Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
aku ingin tahu
Kamu bisa menjelaskan padaku tentang takdir, tentang batas juga tentang perjuangan?
Aku ingin tahu, apa kita bisa merubah takdir. Aku ingin paham sampai mana batas kita untuk tetap berpura pura tegar. Aku juga ingin tahu siapa dan apa yang pantas kita perjuangkan.
32 notes
·
View notes
Text
Tajamnya angin malam mulai menusuk tubuh
Terpojok di sudut mimpi yang mulai merajam
Terus mengalir...
Derasnya sungai mengalir dari muara matamu.
Terbentang sajadah di lantai yang tak tahu apa-apa,
Kemudian tersungkur seraya mengucapkan keinginan yang ada dibenak
Jejak kaki mulai mengoceh, " untuk apa? Untuk apa kau bermohon hal seperti itu? Apakah hidupmu hanya untuk hal demikian?"
"Aku hanya mencobanya", katanya seperti itu.
________
06 September 2020
*Senja2803
4 notes
·
View notes
Text
Langkahku tak pernah berhenti, hanya terkadang lelah dengan segala ingin dalam obsesi keegoisan. Mungkin kamu tidak memahami, bahwa hati ini bukan hanya sekedar tempat untuk disinggahi. Ada ruang yang mengizinkan agar tak pernah pergi. Meski raga telah ditelan bumi.
11 notes
·
View notes
Text
“Pertemuan-pertemuan itu kurang menarik jika kau tidak ada. Seperti ada yang kurang. Entah karena kau memang sosok yang menyenangkan, atau mungkin karena hadirmu sudah seperti ganjil yang menggenapkanku?”
— (via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Text
Banyak hal yang kita lewatkan, karena kita tidak sabar menunggu. Karena kita merasa jika berhenti sebentar, kita akan semakin jauh tertinggal.
Padahal saat menunggu kita punya kesempatan untuk mempersiapkan, untuk mempertimbangkan, untuk memilah mana yang perlu dan yang tidak perlu.
Banyak hal yang kita sesali, karena kita terlalu terburu-buru. Karena kita merasa jika kita tidak segera memilikinya, kita tidak punya kesempatan lain yang lebih baik.
Padahal saat melambatkan langkah, kita punya kesempatan untuk menentukan tujuan, untuk menata keinginan, untuk memilih mana yang layak dan yang tidak layak.
Kita sering merasa sesuatu begitu penting, padahal itu sama sekali tidak kita butuhkan.
Sesuatu yang kita butuhkan selalu hadir dalam rasa cukup, melalui rasa berharga. Ia tidak pernah membuat kita kelelahan untuk mencapainya.
Sesuatu yang kita butuhkan tidak pernah membuat kita tertekan. Ia tidak pernah membuat kita khawatir untuk memperjuangkannya.
Ia akan tetap menunggu, meski di tengah perjalanannya ia terpaksa harus menunggu lebih lama.
Sampai kita benar-benar pantas. Sampai ia memang benar-benar layak untuk dimenangkan.
—ibnufir
231 notes
·
View notes
Text
Medengarkan Nasihat
Jika kita tidak bisa dinasihati oleh orang lain, nanti kehidupan akan menasihati kita. Hanya saja terkadang butuh waktu yang panjang bagi kehidupan untuk menasihati kita. Lalu penyesalan akan menjadi bunga-bunga kehidupan kita berikutnya.
Kurangi jumawa, perbanyak introspeksi diri, perbanyak mendengar.
Waktu tidak akan bisa dibeli dengan segunung penyesalan yang kita miliki nanti.
262 notes
·
View notes
Text
Seseorang yang akan dimakamkan hari ini atau besok, ia tidak pernah menyangka bahwa kematian lebih dulu menjemputnya ketimbang mimpi-mimpinya. Mimpi tentang dunia yang ia inginkan, tentang banyaknya gaji yang akan ia peroleh diakhir bulan ini. Semua mimpimu akan hilang saat kematian datang, lezatnya makanan dan minuman tidak lagi menjadi tujuanmu hari ini. Kematian datang, kamu selesai.
Jadikan mimpimu itu adalah jalan menuju surgamu nanti, semua usahamu jadikan prioritasnya adalah bekal akhiratmu nanti. Sia-sia rasanya jika yang terkumpul dari dunia hanya untuk menimbun dan menghitung berapa banyak yang bisa kamu keruk dari dunia ini, sementara dunia akan menjadi pertanyaan dan lpj di akhirat nanti.
"Ya Allah, janganlah engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami"
Temanku yang hari ini menghadapMu, dalam jalannya menuju Indonesia membawa ijazah kelulusan untuk orangtuanya. Semoga Allah memudahkan kita semuanya menjemput husnul khotimah.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
pada perasaanmu
Suatu hari nanti perasaanmu akan sampai. Pada dia yang tidak melihat dirimu dari paras wajah cantikmu saja. Pada dia yang tidak hanya mengukur kecerdasanmu semata. Pada dia yang tidak melihat nashab (keturunan) yang ada pada darah dan kehidupanmu. Namun, dia yang datang kepadamu sebab ketulusanmu untuk menjadi baik bersama, untuk menggapai ridhoNya semata.
kamu dan dia akan menyederhanakan semuanya dengan kesederhanan yang menentramkan. Karna memang ada saatnya tujuan hidup ini berubah, menjadi sederhana dan tak lagi rumit. Hanya satu yang ingin dicapai, bagaimana bisa ikhlas beramal sesuai sunnah. dan kamu bersepakat akan hal itu bersamanya.
dia yang datang kepadamu dengan kesabaran dan keluasan hatinya yang membuatmu semakin mensyukuri atas kebaikan Allaah dalam hidupmu. dia yang datang kepadamu sebab tak lain hanya menginginkan kebaikan itu bertumbuh dalam dirimu. seseorang yang Allaah izinkan untuk menapaki kehidupan, yang tidak hanya di dunia yang melelahkan ini saja, namun juga hingga ke JannahNya, menjadi baik dan bertumbuh membaik bersama.
Suatu hari nanti perasaanmu akan sampai. meski tak pernah sekalipun kau jelaskan bagaimana perasaanmu melalui hari-hari yang begitu pahit. dia akan datang kepadamu dengan segala kesabarannya, dengan banyak pemaklumannya, dengan banyak kecintaannya.
Iya, suatu hari nanti perasaanmu akan sampai tersebab doa-doa yang telah kau langitkan dengan sabar dan penuh keyakinan. Sebab doa yang melangit tak pernah kembali dengan sebuah kesia-siaan selama doa itu adalah doa-doa kebaikan. Maka, teruslah rawat kebaikan perasaan dan doa baik itu. Yang mana bila suatu saat nanti, Allah wujudkan dalam banyak kebaikan bersamanya. Jangan lelah melangitkan pinta wahai diri..:))
1K notes
·
View notes
Text
“Jika hanya ada satu di dalam hati, mengapa harus ada dua di dalam kepalamu? Jika hanya ada satu jalan yang bisa membahagiakanmu, mengapa harus berputar arah mencari kebahagiaan lagi?”
—
1K notes
·
View notes
Text
Perihal Jodoh
Setiap hari jodoh semakin dekat, bukan? Artinya, pasti akan bertemu manakala terus dicari, atau dia yang akan datang sendiri bilamana tak ada usaha yang berarti. Soalannya adalah perihal waktu. Cepat atau lambat, tak ada yang tahu.
Bagi sebagian orang, makin tua berarti makin panik perihal jodoh. Di saat genting ini, cemas boleh, hilang akal jangan; ikhtiar boleh, genit jangan; realistis boleh, banting harga jangan.
Orang panik cenderung hilang nalarnya. Bisa kata-kata yang tak terukur, bisa pula sikap yang tak tertakar. Maka pandai-pandailah mengukur kepantasan. Tentu orang berakal akan mengerti mana urgensi mana mencari atensi.
Ada yang lebih penting dari sakadar mencari, yaitu mempersiapkan diri. Agar kelak ketika menemukan atau ditemukan, kita adalah kita dalam versi paling baik.
Stay humble, stay classy.
— Taufik Aulia
2K notes
·
View notes
Text
Kamu boleh saja marah-marah, membenci seseorang, membuatnya menangis, dan meninggalkannya sesuka hatimu. Saat itu kamu mungkin masih bisa tertawa lepas tanpa beban.
Tetapi suatu hari, ketika kamu mulai menyesali kesalahanmu. Ada luka yang sulit kamu jelaskan, ada perasaan yang begitu sesak untuk kamu ungkapkan.
Bahkan untuk sekadar untuk menyampaikan kata maaf.
—ibnufir
169 notes
·
View notes
Text
Bagian terberat dari mencintai seseorang adalah ketika kamu sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankannya.
—ibnufir
175 notes
·
View notes
Text
Prioritas
Waktu selalu memberikan pelajaran-pelajaran baru yang tak pernah habisnya. Dia berjalan begitu cepat, tak mengenal siapapun dia, tak ada toleransi bagi mereka yang lemah. Mengalah ataupun menyerah adalah pilihan-pilihan yang selalu menawarkan resiko. Namun tarkadang dari kita terlalu lama untuk berfikir, terlalu egois untuk mengalah. Masih saja berputar dalam zona nyaman membuat lupa jalan untuk pulang. Mungkin bukan lupa, lebih tepatnya tak ingin pulang. Entah sampai kapan akan terus berlari, hingga lupa bahwa ada yang harus diprioritaskan. Ada hal-hal yang harus diperjuangkan, namun keraguan dan kebimbangan selalu menjadi halangan. Lelah, ia benar adanya tapi bukan hanya tentang lelahmu saja, ada yang terlupakan dalam sibuk yang membuat dia ingin lari. Dan lagi, tentang lari..mungkin karena belum terikat suci. Terlalu naif, hingga hanya ingin dimengerti tapi tak benar-benar memahami. Ya.. mungkin begitu.. Sudah, cukup buat hari ini.. Pekanbaru, 10 September 2019
43 notes
·
View notes
Text
Di Balik Cerita Horor
Jika kamu menggemari cerita-cerita horor, sama, saya juga. Dari beberapa penelitian, cerita horor dapat memicu keluarnya hormon dopamin yang mengakibatkan munculnya rasa senang. Itu kenapa banyak orang keranjingan sama cerita horor.
Dan kegemaran kita inilah yang ditunggangi oleh setan-setan nakal. Mereka menanamkan rasa takut, agar manusia tunduk, tersesat, dan rusak akidah kita. Barangkali, setan yang ceritanya viral, sekarang sedang dipuja-puja oleh kaumnya karena dianggap berprestasi dalam menyesatkan manusia.
Kita sama-sama taulah, nenek moyang mereka diusir ke dunia karena menolak sujud sama nenek moyang kita karena kesombongan dalam dirinya. Maka dia bersumpah untuk menyesatkan manusia selama-lamanya. Dan semua upaya akan dia kerahkan untuk ini.
Anyway, hampir dari setiap cerita horor yang ada, semuanya mengamanatkan kita untuk permisi di tempat-tempat yang katanya angker. Padahal, Allah dan Rasul-Nya gak ngajarin kita itu. Allah dan Rasul-Nya ngajarin kita supaya minta perlindungan cuma sama Allah dalam segala kondisi.
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudhorotkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut” (HR. Muslim no. 2708).
Itu baru satu dari sekian banyak jenis do'a isti'adzah (minta perlindungan). Mulai dari do'a masuk toilet sampai do'a berhubungan suami istri, poinnya adalah minta perlindungan Allah dari gangguan setan. Ada banyak do'a isti'adzah yang bisa kamu pakai sesuai kebutuhan. Bukan malah permisi sama sesuatu yang kehadirannya ga bisa dikonfirmasi.
Iya, bisa aja ada jin yang tersakiti oleh perbuatan kita. Itulah kenapa kita perlu minta perlindungan sama Allah dan berakhlak yang baik. Eit, berakhlak baik karena memang Allah perintahkan itu, bukan karena takut diganggu setan.
Dan jika kita sudah masuk ke dalam perangkapnya, maka ada-ada saja yang diminta. Entah itu kopi, ayam hitam, sesajen, atau persembahan yang lain. Kalau buat makan, kan bisa nyari sendiri. Tapi sayangnya ini bukan buat makan doang, tapi supaya kita mengagungkan sesuatu yang lain, mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah.
Pada akhirnya, silakan saja kalau memang suka cerita-cerita horor. Hanya saja persiapkan juga ilmu dan pemahaman agama yang kuat. Karena kalau tidak, artinya kamu sedang menyelam tanpa kemampuan menyelam. Tenggelam.
Jakarta, Taufik Aulia
429 notes
·
View notes
Text
Kalau Lelah Berarti Belum Lilah (?)
Saya sering mendengar kalimat, “kalau lillah tidak akan lelah”.
Saya pribadi, tidak sepenuhnya setuju.
Apa salahnya membiarkan diri kita menjadi manusia wajar, yang punya capek dan lelah karena berbagai ujian? Bukankah disitu kita akan menemukan celah untuk tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri tapi menghiba pada Allah? Bukankah dalam lelah itu kita justru punya alasan lebih untuk berpasrah dan meminta kekuatan agar lebih tabah?
Memangnya mudah bagi teman - teman berdakwah di tengah dunia yang udah gila ini? Gak dong? Jadi kalau kamu lelah, bukan berarti gak lilah. Hanya membuktikan kalau kamu manusia biasa aja, yang punya batas energi jiwa dan raga.
Memangnya mudah bagi ibu - ibu yang punya anak istimewa dan butuh perhatian extra? Gak dong? Jadi kalau kamu lelah, bukan berarti gak lilah. Hanya butuh waktu untuk istirahat, ibu yang lelah juga bukan berarti gak ikhlas dan ridho jagain anaknya.
Apa salahnya memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk menjadi manusia yang berhak punya perasaan dan emosi? Terima aja kita pernah lelah, gak perlu denial hanya untuk disebut lillah.
Mending evaluasi apa niatnya sudah benar, berdoa untuk terus diluruskan niat. Sambil memperbaiki, terima saja kita sedang lelah. Terus kumpulin energi untuk kembali melanjutkan apa yang tengah kita upayakan. Ga perlu lah menuduh diri sendiri terlalu dalam, kita manusia juga perlu sedikit diberi kelembutan.
294 notes
·
View notes
Text
Jangan Dulu Patah
Jangan dulu patah. Masih ada waktu. Masih tersedia ruang untuk bergerak dan mencoba. Masih ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, atau mungkin beberapa kali. Jangan dulu redup. Nyalakan lagi api harapan di bola matamu. Panggil kembali ingatan-ingatan tentang kesungguhanmu yang dulu. Utuhkan kembali niat mulia yang sempat mengisi penuh hati dan kepalamu, mewarnai siang dan malammu. Jangan, jangan dulu menyerah. Setidaknya, jangan sekarang. Jangan di usia semuda ini. Nalarmu masih tajam. Jiwamu masih kuat. Tenagamu masih berlimpah. Memang belum saatnya kamu hidup nyaman. Memang masih banyak jatah gagal yang harus kamu habiskan. Jangan berhenti di sini. Di atas semua itu, teruslah berdoa dan berbaik sangka. Jika daun yang sudah menguning saja tak ‘kan jatuh tanpa izin-Nya, apalagi cita-citamu yang indah itu.
…
Sebuah Pengingat 14 Februari 2019
2K notes
·
View notes
Text
Ini Perih Sih.
Lagi ke-brainstorming tentang wacana kesehatan mental. Meskipun belum dalam saat mengkajinya, menurut saya salah satu penyebab ketidaksehatan mental itu berujung pangkal pada problematika kehidupan. Misalkan, orang di kota besar cenderung mudah stres, maka bisa dikaji salah satu kemungkinannya adalah karena seringnya terkena macet. Kita mungkin lebih sering salah fokus pada imbas menjadi stres-nya, alih-alih menemukan solusi untuk mengatasi macet itu sendiri.
Semakin modern dunia ini, ‘penyakit mental’nya justru makin aneh-aneh dan patut diwaspadai. Kita hidup dalam lingkaran sosial yang makin terbuka tetapi juga terasa sangat asing. Kita mudah tahu apa yang seseorang lakukan, tapi cenderung sulit tahu apa yang seseorang rasakan. Permasalahan hidup yang kadang-kadang ingin dibagi di kedai kopi sepulang kerja, malah ditutup dengan visualisasi ala sosialita. Siapa yang tahu, kalau dibalik postingan keceriaan itu tersimpan jiwa yang rapuh dan rentan? Ini perih sih.
Saya cuma ingin membagi pandangan, ketika mungkin salah satu diantara kamu sedang mendapat permasalahan hidup, sejurus itu memang diperuntukkan buat saya sendiri. Realitanya memang mungkin seperih ini.
1. Nggak semua orang bisa dan mau mendengarkan kamu. Biasanya hanya terbatas pada seberapa besar social circle kamu, juga tidak semua dari lingkaran itu punya interest pada masalah itu. Beruntunglah kalau ada yang bersedia mendengar, dan mereka mungkin mencoba memosisikan dirinya pada empati yang jujur atau simpati yang kondisional. Kita memang tidak pernah tahu seberapa rapuhnya seseorang, maka sebaik mungkin cobalah untuk mendengar dan mengerti permasalahan seseorang, sebab suatu waktu kita wajar berharap akan diperlakukan sama seperti itu pula. Akan sangat menyakitkan kalau kita suatu kali butuh dan berharap didengar, tetapi sadar bahwa selama ini sangat jarang menaruh dengar. Particularly, semua orang memang mau sama-sama berbagi imbalan.
2. Semua orang punya masalahnya masing-masing. Pada akhirnya, ini adalah sebuah hal yang umum dan pasti meski satu dan lain variabel tidak bisa saling dibandingkan secara paralel. Bahkan, orang yang punya basis profesional seperti dokter jiwa/psikiater atau psikolog pun pasti punya masalah hidup. Hanya saja, yang jadi masalah adalah orang yang sedang curhat ini merasa bahwa dirinya sebagai ‘center of universe’ seakan-akan menjadi hiperbolik bagi tanggapan orang lain. Untuk yang memahami sedikit ilmu psikologi, biasanya dari ciri-cirinya pun akan terlihat mana yang memang hanya melakukan self-diagnose yang seringkali meleset atau justru memang membutuhkan bantuan ahli.
3. Makanya, curhatlah pada orang yang tepat. Tapi, apakah orang di sekitarmu mampu untuk menanggung beban menjadi orang yang dirasa tepat olehmu? Bahkan kalau kamu curhat pada orang terdekat dan terkasih seperti orang tua, pacar, dan teman, toh kamu akan menemui probabilitas untuk dikecewakan. Entah karena tanggapan yang tak sesuai, dibercandakan, dibocorkan ceritanya, di-judge ditempat, dan sebagainya. Kalaupun ada orang terdekatmu yang sangat-sangat ‘angelic side’ yang kepedulian dan empatinya tinggi, maka ia tetap punya ‘dark voices’ yang mungkin ia mampu sembunyikan. Pada bagian mana, kalau kita menggantungkan harapan kita pada manusia yang tidak berpotensi dikecewakan? Berani berjudi pada seburuk-buruk kemungkinan?
Itulah kenapa, beberapa orang memberi alternatif saran untuk mendekat pada Tuhan. Tetapi, sebagian orang yang mengaku stres atau depresi mengatakan bahwa hubungan mereka baik-baik saja dengan Tuhan. Well, mungkin disini ada misleading, dimana fungsi memberikan alternatif ini bukan untuk menyinggung soal seberapa dalam keber-Tuhan-an orang lain tapi justru untuk mengingatkan bahwa ada Tuhan yang mampu menolong lewat agama sebagai tools-nya. Patut dikoreksi dari kedua belah pihak, entah karena mungkin penyampaian pesannya yang mungkin keliru, meskipun sebenarnya kalau yang bersangkutan merasa tersinggung biasanya masalahnya memang ada disana meski sulit untuk diberi pengakuan.
Kenapa Tuhan? Karena cuma Tuhan yang pasti mendengarkan dan mengerti dirimu sepenuhnya. Apakah Tuhan akan menghakimi permasalahanmu juga menertawakan tangisanmu, layaknya orang-orang yang kau sempat ragukan itu?
Salah satu fungsi agama itu tools, ada syariat yang berlaku imbal balik. Ketika ‘curhat’ pada Tuhan, bahkan sebelum solusi itu datang, bisa jadi perasaan leganya sudah dapat duluan. Tapi itu tetap alternatif, tidak ada yang bisa dipaksakan karena kadar kepercayaan yang aplikatif pada tiap orang berbeda-beda. Salah satu ilmu psikologi yang paling dekat dengan konsep kebertuhanan adalah Logoterapi yang dipopulerkan oleh Viktor E. Frankl, maka jangan sekali-kali bilang kalau konsep agama dan psikologi terapan itu bertolak belakang. Kamu mungkin memang kurang membaca saja.
Kalaupun ada yang tidak percaya konsep Tuhan (bersikap atheis) atau konsep agama (bersikap agnostik), ya monggo. Silakan saja ‘berjudi’ pada probabilitas lain atas apa yang disandarkan, entah itu diri sendiri, orang lain, society, atau nilai nilai lain. Apakah mereka jauh lebih mampu membantu dibandingkan dengan Yang Maha Esa? Kalaupun buatmu iya, ya silakan. Pada akhirnya, terapan konsep, solusi, maupun saran dari para profesional terkait permasalahan hidupmu akan berbalik pada dirimu sendiri. Masalahnya, kalau sedang stres atau depresi begitu, apakah kamu bisa mengenali dirimu secara jernih? Ya mbok jangan sombong lah, coba berdoa. Kamu itu ‘kan diciptakan oleh-Nya, maka Ia pasti adalah sebaik-baik penolong. Oh iya, sekalian juga minta pada Tuhan untuk didekatkan pada orang-orang baik dan berempati tinggi.
Cheers!
-miftahulfk
276 notes
·
View notes