harian di kota ku. Setelah satu tahun mengenalnya dan mendapat ilmu darinya, aku mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik dari persatuan mahasiswa di kota ku yang menimba ilmu di luar kota. Harapan ku saat itu mendapat kursi pada koran harian sebagai jurnalis pelajar, untuk menyambung tongkat estafet kak Dhika yang telah ku anggap sebagai kakak ku sendiri. Mungkin karena aku memang di takdirkan untuk terus belajar dan belajar, aku belum juga mendapat kesempatan berhasil. Aku harus kembali mengalami kegagalan. Telah berulang kali mengalami gagal, membuat ku paham makna kehidupan. Membuat ku tak patah semangat, dan bahkan membuat ku berhuznudzon pada Allah. Aku yakin Dia pasti punya rencana indah di balik kegagalan ku ini. Dan aku percaya, di balik kegagalan pasti tersimpan kesuksesan besar di masa depan ku.
Aku tak berhenti melangkah dan terus mencoba, kegagalan adalah hal biasa bagi ku, aku tak pernah melewatkan setiap kesempatan yang menantang kemampuan ku. Waktu terus menguji tekad yang ku miliki, aku kembali menemui kegagalan. Kali ini aku mencoba untuk mengikuti pemilihan reporter pelajar untuk mengisi posisi dalam sebuah majalah sekolah. Satu langkah ku hadapi rintangan itu, namun memang belum saatnya aku berhasil. Selepas menamatkan sekolah menengah atas, aku melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi islam negeri di ibu kota provinsi ku, Palembang. Semester pertama aku berhasil bergabung dengan salah satu organisasi mahasiswa ekstrakurikuler independen di kampus ku, magang dan karantina ku lalui. Namun ketika aku memutuskan untuk bergabung lagi dengan salah satu organisasi lembaga dakwah di kampus ku yang juga ekstrakurikuler independen, aku mengikhlaskan untuk melepaskan organisasi pertama ku saat memasuki kampus hijau itu. Aku ingin fokus pada satu wadah. Sehingga membuat ku gagal mendapatkan tempat dalam struktur kepengurusan organisasi yang bergerak dalam bidang pers itu. Aku sebagai mahasiswi jurnalistik di kampus ku, kembali menggeluti berita dan kepenulisan meski bergerak dalam organisasi dakwah kampus. Aku di tempatkan dalam kepengurusan lembaga dakwah tersebut pada divisi media, semua berita tentang organisasi-organisasi yang berbau positif di kampus harus ku liput. Tak puas dengan pencapaian itu, aku berniat untuk aktif di luar kampus. Beberapa lowongan pekerjaan ku temui, namun belum satu pun berhasil ku tembus.
Ketika aku browsing di internet, aku iseng-iseng mengetik kata "Lomba Menulis 2013" pada kolom pencarian. Beberapa info ku dapatkan, dan Alhamdulillah event-event tersebut berhasil ku ikuti. Satu per satu dari event itu mulai mengumumkan jawaranya untuk lomba menulis cerpen, namun satu pun belum ada yang berhasil ku sabet posisi untuk pemenangnya. hanya dua dari kesekian lomba menulis yang mampu menerima tulisan ku sebagai pemenangnya. Yah, walau hanya berapa besar tapi itu sudah cukup membuat ku senang. Yang penting kan pengalamannya. Malahan selalu teman ku yang sukses meraih posisi jawara untuk lomba cerpen yang kami ikuti.
Entah karena memiliki jiwa keingin tahuan yang begitu dalam atau karena nafsu, aku terus mencari lowongan sesuai bakat yang ku miliki. Kali ini aku mencari wadah yang bisa menampung bakat ku untuk terus di latih, presenting, reporting, dan writing. Hingga suatu hari, aku yang gemar melihat berita di televise menyaksikan tayangan yang mengumumkan pelatihan jurnalistik oleh salah satu televise nasional Indonesia. “Aku harus ikut!” Demikian semangatnya aku, sampai-sampai ku catat moment itu dalam sticky note di notebook ku. Hari itu tiba, aku berhasil mengikuti pelatihan itu sampai akhir. Banyak ilmu yang ku dapatkan dari sana. Akhirnya aku berkesempatan menunjukkan bakat ku kepada khalayak, apalagi kalau bukan presenter news dan reporter. Dalam kesempatan kali ini, aku bertemu dan bertatap muka bahkan berbincang-bincang dengan para awak dan presenter news/reporter ternama dan profesional, Ariyo Ardi dan Zurayda Salim. Tak ketinggalan juga, aku berkomunikasi langsung dengan mbak Ratna Komala, beliau adalah mantan presenter news di salah satu televisi nasional dan kini telah berhijab. Aku masih ingat betul dengan senyumnya, senyuman itu persis dengan senyum ala wanita keturunan Jawa. Logatnya pun hampir demikian. Aku bangga telah mengenalnya J Ia adalah salah satu inspirasi ku. Dan harapan ku selanjutnya, akan melanjutkan tongkat estafet para penyiar news televise reporter, sambil berdakwah.
Tak lama kemudian aku kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik dari salah satu televise nasional yang khusus menyajikan berita. Aku bangga bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti Zackia Arfan, mbak Arum, Mbak Nana, Mas Roni Panengah, mas Kabul Indrawan, dan segenap crew salah satu televisi nasional itu. Selama satu minggu aku dan teman-teman dari Palembang mengikuti coaching citizen journalism. Malam yang biasa ku hindari untuk keluar, kini terpaksa harus ku tantang karena bentuk pertanggung jawaban ku terhadap kesediaan ku untuk mengikuti pelatihan itu. Sempat mendapat penolakan terhadap tema liputan ku beberapa kali dari mas Roni Panengah, selaku mentor kami, tak membuat ku patah arang. Tetap semangat dan berusaha. Namun karena aku harus tetap banyak belajar, dan belum di beri kesempatan untuk berpuas serta berbangga atas pencapaian ku, aku kembali menemui kegagalan. Tema liputan yang ku ajukan di tolak, bukan hanya satu atau dua kali, namun beberapa kali. Hampir semua ide liputan ku tak mampu menembus pasar berita sebagai jurnalis warga, menurut mas Roni berita ku terlalu berat jika disajikan sebagai citizen journalism.
Suatu malam, saat kami melakukan meeting dengan crew, aku kembali mengajukan tema untuk kesekian kalinya. Awalnya, mbak Arum yang merupakan admin dari salah satu acara televisi yang memberikan ruang besar untuk jurnalis warga menyetujui tema liputan ku. Namun mas Roni sebagai wartawan senior yang berhak menentukan tema liputan yang di ajukan para jurnalis warga, yang sedang mengikuti coaching layak liput atau tidak, maka aku harus tetap berbesar hati. Salah satu peserta coaching yang terkenal aktif dalam kegiatan itu, memberikan ku saran tema liputan. Mas Roni pun menyetujui. “Nah! Itu… ayo siapa yang mau ambil?” Aku merasa tertantang “Boleh, mas.” Jawab ku. “Nah, tidak apa-apa. Liput itu ya.” Balasnya. Entah sadar atau tidak, peserta yang aktif itu ,Alvin melontarkan kalimat yang mencambuk semangat ku. “Ah. Boleh-boleh! Disuruh mikir tidak mau.” Ungkapnya sambil bercanda. Aku tetap tertawa dan mengikuti candaannya. Aku sama sekali tak tersinggung dengan kalimat itu. Saat ku lihat wajah mas Roni, ia tampak terkejut dengan lontaran kalimat itu. Namun aku santai, malah ingin menanggapinya walau akhirnya terputus kalimat tanggapan ku itu. “Bukan tidak mau berpikir, tapi kan belum pas sama mas Roni.” Balas ku sambil tersenyum. Meski dalam ketegaran, hati ku saat itu segera merespon. “Tidak! Aku tidak boleh seperti ini. Merepotkan orang saja bisanya. Aku harus mandiri, aku yakin aku bisa dapat tema yang menarik dan disetujui mas Roni.”
Sembari memikirkan apa yang akan ku liput, aku terus menyusun pertanyaan untuk narasumber dari tema Alvin tersebut. Kembali ia yang sudah berhasil melakukan peliputan, dengan bangga membimbing ku. “Bagaimana tema tadi?” Dengan sigap aku membalas tanyanya, “Sedang menyusun pertanyaan mas.” Dengan alot dan sedikit sengit ia berucap, “Ah, tidak perlu pertanyaan itu! Lihat ya, si Atta kami lepas. Dia sendiri yang Tanya-tanya sama narasumber.” Mas Roni pun tak ingin kalah menanggapi, “Iya, tidak usah repot-repot buat pertanyaan itu. Tidak usah terlalu dipikirkan lah.” Ungkapnya, menyemangati ku. “Bukan begitu, kan sebelum on came kita perlu data untuk mendukung naskah.” Jawab ku terputus oleh mas Roni. “Ya saya tidak mau tahu itu! Pokoknya saya mau kamu liputan.” “Sebenarnya tidak perlu pertanyaan itu. Pertanyaan-pertanyaan, ah apalah!” Sambung Alvin. “Begini ya mas, masing-masing orang itu kan punya pemikiran dan kemampuan yang berbeda.” Jawabku dengan merendah, “Jadi, tidak semua orang bisa seperti anda atau Atta. Ini juga bukan untuk bertanya di depan kamera.” Jelas ku. “Begini saja, kalau kamu mau kasih pertanyaan sama orang, kamu tunjukkan pertanyaan itu sama narasumber. Jadi jawaban beliau kan lancar saat di kamera.” Aku hanya menanggapinya dengan senyum seraya berucap “Iya, terima kasih nasihatnya.”
Esok hari, aku merasa tidak enak badan. Kesempatan ku untuk liputan harus ku ikhlaskan untuk dibatalkan. Aku sendiri bahkan yang membatalkannya. Mbak Arum terus menyemangati ku, namun aku tetap pada keputusan ku. Mungkin ini sudah jalan-Nya untuk ku. Aku terus menerka-nerka skenario Allah yang tak satu pun manusia tahu. “Kemungkinan jika aku tetap liputan, kondisi badan ku tambah parah. Terlebih, aku, Atta, dan Fitri yang merupakan perwakilan kampus kami sudah tidak di izinkan keluar malam oleh bupati fakultas kami. Kalau aku tetap liputan, malam ini berarti aku melawan izin bupati kami.” Ucap ku lirih. “Dengan mundurnya aku dari liputan jurnalis warga ini, berarti gagal. Tidak masalah.”
Saat itu juga, ku mantapkan niat untuk memberi kabar kepada mbak Arum bahwa aku sedang sakit dan memutuskan untuk mencobanya lain kali. Mulanya mbak Arum sedikit kecewa, namun akhirnya ia mengerti kondisi ku. Ku paparkan dalam pesan singkat ku pada mbak Arum, bahwa aku mundur bukan karena tema ku yang selalu di tolak. Tapi karena keadaan ku sedang sakit. Aku yakin, dibalik kegagalan ini pasti ada kesuksesan besar yang tersimpan dan tertunda. Mungkin kalau aku berhasil di sini, aku akan cepat puas dan bangga. Subhanallah, Dia masih beri aku kesempatan untuk belajar banyak dari kegagalan ini. Toh, selama ini yang menjadi target ku adalah ilmu. Masalah liputan atau kemenangan adalah bonus. Bonus itu bukan hak kita selagi belum di berikan. “Lihat saja nanti, satu atau dua tahun lagi aku bisa melakukan lebih dari yang kalian lakukan. Dan aku tetap berusaha agar rendah hati, aamiin. Bila perlu, jika Allah izinkan besok pagi aku sukses, ya sukses. Kalau gagal, ya gagal.”
Target ku masih panjang, aku masih punya banyak kesempatan untuk berhasil, selagi waktu belum memanggil. Bagi ku, tak ada hal yang paling indah selain pengalaman. Kegagalan adalah guru terBESARku. Kegagalan menyimpan kesuksesan di masa depan, karna gagal lah kita akan lebih banyak belajar dan bangkit untuk sukses. Setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk berhasil, namun waktu dan cara lah yang membedakannya
Waktu terus menguji tekad yang ku miliki. Kini tlah terbukti sgala kan ku gapai. Rintangan ku hadapi cobaan ku lalui. Smua tlah ku dapati tetaplah gemilang.
Tulisan Kiriman -Andien gemilang-
0 notes
Text
Tata Cara dan Persyaratan
Sebagai bentuk apresiasi terhadap dunia pendidikan, Harian Umum Sriwijaya Post menghadirkan Limass (Lembaran Inspirasi Mahasiswa Sumatera Selatan) yang merupakan pelopor lembaran khusus mahasiswa yang dikelola langsung oleh berbagai mahasiswa di Sumatera Selatan. Limass dibentuk sebagai wadah karya-karya anak muda yang inspiratif dan terbit satu minggu sekali di harian umum Sriwijaya Post. Kini, Limass membuka kesempatan bagi mahasiswa di Sumatera Selatan yang memiliki minat di bidang jurnalistik untuk mengikuti Open Recruitment Limass angakatan dua. Pendaftaran telah dibuka sejak tanggal 23 Mei 2013 sampai 28 Juni 2013.
Pelaksanaan sendiri akan digelar pada:
Hari/Tanggal : Sabtu-Minggu/29-30 Juni 2013
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Aula Stisipol Candradimuka Palembang Alamat. Jl. Swadaya Sekip Ujung 20 Ilir Ii, Palembang 30127
Kami juga membuka kesempatan bagi yang ingin mendaftar pada hari H (29 Juni 2013), diharapkan konfirmasi sebelum tanggal 29 Juni.
Adapun tata cara dan persyaratan pendaftaran kru Limass angkatan dua adalah sebagai berikut
Tata Cara:
1. Siapkan CV/ riwayat hidup (kreasi sendiri)
2. Fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa
3. Pas foto ukuran 3x4 dan postcard berwarna, masing-masing 1 lembar
4. Jadwal perkuliahan selama 1 minggu
5. Guntingan Logo Limass atau Logo OR Limass #2 yang terbit setiap Sabtu di Harian Umum Sriwijaya Post
6. Masukkan berkas dalam satu map (biru untuk laki-laki dan merah untuk perempuan)
Persyaratan:
1. Mahasiswa/i semester 1 s/d 6 jenjang D3 atau S1
2. Berkelakuan baik, sehat jasmani dan rohani
3. Berpenampilan rapi dan komunikatif
4. Memiliki minat di bidang jurnalistik
5. Memiliki wawasan luas
6. Memiliki kemampuan berbahasa asing (merupakan nilai tambah)
7. Bertanggungjawab dan mampu bekerja dalam tim
8. Membayar biaya pendaftaran Rp 25.000,00
9. Bersedia memenuhi peraturan yang ditetapkan panitia
Berkas dapat diserahkan langsung ke kantor HU Sripo pada hari Senin - Minggu jam 14:00 - 17:00 WIB di Jl. Jend. Basuki Rahmat No. 1608 B-D Palembang atau bisa melalui kru Limass yang ada di kampus anda
Contact Person :
08999640152 (Rara - STMIK GI MDP
089685344904 (Arta - Universitas Sriwijaya)
085758183044 (Acy - IAIN Raden Fatah)
087897965053 (Agus - Universitas Sriwijaya)
089627111929 (Bima - Universitas Bina Darma)
089671102285 (Igun - Universitas Muhammadiyah)
082136054023 (Joni - Universitas Taman Siswa)
0 notes
Text
Buat Komik Meme Yuk!
SITUS yang berisi gambar-gambar lucu seperti meme sudah mulai banyak bermunculan. Meme menjadi sangat populer karena penyampaiannya yang ringan dan menghibur. Faktor yang tak kalah penting sebagai penyebab menjamurnya meme di antaranya adalah karena adanya aplikasi pembuat meme yang sangat simple penggunaanya serta situs yang menjadi wadah untuk mengunggah hasil meme atau rage comic.
Setelah Limasscious membuat meme, pastinya mau dong meme itu dilihat orang banyak dan jadi terkenal. Limasscious dapat mengunggah memetersebut pada suatu wadah seperti Fanspage Facebook ataupun website khusus meme. Yang paling terkenal saat ini adalah 9GAG. Situs 9gag.com berasal dari Hongkong dan pertama kali dirilis pada 2008, namun host website ini berada di Amerika Serikat. Fungsi utama situs ini adalah menampilkan gambar-gambar yang diunggah oleh anggota. Anggota lain yang menyukainya akan mengklik “Like.” Semakin banyak orang yang menyukai maka gambar tersebut akan diangkat ke halaman “Trending Topics” kemudian naik ke halaman “Hot Page.”
Seiring kesuksesan 9GAG, Indonesia sebagai salah satu negara pengguna internet terbanyak di dunia tak mau menyiakan kesempatan. Muncul website meme lokal seperti 1cuk.com, na9a.com serta 9uyon.com dengan humor atau lelucon dengan cita rasa Indonesia. Selain situs, ada pula fanspage Facebook khusus meme yakni Meme Comic Indonesia (MCI). Hal lain yang menyebabkan munculnya situs meme lokal karena terdapat juga faktor etika yang kurang terpenuhi pada situs meme luar negeri. Situs meme luar negeri umumnya menyajikan humor atau jokes barat yang vulgar, bahkan terkadang agama dijadikan objek lelucon dan tidak sesuai dengan budaya timur, khususnya Indonesia. Nah, semoga Limasscious bisa membuat sendiri komik meme yang menghibur namun tetap menjunjung nilai etika dan kesopanan, serta jangan lupa untuk mengunggahnya di salah satu situs komik meme yang ada, khususnya situs lokal.Good luck Limasscious! (nbl/ limass sripo)
0 notes
Text
Study Abroad, Raih Kesempatan Emas Tanpa Biaya
Bahkan banyak diantara mereka yang sangat beruntung mencicipi sistim pendidikan negara-negara maju tersebut dengan beasiswafullbright. Dimulai dari beasiswa berupa Short Course sampai beasiswa full Strata satu, dua dan tiga. Tentunya semua itu didapat dengan usaha keras dan siap berkompetisi dengan kandidat lain yang juga berusaha untuk mendapatkan beasiswa yang ingin diraih.
Untuk mengikuti program study abroad atau program kuliah di luar negeri ini perlu persiapan yang matang. Selain kemampuan berbahasa asing sesuai dengan ketentuan di negara yang berangkutan, calon peserta study abroad harus mempersiapkan dokumen pendukung seperti paspor, cv, rekomendasi dosen,essay/motivation letter, dan tentunya nilai IPK atau GPA yang memenuhi syarat.
Dody Sugiarto alumni FKIP Bahasa Inggris Unsri 2007 misalnya, ia mendapat beasiswa kuliah singkat. "Di akhir tahun 2010 saya applied beasiswa Indonesia English Language Study Program (IELSP). Beasiswa ini berada dibawah naungan The Indonesia International Education Foundation (IIEF) dan disponsori oleh U.S Department of State. Setelah melewati berbagai tes, saya pun dinyatakan lulus. kemudian ditahun 2011 saya diberangkatkan ke Amerika untuk belajar di Colorado State University di kota Fort Collins, Colorado. Saya belajar bahasa inggris dan American culture di Intensive English Program (IEP) of Colorado State University selama 2 bulan," Jelasnya.
kehadiran Study Abroad ( Kuliah di Luar negri) benar-benar mampu membuka jalan prestasi yang lebih luas bagi mereka yang telah berhasil mengikutinya. seperti yang dialami oleh Beni salah satu pengajar di lembaga bahasa Universitas Sriwijaya. Dia mengakui kalau setelah dirinya mengikuti study abroad di Amerika, dia mendapatkanaward sebagai siswa terbaik diakhir studinya di Amerika itu.
Lebih Sistematis
Tentunya pengalaman yang segudang menjadi imbalan yang setimpal dengan usaha untuk meraih beasiswa dan merasakan bagaimana sistem kuliah diluar negari "Perbedaan besar pendidikan di Amerika dan di Indonesia adalah kedisiplinannya yang extreme. Fenomena yang langka sekali melihat dosen terlambat satu menit saja. Saya lumayan kaget dengan salah satu aturan mereka diawal perkuliahan "two tardies are equivalent to one absence" artinya jika kita terlamabt 2x, kita dianggap satu kali Alfa" Lanjut Dody menjelaskan salah satu sistem perkuliahan yang sangat jelas bedanya dengan Indonesia dimana jam karet menjadi hal yang lumrah. Tentunya sistem seperti ini yang bisa jadi hanya dirasakan di negara-negara maju yang pendidikan menjadi prioritas utama. Sehingga kehadiran dan on time menjadi tolak ukur untuk memajukan pendidikan mereka.
Seperti Dody, hal yang sama juga dirasakan oleh Beni yang telah mencicipi pendidikan di negeri Paman Sam melalui seleksi dari KBAS ( kedutaan besar Amerika Serikat ). "Bedanya ya lebih sistematis dan individualis, istilah Time is Money bener-bener terasa disana." tukas Beni.
bukan hanya keidisiplinan waktu saja, tetapi sistem di negara luar juga lebih memperhatikan berbagai aspek lain dalam penilaian terhadap aktivitas perkuliahan. "nggak cuma sekedar dapet nilai A dengan nominal 86, tapi disana juga dipisahkan perhitungan nilai-nilai tertentu seperti nilai motivasi atau absensi siswanya.”lanjut Beni. Selain sistem belajar yang berbeda pengalaman lain juga sangat tidak kalah menggelitik untuk dibahas lebih lanjut dody mengatakan "Dengan belajar bahasa Inggris di Amerika sebagai English native country,
saya mengalami yang namanya nonstop learning, artinya di manapun saya berada dan apapun yang saya lakukan, saya belajar bahasa Inggris. Karena semua yang kita lakukan butuh iteraksi dalam bahasa Inggris. selebihnya saya perdalam ilmu bahasa Inggris saya di kelas bersama mahasiswa internasional lainnya seperti dari Jepang, china, Korea, Brazil, Arab Saudi, Malaysia, Vietnam, dan lainya".
Pengalaman yang sangat berharga dan manfaat yang tidak bisa dibeli jelas menjadi keuntungan dengan belajar diluar negeri tapi, seperti pepatah mengatakan lebih baik hujan batu dinegeri sendiri dari pada hujan emas dinegeri orang. "selama 2 bulan di negara orang pastinya ada suka ada duka. saya sering kangen sama keluarga saya.saya jarang berkomunikasi dengan mereka karena biaya sms dan telepon yang mahal" tutur Dody. Namun selain duka tentunya banyak hal positif yang didapat dari kuliah di luarnegeri terlebih jika ini semua dibiayai orang lain alias gratisan (beasiswa). Tentunya kesempatan yang sangat langka dan butuh perjuangan yang berat utntuk mendapatkannya.(agz,ra2,ysa)
ket foto: ist
0 notes
Text
Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa
Siapa bilang film Indonesia selalu identik dengan horror dan seks demi mendongkrak rating? Buktinya, Indonesia masih punya film-film berkualitas karya sineas hebat yang layak untuk diingat sepanjang masa. Ini dia lima film Indonesia terbaik sepanjang masa versi Limass.
1. Tjoet Nja Dhien (1986)
Film yang disutradarai Eros Djarot ini membutuhkan waktu dua tahun dalam pembuatannya. Film ini juga yang melambungkan nama Christine Hakim di jagat perfilman Indonesia. Dengan akting yang sempurna dari para pemainnya serta kesatuan karya sinema yang nyaris tanpa cacat, Tjoet Nja Dhien berhasil meraih delapan Piala Citra di FFI (Festival Film Indonesia) 1998. Tjoet Nja Dhien bercerita tentang kisah hidup pahlawan Indonesia dari tanah Rencong tersebut.
2. Nagabonar (1986)
Film ini berpesan bahwa tidak semua pejuang di masa lampau itu punya niat suci membela negeri. Ada yang cuma bisa bicara saja. Nah, Jenderal Naga Bonar yang diperankan dengan gemilang oleh Deddy Mizwar pun aslinya pencopet. Tapi dari sosok inilah kemurnian perjuangan lahir. Sebagai karya sinema, Naga Bonar tampil lengkap, berisi sekaligus menghibur. Pantas rasanya bila film ini memborong tujuh Piala Citra di FFI 1987.
3. Ada Apa Dengan Cinta (2001)
Ada Apa Dengan Cinta menjadi salah satu film penting negeri ini. Melahirkan tren yang sudah lama hilang dari jagad perfilman kita, yakni film bertema remaja. Semangat sineas-sineas muda yang ingin membangkitkan lagi dunia perfilman Indonesia tampak jelas dalam film ini. Terbukti AADC sukses ditonton sekitar 2,7 juta orang di bioskop.
4. Laskar Pelangi (2008)
Film ini merupakan adaptasi dari novel karangan Andrea Hirata. Bercerita tentang kisah perjuangan anak-anak di daerah Belitung dalam mengenyam bangku sekolah, Laskar Pelangi layak dicatat dalam sejarah perfilman terbaik negeri ini. Laskar Pelangi telah ditonton oleh 4,6 juta orang. Laskar Pelangi pun sukses meraih banyak peghargaan perfilman baik di dalam maupun di luar negeri.
5. Habibi dan Ainun (2012)
Film yang masih tayang di bioskop saat ini menceritakan kisah hidup Presiden Ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dan sang istri Hasri Ainun Habibie. Hanya dalam waktu tujuh hari, film produksi MD Entertainment itu telah menembus lebih dari satu juta penonton. (adh/net)
0 notes
Text
Sriwijaya Model United Nations Club (SriMUNC), Berlatih Negosiasi dan Diplomasi
Dalam SriMUNC, para anggota akan menjalani kegiatan rutin berupa pelatihan dan berbagi keterampilan tentang negosiasi, kepemimpinan, debat diplomasi, pembuatan resolusi konferensi dan persiapan riset position paper MUN. "Tujuan dibentuknya klub ini agar semua mahasiswa Unsri mengenal MUN dan dapat mengikuti jejak universitas lain di Indonesia yang sudah mendirikan klub MUN sejak lama," ungkap Rizky Amellia Andreasari, Secretary General Harvard Model United Nations saat diwawancarai Limass. Sebelum SriMUNC dibentuk, beberapa mahasiswa Unsri telah mengikuti MUN nasional di antaranya Indonesia MUN, @america MUN, JOINMUN, JMUN dan Nusantara MUN.
SriMUNC terbentuk secara resmi setelah pendelegasian tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dalam Asia-Pacific Model United Nations Conference (AMUNC) 2012 di La Trobe University, Melbourne pada Juli 2012 lalu, diiringi dengan saran dan nasihat dari Pembantu Rektor II Unsri. Kegiatan rutin SriMUNC adalah latihan bersama seluruh anggota, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para delegasi maupun anggota dalam mengikuti sidang simulasi konferensi PBB. Ada pula kegiatan rutin lain yakni delegates meeting sebelum para delegasi berangkat mengikuti konferensi MUN. "Pelatihan-pelatihan ini juga bertujuan agar anggota SriMUNC bisa mendapatkan kesempatan dalam MUN Award sebagai Honorable Delegate, Best Delegate bahkan membawa nama universitas sebagai Best University Delegation," tambah Rizky.
Pada tahun 2013 ini Unsri kembali akan mengirimkan enam mahasiswa dalam konferensi MUN internasional, yaitu Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2013 di Boston PP, Amerika Serikat pada 14-17 Februari mendatang. Keenam Delegasi Universitas Sriwijaya dalam HNMUN 2013 tersebut yaitu Rizky Amellia Andreasari (FK 2010), Agrifina Helga Pratiwi (FK 2010), Wenny Oktalisa (FK 2009), Putri Astri Oktariana (FH 2009), Marhaindra Gary Isworo (FT 2009) dan Perry Hasan Pardede (FH 2008). HNMUN ini ren- cananya akan diikuti oleh 3000 peserta dari seluruh dunia, sebab HNMUN merupakan pelopor MUN tertua di dunia. Beberapa mahasiswa lain juga sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti World MUN 2013 di Monash University dan Melbourne University, Australia pada 18-22 Maret mendatang.
Saat ini jumlah anggota SriMUNC baru berjumlah sekitar sepuluh mahasiswa dari fakultas hukum, kedokteran, teknik, komputer dan kedokteran gigi. Rizky dan kawan-kawan berharap agar ke depannya SriMUNC dapat mengajak lebih banyak mahasiswa Unsri dari semua fakultas untuk ikut bergabung dan berkesempatan mendapatkan pengalaman serta keterampilan MUN nasional dan internasional, juga untuk ikut mengembangkan SriMUNC. Informasi lebih lanjut, Limasscious bisa kontak langsung dengan SriMUNC via email [email protected] atau akun Twitter @SriwijayaMUNC. Sedangkan untuk info tentang konferensi MUN internasional selanjutnya, dapat diakses di http://bestdelegate.com/model-un-conferences-database. (nbl)
SUMBER: DOK. SRIMUNC
Enam Delegasi Universitas Sriwijaya dalam Harvard National
Model United Nations (HNMUN) 2013 di Amerika Serikat, Februari
Mendatang.
0 notes
Text
Buku Indonesia Terbaik Sepanjang Masa
INDONESIA memiliki banyak penulis hebat yang dikagumi dan sukses menginspirasi pembaca Tanah Air. Berikut daftar buku yang paling dikagumi oleh pembaca melalui hasil voting di situs goodreads.com.
1. Laskar Pelangi (2005) oleh Andrea Hirata
Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi pada masa kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka dan temukan diri Anda tertawa, menangis dan tersentuh saat membaca setiap lembarnya. Novel karya Andrea Hirata kini telah diterjemahkan ke dalam 31 bahasa di seluruh dunia dan telah beredar di 23 negara.
2. Bumi Manusia (1975) oleh Pramoedya Ananta Toer
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal bangsa Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelakmelahirkan Indonesia modern.
3. 5 cm (2005) oleh Donny Dhirgantoro
Buku yang sukses diangkat ke layar lebar ini menceritakan petualangan lima sahabat yang telah menjalin
persahabatan selama tujuh tahun. Cerita bermula ketika mereka dipertemukan kembali setelah tiga bulan berpisah, mereka memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah mereka menjadi manusia sesungguhnya, bukan cuma seonggok dagingyang bisa berbicara, berjalan dan punya nama.
4. Ronggeng Dukuh Paruk (1982) oleh Ahmad Tohari
Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejakSrintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya dukuh itu merasakah kehilangan jati diri. Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pejabat-pejabat desa mau pun kabupaten. Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebuthancur, baik secara fisik maupun mental. Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. (adh/net)
0 notes
Text
Fenomena Tempat Kos, Anak Ayam Keluar Kandang
ANAK KOS? Kenapa tidak! KOS menjadi alternatif tempat menginap bagi yang mengalami kendala jarak kuliah dan tempat tinggal yang jauh. Atau, kos merupakan pilihan bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah atau luar kota. Berbagai alasan mengemuka pilih kos disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing masing personal. Anak kos memang ibarat ayam yang baru keluar dari kandang. Masih sangat minim pengetahuan, pengalaman dan segala sesuatu terutama tentang pengawasan.
Ares, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Palembang justru mengaku memilih kos karena ingin mendapatkan kebebasan. “Daripada harus pulang pergi ke rumah, waktunya repot sekali. Enak juga jauh dari orangtua, bisa agak bebas mau keluar rumah siang atau malam,” kata Ares.
Berbeda dengan Reni. Mahasiswi ini justru mengaku sedih karena kos berarti dirinya jauh dari orangtuanya. Berbeda dengan Ares, Reni mengaku meski jauh dari orang tua dia tetap harus bisa jaga diri. “Awalnya takut, ini pertama kali jauh dari orang tua. Tapi walaupun jauh dari pengawasan kita harus bisa mandiri dan bisa mengawasi diri sendiri,” tuturnya.
Lain lagi dengan Desi, mahasiswi dari salah satu universitas swasta di Palembang ini mengaku tidak merasa terbebani hidup jauh dari orang tua. Ia tinggal bersama kedua orang temannya di kosan yang tidak jauh dari kampusnya. Meskipun peraturannya tidak terlalu ketat, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar tidak mengganggu masyarakat setempat.
Selain kesadaran sendiri, tidak jarang ada kos yang memberlakukan peraturan ekstra. Seperti yang dialami Nurul, mahasiswa psikologi Universitas Bina Darma yang ngekos di kawasan Silaberanti ini mengaku peraturan kosnya ketat sekali. “Kos akan ditutup tepat pukul 9 malam. Selain itu tamu laki-laki dilarang masuk. Tidak ketinggalan kebersihan kos juga jadi perhatian pemilik,” katanya.
Pentingnya Pengawasan Kurangnya pengawasan dari orangtua juga pemilik kos, menjadikan mahasiswa penyewa merasa bebas. Seperti yang terjadi di kawasan Plaju beberapa waktu lalu. Sepasang muda mudi dipergoki warga tengah berbuat mesum, karena takut akhirnya keduanya melompati pagar pembatas kos. Hal seperti inilah yang menjadi kekhawatiran orang tua. “Was-was pasti, tapi demi masa depan anak saya beri kepercayaan untuk bisa mandiri. Lagipula tidak sepenuhnya lepas dari pengawasan, dengan komunikasi yang baik saya tetap memantau anak saya,” kata salah seorang ibu, Ny Ita yang mengaku rajin menelpon untuk memastikan keadaan anaknya yang saat ini ngekos di Muara Dua.
Zainal Mazaliza, M.M, M.Kom, dosen Universitas Bina Darma Palembang mengaku prihatin terhadap peristiwa ditangkapnya anak kos yang sedang berbuat mesum. Lebih lanjut, menurutnya hal ini dikarenakan tidak adanya aturan tegas dari pemilik kos dan RT. Termasuk juga bimbingan orang tua. Untuk mengatasi hal ini diperlukan kerjasama, baik antara warga dan pengelola kos. "Ada sebuah kampung sudah menerapkan aturan dari RT dan warga yang ditempel di tempat-tempat kos, ternyata efektif," jelas Zainal.
Lebih lanjut, Zainal menuturkan bahwa di tempatnya mengajar diterapkan program ESQ sebagai sarana pendidikan moral bagi mahasiswa baru. Program ini sudah berjalan lima tahun dan terbukti efektif. "Saya tanya langsung ke mereka, mereka menjawab antara lain jadi lebih cinta dengan orang tua dan keluarga. Mengerti apa manfaat sahabat. Intinya positif," tegasnya.
Hemat dan Mandiri sisi positif yang bisa diambil dari kehidupan kos adalah mengajarkan anak atau mahasiswa bisa belajar mandiri. "Dengan keadaan kos yang jauh dari orangtua kita akan membiasakan diri untuk melakukan banyak hal. Khususnya masalah dapur dan cucian,"ujar Nurul saat diwawancarai kru LIMASS di kosannya. Lebih lanjut Nurul berpendapat bahwa dengan ngekos kita bisa belajar hemat. Betapa tidak, uang yang dikirim itu cukup untuk makan dan jajan sehari-hari. Tapi kadang kalau pergi ke mal suka kebablasan. Nah di situ kita jadi mengerti pentingnya berhemat. (acy,bim,rto)
0 notes