lalalalsal
137 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
X: Mendingan sakit sekali karena jujur, atau sakit nanti nanti tapi banyak karena diboongin?
Y: Aku gabisa ya dapet opsi yang ga ada sakitnya?
56 notes
·
View notes
Photo
List of Historical People Who Left A Mark on Psychology
[MY Psychology]
56K notes
·
View notes
Photo
For more posts like these, go to @mypsychology
50K notes
·
View notes
Text
Temen temen gue lagi pada ribet pada pengen ikut sidang akademik yang deket deket sekarang. Temen temen gue yang lain, udah ikut sidang sejak kapan tau. Meanwhile gue stuck dengan revisi segala macem. Cuman karena, ada kalimat yang gak sesuai EYD; sesederhana nama kota gak pake kapital, ditemukan kata sambung yang gak seharusnya di awal kalimat, sampe kurang titik koma doang, dosen pembimbing gue gak mau terima. Se-perfectionis itu.
Revisinya nunggu lama, sebab beliau memang sibuk. Udah lama, gak tau kenapa selalu ada revisi. Selalu. Se-teliti apapun gue, se-udah ngikutin maunya dosen pembimbing, selalu ada perubahan yang kemaren bahkan gak didiskusikan. Selalu :)
Gue memperjuangkan bab 1 aja mati-mati-an. Yang lain, bab 1 lancar aja gitu. Sekali ngumpulin kelar. Gapake revisi revisi segala. Boom. Wow
Jadi, gue menyerah untuk ngejar lulus cepet. Dosen pembimbing gue lebih menghargai sekedar lulus tepat waktu, tapi hasilnya disantuni orang-orang. Karena…..di kampus gue ada, sebut saja Pak Udin, anak bimbingannya gak pernah ada revisi sama sekali. Gak pernah. Pak Udin juga mencetak buku yang diperjualbelikan di kampus, dan ternyata copas dari banyak sumber di google, —tanpa mencantumkan referensinya darimana. Se-what the hell are you doing dude, itu. Lalu kalo ditanya,
“Wih keren, udah desk evaluation aja. Sama siapa bimbingannya?”
“Sama Pak Udin, hehe”
Gajadi keren aja gitu. Malah rooling eyes “oh….pantes”. Direndahkan. Gak mengangumkan.
Jadi, gue menyerah untuk ngejar lulus cepet. Dosen pembimbing gue tida memfasilitasi gue untuk itu, segimapun gue mau. Gue gaboleh lanjut ngerjain bab berikutnya kalo bab sebelumnya belom selesai dia revisi. Jadi, gue menyerah untuk ngejar lulus cepet. Dan gue gapapa.
Perlahan tapi pasti better than cepat tapi unqualified yang di-qualified qualified kan
Gak ding. Lagi ngehibur diri doang.
Bye
59 notes
·
View notes
Photo
Meet Marzi. She’s an introvert who often finds herself in awkward situations. Marzi used to feel strange about her introverted tendencies. Not anymore! Now she knows that there are tons of introverts out there just like her–introverts who enjoy peace and quiet, need time alone to recharge their battery, and who prefer staying in with their pet and a good book to awkward social interactions. Just like Marzi, these introverts can often be found in libraries, at home watching Netflix, brainstorming excuses to miss your next party, or doodling cute cartoons. Being an introvert in an extrovert world isn’t always easy, but it certainly is an adventure. In Introvert Doodles, follow Marzi through all of her most uncomfortable, charming, honest, and hilarious moments that everyone–introvert, extrovert, or somewhere in between–can relate to.
Get her Book: HERE
6K notes
·
View notes
Text
Caring Skin
Kalau @sendingfailed sudah meracuni dengan make up 101 for dummy, gue tetiba ingin menulis tentang skin care 101 for dummy’s dummy. Alias, super duper mega pemula.
Gue merasa perlu menulis ini untuk merekam jejak perjalanan gue merawat kembali muka gue yang dulu neglected sampe kondisinya memprihatinkan. Too late, I know. Gue baru bener-bener stick to the routine sejak satu tahun terakhir. Sebelumnya mah…hhh, narik napas aja gue mah bawaannya kalo inget.
Jadi, selama kurang lebih dua puluh tahun hidup gue, gue tidak pernah benar-benar memikirkan sebaiknya diapakan kulit muka gue yang tidak seberapa ini. Satu-satunya bentuk merawat yang gue lakukan paling-paling hanya mencuci muka pake facial wash merk ponds (itupun nyokap yang beliin, suka-suka beliau banget mau beli varian yang mana, gue terima beres), dan spot treatment berupa krim jerawat berlabel tulisan cina (ini juga nyokap yang beliin di toko kosmetik encik-encik langganan beliau dan emang krim-nya ampuh banget jadi andalan keluarga besar nyokap, dan diwariskan ke gue dan adik perempuan gue, bahkan adik laki-laki dan bokap gue).
Beruntungnya, gue tidak memiliki masalah yang signifikan dengan kulit muka. Berminyak nggak, jerawatan nggak, beruntusan nggak, flek-flek hitam juga nggak. Paling cuma jerawat rindu mens, komedo, atau segerombol papules kecil-kecil di bawah mata seperti milia tapi bukan milia.
Papules ini sebenernya lumayan keliatan dan seolah seperti whitehead tapi ngga ada isinya. Papules ini juga ada di bawah mata nyokap gue, adik-adik nyokap gue yang perempuan, dua dari empat adik perempuan bokap, dan bahkan alrmarhum mbah putri gue. Maka gue menyimpulkan ini semacam genetic factors. Apalagi salah satu tante gue pernah sampe perawatan sama dermatologist, dilaser segala, ilang bentar tapi abis itu balik lagi. Jadi yaudalaya, gue anggap saja itu bukan sesuatu yang bisa dibinasakan dan tidak perlu juga dikhawatirkan.
Karena gue tidak merasa muka gue bermasalah, maka gue tidak pernah terpikir untuk merawat dengan serius. Pokoknya prinsipnya; yang penting nggak jerawatan.
Hingga tibalah masanya gue sibuk menjadi koass dan menjalani kehidupan random tidak sehat dan tidak teratur. Badai stress dan tekanan menggila. Gue mulai merasa ada yang nggak beres sama muka gue.
Kering banget, anjir. Muka gue kering banget. Banget. Banget. Banget kubik.
Keringnya sampe bikin beberapa bagian terutama hidung dan sekitarnya, itu ngelopek mengenaskan. Apalagi bibir gue, chapped dan gelap. Lingkaran bawah mata akibat sleepless nights juga makin hari makin nampak. Gue mulai sadar, ini nggak bisa dibiarin.
Kesadaran ini terutama dilandasi oleh rasa perih yang timbul ketika; mislanya gue abis panas-panasan, itu baliknya yawla pasti merah se-muka terus perih. Atau kulit di hidung mengelupas terus lecet. Atau kulit bibir juga ngelopek terus berdarah. Gila, ini muka apa tanah kemarau choi.
Gue memulai penelusuran gue mengenai skin care routine.
Gue googling kesana kemari, masuk dari satu websit beauty enthusiast ke beauty enthusiast lain. Dari satu video youtube ke video youtube lain. Gue bahkan buka-buka lagi dermatology textbooks gue. Dengan sepenuh hati gue belajar kandungan bahan-bahan kimia dalam skin care, side effects-nya ke kulit, do(s) and don’t(s)-nya. Oh dan gue juga melakuakn beberapa kali konsultasi dengan senior dalam dunia per-skin care-an; @ceritaagenneptunus.
Gue tidak akan merekomendasikan produk berdsarkan merk disini (kalo mao japri aja HAHA), karena gue belajar bahwa yang namanya skin care itu sangat tergantung kulit masing-masing. Bener-bener cocok-cocokan. Mau yang harga sebotol sejuta, belum tentu cocok dan bisa menghasilkan bentukan sesuai klaim produk, dan bisa aja justru produk drugstore yang cuma tigapuluh rebuan, malah cocok dan menunjukkan hasil sesuai klaim.
Ada dua hal yang perlu diingat sebelum memutuskan menggunakan produk skincare;
First, nggak ada produk yang bisa kasih hasil instan.
Gue nggak percaya sama hal-hal instan; kecuali indomie goreng, spageti bolonais La fonte sama sup makaroni la fonte. Kalo ada produk skin care yang klaimnya BISA PUTIH DALAM 3 HARI atau MUKA MULUS DALAM SEKEJAP, maka curigalah. Kalau tidak ada testimoninya, berarti pasti hoax. Kalau ada testimoninya, berarti produk itu mengandung bahan aktif berbahaya. Nggak usah coba-coba, pokoknya.
Namanya juga merawat, caring, tentu berupa serangkaian proses, bukan sekali dua kali, sekejap selintas abrakadabra. Nggak ada mulus yang tiba-tiba, putih tiba-tiba, kinclong tiba-tiba, sayang tiba-tiba. Jadi pasti butuh waktu, pasti nggak sebentar. Makanya kunci utama merawat itu tuh SABAR. Banyak banget gue nemu di kolom komentar sebuah review produk yang bilang produk itu nggak bagus dan nggak cocok di dia, padahal setelah dikepo lebih lanjut, pakenya baru sebulan, atau bahkan seminggu. YAELAH.
Hal kedua yang perlu diingat adalah;
ngga ada satu produk ajaib yang bisa menyelesaikan semua masalah.
Makanya dibilangnya tuh skin care routine. Because it is a routine. Isinya terdiri dari serangkaian pemakaian produk yang dengan fungsingnya masing-masing berusaha merawat kulit kita. Kalo ada produk yang klaimnya menyelesaikan semua masalah kulit, sebelum beli, coba dicatet apa aja kandungannya, dan googling satu persatu manfaat dari kandungan itu, apakah benar sesuai dengan klaimnya.
Gue sih nggak percaya ya. Kita aja kalo lagi multitasking gitu pasti ada aja yang sekip, ngga bisa semuanya fokus. Lagipula tentu produk yang manfaatnya spesifik, tentu merawatnya bakalan lebih fokus kan. Lebih baik pake produk yang divariasi sesuai kebutuhan, biar fungsinya dapet semua optimally makanya kalo punya koleksi sebaiknya beragam. Jadi kunci berikutnya dari merawat itu tuh TELATEN DAN DISIPLIN. Karena produknya bakalan banyak, dan waktu yang dibutuhkan bakalan ngga sebentar, jadi rawan banget mager dan akhirnya nggak teratur pakenya. Terus pas hasilnya ngga sesuai klaim, yang disalahin produknya. So typical.
Oke, sekarang gue akan memberi tahu prinsip dasar merawat kulit muka.
Secara garis besar sebenernya cuma empat; cleansing, exfoliating, hydrating/moisturizing, dan protecting.
Bedanya paling tergantung aliran routine mana yang lo ikutin; western, atau asian; specifically sih ya itu, Korean.
Bok gila kalo lo mau tau ya routine korea itu bsia sampe 10 steps. Bahkan ada yang belasan steps. Tadi siang gue nemu video yang tonernya aja sampe ganti tujuh kali. Toner doang, tujuh kali. KAPAN TIDURNYA BLEH.
Nggak, gue nggak melarang lo melakukan segambreng steps, ngga menganjurkan juga. Intinya skin care tuh ya tergantung kulit lo aja sih sebenernya. Butuhnya apa, kondisi kulitnya gimana, masalah kulitnya apa. Nggak mentang-mentang pengen cantik kinclong bening mulus kayak mbak Song-something itu, terus lo bela-belain beli sepaket produk 10 steps, terus baru dua hari pake udah mager karena kelamaan, ujung-ujungnya udahan.
Percuma, sist.
Basic-nya skin care itu ya empat poin tadi aja, sebenernya. Gue sudah meninjau dari medical side juga *tsah meninjau.
Pertama; cleansing. Gue sepakat sama aliran Korean yang bilang pentingnya double cleansing. Jadi yang pertama ngebersihin bekasan make up pake pembersih yang oil-based, atau paling gampang pake micellar water. Terus cleansing kedua baru pake facial wash. Ini juga tricky, karena lo harus tau tipe kulit lo apa biar ngga salah beli facial wash. Gue dulu pas lagi kering-keringnya, pake facial wash yang foam, ada SLSnya pun. Neraka banget itu, muka gue tambah kayak kertas amplas.
Oh iya, bentukan cleanser mah sekarang udah macem-macem banget, ada yang lotion, cream, balm, stick, bahkan ada yang katanya buat deep cleanser pake alat yang kepalanya bunder bisa muter-muter. Bebas sih, tergantung budget dan kebutuhan aja. Intinya satu; bersih.
Kedua; exfoliating. Gue juga sepakat sama aliran Korean yang menyarankan double toning, alias pake tonernya dua kali; hydrating toner sama exfoliating toner. Eksfoliasi ini adalah jawaban dari masalah kulit kusam, bekas jerawat, beruntusan, dan noda hitam membandel. Gue sendiri adalah penggemar berat eksfoliasi. Mau itu di muka, bibir, badan, sensasi abis eksfoliasi itu bahagia bener. Rasanya kayak bukan cuma kulit mati yang keangkat, tapi juga beban masalah hidup HAHA.
Produk skincare paling mahal gue adalah produk eksfoliasi, btw.
Ketiga; hydrating/moisturizing. Ini adalah langkah super penting berikutnya. Biasanya bentuk skin carenya bisa toner, serum, essence, moisturizer, ampoule, booster, sleeping mask, night-day cream, etc banya bener pokoknya gue aja kaga hapal. Tapi intinya cuma satu; melembapkan. Gue sendiri ngga pake semua bentukannya, tentu saja. Gue cuma pake hydrating toner, moisturizer, sleeping mask sama serum. Udah.
Keempat; protecting. Ini yang kadang dianggep perlu-ngga perlu padahal super perlu; sunscreen. Dulu mah gue pake sunscreen kalo mau ke pantai atau ke kolam renang doang. Padahal gue udah belajar kalo UVA sama UVB itu jahat bener buat kulit. Jadi ini yang wajib banget dipake, karena super percuma skin care mahal-mahal tapi ngga dilindungin pas kena matahari. Goodbye.
Oh iya, ada yang bilang kalo makin tinggi Spfnya maka akan makin bagus skincarenya. KAGAK, nyet. Gue pernah ditanya; kak, kalo pake yang spf 100 gimana. Sist, ngana mau upacara di gurun sahara?
Setau gue, di Indonesia pake yang spf 50 udah cukup, itu juga kalo full seharian di bawah sinar matahari. Kalo masih banyakan di dalem gedung, 25-30 aja udah cukup bagus. Coba deh baca lagi spf tuh artinya apa, makna angka-angkanya tuh apa, kapan kita butuh spf tinggi kapan butuh spf rendah, kenapa sunscreen meninggalkan white cast, apa itu chemical sunscreen apa itu physical sunscren. Gue pengen jelasin tapi lagi males ntar ya kapan-kapan.
Udah, sebenarnya skin care dasar tuh empat itu doang. Lain-lainnya cuma bagian dari penjabaran empat fungsi ini. Ada yang namanya spot treatment buat jerawat atau dark spot, ada juga weekly routine kayak pake mask (mask sendiri ada beragam bentuk dengan berbagai fungsi, mulai dari sheet mask, pel off mask, wash off mask, sleeping mask, etc), ada lagi itu namanya face massage. Halah mbuh. Bhuanyak pokoknya.
Kalo nggak paham dasarnya, bawaannya emang mudah diracuni sama review. Liat klaim bagus dikit, review keren dikit, sikat. Langsung beli, langsung pake. Padahal ujung-ujungnya nggak dipake, atau nggak perlu.
Terus coba deh diubah tujuan hdupnya; kulit sehat, bukan kulit putih.
Gue suka sedih kalo ketemu cewek-cewek yang terobsesi putih. Kalian pernah tau mekanisme pembentukan warna kulit dalam tubuh nggak sih? Kalau emang secara ras kalian sudah berkulit gelap, orang tua kalian juga kulitnya gelap atau kuning langsat, mau kalian mandi susu seribu malam juga gabakalan berubah warna kulitnya. Kalopun berubah, sifatnya sementara.
Gue sendiri tidak berkulit putih. Hasil yang gue dapatkan setelah sadar merawat diri selama satu tahun terakhir adalah muka gue jadi moist banget sekarang. Nggak ada lagi kulit muka mengelupas, bibir pecah-pecah (ini paling berasa sih, soalnya tadinya beneran kering, sekarang lem banget jadi pengen ngecup diri sendiri :* puja lip mask koriya!), hidung ngelopek sampe luka. Gue jadi seneng pegang muka sendiri. Jauh lebih sehat dibanding setahun yang lalu. Gue tidak menjadi putih, bahkan beberapa kesempatan gue masih jerawatan satu-dua biji, tapi gue tidak gelisah karena gue tau cara meng-handle nya sehingga masalahnya nggak bertambah panjang. Bekas jerawat gue bisa memudar, skin tone gue lebih merata meski ga putih tapi ngga belang-belang. Beruntusan masih suka nongol di dagu kalo menjelang haid, tapi nggak lama, abis itu goodbye.
Bahagia.
Selain itu, buat gue, ritual perawatan muka sebelum tidur itu menenangkan. Karena gue jadi punya sebuah rutinitas menjelang tidur, fokus gue teralih, terus rasanya seru aja. Secapek apapun, gue akan menyisakan setidaknya tiga puluh menit buat menjalani routine, dan itu menyenangkan.
Belum lagi sensasi pas nyobain produk skin care baru. Kyaaa!
Oh iya, ada satu lagi mitos tentang skin care yang perlu gue bantah; skin care bikin ketagihan, kalo lepas produk, masalahnya balik lagi.
Sebenernya bukan gitu alur berpikirnya. Skin care routine kan intinya merawat kulit. Tentu selama kulit itu dirawat, dia bakal sehat dan bagus. Tapi begitu nggak dirawat, ya masalahnya muncul lagi. Bukan masalah ketagihan atau nggak. Ibaratnya lo mandi biar bersih dan nggak dakian. Kalo lo nggak mandi seminggu, ya bau dan dakian. Terus apa itu namany alo ketagihan mandi? Ya nggak. Emang kebutuhan aja.
Iya, caring the skin is indeed a need, bukan cuma investasi. Sama kayak ngerawat barang, peliharaan, tanaman, kekasih.
Kalo msih ada yang bilang perawatan muka itu kecentilan, ganjen, ribet, dll, biarin aja, atau timpuk pake kapas bekas eksfoliasi juga nggapapa. It’s a must sih sebenernya. Bukan buat pleasing other people, tapi buat kesehatan juga, dan terutama ya pleasing diri sendiri lah.
Jangan lupa tetep makan sehat dan bergizi, banyak minum, dan istirahat cukup. Percuma juga sih skin care rutin setiap hari tapi jarang minum dan begadang terus, gampang stress pula. Yawda bhay.
GILA PANJANG JUGA GUE NULIS HAHA.
Dah ah mau ke Gramed dulu.
80 notes
·
View notes
Video
tumblr
Akhirnyaaaaa bisa liat langsung. Aaa keren! ❤️ @starsandrabbit
0 notes
Quote
You’re not a stupid or a failure, you’re learning. It’s okay to fail, but you have to fail forward. You will feel tired all the time, you must learn when to rest and how to live a healthy life. Master the art of time management. Guard your heart. Never blame others for your mistakes. And lastly, if you feel you’re not growing anymore, it’s okay to let go and be ready for your next adventure.
E.J. Cenita (via wnq-writers)
713 notes
·
View notes
Quote
Tidak usah bertanya kabar, hidupku tanpa kamu akan selalu baik-baik saja
1 note
·
View note
Audio
obat pening #NowPlaying Montage by Elephant Kind
0 notes
Photo
Cuma mau kasih tahu… Bahwa esok tiada yang pasti.
#vd #masbaper #project #savejomblo #syiarklik #quotes #quotesoftheday #quotesbaper #baper #jomblo @save_jomblo @kliniknikahmalang @kliksurabaya @kliniknikahmedan @klikponorogo @kliniknikahsemarang @klikjakarta @klik.jember
7 notes
·
View notes
Audio
chill 😌😌#NowPlaying Senyum Membawa Pesan by Mustache and Beard
0 notes
Text
Namun, jangan membuatku cemburu karena seketika kepedulianku akan berlalu Wuuuuuwf
2 notes
·
View notes
Text
Karena kamu, pemilik segala hal terbaik yang aku punya
2 notes
·
View notes