kopigenic
kopigenic
49 posts
absurd
Don't wanna be here? Send us removal request.
kopigenic · 5 years ago
Text
Plong!
Tumblr media
Dalam perjalanan menuju bunker persembunyian di daerah Chernobyl Kidul, saya menumpang pesawat UFO yang dirakit pendahulu saya pada tahun 2018 dari rongsokan radio, kaset dan CD bekas. Tahun-tahun itu rupanya banyak produsen radio tutup karena radio digital sudah tertanam di tiap telepon genggam, diikuti pabrik kaset dan CD. Secara berkala mereka menghentikan produksi dan memecat jutaan pekerja. Masa-masa ketika anda mendengar Walkman merupakan hal yang paling keren dan mengirimi pacar anda kado setlist lagu-lagu cinta lewat kaset adalah hal romantis, semuanya telah dikubur hidup-hidup oleh perubahan zaman.
Sopir UFO itu tahu betul ketika saya mabuk dan menderita lara hati, tak ada alasan lain kecuali memutar suara emas Lord Didi Kempot. Artificial Intelligence yang tertanam di kepala sopir pribadi saya itu memang diprogram untuk hal-hal menyedihkan yang menimpa saya. Ia Bleki, cuma seekor anjing. memang, tapi tak sepenuhnya anjing, ada beberapa bagian tubuhnya yang terpaksa memakai organ hewan lain. Kepala hyena, mata buaya, telinga codot, leher jerapah, tangan kelinci, kaki kancil, tubuh trenggiling dan ia juga dibekali sepasang sayap burung dara di alat kelaminnya. Satu-satunya organ orisinil milik Bleki yang bertahan di tubuh kompilasi itu adalah jantungnya. Bleki si anjing berbulu pink.
"...Sewu kutho uwis tak liwati, Sewu ati tak takoni..." Lagu pertama membuat udara dalam pesawat tiba-tiba menjadi biru. Semoga ini bukan lagu pembuka yang salah, perjalanan masih jauh, saya tak mau mati beku karena banjir airmata di sini.
"...Aku pancen wong cilik ra kaya raja, Iso mangan wae aku uwis trima..." Awal lagu kedua, semoga masih baik-baik saja. Duduk di dekat kaca jendela pesawat, seperti biasa menyalakan rokok lintingan, menghisapnya dalam-dalam, mencoba masuk ke dalam jagad kenang yang saya punyai. Saya pikir si Bleki telah lebih dulu melakukannya lebih dalam, sebab masa lalu telah memiliki separuh kenangan Bleki soal itu. Dahulu sebelum masa krisis seperti saat ini, Bleki pernah bercintaan dengan anjing ningrat. Akhir cinta itu adalah alasan Bleki kenapa ia sangat menghayati lagu berjudul: Aku Dudu Raja itu. "... Pupus godong gedhang, Ajang pincuk saiki ra kelingan... Biting pringe garing, Mbok apusi awakku nganti gering...", Jingaaaan! Begitu kata Bleki, saya tahu meski ia tak mengucapkannya lewat mulut. Beruntung mata Bleki kini adalah mata buaya, saya belum pernah melihat buaya menangis.
“... Tanggal limolas padhang njingglang mbulane bunder.. (ser~) Aku dikudang suk yen gedhe dadi dokter.. (sing ngudang mbok e~) Tanggal limolas padhang njingglang mbulane bunder.. (ser~ ser~) Bareng wis gedhe aku disuntik bu dokter...” Seharusnya tak ada hal sedih yang terkandung pada tembang Kuncung ini tapi entah kenapa ketika sekarang mendengarkannya menjadi sedih. “... Pis holopis kuntul baris... Gegere gek mbok ndang uwis...” di lirik bagian ini saya rasa harus mbrebes. 
Ini hari terasa panjang meski hanya duduk-duduk di jok. Omprengan, Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Tanjung Mas Ninggal Janji, Cidro, Kalung Emas, Lingso Tresno adalah beberapa trek lagu yang berapapun airmata yang saya dan Bleki punya, selalu kering setelah mendengarnya. Mungkin kebebasan tanpa kehendak itu menyedihkan, sebuah bunga bisa saja layu atau kelopaknya koyak diterpa angin melulu. Saya tak mau demikian dihajar lagu-lagu ini. Untuk mengistirahatkan hati saya request tembang Lord Didi yang lain, ya: Plong, si Bleki memutar judul itu. "..Plong rasane njero dadaku, Rasane mak plong..." Saya dan Bleki sepertinya sepakat bahwa Plong cukup untuk menutup serangkaian tembang-tembang emas Lord Didi yang kita putar hari ini. "...Rasane kepiyeee...", si Bleki menyaut, "...plong, plong, PLONG!"
Dhuar! Perasaan lega memang terdengar seperti suara tembakan. Kabin bagian belakang pesawat terlihat bolong, suara speaker tiba-tiba melemah, sepertinya ada yang menembaki pesawat ini. Si Bleki melihat layar di dek depannya, terlihat 13 titik merah di radarnya, yang artinya kita sedang dikepung 13 pesawat asing. Perlu kalian tahu bahwa di tahun 2069 ini sayalah satu-satunya manusia tersisa di bumi ini. Sewu kutho yang Lord Didi lewati di kehidupan nyata sudah menjadi puing-puing dan sewu ati yang ia takoni pun sudah punah spesiesnya semenjak 50 tahun yang lalu saat aliansi robot dan makhluk luar angkasa itu bersekutu dan menginvansi seluruh penjuru bumi.
                                                         *****
"Blek," ucap saya pada anjing berbulu pink kesayangan saya, ada jeda panjang setelah itu sebab sebuah tembakan laser melubangi dada saya dan seperempat tubuh Bleki juga telah dimakan puing pesawat, "Blek, setelah ini saya ingin jadi hantu di tembang Sewu Kutho, ingin saya kunjungi 999 kota yang pernah disinggahi Srinthil, dan bertemu dengannya di kota ke 1000,"
"Tunggu di sana, Cah Ayu. Kangmas menyusul!"
"...Ning stasiun Balapan... Kutho Solo sing dadi kenangan..." Kini tak hanya kota Solo yang menjadi kenangan.
7 notes · View notes
kopigenic · 7 years ago
Text
Sebagian pemburu tak melulu harus terburu-buru mengejar dan menaklukkan buruannya. Mereka tahu bagaimana menjadi seorang pemburu yang dibekali kesabaran, umpan bagus dan tempat-tempat terbaik yang menjebak. Membunuh dari dekat seperti itu adalah kelicikan yang menyenangkan bagi seorang pemberani, sebab napas terakhir selalu berarti.
0 notes
kopigenic · 7 years ago
Photo
Tumblr media
"Kamuflase" - Mantis Religiosa (Belalang Sembah) #insecta #insects #mantis #arthropoda #uye
0 notes
kopigenic · 8 years ago
Text
Badut
Tumblr media
"Sebaiknya Anda berhenti tertawa dan mulai berpikir bahwa sudah tak ada yang lucu di sini," ucap si Badut itu. Memang setelah pertunjukan usai, saya menghampiri si Badut itu untuk menyapanya untuk sekadar bilang, "Saat melawak, Anda sangat menggagumkan, bahkan lebih terhormat dari politisi manapun", tapi semua urung terjadi. Dia kemasi piranti kelucuannya ke dalam kardus, kemudian pergi setelah berpamit. Katanya, dia hendak mempelajari kerahasiaan ilmu kelucuan sejati, dengan menimba airmata. Ironi.
Mungkin saja si Badut putus asa, dan itu adalah hal yang lumrah lantaran di tahun-tahun seperti ini perannya mulai tergantikan televisi, di mana tangan-tangan teknologi menyentuh setiap sisi kehidupan menjadi industri ha-ha-hi-hi siap saji. Tentu saja lebih efisien dari pada anda harus menyewa seorang badut frustasi seperti dia.
Hari ini --tiga hari setelah perjumpaan saya dengan badut itu-- saya mencoba menonton televisi karena seminggu belakangan ini bosan membaca buku. Buku-buku tak cocok dengan kondisi kebutuhan psikologis saya ketika seminggu ini. Ia terlalu pasif saat menghibur saya. Membaca buku seperti sedang bercinta dengan kepasrahan seseorang yang terlentang di ranjang, sementara kita sendirian yang menjelajah seluruh persendian gairah tempat di mana orgasme disembunyikan. Melelahkan bukan? Tapi tentu tidak bagi anda yang suka mendominasi keadaan. Jika anda akrab dengan acara televisi pasti tahu salah satu Program Talk Show dengan dominasi serupa. Di sana anda dapat melihat si Pembawa Acara sudah menyiapkan sederet pertanyaan kepada Tamu Undangan, sementara Tamu Terundang berkesempatan menjawabnya sesuai skenario, dan kemungkinan besar tamu itu tak punya waktu untuk menyampaikan gagasannya sendiri di luar dari daftar pertanyaan si Pembawa Acara. Jadilah saya yang setelah menonton acara itu mendapatkan bayangan yang terarah dan terukur, sesuai daftar pertanyaan tadi, tentu saja. Di situlah saya sadar ada humor dan saya mulai tertawa, pantas saja si Badut kemarin itu frustasi, ternyata ada acara televisi yang bisa menghibur begini. Dan sejak itu televisi di ruang tamu saya tak pernah melihat saya lagi.
Masih dengan keadaan bosan saya balik badan dari Gazebo di belakang menuju ruang tamu tempat saya habis menonton. Saya bisikkan sesuatu di telinga televisi itu, "Di mana saya dapatkan kelucuan yang sederhana tapi dengan daya ledak tawa abadi?" Dia justru memejamkan matanya, dan saya semakin kesal.
Pada hari berikutnya dengan kebosanan yang sama, saat penat menekan kepala sampai pada titik di mana saya membutuhkan ruang untuk tertawa, saya mencari si Badut itu. Kebetulan hari itu saya sedang beruntung, saya menemukan dia saat mood-nya melucu sedang bagus. Setelah membayar upah yang kita sepakati, saya segera menonton pertunjukan tunggal badut itu. Karena tak ada penonton lain, saya dapat tempat duduk paling pas untuk menyaksikannya, tepat di depan cermin saya melihat badut itu mulai melucu dan saya berhasil tertawa.
0 notes
kopigenic · 8 years ago
Text
Rezeki
Pagi ini saya sudah banyak mendapat rezeki, lima jam terhitung sejak pukul 00:01 saya sudah memiliki lima kesempatan bagus di hari ini. Pertama, pada pukul 02:35 saya mendapatkan banyak hujan di ranjang saya ketika sedang tidur, hujan itu masuk melalui jendela kamar yang terbuka. Kamar saya penuh air hujan, di luar itu, sebenarnya cuaca terlalu cerah untuk langit berhujan-hujanan.
Rezeki kedua, karena hujan tersebut akhirnya saya bisa bangun pagi. Bangun pagi adalah sesuatu yang mahal bagi hidup saya semenjak tumbuh dewasa. Apalagi malamnya saya melek terlalu larut, kira-kira 5 menit sebelum hujan itu tiba saya sempat tidur nyenyak. Bangun pagi membuat jadwal ngopi hari ini lebih maju. Minum kopi pukul 02.55 tak terlalu buruk, apalagi pada suasana tenang seperti itu akan lebih enak bila sambil membakar Krektek dan mengudap hal-hal yang tak sempat diselesaikan kepala atas perasaan kecewa dan pengkhianatan, kenangan tak boleh menyimpan hal-hal seperti itu lebih lama atas nama cinta.
Selang setengah jam, ada yang mengetuk pintu kamar saya pelan. Dia buka pinta lalu tersenyum, “Aku baru saja dari kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi. Sekarang aku rezeki ketigamu,” demikian ucap Kata-kata itu memperkenalkan diri. Ternyata ia ikut terbangun ketika saya bangun gara-gara hujan. Tak banyak yang bisa saya lakukan terhadap Kata-kata itu ketika ia sudah bertingkah genit sambil melepas kutangnya, kecuali segera saya menciuminya kemudian membaringkan tubuhnya yang tak utuh itu di atas kertas.
Rezeki keempat adalah ternyata rezeki pertama bukanlah hujan, tapi seseorang sedang menangis tepat di atas tidur saya–di atas segala mimpi-mimpi saya malam itu. Saya, yang ketika itu tidur tak berpayung, tak berjas hujan, juga tak kalah basah dengan mata seseorang yang menangis itu. Tentu saja, pagi menjadi lebih dingin dari hari biasanya.
Seolah tak mau kalah dengan rezeki keempat, rezeki kelima berusaha meraih saya dengan lebih baik dengan cara yang lebih sederhana, yaitu dengan mendapatkan waktu terbaik dari tangan dan pikiran saya untuk menulis ini, dan ia menempatkan dirinya sendiri pada rezeki kelima, yang membuat rezeki lainnya tampak seperti aksesori sebuah bualan atas kelahirannya sebagai rezeki kelima: tulisan ini. Ia muncul tepat, ketika matahari sedang tertatih naiki tangga waktu hari ini dan seseorang masih saja berduka menghadapi teriknya.
2 notes · View notes
kopigenic · 8 years ago
Text
saya merasa familier banget dengan kisah ini~ 😪😪
Pecundangi Mantan Dengan Prestasi Ala De Bruyne
Derby Manchester, gelaran Liga Primer Inggris Sabtu malam menyisakan ribuan makna. Laga panas antara Manchaster United yang menjamu , tim sekotanya Manchester City di Old Trafford Stadium dan dimenangi tim tamu dengan skor 1-2 ini tak hanya adu gengsi serta strategi pelatih yang telah lama berseteru. Namun juga ajang balas dendam Kevin De Bruyne terhadap José Mourinho atas tindakannya, membuang glandang serang asal Belgia tersebut saat merumput di Chelsea, hingga musim 2014 lalu.
Kemudian De Bruyne melejitkan namanya dengan tampil epik bersama Manchester Biru, serta memperlihatkan debutnya yang menonjol bersama timnas Belgia di Euro 2016 Perancis.
Barangkali tindakan Mourinho yang dianggap menyia-nyiakannya, membuat pria 25 tahun ini termotivasi untuk menunjukkan kesiriusannya di sepak bola. Alhasil, di depan mata pelatih asal Portugal tersebut, De Bruyne mampu menjadi aktor utama kemenangan City.
Pelajaran berharga disampaikan, bahwa menjadi orang yang disia-siakan tak boleh terpuruk, bahkan harus sanggup membuatnya (red: mantan) menyesal.
Ihwal perbuatan MoU terhadap De Bruyne, terjadi tak hanya di dunia sepak bola. Hal serupa juga sering kita jumpai pada kisah-kisah asmara. Jika dulu lelaki lebih mendominasi sebagai pelaku, namun seiring bergesernya waktu, tak sedikit kaum Adam, menjadi korban kesia-siaan seperti De Bruyne.
Pernyataan klise, seperti “kamu terlalu baik,” masih menempati peringkat atas di deretan alasan putus. Belum genap sepekan pasca pengucapan kalimat mainstream di atas, sang mantan telah menggandeng orang lain, mengganti kedudukan kita yang dengan tabah memperjuangkannya.
Untuk itu para korban perlu menanamkan pola pikir yang lebih menguatkan dan membuat tetap survive, dalam menghadapi bencana penyia-nyiaan dari sang mantan, seperti “ia belum beruntung telah meninggalkanku.”
Mencontoh apa yang dilakukan De Bruyne kepada mantan pelatihnya Mourinho di laga Derby Manchester. Korban juga harus mampu menunjukkan prestasi, minimal buat mantan berkata; “nyesel aku sudah menyia-nyiakannya dulu, kini dia sudah menjadi (penyair, cerpenis, novelis,penyanyi, dan segudang prestasi lainnya) terkenal. Coba aku dulu menghargai saat ia memperjuangkan aku.”
Dipandang sebelah mata, oleh orang, terutama (mantan) pacar, tak lantas dunia ini berhenti menunggu kita bersedu sedan, atau bahkan membuat matahari tiba-tiba terbit dari barat. Karenanya tak perlu cemas dan galau, tunjukkan saja kesiriusan serta kemampuan positif kita, niscaya mereka akan menyesal telah menelantarkan dan menyia-nyiakan kita.
Itu cara jitu pecundangi mantan, terlebih ia mendapat pasangan yang levelnya jauh di bawah kita. Seperti Jose Mourinho, melatih tim yang sudah menjadi sejarah, dan mayoritas fans-nya menjadikan Alex Ferguson sebagai berhala, satu-satunya yang dibanggakan membawa setan merah meraih sukses.
“Yang fana adalah MU, Kevin De Bruyne membawa City menuju sukses yang abadi.”
Sekian, dan salam olah raga.
9 notes · View notes
kopigenic · 8 years ago
Text
Liburan
Terminal barangkali sudah menjadi tempat yang tak dramatis lagi bagi seseorang saat menjemput kedatangan atau melepas kepergian. Kau pasti tahu, sejak AADC (Ada Apa Dengan Cinta) rilis dan mulai merambah imajinasi orang-orang tentang konsep perpisahan mengharukan telah berubah, mereka berpikir bandara adalah tempat ideal untuk menangisi kepergian seseorang lainnya. Cinta dan Rangga adalah ikon untuk hal itu, tapi tidak dengan saya. Saya sebenarnya adalah tipikal laki-laki banyak bacot, tapi tidak ketika saya sudah duduk di dalam bus, di jok paling tepi. Saat seperti itu saya lebih menyukai diri saya yang pendiam, sambil beradu tatap dengan kaca jendela bus, seolah sedang bercakap dengan sesuatu--semesta atau sedang bernegoisasi dengan kematian saya yang belum jelas kedatangannya. Begini sisik-melik asyiknya bepergian dengan bus itu, ketika kau sudah masuk terminal, orang-orang--para kenek dan makelar agen bus--akan berebut menanyaimu mulutmu dengan senang hati, misal, "Boleh saya tahu, tujuannya ke mana, Mas?" atau "Mari kami antar anda ke tujuan dengan selamat dan sentosa", kalau sudah ditanya begitu saya terpaksa menjawab, "Saya ingin pergi ke kota di mana saya tak bisa mencintai kekasih saya lagi. Bisakah, Bung?" tapi para kenek bus itu tak satupun merespon kata-kata saya. Mereka seolah tak mendapatkan jawaban yang mereka harapkan. Mereka geram mendengar jawaban saya itu, karena saya memang mengucapkannya dalam hati. Mereka hanya mendapatkan diam saya sebagai emas. Puji Tuhan, saat itu saya telah memberi mereka rezeki emas, mungkin mereka tak akan lagi bekerja selama setahun dengan emas itu. Saya tak bermaksud dengan serius mengerjai mereka dengan jawaban murahan seperti tadi--meski itu adalah emas-- hanya saja saya benar-benar ingin melakukannya. Meski sebelum itu saya melakukan sesuatu hal penting, tepatnya sebuah pengamatan. Saya mengamati bapak dan ibu yang renta bergandeng tangan menuju lajur bis yang akan mengantar mereka, dengan satu tangan lainnya menjinjing koper. Mesra sekali, persis saya dan kekasih saya saat ini yang bergandeng tangan menjejaki lorong ruang tunggu. Kau tahu, tadi kami sempat berciuman 15 menit di kamar mandi terminal sebelum akhirnya ada satpam yang bertepuk tangan di samping kami, barangkali dia kagum akan ciuman hebat kita, bisik saya pada bibir basah kekasih saya. Di lajur bus yang sama dengan pasangan bapak-ibu renta tadi, saya dan kekasih saya sepakat melepas genggaman, lalu berciuman sedikit, meski ada sedikit airmata pula yang mengintip di sela ciuman. Setelah itu bisa kau bayangkan betapa asyiknya perpisahan, dengan daya yang tersisa, kami mulai menjinjing koper masing-masing yang berisi seluruh hidup kami sendiri. Dan, ya, kami akan pergi liburan ke arah hidup yang berbeda, di kota yang sama: kenangan.
4 notes · View notes
kopigenic · 8 years ago
Text
Perempuan Berzodiak Ketiak
Entah roh pensil siapa yang menyusup ke dalam pikiran Gustav saat memberi ide judul ini kepada saya, sehingga membuat Sovia menganggap zodiak Ketiak itu benar-benar ada. Maksud saya apa sebuah sabuk khayal di langit yang berpusat pada lingkaran ekliptika itu ada titik bintang yang membentuk sebuah ketiak? Apakah ada rasi yang bisa dicurigai seperti bulu yang selesai dicukur atau gejala bau kecut selama sebulan di tiap hari ulangtahunnya?
Tak terpikirkan sejauh itu oleh Gustav, tapi tidak dengan Sovia. Sejak zodiak itu muncul dalam hidup Sovia, kepalanya seperti sedang memindai virus dan menemukan beberapa infeksi di nalarnya, yang membuat dia harus menggaruk pikiran yang gatal setiap waktu–setidaknya saya pernah melihat itu ketika ujian akhir semester tiga hari yang lalu.
Gustav yang pandirnya minta ampun tak tahu jika Sovia penganut sebuah sekte di mana ritualnya adalah membaca ramalan bintang di majalah remaja tiap minggunya. Terang saja zodiak Ketiak rekaan Gustav membuat Sovia kehilangan iman, lemah hidup sebab di majalah langganannya tak ada ramalan bagi zodiak Ketiak. Itu artinya tak ada lagi pedoman hidup baginya, hari baik, angka baik dan tentu saja tak ada petunjuk hari sial untuk Sovia menghindarinya. Masa depan suram sedang mengancam kehidupan Sovia, dan Gustav tak harus menyadari sejauh itu.
Hari Minggu yang cerah tanpa ramalan zodiak, Sovia berusaha menyakinkan dirinya bahwa hari ini adalah hari baik dan angka di almanak hari itulah angka baiknya. Bagi siapapun hari minggu adalah hari yang baik untuk liburan atau menghabiskan beberapa kaleng bir sambil menanti senja. Hari itu Sovia pergi ke pantai, tanpa Gustav tentu saja, sebab dia merasa harus pergi sendiri.
Akhirnya pada suatu sore saat senja mulai terik, kaos hitam kesayangan saya mulai menghadiahi keringat, yang sejurus kemudian badan saya jadi kecut. Tak pelak saya segera mencium ketiak, “Jancuk!” ucap saya dalam hati. Mungkin inilah maksud Gustav, zodiak adalah hal yang selalu ditunggu-tunggu Sovia tiap minggunya, dengan kata lain aroma ketiak Sovia adalah satu-satunya hal yang dia rindu ketika memeluk erat tubuh Sovia setiap pulang kencan di Malam Minggu. Zodiak Ketiak adalah kode rindu dari Gustav.
Ya, ini kabar baik, ternyata semudah itu saya menangkap maksud Gustav tentang zodiak Ketiak. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan saja, sebab saya dan Gustav sebenarnya sedang terjebak di pikiran dan tubuh yang sama ketika menulis ini. Kabar buruknya Sovia tak pernah muncul lagi sejak hari Minggu itu dia pergi ke pantai. Hanya ada senja, senja yang ditunggu Sovia sore itu kini muncul di pandangan Gustav, lewat tatapan mata Ariana… (bersambung)
3 notes · View notes
kopigenic · 8 years ago
Text
Idola
Alarm sudah dibunyikan. Entah siapa yang membunyikannya, tapi sepertinya saya harus segera bangun dari rasa bangga akan ketololan ini. Kekaguman yang membabi-buta dalam kurun waktu yang sia-sia. Suatukali atau mungkin sudah beberapa kali saya pernah tidur dengan jutaan kekaguman pada seseorang dengan dugaan-dugaan yang saya ciptakan sendiri, bahwa seseorang ini hebat sekali. Saya akrabi pengalaman hidupnya, saya gumuli setiap inchi apa yang telah ia pelajari dari hidupnya. Dan kau tahu, dia pernah tertawa keras sekali saat mendengar cerita ciuman pertama saya. Tentu saja saya juga tertawa, bahkan lebih keras dari dia. Sebab saya tahu ada potongan kulit cabe di giginya dan dia merasa baik-baik saja dengan gigi seperti itu. Betul-betul manusia dengan kepercayaan diri tinggi. Hm Bahkan saking seringnya ngobrol dengannya, saya tahu kebiasaannya mengumpat setiap dia mulai membicarakan buku buku sastra Amerika Latin. Atau setiap ada diskusi yang tak begitu dimengerti, dia akan membuat topik tandingan untuk mengalihkan perhatian lawan bicaranya agar tidak melihat keledai di kepalanya menari-nari di atas ketidaktahuannya. Jika cara itu gagal, dia akan menghilang dari perbincangan dan tenggelam dalam kesibukannya memukul-mukul meja mengikuti langkah musik pop yang dia nyanyikan lewat siulan fals-nya. Kalau sudah begitu saya hanya diam, sampai hati saya berhenti tertawa. Mungkin sudah saatnya saya kembali mengidolakan idola lama saya yang kebetulan mereka sudah mati di dunia ini (Nurani?). Misal, dulu saya mengidolakan seekor semut, Johny namanya. Dia semut pemberani, saya tahu itu ketika dia bersikeras memberi tahu koloninya bahwa air gula yang mereka bawa adalah obat cair pembasmi serangga, dan pada saat koloninya tak percaya, Johny meneguknya sebagai pembuktian. Kemudian ia tewas seketika. Saya dulu juga mengidolakan seekor lalat yang menurut saya ia lalat paling beruntung yang pernah saya kagumi. Sebab dari kisah yang saya dengar, ia--sebut saja namanya Cooper-- satu yang tersisa dari tujuh lalat yang pernah hadir dan menemani saya di saat tak berdaya oleh luka amputasi. Johny dan Cooper adalah sebagian idola saya, yang kini sudah mati dibunuh nasib. Tapi kematian mereka justru membuat kekaguman saya berjalan konsisten. Sebab saya tak berkesempatan memergoki aib-aib dan kelemahan mereka. Pun tak melihat mereka membikin blunder atas ulah ketidakmampuan mereka menjalankan hidup, yang kemungkinan membuat saya kecewa sebagai penggemarnya. Angin malam bertiupan ke sana ke mari membuat pohon beringin tempat saya berteduh merinding. Dan tibalah waktu bertanya kepada saya: "Apakah kamu ingin hidup lagi, dan mulai mengidolakan Johny dan Cooper?" Pertanyaan inilah yang akhirnya membangunkan saya dari tidur dengan mimpi-mimpi yang tak saya butuhkan.
4 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Photo
Ngenggg~~
Tumblr media
Pesawat Kertas
“Satu suap lagi ya, Dek.” “Iya kak, nanti temenin adek main pesawat ya kak?” “Iya, Dek” Tak ada mainan, gadget atau apapun selain kertas-kertas ini. Gubuk di tengah sawah tempat tinggal kami. Merasai dinginnya malam dan panasnya siang, tak pernah sesedih ini. 2 Bulan lalu tepatnya, rumah kami terbakar. Berkat Ayah yang malam itu mabuk berat. Malang sekali Ayah, sudah bercerai dengan Ibu, masih kehilangan pekerjaannya sebagai pilot. Ia sangat terpukul, sehingga Ayah memilih jadi pemabuk karena Ibu meninggalkan kami.
Rumah terbakar, saat itu memang tak ada korban. Aku dan Adikku selamat, namun tak ada harta yang tersisa. Ayah pun, kini entah kemana. “Kakak, nanti aku mau jadi Pilot seperti Ayah.” Kini aku harus menjaga Adik sendirian. Seringkali ia berlarian sambil berteriak ‘Ayahku Pilot.’ Sayang ia masih kecil, belum tahu apa-apa. Setiap hari ia mainkan pesawat kertasnya. Ia selalu berharap Ayah mau menerbangkan pesawat miliknya. Tapi Ayah tak pernah datang, berbulan-bulan.
Sore di persawahan selalu menyenangkan, Adik melempar pesawatnya. Terbawa angin jauh, sesekali melakukan manuver. “Sudah pintar, tanpa didampingi Pilot.” Katanya sambil tersenyum. Air mataku menetes.
Jember, 10 Mei 2016
#FlashFiction #Sketch #Fiksimini
4 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Quote
"Kelak dapatkah kubahagiakan engkau, Dik?" pertanyaan pertanyaan ini seperti pisau yang sengaja kuletakan tepat di dada, yang setiap pertanyaan itu diulang akan lebih dalam ia menikam seonggok daging yang tumbuh dalam jiwaku.
3 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Bila Bung sedang syekripsi ingatlah mantra dari Bung Tan ini. Demikian~ #tanmalaka #quotes #coreldraw #kopigenit Ide sketsa: dari salah satu twit di akun TanMalaka (TanMalakaQuotes)
1 note · View note
kopigenic · 9 years ago
Video
tumblr
Memaknai Kartini dengan tidak sekadar menjadikannya relikwi — menghormati raga dan memuja peninggalan busananya semata.
Selamat merayakan hari Kartini, 21 April 2016.
4 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Perempuan perempuan masa kini harus paham, dengan apa seharusnya ia melawan~ #kartiniday #coreldraw #sketch #kopigenit
4 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Quote
andai kesedihanmu sanggup sirna dengan satu kepakan sayap ciumanku, akan kuterbangkan sayap sayap ini hingga jauh tak diketemukan waktu.
2 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Quote
sesudah cinta pertama, jatuh cinta selanjutnya hanyalah perkara melawan trauma, dan trauma.
3 notes · View notes
kopigenic · 9 years ago
Quote
cerita cerita mengagumkan tentang petualangan, mestinya membuatmu paham, bahwa setiap perjalanan adalah pencarian jalan pulang.
2 notes · View notes