ladyidea
before i grow up.
39 posts
let me finish my immature first!
Don't wanna be here? Send us removal request.
ladyidea · 10 years ago
Audio
Just found this, andsometimes your body only need to dance ! - IdeaGirl (br /) <3<br /> ____________________________________________________________________ Like Jaylex! : www.facebook.com/OfficialJaylexMusic Follow Jaylex! : twitter.com/JaylexMusic Original track "Find You" by Zedd feat. Matthew Koma & Miriam Bryant was released under Spinnin' Records. Buy the Original track here: http://www.beatport.com/release/find-you/1238324 ____________________________________________________________________ This is an Unofficial Remix. Contact me: [email protected] Thanks to Riggi & Piros for the Master!
1 note · View note
ladyidea · 10 years ago
Photo
Tumblr media
An Edit a Day - Benedict Cumberbatch - [379/?]
1K notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Cutiebatch VS Sexybatch
(taken from: Hawking, 12 Years a Slave, Sherlock, Fortysomething, Star Trek Into Darkness, Nathan Barley, Little Favour, Stuart a life backwards, Parade’s End)
4K notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Video
youtube
" Love is never to late " :') Avril Lavigne - Let Me Go ft. Chad Kroeger
2 notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Audio
So beauty :') i flew over the moon! Blog : http://musichridium.blogspot.com/ Official Music Video : http://www.youtube.com/watch?v=jLnL63cXmD8 Youtube : http://www.youtube.com/channel/UCC7ZkUUri5Fn6yuW6w77WFw
1 note · View note
ladyidea · 10 years ago
Quote
Seberapapun sulitnya kita mencoba untuk menyamar, hasilnya akan selalu menjadi potret diri kita sediri.
The Woman (Irene Adler), Sherlock BBC Season II (via shintalamsyah)
2 notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
The world stands with Palestine.
42K notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Text
Tumblr media
How to be awesome
Some people will think I live to be someone else. because they only see the color that seems to be the same as everyone else. but believe me when i tell you, this is how I became awesome
indirect color you see here will look the same as everyone else, but in reality, you do not even look at me more than ten seconds. You just touch the threshold of who I am. You have not been tapped. if only you were knocking on the door, a little more polite ... I'll show how I became awesome
never mind .. it's all good too. it's my other way to be awesome. let who do not know who I was, judging me in a way that is crazy but actually I'm more cool than they value that's how i am Become awesome.
0 notes
ladyidea · 10 years ago
Photo
THIS IS SO COOL :D
Tumblr media
" I Don’t Need Alcohol To Be Happy."
172 notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Link
Answer these 31 questions and get to know what kind of job suits you best. By the way, i;ve got a game tester or mathematicians....
0 notes
ladyidea · 10 years ago
Note
WHERE WOULD YOU MOST LIKE TO VISIT ON YOUR PLANET?
A Calmly places with a nice view, when it sunrise.
0 notes
ladyidea · 10 years ago
Quote
Seberapapun sulitnya kita mencoba untuk menyamar, hasilnya akan selalu menjadi potret diri kita sediri.
The Woman (Irene Adler), Sherlock BBC Season II
2 notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Text
Palestinians Eyes.
sometimes I want to have the other eye. More round, bigger, and more beautiful.
such as the Palestinian people.
But eventually I realized that it was not possible.  Because their eyes are not just beautiful and glowing eyes by an expectations, but also the eyes that live in reality.
The eyes are alive, daring and as if when you face the eye, you will realize how much your life is still better than them. But they never stop fighting for what they're going through. They are even not jealous of other people's lives, they persisted with all of this of cruelty without thinking for any second to run away.
Those eyes will make you envy, but also a reflection of the large and powerful for anyone who looked at it to keep believing, and fighting about anything that is running in our own lives.
Do you feel me?
Tumblr media
1 note · View note
ladyidea · 10 years ago
Text
Skala Cepat
Tumblr media
Dalam hari-hariku merefleksikan diri, ya aku. Adakalanya saya, -ternyata lebih nyaman dengan 'saya' daripada 'aku'.- mengingatkan pada diri sendiri, bahwa pikiran itu bisa melantur lebih jauh dan lebih buruk ketika sendiri. Berenang menuju ketiadaan cahaya, atau bahkan merasa dalam cahaya itu sendiri hingga susah keluar' dan merasa paling agung. Bahaya tentunya.
Maka, kawan berbicara itu layak dimiliki, bahkan suatu keharusan. Meski jatuhnya hanya jadi 'telinga besi' disuatu hari, dan waktu-waktu lainnya menjadi 'telinga tersumbat' bagi pembicara. 
Tapi apa kuasa anda, ketika muncul 'Skala Cepat' diantara diri sendiri dan teman bicara ini, yang tentunya juga manusia, seperti anda?
Apa yang akan kita lakukan, ketika 'skala' itu muncul?
Tentu jawabannya akan serumit yang anda inginkan, atau sesederhana yang anda ingin utarakan. Beragam jawaban tentunya, yang semua berdasarkan sudut dan pola pikir kita masing-masing sebagai makhluk terunik, dan tersendiri.
Jawabannya yang paling menenangkan dan bersolidaritas tinggi adalah, "Itu tidak akan menjadi masalah apapun bagi kami, karena hubungan 'pembicaraan' ini -sebut saja persahabatan- tidak akan luntur oleh pembatas apapun, yang hierarki maupun yang tidak. "
Menenangkan bukan? Atau mungkin naif bagi beberapa orang yang mengecap kepahitan penghianatan sohib terbaik lebih dari anda.
Tapi bagaimana jika... pembatas ini, punya skala nilai yang tinggi, hingga nyaris mengganggu anda setiap saat, atau bahkan... membuat anda ragu akan pernyataan bulat diatas.
Bagaimana jika, Skala ini juga selain tinggi, adalah cepat? Dan ... harus meninggalkan apa yang tertinggal meskipun yang tertinggal itu adalah, subjek kemanusiaan atau manusia itu sendiri?
Apakah hal itu masih dapat disebut 'persahabatan' daripada 'pembicaraan'?
Disini masalahnya, ketika ritme anda tidak sejalan dengan partner anda, apa yang harus anda lakukan? atau sedikitnya, apa yang harus anda anggap mengenai keadaan ini yang skalanya semakin meningkat seiring berjalannya waktu?
Jawabannya begitu beragam, namun tetap dalam tiga kategori secara general.
1. Bagi mereka yang pendendam.
2. Bagi mereka yang baik hati.
3. Bagi mereka yang -katanya- cerdas.
Si nomor satu, akan bertingkah secara tidak adil pada dirinya sendiri, begitu pula pada orang lain dengan tingkat penyebaran ke-negatifan ini sendiri. Dimulai dari membandingkan, men-Judge, meremehkan, dan akhirnya... jijik. 
Ini yang membuat dirinya tidak diadili secara tepat oleh pikirannya sendiri: pembandingan.
Padahal kita mengetahui, bahwa hidup tidak dijalani dengan membandingkan suatu nilai dengan nilai yang lain. Hidup juga bukan menilai antara tingkat keadaan dan keberadaan yang satu dengan yang lain. Atau bahkan hidup hanya membahas mengenai kotak satu dengan kotak yang lain dari volume yang hidup dalam kotak itu.
Itu semua matematika kelas satu SD. Bukan kehidupan.
STOP, being unfair to yourself. Bagaimana hidup akan terlihat adil, jika anda saja tidak adil pada diri sendiri?
Disinilah anda hidup, ini yang anda terima, dan hal-hal yang menyangkut mengenai kehidupan anda, baik atau buruk, adalah 'skala yang tepat' bagi diri anda sendiri. 
Jangan pernah melihat tanaman milik tetangga sebelah, itu kan cuma keliatannya saja enak. Tapi masalah, dan kebahagiaannya begitu indah dan pilu juga bagi mereka, seadil-adilnya seperti hidup yang sedang anda nikmati saat ini.
So, stop judging yourself. It will hurt yourself also people -when it getting worse and you don't take any act to stop it, NOW.
Kedua, merupakan kategori yang manis dan memaafkan. Lihat, dari judulnya saja sudah menyenangkan, 'bagi yang baik hatinya'. Tentu saja, siapa yang tidak mau dianggap baik? -tapi ingat, baik itu relatif- 
But wait gals, Seperti kutipan anonim bahwa : ' segala sesuatu itu pasti ada resikonya, ada buruknya meskipun itu baik, dan begitupula sebaliknya', maka aka kita simpulkan, baik saja tidak cukup.
Baik itu belum tentu benar, dalam hal ini, jawaban bagi si nomor dua ini merupakan jawaban yang tulus dan ikhlas, namun tetap apa adanya dalam penerimaan dirinya. Mereka akan memaklumi, ikut berbahagia atas skala cepat ini karena orang-orang yang ia sayangi -sahabat- tertentu kian pesat kemajuannya. Tapi disamping kebaikan mulia ini, mereka tetap STUCK disitu-situ aja. Tidak memperkecil jarak skala ini, dan membiarkan dirinya benar-benar tertinggal oleh orang yang katanya 'dia sayang'.
Katanya sayang, kok di tinggal mau?
Apakah anda termasuk golongan ini? Membiarkan semuanya mengalir, dan mengucap 'ada rejeki yang lain.' atau menyerahkan semuanya saja pada Allah? Apa sudah waktunya ikhlas? sudah waktunyakah untuk bersandar?
Tentu tidak, jika anda sendiri belum berusaha.
" Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum melainkan ia sendiri yang mengubahnya" 
Kaki anda tidak akan menuju kemana-mana bila tidak segera dilangkahkan. Kehidupan anda tidak akan berakhir dimana-mana ketika anda tidak memulai. Kebahagiaan anda bersama 'mereka' tidak akan beriringan terus kecuali anda mulai mempersempit jarak.
So, apakah harus orang lain yang mengatakan kita juga harus bergerak, seiring hati kita berbahagia dengan kemajuan sahabat-sahabat kita yang melangkah didepan? -ini sudah pasti menjengkelkan-Atau anda sudah tahu dan akan segera memulainya saja, tanpa menunggu seseorang menjengkelkan anda seperti uraian tadi?
Saya tahu anda akan memulainya segera, dari sekarang untuk mempersempit jarak itu. Kenapa saya tahu? Karena anda sayang dengan diri sendiri juga sahabat-sahabat anda ini.
Kalo sayang, mana mau sih diem aja di tinggal? :D
Akhirnya pembahasan sampai pada pola orang-orang yang katanya 'cerdas'. Biasanya, kategori ini cenderung menunjukkan sikap sosiopath, tapi kalem, ini cuma cenderung, tidak sesungguhnya kok. Sosiopath sendiri sangat.. sangat ... tinggi tingkatannya. Sikap yang sering muncul adalah, tidak peduli, IGNORING.
Sejujurnya, saya memilih ini guys. Bukan hanya ingin disebut 'cerdas', namun menurut saya, ini karakter yang harus saya 'patch' pada sifat dan sikap saya, mengingat saya melankolis sekali.
Tapi setelah perenungan lama, muncul pertanyaan lain :
Apakah berpura-pura cerdas dengan 'abai' akan lingkungan sekitar itu, benar? 
Awalnya ini gagasan yang bagus, sangat tepat. Awalnya doang.
Hanya saja, point yang salah itu adalah, kita tidak benar-benar cerdas, kita hanya pura-pura cerdas.
Menjadi abai akan segalanya, dan malah jadi belati bagi diri kita sendiri.
Adakalanya, jenis seperti ini, berlari terlampau cepat tanpa ada belas kasih bagi dirinya sendiri. Membuat dia lupa, bahwa tujuannya mempercepat langkah, bukan berarti harus meninggalkan kemanusiaan atas dirinya dan orang lain.
Begitu sendiri, begitu selfish.
Meskipun ya, jawaban yang manis dari sikap ini adalah, kemungkinan berlari lebih cepat dan melindungi diri sendiri dari sakit hati atas ucapan orang lain mengenai 'skala' mereka. Karena tentunya sikap nomor satu tadi, tidak akan membiarkan kemampuan kita lepas dari cemoohan atau bahkan tuduhan atas apapun yang kita lakukan. Kita tetap diatas.
Nah, ada baik, ada juga buruknya.
Secercah sudah saya katakan, bahwa pengabaian total adalah sikap utama dari pura-pura cerdas ini. Kita menang. Tapi apakah menang adalah segalanya?
Sikap ini menimbulkan : Hilangnya teman bicara.
Banyak hal yang menyebabkan ini, entah karena teman-teman yang masih terlingkup di pola satu, yang lalu membenci anda atas penerimaannya yang gagal.
Atau mungkin dalam posisi yang kedua, dimana secara tidak langsung, kawan terbaik anda mulai tertinggal dari anda sendiri. Mulai lambat mengikuti pola, mulai sulit bertemu dan menjadi teman bicara anda, karena kalah dalam 'skala cepat'.
"Tapi kan memang saya tidak peduli dengan itu. Sikap saya memang tidak memperdulikan itu. saya menggunakan logika saya."
ini yang membedakan anda antara cerdas dan pura-pura cerdas. Sesederhana seperti bagaimana membedakan mesin dengan manusia.
Bagaimana mesin tercipta? Apa dia cerdas begitu saja? Apakah anda mesin????
Sadarilah, bahwa apapun yang anda lakukan sekarang, tujuannya untuk apa?
Apakah untuk membangun peradaban?
Apakah untuk menggapai cita-cita anda? 
Atau untuk menghidupi keluarga anda kelak? (seperti saya)
Apapun jawaban anda, itu semua hanya jawaban khusus, sementara secara mengglobal apa yang kita lakukan hari ini, terutama dalam kemajuan diri kita ini dasarnya adalah mengenai 'kemanusiaan', Human being, Manusiawi. 
Benar kan?
Ga ada dong yang berdedikasi untuk iseng. Ga ada.
Lalu kenapa dalam proses menuju kemanusiaan itu sendiri, anda harus repot-repot menjadi mesin? 
Mesin hanya benda yang pura-pura cerdas. Karena yang menjadikan dia cerdas itu siapa? Manusia. 
Bahasan kita bukan mesin, tapi sikap yang nomor tiga ini adalah 'menjadi mesin'. Berhentilah jadi mesin, yang taunya hanya logika. 
Menjadi manusia merupakan anugerah terbesar! Kita tahu itu pasti! Maka jadilah manusia, jangan menjadi mesin yang teknisnya benar-benar melebarkan jarak anda dengan siapapun yang anda sayangi.
Saya tidak bilang kita harus mengulurkan tangan bagi mereka. Itu bukan yang saya mau. Tapi jadilah stabil, manfaatkan kecerdasan anda dalam usaha menuju kemanusiaan itu dengan memanusiakan diri anda juga.
Saya juga tidak berharap anda menanggapi ini sebagai alasan anda untuk mundur dalam berdedikasi, karena orang cerdas selalu tetap melangkah tanpa lupa bahwa dirinya manusia. 
Caranya itu berlimpah, motivasi, memberi jalan, tips.. apapun dengan setitik kepedulian anda untuk mereka yang anda sayangi, dengan kadar secukupnya. Ingat, stabil adalah.. secukupnya. Know it's limit, karena yang kita mau adalah perubahan yang dimulai dari diri sendiri, entah itu oleh diri anda atau yang tersayang.
So, masihkah anda di golongan pura-pura cerdas, atau anda sudah lelah menjadi mesin?
Know it what for and the limits for each other.
Ini adalah hal yang sedang saya hadapi, karena saya termasuk orang yang tertinggal jauh dari teman-teman saya. Bagai menatap lubang menganga antara prestasi kami, dan mulai merasa sendiri.
Tapi hei, Alhamdulillah Allah menemani saya dalam merefleksikan ini semua dalam tuangan tanggapan dan solusi untuk diri saya sendiri (awalnya untuk diri sendiri, yang mungkin InsyaAllah membantu anda) di sini. 
Akan ada point dan tentunya masih banyak kekurangan dalam pemikiran dan pengalaman saya ini. 
Apa yang saya utarakan diatas adalah, fase saya dari awal bersahabat dengan mereka hingga akhir-akhir ini mulai menyentuh dasar pola ketiga. Saya berharap saya tidak akan jadi mesin, karena yah, mesin terlalu cerdas secara teknis bagi saya, saya masih punya sisi kemanusiaan yang terlampau besar, sehingga transisi menuju orang ketiga adalah 'skala' yang akan mulai saya langkahi.
Skala cepat, merupakan anggapan saya pada dunia persahabatan yang diliputi oleh berbagai aktifitas kompetitif. Nyaris membuat seseorang jungkir balik dari sikap sesungguhnya, meskipun ada baik dan buruknya. Dalam Skala cepat ini, fase saya diatas, telah saya arungi dan fase ketiga segera launching, meskipun saya belum ada di depan siapa-siapa.
Semoga Alllah meridhoi ungkapan kisah saya ini, dan saya sangat berharap ini bermanfaat bagi siapapun yang mau capek baca.
Jika terjadi kontradiktif, maafkanlah saya, Saya hanya manusia iasa, kepunyaan Allah yang Maha Sempurna.
0 notes
ladyidea · 10 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
“Filipino artist Noel Cruz transforms mass-produced dolls to create stunningly realistic one-of-a-kind figures of celebrities.” 
551K notes · View notes
ladyidea · 10 years ago
Quote
To know who really am. Sorry to you all guys.
0 notes
ladyidea · 10 years ago
Text
Ketika kita mengalahkan diam.
Saat semua orang, siapapun itu sebenarnya sedang merasa terpuruk dan bertanya’why?’ apa sih yang sebenarnya ia rasakan di titik itu?
Frustasi?
Depresi?
Atau…. Kalah?
Mungkin, hilang arah?
Semuanya benar, tapi dari semua yang kita sentuh itu, ketepatan untuk apa yang sebenarnya kita rasa adalah, kalahnya diam oleh kita.
Sementara hati menggebu-gebu akan ke resahan yang sedang dijalani. Otak tak mampu lagi menghitung seluruh kemungkinan, semua hal jadi ruwet dan jalanmu bagaikan tidak berpintu lagi, dead end…, Diamlah yang kalah.
Memutar otak, menari-nari dengan semua kemungkinan, menjerit-jerit minta tolong…
Sudah habis si diam itu.
Sementara diam adalah sesuatu yang…, tidak berguna. Akhirnya kamu mampu meninggalkan diam.
Di titik itu, pada tahapan frustasi yang kita lalui, justru rasa terbakar baru menyesap manisnya adrenalin untuk berjuang. Sisanya, hanya kejiwaanmu yang menentukan, apakah akan terus, atau sudah saja?
Seringnya, kita akan terus. Jika anda normal.
Tapi saya sendiri harus melewati gelombang sinusoidal dulu dalam hal terus dan berhenti bahkan mundur.
Harus ada yang menyokong untuk menjadikannya terus.
Dan lenyaplah semua titik ketakutan saya.
Saya punya teman, namanya ketakutan.
Terlalu sejati dirinya selama berkian-kian tahun ini membuat  Diam tidak pula beranjak dari hidup saya. Pengabaian dan ‘bodo amat’ mengalir dalam hidup saya. Dive too deep, ke kehidupana yang semakin naïf, semakin indah di luarnya saja, semakin mengantuk disaat tidak boleh tidur dan semakin jauh dari temanku.
  Identitas ketakutanku adalah ; Sendiri.
Betapa panjang sejarahnya dan memori yang bertahun-tahun terkikis membuat saya tidak mampu menceritakan alasan identitas si ketakutan ini dengan gamblang tanpa ada keraguan.
Tapi kembali pada hal diam ini pergi, si Diam pergi ketika ketakutan diri terkikis hanya dalam hari-hari biasa,dengan peluh yang tidak biasa.
Betapa manusia itu pandai berubah hanya dalam hitungan hari ketika Allah sudah menetapkannya untuk berubah.
Ternyata ketakutan saya, yakni si sendiri ini bukannya menjauh, ketika saya menjadi sosok yang penuh Diam dan hanya peduli pada mereka untuk menempatkan mereka tetap disisiku. Justru, sendiri ini semakin nyata, semakin menjernih di depan mata meski mungkin kejadiannya baru akan terjadi setahun atau dua tahun ke depan.
Rasa sepi mulai merayapi, imajinasi yang juga adalah ketakutanku, berdiri. Siap menemaniku dalam kekalang kabutan pikiranku hanya dalam satu kalimat singkat.
“ Tunda Geladi.”
Frustasi.
Depresi.
Kalah.
Hilang arah.
Semua, iya terjadi bersamaan.
Menangis juga tak mampu, karena sakitnya lebih dari apa yang terjadi pada sepasang mata. Karena rasa yang sesungguhnya adalah amarah. Amarah akan kebodohan dan si DIAM sialan ini yang masih saja menggondol-gondoli pundakku.
Ternyata ketakutan yang sesungguhnya muncul dan mengibaskan si Diam ini tanpa perlu menghitung detik maupun mili detik. Lalu memunculkan adrenalin untuk tidak kalah semudah itu.
Seperti yang tertera diatas, saya mengalami gelombang sinusoidal dulu. Membuat orang-orang sebal.
Sekian menit semangat, mengusahakan dengan berbagai cara, tak berhenti mengucap Allah dan do’a dimudahkan dalam ukiran tangan yang mengejar deadline. Tapi lalu redup ketika otak mulai mengkalkulasi lagi kesempatan yang hanya sebesar lubang jarum.
Tapi akhirnya si Diam ini pergi, seperti yang akan saya katakan sekali lagi:
‘ di hari yang biasa namun dengan peluh yang tidak biasa. ‘
Saya baru sadar.
Setelah pertanyaan-pertanyaan cengeng sambil menatap langit dihari Diam pergi dan Juang datang. Saya masih belum ngeh akan maksud Allah atas semua peristiwa dan kata-kata sederhana penuh motivasi untuk membuatku hidup dengan Sendiri.
“ Mengapa? “
“ Apa maksudnya ya Allah? Hamba nggak ngerti.”
“ Tidakkah engkau sayang dan mau memudahkan urusanku? “
“ Apakah yang harus ku lakukan? “
Cengeng diatas berubah menjadi ketenangan hanya dalam satu hari, setelah badai si Juang mengamuk di lautan kehidupan saya.
Ya, Juang merupakan hal yang menenangkan badai pikiran, amukan masa dalam otak saya hanya dalam satu hari. Membuat saya akhirnya ‘Ngeh’ bahwa saya harus menerima ketakutan saya namun tidak diam. Saya harus berkenalan dan berteman dengan si Juang.
Dia lebih setia ternyata, namun tetap kalah dengan Kesetiaan sayang Allah.
Saya masih belum ketahui result kehidupan saya bersama juang setelah beberapa hari bersama.
tapi saya jadi lebih menerima kesendirian itu.
Ternyata memang kita terlahir untuk melakukan segalanya sendiri. Juang yang mengatakannya padaku.
Meskipun diluar sana banyak yang menjerit bahwa :
" You are not alone "
sautan saya dan juang adalah; " Are we ever together ? "
saya tidak bilang bahwa saya mengabaikan setiap rasa, asa, dan kisah indah yang sudah lalui bersama orang-orang.
tapi moment anda dengan si Juang ini, pasti ada.
akan ADA!
Momment anda dengan si juang, SENDIRI.
sayangnya itu adalah ketakutan terbesar saya yang baru bisa saya sembuhkan beberapa hari lagi.
Masih menunggu jawaban akan perjalanan saya dengan si Juang ini, yang benar-benar mengalahkan diam, naumn pula menambal luka dengan luka baru.
0 notes